01 A. Adapun cara menyikapi perbedaan agar tercipta hidup rukun di antaranya sebagai berikut:
1. Menjaga Toleransi
Sebagai masyarakat yang hidup berdampingan dengan masyarakat lain, hendaknya kita mampu
menerapkan sikap toleran kepada sesama. Toleransi tidak hanya mengacu pada kehidupan
beragama, namun juga diterapkan pada berbagai lini kehidupan, seperti budaya, ras, pekerjaan,
dan sebagainya. Dengan menerapkan sikap toleran, maka kita juga akan hidup bahagia dan
dihargai oleh masyarakat lain dan konflik pun dapat diminimalisir.
2. Menjunjung Tinggi Sikap Humanisme
Cara menyikapi perbedaan agar tercipta hidup rukun yang berikutnya adalah dengan menjunjung
tinggi sikap Humanisme. Humanisme adalah suatu sikap yang mendambakan kehidupan damai
dengan cara memprioritaskan manusia dan hak-haknya. Dengan memiliki sikap humanisme,
maka kita akan mampu lebih manusiawi dan tidak menganggap rendah orang yang berbeda
dengan kita.
3. Menghindari Sikap Etnosentrisme
etnosentrisme dinilai sebagai sikap yang baik karena memiliki kebanggaan atas suku, ras atau
budaya yang diikutinya. Namun, etnosentrisme juga memiliki dampak negatif karena cenderung
memaksakan kehendak kepada orang lain bahwa budayanya sendiri yang paling hebat. Agar
tidak menyinggung perasaan orang lain, sebaiknya kamu menghindari sikap yang satu ini.
4. Menghindari Rasisme
Rasisme merupakan suatu sikap yang mempercayai bahwa ras dan budaya sendiri yang paling
unggul. Ras sering dikaitkan dengan etnosentrisme. Hanya saja, rasisme menjadi permasalahan
secara global. Sikap tercela ini sangat bertentangan dengan nilai-nilai Hak Asasi Manusia,
sehingga kita perlu menghindarinya.
5.Menghargai Pendapat Orang Lain
Konflik dapat terjadi saat salah satu pihak tidak memberikan kesempatan bagi orang lain untuk
berbicara. Akhirnya, muncul kesalahpahaman, perasaan tidak dihargai, serta emosi negatif yang
memantik perselisihan.Cegah konflik dengan memberikan kesempatan bagi orang lain untuk
bicara sebelum menyampaikan sudut pandang Anda.Semoga 5 contoh di atas bisa kita terapkan
dalam kehidupan sehari-hari agar tidak ada konflik yang terjadi.
B. Bersosialisasi dalam kehidupan sehari hari merupakan sistem dalam kehidupan bermasyarakat
yang sangat penting. Berdasarkan hal tersebut sosialisasi memberikan dua kontribusi
fundamental bagi kehidupan masyarakat yaitu:
Memberikan dasar atau kondisi kepada individu bagi terciptanya partisipasi yang efektif dalam
masyarakat.
Memungkinkan lestarinya suatu masyarakat, karena tanpa sosialisasi akan hanya ada satu
generasi saja hingga kelestarian masyarakat akan sangat terganggu.
Melalui sosialisasi, masyarakat dapat berpartisipasi untuk kepentingan hidupnya dan
menciptakan generasi untuk kelestarian kehidupan selanjutnya. Selain itu, dapat faktor lain yang
menunjang proses sosialisasi yaitu faktor lingkungan, di mana di dalamnya interaksi sosial.
Berikut ini beberapa nilai nilai bersosial dalam kehidupan sehari hari yang perlu kita ketahui:
Adanya Partisipasi atau keterlibatan aktif yang meliputi keterlibatan mental atau pikiran
dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok
Saling menghormati pada tiap-tiap anggota kelompok dengan memiliki rasa saling menghargai
atas pendapat, masukan, dan saran dari anggota kelompok yang lainnya
Percaya Dan Mempercayai dalam membangun hubungan sosial untuk membentuk jaringan sosial
(networks) yang akhirnya di mapankan berupa pranata (institution) yang saling percaya dengan
sifat kejujuran (honesty ) kewajaran (fairness), sikap egaliter (egalitarianism), toleransi
(tolerance) dan kemurahan hati (generosity)
Adanya Rasa Keterbukaan untuk mengungkapkan informasi diri kepada orang lain yang
bertujuan untuk mencapai hubungan yang akrab dalam lingkungan tertentu
Tidak Mengancam dengan memberi kesempatan semua anggota kelompok untuk
mengemukakan isi hati dan buah pikirannya tanpa rasa takut dan terancam .
Bukan passion-nya. Ini nggak bohong, untuk sebagian orang, passion is everything. Saat kuliah,
yang diambil mungkin bukan jurusan idamannya (misalnya saya, yang ngasal milih jurusan pas
SBMPTN tapi malah diterima di posisi itu xD). Ada juga orang yang ambil jurusan karena
merasa prospek kerja di jurusan itu bagus. Tapi akhirnya kerja di bidang yang ternyata adalah
passion-nya.
Persaingan kerja terlalu ketat. Beberapa jurusan favorit seperti Manajemen, Akuntansi,
Teknik Informatika, Kedokteran, dst menerima lebih banyak mahasiswa dari jurusan lain.
Sayangnya ini nggak diimbangi sama penyerapan kerjanya. Oke, ada orang-orang yang tekad
wirausaha, tapi cuma sedikit yang langsung menjalankannya setelah lulus. Akhirnya karena
lapangan kerja di bidang itu nggak cukup, yang tereliminasi kerja di lapangan lain dong :v
Lapangannya diambil :v Contohnya saya, anak MSDM nih, begitu lulus pekerjaan impiannya
ya jadi bagian divisi HRD. Eh ternyata perusahaan sekarang banyak yang lebih suka ambil anak
Psikologi/Hukum. Kalah deh saya. Ambil lapangan orang deh :v
Tambah ilmu. Ini jawaban serius ya, kalau kita udah menguasai suatu bidang, kenapa nggak
coba belajar bidang lainnya? Selama otak masih sanggup, pelajari apa yang bisa dipelajari.
Nggak apa-apa jadi "jack of all trades", tapi jangan lupa jadi "master of some advantageous
skills" juga. Di internet banyak kok source buat belajar.
03 A. Permasalahan pekerjaan yang tidak sesuai dengan minat dan keahlian sungguh sulit
sekarang ini. Banyak sekali persaingan yang harus ditaklukkan. Para karyawan entry
level seringkali mendapatkan pekerjaan yang kurang sesuai gelar sarjananya. Kemudian
dihadapkan oleh dua pilihan, mengundurkan diri atau tetap bertahan. Jika pilihannya
mengundurkan diri, apakah kamu yakin lekas mendapatkan pekerjaan impian kamu? Apabila
bertahan pilihannya, apakah kamu mampu menyelesaikan pekerjaan yang menurutmu kurang
menyenangkan. Di sisi lain, dalam era yang serba canggih ini ada ribuan (mungkin jutaan)
lulusan baru yang siap menggantikan kamu. Ini fenomena sosial yang umum terjadi dan dialami
oleh hampir semua pekerja entry level.
Akan tetapi atasan selalu menuntut kita untuk tetap survive. Dan mungkin mereka tidak terlalu
peduli apakah ini pekerjaan yang sesuai dengan minat kamu atau tidak. Dengan situasi yang
seperti ini, kamu harus bisa beradaptasi di bidang baru dengan baik. Kamu sendiri pasti tidak
ingin mendapatkan surat teguran dari perusahaan gara-gara kinerjamu kurang maksimal kan
Atau dijauhi teman-teman kerjamu karena kamu sering mengeluh. Oleh karena itu, ada beberapa
cara mengatasi kerja yang tidak sesuai dengan keinginan.
Solusi:
Bicarakan dengan bos Anda. Katakan sewaktu Anda direkrut untuk perusahaan Anda, pembicaraan
mengenai pekerjaan yang dilakukan 90% berbeda dengan kenyataan di lapangan. Dapatkah dibicarakan
ulang mengenai perubahan ini dan apakah ada cara untuk Anda mendapatkan pekerjaan sepeti yang
awalnya dibicarakan?
Pastikan Anda mengatakannya dengan nada tenang dan kolaboratif, bukan frustasi dan marah. Hal ini
akan membuat reputasi Anda lebih sebagai problem-solver, bukan complainer.
Mungkin Anda akan mendengar pekerjaannya memang sudah diubah dan tidak ada hal lain yang bisa
dilakukan, namun bisa jadi pula sebaliknya, manajer Anda memikirkan ulang mengenai pekerjaan yang
seharusnya Anda lakukan.
Apa pun yang terjadi, setelah percakapan berakhir Anda akan lebih memiliki gambaran yang jelas
mengenai ekspektasi manajer di masa mendatang dan dapat membuat keputusan sebaik mungkin.
B. teori kepemimpinan yang perlu ketahui untuk menentukan gaya yang sesuai dengan karakter Anda.
Keenam teori kepemimpinan tersebut adalah sebagai berikut.
B. Menurut pendapat seorang ahli Louis R.Pondy “sumber yang dapat memicu konflik dalam
organisasi adalah sebagai berikut :
Pertama “konlik terjadi karena saling ketergantungan”, dalam menjalankan tugasnya antara
unit yang satu dengan yang lainnya saling ketergantungan, sehingga terjadi kompetisi dalam
memperebutkan otonomi dan koordinasi. Masing-masing unit akan memperjuangkan otonomi
yang lebih besar untuk kepentingan unitnya. Langkah ini akan berbenturan dengan langkah dan
keinginan organisasi dalam melakukan koordinasi. Semakin tinggi tingkat koordinasi dalam
memperjuangkan otonomi, maka semakin tinggi pula potensi konflik apakah itu antar individu,
kelompok maupun antar unit-unit dalam organisasi.
Kedua “sumber empuk pemicu konflik dalam organisasi lainnya adalah adanya perbedaan
dalam menetapkan prioritas dan tujuan”, dimana masing-masing unit pada umumnya hanya
memperjuangkan kepentingan dan tujuan dari unitnya masing-masing tanpa memperhatikan
tujuan dari unit lain hal seperti ini hanya akan memicu konflik antar unit dalam organisasi
menjadi subur.
Ketiga Faktor-faktor birokrasi, terkadang ada kesalahan dalam mendesain birokrasi, kesalahan
dalam desain birokrasi dan prosedur ini adalah sumber empuk konflik yang sangat potensial
dalam organisasi.
Keempat Ukuran kinerja yang tidak sesuai, hal ini masih berkaitan dengan faktor-faktor
birokrasi, hanya saja ini menyangkut tatacara melakukan monitoring, evaluasi dan penghargaan
yang berbeda antar unit satu dengan yang lainnya, yang pada akhirnya bisa menimbulkan
kecemburuan social antar unit, dan pemicu konflik ideal.
Kelima Memperebutkan sumber daya yang langka, hal ini sangat erat hubungannya dengan
ketersediaan sarana-sarana pendukung yang langka sehingga setiap unit saling berebut
pendukung yang langka sehingga setiap unit saling berebut untuk mendukung operasi unitnya
masing-masing.
Dari uraian di atas kita akan tahu apa yang menyebabkan konflik, dinamika dan peranannya
dalam organisasi. Ada pertanyaan kita dapat, bagaimana kita mengendalikan, menguasai dan
mengatasi konflik yang berperanan negatif maupun positif tersebut?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, berikut ada beberapa strategi dalam pengendalian konflik
organisasi diantaranya dengan menerapkan strategi sebagai berikut:
Starategi pertama dengan cara Penghindaran (advidance) atau penarikan diri, strategi ini
meliputi ketidak acuhan umum terhadap sebab-sebab dari konflik dengan membiarkan konflik
berlangsung terus menerus pada tingkat bawah, kondisi-kondisi yang terkendali hanya pada
bagian tertentu saja, bahkan bisa berupa sebaliknya konflik akan semakin memburuk. Metode
yang digunakan diantaranya seolah-olah tidak memperhatikan adanya konflik, dengan cara
pemisahan secara fisik dan mengadakan interaksi terbatas.
Starategi kedua dengan cara Memecah dan menyebar (diffusion), cara ini pemimpin dalam
mengambil keputusan harus sedikit bersabar menunggu sampai konflik diantara dua kelompok
menjadi berkurang emosionalnya.
Strategi ketiga dengan cara Penyesuaian diri (accommodation), dalam strategi ini paling
tidak salah satu pihak yang terlibat konflik usahakan untuk menempatkan kepentingan pihak lain
diatas kepentingan diri atau kelompoknya.
Strategi keempat dengan cara mendesain kembali Birokrasi dan reorganisasi, strategi ini
mengandalkan otoritas formal dan kepatuhan pada peraturan-peraturan organisasi yang
berlaku, personal control (pengendalian diri) akan diganti dengan hukum birokratik, ada
restruktur atau struktur organisasi harus dirancang kembali untuk mengurangi konflik.
Strategi kelima dengan cara Perundingan, strategi ini biasanya erat dengan hubungannya
dengan sumber-sumber yang ada, sehingga akan menimbulkan persaingan antar kelompok yang
berkepentingan dengan hal tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut maka sumber harus
ditingkatkan, atau tuntutan dari pihak-pihak yang bersaing harus diturunkan, dengan
mengadakan perundingan-perundingan.
Strategi keenam dengan Konfrontasi dan kolaborasi, strategi ini sumber konflik dicari,
didiskusikan dan bisa ditemukan, dimana ditekankan sekali betapa pentingnya kebersamaan dari
kelompok yang konflik.
Dari uraian diatas tipe pemimpin yang bagaimana yang bisa mengendalikan konflik baik itu
antar individu maupun antar unit/kelompok? untuk itu marilah kita telaah beberapa sifat
kepemimpinan warisan tradisional yang perlu atau diperagakan oleh setiap pemimpin yang biasa
disebut dengan istilah Hasthabrata. Pandangan ini bertitik tolak dengan sifat-sifat yang ada
pada alam diantaranya adalah :
Pemimpin bisa menjadi Matahari (Surya), dalam keseharian kita selalu menikmati sinar
surya atau mentari yang bersifat panas, penuh dengan energy, matahari adalah sumber
kehidupan. Tanpa matahari maka akan berakhirlah segala bentuk kehidupan, demikian juga
dengan pemimpin hendaknya dapat memberi semangat kepada bawahan sehingga suasana
menjadi hidup, enerjik dan penuh kreativitas dan dinamika. Seorang pemimpin hendaknya dapat
menimbulkan kinerja pada orang yang dipimpinnya.
Pemimpin dapat bersifat laksana Bulan (Candra), yang mempunyai sifat indah, sejuk,
menawan dan mampu menerangi kegelapan. Sebagai seorang pemimpin hendaknya dapat
memberikan keteduhan dan ketentraman batin bagi anak buahnya, dapat memecahkan persoalan
yang dihadapi bawahannya baik itu persoalan yang dihadapi bawahannya baik itu peroalan dinas
maupun pribadi. Dengan demikian seorang pemimpin akan dikagumi oleh anak buahnya.
Pemimpin dapat bersifat laksana Bintang (kartika), yang merupakan petunjuk bagi mereka
yang kehilangan arah, bintang bersifat sebagai pedoman bagi manusia yang memerlukannya.
Begitu juga dengan pemimpin hendaknya tingkah laku dan perbuatannya patut diteladani, dapat
dijadikan arah bagi tujuan individu, kelompok maupun organisasi.
Pemimpin dapat bersifat laksana Angin (Bayu), yang memiliki sifat merata, dan dapat
mengisi setiap ruang yang kosong. Angin mampu menembus dan masuk kesegala tempat.
Pemimpin hendaknya bersifat teliti, cermat dan dapat menyelami segala kehidupan anak
buahnya. Pemimpin hendaknya mampu mengumpulkan data yang tepat dan akurat sehingga
keputusan yang diambil lebih bijaksana.
Pemimpin dapat bersifat laksana Awan (Mega), yang memiliki sifat menakutkan. Tetapi
apabila awan berubah menjadi hujan, maka akan memberikan kesegaran dan kehidupan,
begitulah pemimpin hendaknya dapat bermanfaat bagi anak buahnya.
Pemimpin dapat bersifat laksana Api (Dahana), yang bersifat tegak dan tidak pandang bulu.
Siapa yang mendekat akan hangus terbakar. Begitulah seorang pemimpin hendaknya memiliki
suatu prinsip. Kata-kata dapat dipegang, konsekuen dan penuh tanggung jawab atas semua
perbuatannya. Ia bersifat adil, tidak pilih kasih, siapa yang salah dihukum dan siapa yang
berhasil diberi penghargaan. Artinya Pemimpin hendaknya bersifat tegas.
Pemimpin dapat bersifat laksana Lautan (Samudra), samudra itu bersifat luas, dapat memuat
apa saja bahkan bisa untuk menampung segala benda. Seorang pemimpin hendaknya memiliki
pandangan yang luas, sabar, artinya seorang pemimpin itu mampu menampung segala macam
persoalan dan mampu mencari penyelesaian.
Dan yang terakhir adalah bahwa Pemimpin dapat bersifat laksana Bumi (Bantala), bumi
bersifat kokoh dan sentosa, dia dapat menghancurkan segala macam barang yang tak berguna
menjadi bermanfaat. Artinya Pemimpin hendaknya bersifat luhur dan sentosa budinya, jujur dan
mampu memanfaatkan situasi dan kondisi.
Demikian sifat-sifat pemimpin yang diharapkan bisa menanggulangi konflik yang ada pada
organisasi yang dipimpinnya, mungkin dari tulisan tersebut diatas ada sedikit yang bisa menjadi
masukan seorang pemimpin dalam memecahkan suatu masalah dalam kemelut kepemimpinan
yang rumit dan yang menuntut tanggung jawab yang penuh untuk keberhasilan dalam mencapai
tujuan individu, kelompok maupun organisasi yang telah ditetapkan.
Untuk direnungkan, penulis disini menuliskan satu kalimat bijak, mungkin kata-kata bijak ini
bisa untuk menjadi rambu-rambu untuk para pemimpin dalam membuat suatu keputusan dalam
mencapai tujuan bersama dalam organisasi