Artikel ini membahas mengenai dampak negatif dari multitasking dan cara mengatasinya.
--
Beberapa tahun terakhir, kamu pasti sudah tidak asing lagi melihat beberapa lowongan
kerja mencantumkan kemampuan multitasking yang baik dalam persyaratannya. Tapi,
tahukah kamu? ternyata hanya 2% orang dari populasi yang dapat melakukan
multitasking secara efektif. Multitasking adalah kemampuan untuk mengelola beberapa
tanggung jawab atau pekerjaan dalam satu waktu. Misalnya, staff administrasi yang sibuk
menjawab telepon sambil merespon email dari rekan kerjanya.
Di samping itu, salah satu pendapat yang sering kamu dengar mengenai melakukan
pekerjaan dengan multitasking adalah dapat meningkatkan produktivitas. Memang
benar, dengan multitasking kamu dapat menyelesaikan lebih banyak pekerjaan dalam
periode waktu yang lebih singkat. Tak jarang kamu juga merasa bisa menghemat banyak
waktu, sehingga dapat mengerjakan pekerjaan lainnya. Namun selain memiliki manfaat,
ternyata multitasking memiliki dampak negatifnya juga lho, khususnya bagi kesehatan
mental dan juga pada kinerjamu di tempat kerja.
Dikutip dari Boston Evening Therapy, efek dari multitasking juga dapat menjadi rasa
cemas. Hal ini karena otak mencoba untuk menangani terlalu banyak hal sekaligus, yang
mana secara alami otak kamu sebenarnya lebih nyaman untuk melakukan satu tugas
pada satu waktu.
Selain itu, ada alasan mengapa kamu merasa sangat lelah setelah seharian melakukan
banyak tugas yang berbeda. Ketika kamu mencoba untuk melakukan banyak tugas,
kamu sebenarnya tidak melakukan lebih dari satu aktivitas sekaligus, tetapi dengan cepat
beralih di antara tugas-tugas tersebut. Hal ini menghabiskan energi yang sama saat pada
saat kamu fokus satu tugas.
Poldrak mengibaratkan hal tersebut pada kasus siswa belajar dan menonton TV pada saat
yang sama. Pada kasus tersebut, informasi dari tugas sekolah masuk ke striatum, wilayah
khusus untuk menyimpan prosedur dan keterampilan baru, bukan fakta dan ide. Tanpa
gangguan TV, informasi masuk ke hipokampus, bagian kecil di otak yang berperan
penting dalam mengingat informasi baru, sehingga informasi yang didapatkan lebih
mudah untuk diingat kembali.
3. Kreativitas menurun
Menurut Dr. Paul Hammerness yang dikutip dari Harvard Health Publishing, orang yang
multitasking cenderung tidak menyimpan informasi dengan baik dalam memori kerja,
yang dapat menghambat pemecahan masalah dan kreativitas.
Kreatifitas biasanya dapat muncul ketika kamu mencoba fokus pada sesuatu hal. Namun,
karena melakukan beberapa pekerjaan sekaligus, memungkinkan fokusmu terpecah.
Sehingga akan berdampak pada kualitas pekerjaanmu.
Selain itu, seperti yang kamu ketahui bahwa kreativitas tidak dapat dipaksakan untuk
muncul. Ide-ide menarik yang dapat membantu aktivitasmu tak jarang muncul pada saat
kamu sedang kosong atau istirahat. Namun, karena banyaknya pekerjaan yang kamu
lakukan, malah menyita waktu yang sebenarnya dapat kamu manfaatkan untuk
memunculkan ide-ide menarik.
Ketika kamu mulai merasa tidak nyaman karena pekerjaan yang kamu rencanakan tidak
kunjung selesai maka akan mempengaruhi kualitas dari hasil kerjamu. Pekerjaan yang
dilakukan secara buru-buru akan membuat kamu melakukan lebih banyak kesalahan. Hal
ini dapat berupa kecerobohan yang disebabkan karena ingin menyelesaikan pekerjaan
dengan cepat.
Misalnya, saat kamu bertugas sebagai notulen dalam sebuah meeting. Namun, di waktu
bersamaan kamu harus menyelesaikan tugas untuk merespon email klien. Karena ingin
menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan cepat, maka kemungkinan akan meningkatkan
resiko kesalahan. Seperti, kamu salah mengirim email atau keliru mencatat informasi
yang ada pada meeting.
5. Menurunkan produktivitas
Hah, bukannya multitasking dapat meningkatkan produktivitas?
Memang benar, tetapi anggapan tersebut tidak selalu menjamin produktivitasmu akan
meningkat. Sejalan dengan menurunnya kualitas kerja, multitasking juga bisa membuat
produktivitas menurun. Berdasarkan artikel pada American Psychological Association,
kamu malah kehilangan 40% dari produktivitas jika melakukan beberapa pekerjaan
sekaligus.
Menurut Susan Weinschenk Ph.D dalam Psychology Today, istilah multitasking yang kamu
ketahui selama ini sebenarnya keliru. Menurutnya orang tidak dapat benar-benar
melakukan lebih dari satu tugas pada satu waktu. Melainkan hanya melakukan
perpindahan tugas dengan cepat atau lebih tepatnya disebut dengan task switching.
Ketika kamu merasa sangat ingin untuk melakukan banyak aktivitas ke dalam satu waktu,
maka tidak ada salahnya kamu untuk memilih hal yang paling penting untuk saat itu dan
fokus hanya pada hal tersebut. Kamu juga dapat menggunakan skala prioritas untuk
mengukur seberapa penting aktivitas yang ingin kamu lakukan. Sehingga dari sekian
banyak pekerjaan yang ingin kamu lakukan, paling tidak salah satunya telah berkurang
dan selesai.
Menurut Susan Weinschenk Ph.D, multitasking adalah musuh dari waktu kosong. Ini
mungkin terdengar seperti berlawanan, tetapi jika kamu berhenti sejenak memikirkan
pekerjaan atau masalah tertentu, kamu akan menemukan jalan keluar dari masalah
tersebut. Kreativitas bisa muncul saat kamu dalam keadaan benar-benar tenang tanpa
terbebani apapun. Kamu dapat mencoba berjalan-jalan, berolahraga, mendengarkan
musik, atau sekedar menatap langit untuk mengisi waktu kosong tersebut.
Bagaimana guys? Itu lah 5 dampak dari multitasking. Semoga artikel ini bisa menjadi
solusi ketika kamu harus melakukan multitasking dalam beraktivitas. Bagi kamu yang
ingin meningkatkan kemampuan dalam manajemen waktu, bisa langsung menuju Skill
Academy. Di Skill Academy terdapat kelas-kelas menarik dengan istruktur yang asik dan
profesional. Ayo terus kembangkan kemampuan untuk mencapai tujuanmu.
Referensi
Goldhill, Olivia (2016). Neuroscientists say multitasking literally drains the energy reserves
of your brain. https://qz.com/722661/neuroscientists-say-multitasking-literally-drains-
the-energy-reserves-of-your-brain/ [Daring] (Diakses 7 Juni 2021)
Pikos, Anna Katharina (2017). The causal effect of multitasking on work-related mental
health: The more you do, the worse you feel. Hannover Economic Papers. No.
609. http://hdl.handle.net/10419/172863