Anda di halaman 1dari 4

TEKS CERAMAH BAHASA INDONESIA

HUSTLE CULTURE BERKEDOK HIDUP PRODUKTIF

OLEH :

NAMA : NI LUH PUTU MEISYA SARI SUPUTRI


NO : 20
KELAS : XI MIPA 1

SMAN 1 SINGARAJA
HUSTLE CULTURE BERKEDOK HIDUP PRODUKTIF

Marilah kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
keberkatannya sehingga kita bisa berkumpul di kelas hari ini. Semoga teman – teman diberikan
kesehatan dan semangat untuk menjalani rutinitas. Saya izin membagi sedikit informasi mengenai
‘Hustle Culture’ pada kesempatan kali ini, terimakasih atas waktu yang telah diberikan kepada
saya.
Kalian pasti sering mendengar kalimat, “ Kalau yang lain bisa, kenapa kita tidak? “ atau “
kalau kita ngeluh terus, gimana mau sukses? “. Kedua kalimat tersebut merupakan bukti nyata
bahwa banyak orang di Indonesia menganut prinsip yang dikenal dengan ‘Hustle Culture’.
Mungkin sebagaian dari kalian sudah tak asing dengan istilah tersebut, namun beberapa bisa saja
masih awam dengan istilahnya. Hustle Culture adalah gaya hidup atau budaya dari seseorang yang
mendorong mereka untuk bekerja tanpa henti dan istirahat dengan waktu singkat. Apakah teman
– teman ada yang memiliki orang tua demikian? Atau mungkin teman – teman sendiri yang
mengalami? Coba direnungkan.
Pada kenyataannya, orang yang menganut Hustle Culture tidak hanya berasal dari kalangan
orang dewasa yang sudah bekerja. Bahkan, Hustle Culture ini sudah dimulai ketika kita masih
menjadi siswa. Siswa diharuskan belajar dengan giat agar memperoleh nilai bagus, selanjutnya
nilai bagus akan digunakan mencari universitas impian, serta pada akhirnya mendapat pekerjaan
dan hidup berkecukupan. Ini menghasilkan paradigma bahwa bekerja serta belajar tanpa henti akan
menjadikan kita seseorang yang sukses, mirisnya masih banyak yang beranggapan bahwa hal
demikian adalah cerminan dari hidup produktif. Budaya yang sudah tertanam sejak masih belia ini
nantinya akan menciptakan generasi yang gila kerja. Generasi milenial saat inipun sudah mendapat
julukan workaholic, yaitu sebutan untuk orang yang gila kerja dan sangat mengutamakan
pekerjaannya. Mereka bekerja tanpa memedulikan waktu istirahat, akhir pekan atau liburan tetap
digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan. Padahal, hal sedemikian sangat berdampak buruk jika
terus dilakukan.
Berikut adalah ciri – ciri orang yang menganut Hustle Culture,

 Jauh dari Kata Work Life Balance


Seperti diketahui hidup ini memang memiliki banyak aspek dan tidak selalu terpaku pada
pekerjaan. Dapat diartikan juga work life balance ialah keadaan dimana terjalinnya
keseimbangan antara karir atau pekerjaan dengan kehidupan pribadi. Penting sekali untuk
diperhatikan bahwasannya jika sudah tidak ada waktu untuk diri sendiri, tidak ada prioritas
waktu luang untuk hobi atau kesukaan lain, tidak peduli perihal asmara hingga sangat
kurangnya waktu untuk istirahat, itu merupakan salah satu ciri terperangkap di hustle culture.

 Kerap dilanda Burnout Syndrome


Burnout syndrome ialah kondisi dimana menggambarkan situasi stress berat atau kronis
yang berimbas kepada seringkali merasa lemas serta mudah lelah fisik atau emosional dan
rentan sakit. Selain itu, dampak dari burnout syndrome ini pada jangka waktu panjang akan
memicu berbagai macam penyakit lain di masa mendatang.

 Mengalami Kekhawatiran Berlebih akan Pencapaian Orang Lain


Tak dapat dipungkiri hadirnya sosial media membuat orang secara tidak sadar seringkali
merasa iri dengan pencapaian orang lain yang dirinya sendiri belum sampai dan berada di fase
tersebut.

 Selalu memikirkan kerja dan tidak punya waktu untuk bersantai.


 Sering merasa bersalah ketika mengambil waktu istirahat.
 Memiliki target kerja yang tidak realistis..
 Tidak pernah puas dengan hasil kerja.

Teman – teman yang saya banggakan, cobalah kalian renungkan kembali, apakah kalian
mengalami ciri – ciri tersebut? Jika iya, kalian harus segera memperbaiki gaya hidup. Saya paham
bahwa sebagai seorang siswa tentunya kita memiliki cita – cita yang harus digapai, tetapi kita tidak
boleh lupa bahwa kita juga seorang manusia yang hanya memiliki kesempatan hidup sekali. Jangan
sia – siakan kesempatan untuk merasa bahagia, kesehatan adalah hal yang penting untuk
dipelihara.
Elon Musk pernah membuat tweet di Twitter yang mengatakan bahwa tidak akan pernah ada
yang bisa mengubah dunia dengan bekerja 40 jam dalam seminggu, cuitan ini menunjukkan bahwa
Elon Musk adalah salah satu penganut Hustle Culture. Siapa yang tidak kenal Elon Musk? Ia
adalah salah satu tokoh sukses di dunia, pasti banyak diantara kalian yang mengidolakan Elon
Musk, atau tokoh lainnya sepeti, Maudy Ayunda, Mark Zuckerberg, dan lain – lain. Namun
sayangnya, hal yang disampaikan Elon Musk di Twitter tidak dapat dibenarkan sepenuhnya.
Kalian harus paham terlebih dahulu keadaan serta kondisi diri masing – masing.
Hustle Culture ini memiiki dampak yang buruk jika terus menerus diterapkan. Berdasarkan
penelitian dari Mental Health Foundation, sekitar 14,7 % pekerja di Inggris memiliki masalah
kesehatan mental karena stres akibat bekerja. Penelitian lain menyebutkan bahwa Jepang memiliki
jumlah pekerja dengan masalah kesehatan mental tiga besar di antara rata – rata negara di dunia.
Selain masalah kesehatan mental, Hustle Culture ini juga mengakibatkan dampak negatif pada
kehidupan sosial karena tidak memiliki waktu untuk kehidupan sosial dan kehidupan pribadi.
Untuk menyikapi budaya workaholic ini, ada beberapa hal yang bisa dilakukan, yaitu tidak
membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Setiap orang memiliki waktunya masing-masing
untuk mencapai kesuksesan, bisa dalam waktu singkat atau lama. Kesuksesan setiap orang tidak
bisa dibandingkan karena proses dan faktor pendukungnya berbeda. Pastikan kalian terus
berkembang dan lebih baik dari hari ke hari dan lebih baik dari sebelumnya tanpa membandingkan
diri dengan orang lain. Selanjutnya, mencari hobi di luar pekerjaan. Kalian dapat bersantai dan
menyenangkan hati serta perasaan dengan menekuni hobi atau aktivitas selain pekerjaan. Jika
kalian tidak memiliki aktivitas lain selain bekerja, maka kalian akan terbiasa bekerja di waktu
senggang. Kalian juga harus memahami batasan dan kapasitas diri sendiri. Jika kalian merasa lelah
secara fisik dan mental dari pekerjaan, kalian dapat beristirahat sejenak dan mencari hiburan untuk
sementara waktu. Hindari menunda-nunda agar terhindar dari pekerjaan yang tidak pernah
berakhir dan perlu diselesaikan pada hari libur atau waktu luang.
Mungkin banyak diantara kalian yang mendambakan kehidupan yang produktif, namun
pahamkah kalian dengan maksud dari produktivitas yang sebenarnya? Produktif adalah suatu
keadaan dimana kita dapat melaksanakan semua tanggung jawab yang kita punya dengan optimal,
tanpa menyepelekan waktu istirahat. Produktif tidak diukur dari lamanya waktu melakukan tugas
kita sehingga menimbulkan perilaku yang mirip dengan ‘multitasking’. Padahal mencoba untuk
multitasking adalah hal yang tidak bisa dilakukan oleh banyak orang, yang ada hanyalah lompat
dari satu kegiatan ke kegiatan lain secara cepat. Kegiatan lompat fokus yang dilakukan akan
menyebabkan hasil kerja yang dakukan menjadi tidak optimal. Maka dari itu, mulailah untuk
meminimalisir lompatan kegiatan, lebih baik kalian fokus untuk mengerjakan satu hal terlebih
dahulu sehingga hasilnya akan optimal.

Anda mungkin juga menyukai