5 Dampak Buruk Hustle Culture, Pekerja Wajib Tahu!: Waspadai Budaya Gila Kerja Yang Tidak Sehat!
5 Dampak Buruk Hustle Culture, Pekerja Wajib Tahu!: Waspadai Budaya Gila Kerja Yang Tidak Sehat!
Tahu!
Waspadai budaya gila kerja yang tidak sehat!
Sayangnya, budaya ini tidak sepenuhnya bisa dibenarkan, lho. Pasalnya, ada beragam dampak
buruk yang bisa muncul jika hustle culture ini terus dilakukan. Mau tahu apa saja? Yuk, simak
ulasan berikut!
Bagi seorang hustle culture, sepanjang hari mulai dari pagi hingga malam hanya diisi dengan
bekerja, bekerja, dan bekerja. Padahal, antara waktu bekerja, pribadi, hingga sosial harusnya
dialokasikan secara seimbang.
Nah, kondisi ini akhirnya membuatmu kehilangan work life balance. Ingatlah, sebagai manusia
kita juga memerlukan waktu istirahat, bercengkerama dengan orang lain, ataupun me time juga,
lho. Jangan hanya berkutat dengan pekerjaanmu saja.
Memprioritaskan pekerjaan diatas aspek lainnya bukanlah pilihan yang tepat. Jika kalian masih
saja mengikuti hustle culture ini maka bersiaplah kesehatan fisik hingga mentalmu akan
terguncang. Potensi drop sewaktu-waktu bisa saja muncul akibat kelalaianmu menjaga
kesehatan diri.
Selain rentan sakit, bekerja secara berlebihan juga membuatmu rentan stres. Dalam jangka
panjang, hal ini akhirnya merembet kemana-mana. Ingatlah, jika tubuh kita juga ada batasnya.
Alih-alih mempercepat pencapaian tujuan, memaksakan diri di luar batas kemampuan justru bisa
menghambat kemajuan dirimu.
Pikiran yang diajak on terus tanpa jeda istirahat justru membuka potensi besar untuk stres. Stres
yang berkepanjangan akhirnya membuatmu burnout sehingga semangat kerja jadi menurun. Hal
ini tentunya membuat produktivitasmu ikut menurun juga, bukan?
Hustle culture ini memberi dorongan bagi kita untuk bekerja secara terus-menerus melebihi
orang lain agar bisa jadi yang terbaik. Namun, tahukah kamu hal ini justru bisa menciptakan
lingkungan kerja yang toxic?
Ketika setiap pekerja memiliki ambisi mencapai puncak, maka peluang terjadinya kompetisi yang
tidak sehat akan lebih mudah muncul. Melakukan cara yang kejam sekalipun rela dilakukan demi
pencapaian tujuan yang diinginkan.
Coba bayangkan, betapa lelahnya mental dan fisik kita jika dipaksa terus bekerja sepanjang
waktu. Bukankah kondisi yang tidak prima ini mempengaruhi kualitas kerja kita?
Hustle culture cenderung mendorong kita untuk fokus pada kuantitasnya saja. Menyelesaikan
pekerjaan dalam jumlah banyak dalam suatu waktu terkadang membuat kita kerap mengabaikan
makna tugas sebenarnya.