Anda di halaman 1dari 4

Ikigai : Menghidupi Karir

Salah satu pertanyaan yang selalu muncul di setiap fase kehidupan itu “Mau jadi apa?”. Masuk ke
jenjang pendidikan dasar, jawabannya cukup sederhana : “Jadi Ranking 1”. Setelah lulus SD, naik
sedikit yaitu jadi medalis OSN.

Ketika SMA, pernah berpikir untuk jadi salah satu debater handal dunia. Seiring berjalannya waktu
pertanyaan ini jadi semakin sulit untuk dijawab, apalagi menyadari sudah saatnya mengaplikasikan
ilmu-ilmu yang telah ditimba sejak mengenal dunia. Tidak bisa ‘terlalu’ eksperimental lagi karena
menyangkut karir di masa depan.

Mulai ada urgensi untuk mempersiapkan karir yang lebih ‘steady’ untuk kehidupan yang lebih
bermakna. Tentunya di tingkat 3 perkuliahan ini saya dihadapkan dengan pertanyaan yang sama

Proses pencarian jati diri dan tujuan hidup inilah yang cukup menarik kalau ditelisik lebih lanjut.
Semakin bertambahnya usia biasanya jawaban atas pertanyaan “mau jadi apa?” terus berevolusi
menjadi lebih kompleks dan lebih personal.

Kompleks tidak selalu lebih muluk-muluk, ada yang jadi lebih realistis, mungkin juga ada yang punya
harapan lebih besar tapi seharusnya gambaran kehidupan yang diinginkan menjadi lebih detail, tidak
hanya di awang-awang. Hal ini wajar karena sangat terkait dengan experience dan value yang juga
mulai terpupuk seiring perjalanan waktu.
Dalam diagram venn di atas dijelaskan bahwa apa yang disebut dengan ikigai adalah irisan
dari “what you’re GOOD AT”, “what you LOVE”, “what you can be PAID FOR”, dan “what the
world NEEDS”. Kehilangan salah satu dari keempat komponen tersebut dipercaya bisa mengurangi
esensi dari kehidupan seseorang.

Ikigai diterjemahkan secara bebas menjadi ‘thing that you live for’, semangat yang mendorong kita
beraktivitas setiap hari, yang membangunkan kita dari tempat tidur dan memberi tenaga untuk
menjalani kehidupan.

Konsep ini menarik karena ikigai memadukan idealisme dengan realitas dunia yang ada. Di tengah
propaganda “follow your passion” yang sedang gencar-gencarnya, konsep ini menawarkan
pandangan yang lebih jauh terhadap cara memaknai karir. Karir yang dimaksud bukanlah ‘pekerjaan’
yang biasanya dicari setelah lulus kuliah. Pekerjaan adalah titel yang diberikan perusahaan pada
karyawannya, berkaitan dengan profesi.
Karir bukan merupakan sebuah titik dalam kehidupan. Karir itu mengenai diri kita. Karir itu milik kita.
Karir itu tentang perjalanan kita mencapai apa yang kita inginkan dalam hidup. — Rene Suhardono
(Your Job is Not Your Career, 2010)

Finding Ikigai

Proses pencarian ikigai pasti berbeda dan unik untuk setiap orang. Lama waktu dan approach yang
dilakukan setiap orang juga pasti punya kekhasan tersendiri. Jadi perlu ditekankan kalau tidak perlu
khawatir kalau belum menemukan rangkaian lingkaran yang pas.

What you are GOOD AT

Are you among the best in your workplace/community at this? How about in your city? In your
country? In the world?

Salah satu cara menemukan hal yang kita kuasai biasanya terkait dengan pengakuan dari orang lain.
Pengakuan ini bisa didapat dari berbagai macam cara contohnya mengikuti kursus dan mengikuti
kompetisi. Saya sendiri cenderung lebih memilih opsi kedua.

Kenapa? Karena dengan kompetisi banyak hal ++ lainnya yang bisa diperoleh, contohnya
pengalaman baru, teman baru, kesempatan jalan-jalan dan makan-makan juga tentunya. Selain itu
kompetisi juga menguji kemampuan kita secara komprehensif dengan pembanding yang lebih
objektif karena harus menghadapi kompetitor dari berbagai latar belakang keterampilan.

Intinya, dengan semakin sering memperoleh juara dalam kompetisi seharusnya kita semakin yakin
bahwa kita mahir dalam melakukan hal tersebut.

What you LOVE

Is what you’re doing something you’re truly passionate about? Could you enthusiastically talk about
your industry and/or career for hours on end?

Menemukan sesuatu yang benar-benar kita cintai itu tidak mudah. Analogi dengan proses pencarian
pasangan hidup lah kira-kira, karena memang sama-sama hal yang kita cintai, hanya berbeda
konteks saja. Lalu, bagaimana menemukannya? Walaupun masih belum 100% yakin, menurut saya
hal ini bisa diukur dengan seberapa antusias kita mengobrolkan hal-hal terkait karir kita.

Antusiasme ini berakar dari ikatan emosional yang kita miliki dengan karir yang dipilih. Kalau mau
mengukur diri sendiri biasanya saya menghitung berapa banyak porsi waktu yang bisa dihabiskan
untuk mendalami karir tanpa merasakan bosan atau jenuh.

What you can be PAID FOR

Have you ever been paid for what you do? If not, are other people being paid for this work?

Nah, dalam pencarian hal ini sebenarnya saya merasa sangat beruntung bisa berkuliah di jurusan
Teknik Informatika ITB angkatan 2016 ditambah bisa memperoleh beasiswa CS Leaders. Bisa dibilang
saya berada di “right place, right time”. Sejak tahun pertama, saya mendapat privilege untuk
memperoleh pencerahan terkait dunia kerja dan keprofesian lebih dini.
CS Leaders sangat mengencourage scholars untuk mulai mengikuti internship/magang sedini
mungkin bahkan sejak tahun pertama walaupun technical skills yang kita miliki masih sangat minim.

Awalnya ada keraguan “mana ada perusahaan yang mau mempekerjakan mahasiswa tingkat 1 yang
masih belum tahu apa-apa?”. Tapi setelah melakukan menjelajahi internet ternyata cukup banyak
platform-platform yang memfasilitasi mahasiswa dalam pencarian magang seperti, Glints.

Melalui platform seperti ini kepercayaan diri saya sedikit terangkat menyadari ternyata banyak
perusahaan yang memerlukan intern. Alhasil saya berhasil memperoleh penghasilan dari magang ini
sejak tahun pertama sesuai dengan karir yang saya pilih. Sejujurnya, masa-masa kuliah ini
membukakan mata saya tentang apa saja hal yang bisa kita lakukan dan dibayar (DISCLAIMER: tidak
selalu dengan uang).

Saya juga melihat banyak teman saya yang sudah memperoleh penghasilan tetap dengan menjalani
karir yang sudah dipilih. Cerita di atas cuma segelintir contoh pengalaman saya, tentunya banyak hal
selain magang yang bisa dilakukan contohnya mengerjakan proyek, menjadi pekerja lepas
(freelance) atau bisa juga dengan menjadi asisten mata kuliah.

What the world NEEDS

Are you helping to solve an actual problem?

Komponen ini sengaja ditaruh paling akhir karena ini merupakan pertanyaan paling sulit menurut
saya. Di tengah gegap gempita disrupsi ide dan solusi, sejatinya banyak orang ‘lupa’ untuk
menyelesaikan persoalan yang sebenarnya ada. Saya melihat masih banyak orang yang menciptakan
solusi untuk permasalahan yang sebenarnya ‘diada-adakan’.

World needs disini sejatinya tidak harus earth-shattering, scopenya bisa disesuaikan dengan arah
karir kita. Menjadi yang dibutuhkan dunia mungkin bisa sesimpel membantu satu atau sekelompok
orang melalui karir kita. Meskipun tidak mudah, tapi satu-satunya cara untuk membuktikannya
adalah dengan start doing it!

“I find out what the world needs. Then I go ahead and try to invent it” ― Thomas A. Edison

Orang menemukan ikigai dengan jalan dan caranya masing-masing. Mungkin bisa dalam waktu satu
tahun atau lebih dari satu dekade. But it’ll be worth the wait. Tetap semangat dalam pencarian
karena karir bukan hanya untuk dijalani tetapi untuk dihidupi !

Anda mungkin juga menyukai