penjurusan? Katanya sih, penjurusan ini punya tujuan untuk bikin siswa jadi
fokus sama salah satu rumpun ilmu pengetahuan tertentu. Berarti idealnya
nih, lo yang belajar IPA akan lebih fokus belajar tentang ilmu-ilmu yang
mempelajari bagaimana alam ini bekerja seperti Fisika, Kimia, dan Biologi.
Sementara lo yang jurusan IPS akan lebih ngulik ilmu tentang interaksi sosial
masyarakat seperti Sejarah, Ekonomi, Geografi, dan Sosiologi. Cuma
masalahnya, apakah betul pemisahan jurusan antar IPA dan IPS betul-betul
merepresentasikan konsep itu?
Sebelum lanjut, gua mau cerita pengalaman kecil gua beberapa waktu yang
lalu dicurhatin sama sepupu yang baru aja memutuskan jurusannya.
Berhubung sepupu gua ini seneng debat ngikutin perkembangan politik dan
ekonomi mancanegara, dia memilih IPS sebagai penjurusan di masa SMA-
nya. Setelah sebulan menjalani kegiatan belajar-mengajar, sepupu gue
mengeluh bahwa dia selalu dibanjiri dengan pertanyaan sama teman-
temannya
Cuma karena gak mau dicap sebagai "anak kurang rajin belajar jadi gak
mampu masuk IPA" jadinya milih jurusan yang sebetulnya bukan minat dia.
Sebaliknya, siswa yang nilai akademisnya kurang oke jadi terpaksa masuk
IPS karena standard nilai untuk masuk penjurusan IPA lebih tinggi daripada
jurusan IPS, padahal mungkin sebetulnya minat anak ini lebih suka topik
yang berkaitan dengan ilmu alam, cuma karena dia males belajar aja jadi
terpaksa masuk IPS.
Nah, menurut gua sih idealnya baik lo yang mau masuk jurusan IPA atau IPS,
dua-duanya harus punya standar sendiri-sendiri. Jadi, konsepnya bukan yang
gak lulus jurusan IPA, langsung dimasukin ke jurusan IPS. Tapi dilihat dulu,
apakah anak tersebut emang layak untuk masuk jurusan IPS atau enggak.
Intinya setiap siswa diberikan kebebasan untuk memilih jurusan-nya sesuai
dengan minat mereka masing-masing, yang tentu cermin yang paling mudah
untuk melihat minat adalah nilai akademis masing-masing pelajaran. Terlepas
dari nilai akademis itu, emang sebaiknya penjurusan itu dikembalikan lagi
pada keputusan masing-masing siswa.
So, dengan ada standardisasi dan konsep seperti itu, sebetulnya nggak perlu
ada tuh jenjang superioritas-inferioritas di antara dua bidang tersebut. Baik
IPA maupun IPS sebetulnya sama-sama membutuhkan kompetensi yang
berbeda-beda dan setiap pelajar bisa jadi bener-bener jago di bidangnya
masing-masing.
Mitos #2 :Anak IPA kuat di
hitungan, IPS lebih kuat di
hafalan
Ini adalah salah satu stereotype yang dari dulu sampe sekarang awet banget
nempelnya di masyarakat. Seolah-olah tingkat kecerdasan siswa itu cuma
dibagi jadi dua tolak ukur doang: hitungan dan hafalan. Kalo lo jago hitungan
ya itu tandanya lo cocok masuk ke jurusan IPA, kalo lo jago ngehafalin,
berarti lo cocoknya masuk jurusan IPS. This is so wrong in so many ways!
Nggak ada satu pun pelajaran hitungan di IPA, baik Fisika, Kimia, dan
Biologi itu sama sekali bukan pelajaran berhitung. Kalau pun ada yang
namanya pelajaran berhitung, yang paling deket itu ya pelajaran
Akuntansi, itu pun malah dia lebih pas masuk ke jurusan IPS.
Nggak ada satu pun pelajaran di IPS yang menuntut hafalan, kalo
sekarang lo yang di jurusan IPS masih banyak ngehafalin materi
pelajaran, berarti cara belajar lo yang keliru. Baik Sejarah, Sosiologi,
Ekonomi, maupun Geografi itu pelajaran yang menuntut pemahaman
konseptual yang komprehensif. Sementara kalo lo udah ngerti
konsepnya, dengan sendirinya juga lo akan hafal sama istilah-istilah
yang digunakan.
Nih ya, gua mau bahas sedikit pembedahan tingkat kecerdasan yang jauh
lebih bener daripada pembagian hafalan-hitungan. Berdasarkan Blooms
Taxonomy, kemampuan manusia dalam domain kognitif terbagi menjadi tiga
aspek, yaitu:
Nah untuk bisa belajar dengan cara yang bener, lo justru jangan cuma sampai
ke level-1 doang, tapi lo juga dituntut untuk mengolah knowledge itu menjadi
level 2: comprehension hingga ke level 3: analysis, evaluation, dan synthesis.
Konsep inilah yang selama ini dibahas sama Glenn di artikel sebelumnya
tentang perbedaan studying dengan learning.
So, menurut gue, baik ketika lo masuk jurusan IPA ataupun jurusan IPS,
hapalan dan itungan itu bukanlah hal yang patut lo pusingin. Justru hal yang
harus lo pastikan adalah apakah lo paham dengan apa yang disampaikan oleh
guru/apa yang sedang lo pelajarin. Ketika lo udah paham sama suatu konsep,
secara otomatis lo akan familiar dengan konsep tersebut, dan tanpa intensi
untuk menghafal, lo akan hafal istilah-istilah dan rumus-rumus itu dengan
sendirinya. Pas SMA, gue punya prinsip Yang penting ngerti dulu, kalau
hafal mah itu bonus buat gue.
Istilah science artinya kita mempelajari ilmu yang bisa diamati dan bisa
direpresentasikan dalam dunia nyata, pembuktiannya disebut
dengan evidence. Sedangkan inti dari matematika itu adalah abstract
modeling dari logika dimana pembuktiannya biasa disebut dengan proof. Jadi
matematika merupakan ilmu pengetahuan murni yang bersifat abstrak dan dia
bisa berdiri sendiri tanpa sokongan ilmu-ilmu lain.
So, Matematika itu sama sekali nggak identik sama hitungan apalagi jurusan
IPA. Matematika itu gak nyambung sama sekali sama ilmu alam maupun
hitungan. Jadi sebetulnya baik jurusan IPA maupun IPS harus sama-sama
menguasai pelajaran matematika dengan baik, karena konsep-konsep dasar
dari matematika bisa diterapkan untuk membantu cabang-cabang ilmu
lainnya dalam proses pengembangan ilmu tersebut.
Mitos #4: Anak IPA bisa
masuk semua jurusan
kuliah, anak IPS cuma bisa
soshum
Ketika gue SBMPTN, banyak temen gue yang ngeluh karena anak-anak IPA
dianggap sering mengambil lahan anak-anak IPS ketika memasuki
jurusan-jurusan pas mau kuliah.
Sebetulnya sih, hal ini ada benernya juga, mengingat banyak banget anak-
anak yang dulunya berada di jurusan IPA tapi pas SBMPTN ngambil jurusan
IPC supaya bisa ambil jurusan IPS pas kuliahnya. Termasuk gue juga dari
jurusan IPA emang akhirnya milih ngambil Psikologi di UI, hehe..
Terus biasanya kalo anak-anak IPA yang ngambil IPC ada yang lulus pas
SBMPTN-nya dalam ngambil jurusan seperti Psikologi, Ekonomi, atau
Hubungan Internasional, langsung pada menggerutu seperti ini.
Kita semua sebetulnya juga tau kan, kalo jurusan IPA mupun jurusan IPS
sebetulnya bisa aja kok daftar IPC pas SBMPTN. Tinggal seberapa niat aja lo
belajar sebelum SBMPTN dan seberapa siap elo untuk ngehadapin
persaingan untuk mendapatkan jurusan di universitas tersebut.
Jadi seharusnya nih, baik jurusan IPA maupun IPS ya kembali pada
kompetisi yang fair dan sejajar sebagai sesama intelektual muda untuk bisa
mendapatkan jurusan kuliah dan universitas yang diinginkan.
Sekilas info aja, sejauh yang gua tau para pengguna zenius dari bertahun-
tahun belakangan ini udah buanyaak banget kok yang berhasil lolos
SBMPTN lintas jurusan dengan mengambil IPC atau malah langsung
nyebrang (IPA ambil SBMPTN Soshum / IPS ngambil SBMPTN saintek).
Intinya sih emang tinggal seberapa besar lo berusaha dan berjuang, berikut
ini beberapa catatan perjuangan mantan murid zenius dari tahun ke tahun :
So, in the end, gue cuma mau nekenin kalau sebenernya IPA dan IPS itu
bukanlah dua disiplin ilmu yang berlainan satu sama lain, bukan juga dua
disiplin ilmu yang berada di satu kontinum yang sama (maksudnya gak bisa
dibandingin kalo ilmu X lebih baik dari pada ilmu Y). Setiap cabang ilmu
pengetahuan menurut gue memiliki landasan berpikir masing-masing tapi
ilmu-ilmu tersebut juga bisa terintegrasi satu sama lain dalam menjelaskan
segala hal yang terjadi di alam semesta ini. Pemisahan antara "alam" dan
"sosial" sebetulnya hanyalah simplifikasi dan label untuk melihat suatu
fenomena dari satu sudut pandang tertentu.
Nah, dari contoh fenomena wabah Black Death yang gua sedikit kupas di
atas, kita jadi punya gambaran komprehensif terkait fenomena-fenomena
tertentu di lingkungan kita dengan melihat dari berbagai macam sudut
pandang, baik segi alam maupun sosial. Selain itu, kita juga bisa mengambil
kesimpulan yang tepat terkait suatu fenomena kalau kita bisa
menganalisisnya dari berbagai sudut pandang dan memilih sudut pandang
mana yang paling pas dan bisa menjelaskan fenomena-fenomena yang kita
analisis. Akhir kata pesen gua cuma satu, bahwa sebetulnya yang namanya
ilmu itu gak bisa kita kategoriin sebagai IPA atau IPS, itu sebetulnya cuma
label agar memudahkan untuk dipelajari doang. Karena pada hakikatnya,
alam semesta ini bekerja dan berinteraksi dalam satu kesatuan sebagaimana
adanya kita lihat sekarang ini, dan pembagian ilmu itu hanyalah penalaran
kita untuk memudahkan cara kita memandang suatu fenomena yang terjadi.