Anda di halaman 1dari 43

POLA PENGAJARAN PENALARAN BAGI

SISWA SMA
MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKATIF
DENGAN METODE BERARGUMENTASI
PENDAPAT

Kasdi Haryanta
NIM 20102806003

Pascasarjana Universitas Sriwijaya


Palembang
2011
Latar Belakang Masalah
 Problem yang dihadapi oleh bahasa
Indonesia tidaklah sebatas hanya
persoalan linguistik, pada aspek fonologi,
morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,
dan etimologi.
 Di sisi lain terdapat dimensi penting yang
perlu disoroti mengingat penggunaannya
dalam komunikasi seharí-hari amat
diperlukan.
Lanjutan Label
 Faktor yang dimaksud ádalah penalaran yang
masih terasa kurang diperhatikan sehingga
sering menimbulkan salah tafsir atau
interpretasi berbeda dengan yang dimaksud
pembicara.
 Kurikulum mata pelajaran Bahasa Indonesia
SMA sesungguhnya sudah mengandung
materi ajar penalaran. Namun hal ini sering
diabaikan oleh guru sehingga materi yang
dibahas barulah pada tahap sederhana,
 Padahal, aspek ini amat penting dan
berperanan untuk membimbing dan membina
kompetensi maupun performansi penalaran
anak didik.
 Mayoritas guru hanyalah mengajarkan
formulasi silogisme sebagai antisipasi
menghadapi ujian nasional.
 Kondisi dan keadaan seperti inilah yang perlu
disikapi inovatif dan cerdas oleh guru yang
bersangkutan sehingga anak didik akan
merasakan manfaatnya di kemudian hari, baik
untuk berkomunikasi maupun dalam tanggung
jawab profesinya.
Rumusan masalah
Penalaran belum dioptimalkan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia tingkat SMA.
Pola penalaran amat membantu kemampuan
berpikir dan sikap kritis siswa dalam menerima
informasi atau opini.
Tanggapan, saran, sanggahan, dan kritik yang
baik dan benar belum membudaya secara ilmiah
sehinga bisa dikatakan masih sebatas keberanian
semata.
Guru perlu memiliki kompetensi dan performansi
dalam pendekatan dan penggunaan metode
penalaran.
Tujuan Pembahasan
 Mengajarkan kerangka berpikir yang
benar kepada siswa
 Membimbing sikap kritis siswa tentang
kesalahan penalaran atas informasi atau
suatu opini.
 Mengajarkan cara memberikan
tanggapan, saran, sanggahan, dan kritik
dengan baik dan benar.
 Mengetahui pendekatan dan metode
yang tepat untuk penyampaian materi
pembelajaran.
TINJAUAN PUSTAKA
 Bahasa yang digunakan dalam suatu komunitas
memiliki seperangkat kaidah yang harus
dipatuhi oleh para penggunanya.
 Aspek yang dimaksud dalam hal ini adalah tata
bunyi, tata kata, tata kalimat, tata makna, tata
paragraf, tata wacana, santun bahasa, asal-usul
kata, makna kata, maupun aspek lain.
 Aspek-aspek ini berlaku secara normatif dalam
bahasa yang digunakan oleh para penuturnya,
meski tidak diberlakukan sanksi yuridis bila
terjadi pelanggaran.
Charles A. Ferguson (Language
Planning Processes) dikutip Mansur
Muslich dan I Gusti Ngurah Oka
(2010: 1)

 Ada aspek karakteristik bahasa,


pemakai, serta `sejarah pemaksaan`
pemakaian oleh penguasa.
 Bahasa bersifat dinamis, aktif, berubah
dan berkembang selaras dengan taraf
budaya dan peradaban komunitas
penggunanya.
LANJUTAN
 Komunitas pengguna belum tentu
memahami linguistik bahasa yang
digunakan dengan benar.
 Akibatnya, dalam komunitas seperti ini
pengguna bahasa tidak memedulikan atau
tidak mengetahui kaidah yang diberlakukan
sehingga tidak mengetahui bahasa yang
benar dan berlaku dalam komunitasnya.
 Hal ini amat erat kaitannya dengan
keterdidikan masyarakat penggunannya.
LANJUTAN
 Persoalan ini berhubungan juga dengan
aspek penalaran, meskipun aspek ini
bersifat universal.
 Maksudnya, kaidah penalaran bisa
diterapkan melalui bahasa apa pun tanpa
mengusik kaidah yang berlaku.
 Sikap penalaran yang benar dan kritis
justru berbanding lurus dengan ilmu
bahasa dalam komunitas. Pembakuan
bahasa lebih mengungkapkan penalaran
atau pemikiran logis, teratur, dan masuk
akal.
LANJUTAN
 Proses pencendekiaan bahasa sangat penting karena
pengenalan ilmu dan teknologi modern memiliki
hubungan logis dengan pola penalaran.
 Berdasarkan hal ini siswa SMA perlu dibina dan dilatih
untuk berpikir nalar, logis, dan sistematis manakala
menerima suatu konsep, informasi, atau sebuah opini
sehingga jati diri pribadi, bangsa, dan negara tidak
luntur, justru semakin kokoh dan berwibawa.
 Oleh sebab itu, cara berpikir yang benar dengan
menggunakan pola penalaran tepat perlu diajarkan
kepada siswa SMA.
 Asas berpikir logis dan sistematis hingga mampu
bersikap kritis terhadap sebuah konsep, informasi,
apalagi opini perlu diajarkan dengan metode yang
tepat dan pola pendekatan yang benar.
ASAS-ASAS BERPIKIR

 Asas identitas
 Asas Kontradiktoris
 Asas Kemungkinan Ketiga
 Asas Kausalitas
ASAS IDENTITAS

 Asas ini lekat dengan kategori ini adalah


ini, itu adalah itu. Konsekuensi logisnya,
kesimpulan yang ditarik harus diakui.
ASAS KONTRADIKTORIS
 Asas ini menunjukan isi dan luas pengertian
yang berbeda dari realitas, konsep, atau
masalah yang sama.
 Perbedaan isi dan luas pengertian suatu
konsep disebabkan oleh perbedaan cara
pendekatan dan sudut pandang.
 Oleh sebab itu, perlu disikapi secara objektif
masalah tersebut sehingga jelas yang benar
dan yang salah.
CONTOH

 Semua siswa kelas ini jujur dan rajin


belajar.
 Anak tetangaku adalah seorang yang
jujur dan rajin.
 Berarti, anak tetanggaku adalah warga
siswa kelas ini.
Asas Kemungkinan Ketiga

 Keputusan atau kesimpulan yang benar


bukan semata didasarkan oleh sikap
kompromis, artinya ada keputusan atau
kesimpulan yangs saling bertentangan.
Kita harus tegas, hanya satu yang
mungkin benar.
Asas Kausalitas

 Asas ini mendasarkan diri pada konsep


bahwa setiap realitas, pengertian,
maupun masalah selalu memunyai
rangkaian penyebab atau argumentasi
keberadaannya.
Memahami Pola Penalaran
Secara Silogisme
 Penalaran merupakan suatu corak atau cara
seseorang mengunakan nalarnya dalam
menarik kesimpulan sebelum akhirnya
orang tersebut berpendapat dan
dikemukakannya kepada orang lain. 
 Penalaran seseorang mengungkapkan cara
kerja sistematis pola berpikirnya sehingga
dimunculkanlah suatu opini atau pendapat,
konsep, dan gagasan.
 Dalam hal ini bisa dilacak pola bernalar
seseorang lantaran opininya melalui
pendekatan silogisme.
 Pendapat seseorang sama dengan hasil atau
kesimpulan berpikirnya.
 Kesimpulan berpikir itu tentu dilandasi pada
kerangka dasarnya, yang lantas didukung oleh
fakta hasil pengamatan atau observasi, dan
hasil penelitian.
 Jadi, kerangka dasar berpikir merupakan batu
pijak ke langkah berikutnya sebab dalam batu
pijak berpikir tersebut sudah teridentifikasi
variabel-variabelnya, terklasifikasi substansi
jati dirinya, hingga memiliki spesifikasi karakter
dalam komunitasnya.
CONTOH KASUS
 Semua warga RT 5 / RW 3 Kampung Getah
Basah yang ikut memeriahkan peringatan HUT
ke-61 Republik Indonesia dengan mengikuti
berbagai acara yang diselenggarakan berarti
memiliki sikap nasionalisme yang baik.
 Pamanku yang gendut lagi pula warga kampung
itu juga ikut memeriahkan peringatan HUT ke-61
Republik Indonesia dengan mengikuti berbagai
acara yang diselenggarakan.
 Pasti, pamanku itu sikap nasionalismenya baik.
ANALISIS
 Jika menggunakan penalaran seperti ini, tidak
mungkinkah kita terjebak dalam suatu pola
penyamarataan dengan generalisasi atau apriori?
 Dalam konteks demikian, lebih baik bila kita
memadukan pola deduktif dan induktif, terutama
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari untuk
menghdindarkan diri dari kesalahan nalar yang bisa
berakibat fatal bagi kita.
 Kemahiran memadukan kedua tipe penalaran ini
membawa kita ke arah penalaran yang analistis,
kritis, dan intuitif tajam, apalagi bila hal tersebut
bertumpu pada kelengkapan dan akurasi data, fakta,
evidensi, dan bukti yang akan memperlihatkan
kesahihan dan kecerdasan berpikir.
Silogisme sebagai Bentuk
Penalaran Deduktif
 Silogisme merupakan suatu proses
penarikan kesimpulan yang didasarkan
atas pernyataan-pernyataan (proposisi=>
yang kemudian disebut premis) sebagai
antesedens (pengetahuan yang sudah
dipahami) hingga akhirnya membentuk
suatu kesimpulan (keputusan baru)
sebagai konklusi atau konsekuensi logis.
 Keputusan baru berkaitan dengan
proposisi yang digunakan sebagai
dasar atau dikemukakan sebelumnya.
 Oleh karena hal tersebut, perlu
dipahami hal-hal teknis berkaitan
dengan silogisme sehingga penalaran
kita benar dan dapat diterima nalar.
KAIDAH SILOGISME

 Rumus:
 PM (premis mayor) : A = B
 Pm (premis minor) : C = A
 Kesimpulan :C=B
 Pernyataan pertama dalam silogisme disebut premis
mayor, sedangkan pernyatan kedua disebut premis minor.
 2. Dalam silogisme hanya terdapat tiga term(batasan),
yaitu term I=> predikat dalam premis mayor (B), term II=>
predikat dalam premis minor (C), dan term III/antara, yaitu
term yang menghubungkan antara premis mayor dan
premis minor (A)
 3. Dalam sebuah silogisme hanya ada tiga proposisi, yaitu
premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
 4. Bila kedua premisnya negatif, tidak dapat ditarik
kesimpulan
 5. Bila salah satu premisnya negatif, tidak dapat ditarik
kesimpulan yang sahih.
 6. Bila salah satu premis partikular, kesimpulan tidak
sahih.
 7. Kedua premis tidak boleh partikular
MACAM SILOGISME

 Silogisme Kategorial
 Silogisme kategorial disusun
berdasarkan klasifikasi premis dan
kesimpulan yang kategoris. Premis yang
mengandung predikat dalam kesimpulan
disebut premis mayor, sedangkan premis
yang mengandung subjek dalam
kesimpulan disebut premis minor.
Silogisme tersusun

 Silogisme Tersusun
 Merupakan perluasan atau penyingkatan
silogisme kategorial.
 Silogisme ini dapat dibedakan dalam tiga
golongan: 1) epikherema; 2) entimem;
dan 3) sorites.
Epikherema

 Epikherema merupakan jabaran dari


silogisme kategorial yang diperluas
dengan jalan memperluas salah satu
premisnya atau keduanya.
 Cara yang biasa digunakan adalah
dengan menambahkan keterangan
sebab: penjelasan sebab terjadinya,
keterangan waktu, maupun pembuktian
keberadaannya.
Contoh

 Semua pahlawan bersifat mulia sebab


mereka selalu memperjuangkan hak
miliki bersama dengan menomorduakan
kepentingan pribadinya. Sultan Mahmud
Badaruddin adalah pahlawan. Jadi,
Sultan Mahmud Badaruddin itu mulia.
Lanjutan
 Semua orang nasionalis adalah pejuang sebab
mereka senantiasa bekerja tanpa kehnedak
serta tidak mengkhalalkan segala cara. Di
dalamnya, setiap kegiatan dan keterlibatan
mereka yakini bahwa Tuhan juga terlibat. Itulah
sebabnya mereka menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, keadilan, kebersamaan, dan
keberbedaan. Bung Tomo adalah seorang
nasionalis. Maka, ia seorang pejuang sejati.
Contoh
 Semua siswa yang rajin belajar dengan teratur, tekun,
terencana, dan memunyai sistem manajemen yang baik tentu
akan berhasil dalam hidupnya di masa depan. Dalam
klasifikasi seperti ini, mereka senantiasa mempersiapkan diri
demi memahami dan mengerti ilmu yang dipelajarainya, tidak
mesti harus menunggu belajar karena ada ulangan. Belajar,
bagi mereka, bukan sebatas tahu dan hafal atau bukan
sebatas memperoleh angka yang dicapai dalam ulangan.
Mereka belajar secara rutin sebagai bentuk tanggung
jawabnya menjawab tantangan masa depan dengan jalan
memiliki jadwal pribadi yang tersusun tanpa paksaan dari
siapa pun. Mereka belajar sampai tahap menganalisis
urgensitas bidang studi, baik untuk hidup sekarang maupun
yang akan datang.
 Bagi mereka tiada hari tanpa belajar, tiada hari tanpa
prestasi, dan dijadikannya sebagai pegangan hidup. Ardi
adalah siswa yang selalu belajar dengan tekun, teratur, rapi,
dan terencana. Maka, tentulah masa depan hidupnya lebih
baik.
Entimem
 Entimem merupakan bentuk singkat silogisme
dengan jalan mengubah format ke dalam bentuk
sederhana, tanpa menampilkan premis mayor.
 Bentuk silogisme ini bisa dimunculkan dalam dua
cara: 1) C=B karena C=A, dan 2) Karena C=A,
berarti C=B.
 Bentuk penalaran ini bisa dikembangkan dalam
format yang lebih detil bagian per bagian yang
akan memperbannyak gagasan dan konsep.
 Hubungan logis memegang peran utama dalam
penalaran tipe ini. Pada umumnya entimem dimulai
dari kesimpulan; hanya saja ada alternatif
mengemukakan sebab untuk sampai kepada
kesimpulan.
Contoh

 Imey memang siswa yang amat baik


masa depannya sebab ia bersekolah di
SMA Bina Celaka.
 Orang itu pasti jagoan. Bukankah ia
berasal dari Hollywood?
 Temanku sebangku itu amat pintar. Ia
memang dilahirkan dalam shio macan.
Sorites
 S 1…………………………………………P 1

S2 …………………………………………P2

S3……………………….…………………P3, dst.
 Kesimpulan: S1 ………………………………P3

Anda mungkin juga menyukai