Anda di halaman 1dari 13

HUSTLE CULTURE DI INDONESIA

PENGERTIAN HUSTLE CULTURE


Hustle culture merupakan orang-orang yang sangat gila untuk bekerja sehingga seolah-
olah mereka berpikiran bahwa bekerja terus meneruus merupakan hal yang “produktif” dan
menjadi membentuk sebuah mindset dimana orang-orang akan menjadi sukses jika bekerja
dengan keras
Menurut Lugina Setyawati (dosen sosiologi UI) “ Huste Culture merupakan budaya yang
membuat xseseortang menganut workaholism atau gila kerja (tidak hanya formal namun
melakukan aktivitas apapun) contoh mahasiswa yang bekerja terus menerus.
Dalam Ultimagz, menurut McShane dan Von Glinow dalam buku Organizational
behavior, seorang workaholic sangat terlibat dengan pekerjaannya sampai mereka
mengesampingkan maslaah lainnya. Sehingga, prioritas utamanya adalah pekerjaannya.

Asal mula munculnya Hustle culture


- Gelombang neoliberalisme tahun 1980, negara melakukan liberalisasi dan deregulasi
pasar
- Di Indonesia, karena buah kapitalisme itu sendiri
- saat perkemangan teknologi sehingga generasi milenial dan generasi Z menjadi tertekan
karena fast paced lifestyle yang semakin menjadi-jadi karena adanya teknologi. Hal ini
dinamai dengan technocapitalism, orang-orang menjadi giat bekerja lebih lagi
- Hustle Culture berawal dengan timbulnya startup-startup atau enterreneur yang
menjadikan kita tertuntunt untuk menghasilkan sesuatu sehingga masyarakat, terutama
anak-anak muad tertantang untuk menjadi seperti elen musk atau steve jobs.
contoh : di youtube orang-orang gila untuk promosi kembali

Produktif menjadi di glorifikasikan oleh masyarakat. Contoh : bangga dengan mengerjakan


tugas sehingga pamer di sosial media , jargon-jargon seperti “don’t stop when ure tiured, stop
when youre done” “orang orang lain tidur kamu harus bekerja agar mimpi kamu terwujudkan”
“Work hard until your idol becomes your rival “ “I be grindin you sleepin”

Pemikiran Goal Orang Penganut Hustle Culture


- Orang-orang menjadi menganggap untuk mencapai tujuannya yakni hanya dengan
berkerja keras terus menerus tanpa berhenti.
- Hustle culture menjadikan kita menilai kesuksesan diri sendiri maupun orang lain dari
finansial saja padahal kesuksesan itu mempunyai berbagai macam definisi sendiri.

Dampak
- Budaya hustle ini menjadikan masyarakt menjadi orang-orang yang bisa disuruh-suruh
(adanya tuntunan pekerjaan bahkan untuk meneyenagni orang lain) sehingga yang
diuntungkan adalah oraqng yang mempunyai kekuasaan lebih dan mempunyai power
yang lebih besar.
- Hustle culture membuat kita jadi multitasking, memberikan engaruh buruk bagi
Kesehatan,

Di siswa dan pekerja sendiri, budaya hustle akan memberikan efek kesehetan dan mental. Akan
menimbulkan enyakit-penyakit dan Kesehatan mental akan memburuk (stress, burnout, dlll()

Hustle culture membuat kita jadi multitasking, memberikan engaruh buruk bagi Kesehatan,
Karyawan yang kebanyakn kerja : eksploitasi perusahaan (tenaga gede untuk kemajuan negara
tersebut. Yang kaya Cuma korporat dimana yg kerjanya Cuma dikit) , finansial itu kunci
kesusksesan

Hustle culture buah dr modern capitalism : menghargai individual gain yang serba duit
(pemerintah ngga bisa ngasih masynya kebutuhan-kebuthan yang baik) sehingga orang-orang
jadi lebih hustling terus terusan.
Budaya gila kerja sangat popular, khususnya di kota-kota besar metropolitan, khususnya di
Jakarta

Pandemi : gimana dimasas pandemic ini, kegiatan normal tidak terganggu karena WFH. Gimana
harus produktif walau diproduktif. Kenapa produktif jd obsesi?

Produktif : banyak kegiatan dalam sehari (pemikiran). Pandemi harus hustling kita mikirnya.
Menurut OECD: Produktifitas : bekerja dalam waktu lama mengurnagi tingkat produktifitas
(wokrhardd not equivalent with work efficient)

EFEK KE GENERASI MUDA


Milenial : sering burnout sama workaholic karena milenial harus kerja dan karena tekanan
lingkungan. Sistem neoliberalism kompetisi mayarakat gial banget. Klo ga banting tulang kelar
dah. Harus lakuin apapun untuk survive. Milenial : harus punya rumah mobil padahal harga
lebih tinggi. Harus bayar kebtuhan hidup. Di internalisasi dari kecil, harus belajar biar bisa di
terima di universitas yang bagus supaya ga jadi pengangguran. Ilmu yang didapet harus sesuai
dengan demand ekonomi (ilmu ini bisa ngasilin duit engga).
- efek : belajar karena untuk cari duit. Hustle culture adalah salah satu buah dari sistemik.
Diuntungin yang kuasa, powerful dan duit banyak.
- Orang biasa atau dibawah garis lingkungan gadapet benefit apa apa

Motivasi: SUKSES DI USIA MUDA

Ciri-ciir orang yang menjalani hidup hustle culture :


1. kerja terus meneur akan membawa keberhasilan
2. Uang dihasilkan untuk mebeli kebtuuhan tersier (hidup mewah)
3. Bangga dengan kesibukkanya sehingga pamer ke orang-orang
4. Kehilangan banyak waktu untuk diri sendiri maupun orang terdekat
Dampak Hustle Culture:
secara mental dapat menimbulkan kelelahan akibat bekerja, stress, the increasew of anxiety,
kematian karena kelelahan bekerja.

Di Indonesia
Di Indonesia sendiri, berdasarkan UU No 13/ 2003 tentang Ketenagakerjaan mengatur durasi
bekerja dalam seminggu adalah 40 jam, dan apabila lebih dari itu dihitung lembur atau
mendapatkan insentif. Namun berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional tahun 2019, 60%
pekerja di Jakarta bekerja lebih dari 40 jam per minggu.

Berdasarkan Kemenkes (2017) sebesar 60,6% pekerja industri kecil menengah mengalami
depresi serta 57,6% mengalami insomnia.

Berdasarkan business insider:


Jakarta berada di urutan 9 dari 10 negara yang gila kerja dengan waaktu rata-rata 40,4 jam per
minggu

EFEK KE GENERASI MUDA :

SAATNYA ORANG-ORANG UNTUK MEMUlai perbaiki pola hidup dengan cara mengetahui
kapasitas diri untuk beristirahaty dan kapan untuk bekerja
Life is not about catching up money and material standard shaped by society. I found
it’s both ambitious of youth nowadays and toxic lifestyles. Think again. Busy is not
always means productive. And your life isn’t solely a money but also life itself.

You make your own descision


Pertanyaan untuk Survey

1. Berapa umur anda? 

a. <17

b. 17-22

c. 23-28

d. 29-34

e. >34

2. Apa Jenis Kelamin anda? 

a. Wanita 

b. Pria 

c. Other 

3. Apa pekerjaan anda? 


4. Apakah anda sering merasa bersalah jika anda tidak melakukan sesuatu yang produktif?
A. Sangat sering
b. sering
c. jarang
d. tidak pernah
5. Disaat anda bekerja, Apakah anda pernah terbesit mempunyai intensi untuk membuktikan ke
orang bahwa anda bisa lebih daripada orang lain?
a. Pernah
b. tidak pernah
6. Apakah anda pernah merasa bangga dengan kerja keras anda untuk mencapai sesuatu
meskipun mengorbankan waktu istirahat anda?
a. pernah
b. tidak pernah
7. Biasanya apa alasan anda untuk bekerja keras atau untuk selalu menjadi produktif?
______________________
8. Apakah anda mengetahui tentang hustle culture?
a. ya
b. tidak
9. *Penjelasan mengenai hustle culture*
10. Darimana anda mengetahui hustle culture
a. Tidak tahu 

b. Sosial media 

c. Website 

d. Teman 

e. Keluarga 

f. Other

11. Menurut kalian apa penyebab dari seseorang berada pada hustle culture ini?

_______________

12. Menurut anda apakah budaya hustle ini dapat berdampak pada diri seseorang?

a. ya

b. tidak

13. Jika memilih iya, menurut anda apa dampaknya?

________________

14. Di lingkungan anda apakah lingkungan anda termasuk lingkungan yang terjerat di hustle
culture ini?

a. ya

b. tidak
15. Menurut anda, apa solusi yang tepat untuk menghadapi atau melawan hustle culture ini?

_________________

https://www.depokpos.com/2021/01/fenomena-hustle-culture/#:~:text=Tak%20hanya%20itu
%2C%20hustle%20culture,kematian%20karena%20kelelahan%20akibat
%20bekerja.&text=Selain%20berdampak%20buruk%20pada%20kesehatan,dapat
%20mempengaruhi%20pada%20kesehatan%20fisik.
https://ultimagz.com/opini/hustle-culture-gaya-hidup-si-penggiat-kerja/
https://www.brilio.net/creator/hustle-culture-sisi-gelap-gila-kerja-be4d94.html
https://www.depokpos.com/2021/01/fenomena-hustle-culture/#:~:text=Tak%20hanya%20itu
%2C%20hustle%20culture,kematian%20karena%20kelelahan%20akibat
%20bekerja.&text=Selain%20berdampak%20buruk%20pada%20kesehatan,dapat
%20mempengaruhi%20pada%20kesehatan%20fisik.
Wawancara :
1. Naman: Yudhistira Gowo Samiaji
2. pekerjaan: Mahasiswa Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia
3. Domisili : Jakarta Selatan
3, umur: 19 tahun

1. Apakah pernah merasa bersalah saat tidak mengerjakan sesutatu atau tidak produktif?
2. Mengapa anda merasa bahwa harus menjadi produktif?
3. Produktif menurut anda sendiri apa?
4. Biasanya anda lebih memilih menunda istirahat utnuk memngerjakan pekerjaan atau
tidak?
5. Apa yang mendorong anda untuk terus bekerja terus menerus?
6. Biasanya anda bekerja/kuliah berapa jam sehari?
7. Apakah itu sudah termasuk waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas atau kerjaan
lainnya?
8. waktu tidur anda biasnaya berapa lama kalau ada kerjaan?
9. Anda pernah merasa bangga dengan hal itu tidak? atau pamer ke sosial media atau
teman?
10. Apakah ada faktor-faktor yang membuat anda seperti itu?
11. kalau berbicara di konteks pandemic ini, apakah workaholic anda semakin parah atau
tidak? mengapa?
12. Apakah ada yang pernah memberi tahu anda soal ini?
13. Apakah anda mengetahui soal hustle culture?
14. Apakah sebenarnya anda sangat aware mengenai hustle culture di lingkungan anda atau
hanya biasa saja?
15. Apa dampak yang anda rasakan dari hustle culture ini bagi diri anda?
16. Apa yang biasanya anda lakukan untuk menghadapi hustle culture ini?
17. Menurut anda yang membuat budaya ini terbentuk di lingkungan anda sendiri?
18. Menurut kamu 24 jam ini cukup tidak untuk mengerjakan tugas-tugas atau pekerjaan
anda?
19. Hustle culture ini menurut anda kenapa kental banget di kota-kota besar? Apa yang
menyebabkan?
20. Apakah kamu sebenarnya ingin keluar dari budaya ini? mengapa?

1. pernah. I pernah ngerasa gitu klo ga ngapa-ngapain trs geliat orang keknya working hard
banget gitu aaarfgh. Apalagi ini kerasa banget klo procrastinate trs ngeliat orang lain produktif
tuh kayak haduh.
2. produktif itu depends sih. not being producivte is not using ur time wisely. and wow im so
fucking not productive.
3. . Most of the time well I kan orangnya cukup santuy yak lo diliat dari jakartanians yang lain
tapi yeah I sibuk ini itu and make myself always productive by doing those stuff. Jadi yaa aku
ngabisin waktu sebusa I baut do something and always do my work everytime I finish my other
work. BUT! I prefer some of my work I did them like near the deadline and I have much time to
give myself to think n marinate my brain
4. belajar doang, 8 hours dipending on the class, dna ngerjain tugas tambahan 2-3 jam per day
5. kuliha nyita bgt gaguna omg gw bener-bener jadi harus ngejar something yang bahkan gw
gatau tujuannya apa terus u tau ga sih gw tuh jadi ga bisa ga harus produktfi karena kek all my
friends especially di fakultas ekkonmi tuh kek bitch u have to be succedss cuz this goal of this
faculty is money
6. because I finish it, jd I bangga gitu sama kerja keras I tapi iya sih jujur waktu I kek did my stuff
until midnight for examples I tend to tell all my friends that I pulling an all nighter and hoping
that people will give emphaty to me(?????)
7. fakotr maybe insecurities, terus money. to refresh their mind and money is their value. they
want to thing about what they have. money is to shoo away their problem. Insecurities, mereka
coba cover it up woth money. Society push em and they thing its like klo punya duit ure like
more kelas sosialnya lebih tinggi
8. YES there is no typical barriers to not work. and yes probably will be harder. using pandemic
“PROPERLY”, where people always say that you gave to be productive during pandemic and
during quarantine cuz don’t wate your time and I think that that’s how people started to think
like oh oek gw harus produktif nih no matter what
9. hustle culture, social gain. hustle is to be part of social class of people. replicate of
entrepereneurs. were hustling but acting ure doing hardwork. gue tau ini diskusi sama orang-
orang sama temen gituh sih
10. lingkungan ini arah bgt sih. gw kan di ekonomi bisnis, ini tuh repitotor of hustle culture.
Ekonomi tuh strong bgt hustle culturenya. Mereka ga aware mereka gamau ikut di culture in,
they want the power from the society and cuan. they are aware but mereka denial mereka
hustler jadi mereka terpaksa. Gw mau ini gw harus kerja.
11. buat ngehadapi aku coba nyari apay g kau lakuin, know what I want in long term. people
only want money!. I might eb know what I want so I try to elaborate my goal so Im trying to
limit my hustler side. Jika u memikirkan time management, u are in hustle culture. Hustle
culture itu lebih step back and have lacks in your schedule is okay and u don’t have to force
yourself. your condition is plaign an important role to your surrounding too, But I know the fact
that this ciltire itu tuh gabisa terhindarkan I think need to be adapted rather than go away I
guess idk

12. Young people bakal keimpaact banyak bgt sih, burn out sih itu bahaya bgt and especially
mental health issue such as anxiety I guess and I think that depression can be the cause of this
hustle culture due to the tight competitiveness of nowadays society.
13. I mau semua orang get out from this. I gasuka ngelit kamu sm orang2 burn theirselves. this
ciulture memberikan damapk besar and I think that this not healthy for them.
14. I think culture ini bisa hilang tapi in a very long time. jadi kayak 300 tahun from nowi guess?
15. sosial media. validation: mereka trying to validated to themselves klo mereka itu bagus. and
I think itu bukan selamanya buruk but those thing si kinda unhealthy because this makes
people think that being up until late night is cool and this leads them to be known by people
that work hard has to be like that.
16. I ngeliat orang lain yang hustle culture itu kasian krn mereka gatau apay g mereka mau. aku
gainget spesifik moment orang-orang itu but the think is aku selalu kasian ngeliat oang-orang
kek gitu.
17. jujur ali kurang tau klo bagaimana di lingkungan toxic ini dma a orang2 udh nyaman sm
hustle culture what I have to do ke mereka itu kek aku masih bingung gitu.
18. dampak ini mereka aware namun mereka ga peduli dengan dampak hustle culture ini.
19. asal mulanya di Indoe tuh kekny dari amerika yg ngajarin kapitalisme gituh

mereka tidak aware dengan ini

Hasil brainstorm:
SOLUSI RANCANGAN:
Melihat dari target sasaran yakni untuk remaja akhir (17 hingga 25 tahun), mereka
cenderung menggunakan sosial media untuk mencari tahu informasi-informasi yang ada di
lingkungan sekitarnya, khususnya kota Jakarta yang dimana-mana serba cepat. Tidak hanya itu
masyarakat Jakarta sangatlah trendy dan mengikuti arus trend dengan cepat, oleh karenanya
sering menjadi trendsetter bagi wilayah lainnya. Mereka sangat menyukai sesuatu hal yang
berbeda, berani dan aesthetic. Masyarakat remaja akhir di kota Jakarta juga terbilang mudah
bergaul meskipun sifat individualismenya cukup tinggi. Mereka bersahabat dan cukup open
minded.
Masyarakat Jakarta khususnya remaja akhir sangat menyukai membuat konten atau
menikmati konten di sosial media, sehingga mereka sangat maju dalam bidang teknologi dan
mencari informasi karena ketersediaan teknologi yang sangat maju. Mereka juga tidak
menyukai hal-hal yang lambat, maka dari itu dibutuhkannya minimalisir dalam hal tulisan. Oleh
karenanya dapat disimpulkan bahwa mereka menyukai kesenian modern (dalam gaya
visualnya), kekinian, cepat dalam medianya, berwarna-warni dan mempunyai banyak visual.
BENTUK RANCANGAN:
Melihat dari survey dan data yang telah terkumpul, banyak yang belum mengetahui
tentang Hustle Culture ini, namun mereka menjalankannya tanpa mereka sadari sehingga
mereka seperti membuat culture yang terbilang toxic ini menjadi kehidupan mereka yang
seharusnya tidak terjadi. Melihat dari data yang terkumpul pula, mereka menjadi berlomba-
lomba untuk menjadi produktif hingga mengorbankan waktu istirahat mereka dan sering
membanggakan hal tersebut. Mereka juga menjadi tidak mengetahui tujuan pekerjaan mereka
apa. Oleh karenanya karena ketidaksadaran/ketidaktahuan ini dan dimana hal ini menjadi tidak
sehat karena mereka menjadi bangga dengan sesuatu yang mereka sendiri tidak tahu
tujuannya, maka dibutuhkannya sebuah informasi untuk memberitahu mereka bahwa ini tidak
baik sehingga kerjakanlah pekerjaan tanpa harus dilebih-lebihkan dan tidak perlu
membanggakan suatu hal yang merusak kehidupan diri.
Informasi dari perancangan ini akan memberikan informasi berupa hustle culture secara
general hingga dampak yang terbukti ada dari hustle culture ini. Kemudian, perancangan ini
akan memberikan informasi bahwa hal melebih-lebihkan tersebut dan bangga akan tersebut
tidaklah baik untuk diri sendiri.

Point-point:
1. Menggunakan media yang instan dan dekat dengan kehidupan remaja akhir
Sosial media (Instagram, Twitter, Youtube)
Internet (website, aplikasi)
2. Cepat, praktis dan efisien
3. Kekinian
4. Menarik dari segi visual (mempunyai warna yang menarik, perbanyak visual dan
meminimalisirkan tulisan)
5. Informatif (mengenai hustle culture dan mengapa bekerja berlebihan itu tidak baik
dan bukan menjadi suatu kebanggaan). Memberikan informasi mengenai worklife balance dan
hal ini yang patut dibanggakan
7. Interaktif

Anda mungkin juga menyukai