Berpikir (SPPKB)
A. PENDAHULUAN
“Seperti yang ibu telah tugaskan, apakah kamu menemukan dalam buku IPS yang
kamu baca jenis penggolongan penduduk selain berdasarkan tempat tinggal dan jenis
kelamin?” kata ibu guru kami yang selalu terlihat rapi dan cantik itu.
“Ya, bu…!”
“Coba apa?”
Tanya guru kepada Dina teman kami yang rambutnya dikepang dua.
Jawabnya terputus-putus.
Kami tidak ada yang menjawab, walaupun ibu guru cantik mengulang pertanyaan
beberapa kali. “Baik kalau begitu kita akan memulai pelajaran kita kali ini tentang
penggolongan penduduk dilihat dari kelompok usia, yaitu kelompok usia prokduktif
dan tidak produktif.”
Ibu guru melemparkan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh kami. Guru
bertanya dengan pertanyaan yang terbuka. Akan tetapi, tidak ada di antara kami yang
dapat menjawab, walaupun beberapa kali ibu guru mengulang pertanyaanya.
“Apa yang dimaksud dengan kelompok usia produktif itu?”
Setelah tidak ada seorang pun yang menjawab walaupun ibu guru mengulang-
ulang pertanyaan yang sama. Ibu guru segera mengubah pertanyaan, menjadi lebih
sederhana. “Apa yang dilakukan oleh ayahmu setiap hari…?” Tanya guru pada Dedi
salah seorang teman kami yang duduk paling belakang.
“Bekerja.”
Dedi diam. Walaupun ibu guru beberapa kali mengulang pertanyaan dan
menunjuk beberapa orang siswa, akan tetapi tidak ada seorang pun di antara kami
yang dapat menjawab. Ibu guru mencoba mengarahkan agar kami dapat menjawab
pertanyaannya, dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang kami anggap sangat
mudah untuk dijawab.
“Apakah setiap hari ibu membeli sayur untuk makan seluruh anggota keluarga?”
“Ya…!”
“Darimana semua kebutuhan keluargamu itu terpenuhi?” Tanya Ibu guru kemudian.
Kami kembali diam.
“Dari mana semua kebutuhan keluargamu itu terpenuhi?” ibu guru mengulang
pertanyaannya sambil menyuruh salah seorang teman kami untuk menjawab.
“Dari ayah dan ibu.”
“Kebuthan siapa?”
“Nah, ayahmu itu merupakan penduduk yang produktif ”, kata ibu guru sambil
mengulang-ulang pertanyaannya seolah-olah minta dipahami.
Jadi dengan demikian penduduk produktif itu adalah penduduk yang bagaimana?
Dalam SPPKB materi pembelajaran tidak disajikan begitu saja kepada siswa.
Akan tetapi dibimbing untuk menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui
proses dialogis yang terus menerus dengan memanfaatkan pengalaman siswa.
Walaupun tujuan SPPKB sama Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI), yaitu agar siswa
dapat mencari dan menemukan meteri pelajaran sendiri, akan tetapi keduanya
memiliki perbedaan yang mendasar. Perbedaan tersebut terletak pada
polapembelajaran yang digunakam. Dalam pola pembelajaran SPPKB, guru
memanfaatkan pengalaman siswa sebagai titik tolak berpikir, bukan teka-teki yang
harus dicari jawabannya dalam pola inkuiri.
Strategi pembelajaran yang dibahas pada bab ini adalah strategi pembelajaran
yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Strategi
pembelajaran ini pada awalnya dirancang untuk pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS). Hal ini didasarkan pada asumsi selama ini IPS dianggap sebagai
pelajaran hafalan. Namun demikian, tentu saja dengan berbagai penyesesuaian topik,
strategi pembelajaran yang akan dibahas ini juga dapat diterapkan pada mata
pelajaran lain. Berdasarkan hasil penelitian, selama ini IPS dianggap pelajaran kelas
dua. Para orang tua siswa berpendapat IPS merupakan pelajaran yang tidak terlalu
penting dibandingkan pelajaran lainnya, seperti IPA dan matematik (Sanjaya, 2002).
Hal ini merupakan pandangan yang keliru. Sebab, pelajaran apa pun diharapakan
dapat membekali siswa baik untuk terjun ke masyarakat maupun untuk melanjutkan
ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kekeliruan ini juga terjadi pada sebagian
besar guru. Mereka berpendapat bahwa IPS pada hakikatnya adalah pelajaran hafalan
yang tidak menentang untuk berpikir. IPS adalah pelajaran yang sarat dengan konsep-
konsep, pengertian-pengertian, data, atau fakta yang harus dihafal dan tidak perlu
dibuktikan.
Dilihat dari bagaimana pengetahuan itu bisa diperoleh manusia, dapat didekati
dari dua pendekatan yang berbeda, yaitu pendekatan rasional dan pendekatan empiris.
Rasinalisme menyatakan bahwa pengetahuan menunjuk kepada objek kebenaran itu
merupakan akibat dari deduksi logis. Aliran rasionalis menekankan pada rasio,
logika, dan pengetahuan deduktif. Berbeda dengan rasionalis, aliran empiris lebih
menekankan kepada pentingnya pengalaman dalam memahami setiap objek. Aliran
ini memandang bahwa semua kenyataan itu diketahui melalui indra dan kriteria
kenbenaran itu kesesuaian dengan pengalaman. Dengan demikian, pandangan
empirisme menekankan kepada pengalaman dan pengetahuan induktif.
Apabila kita simak, baik aliran rasional maupun aliran empiris, keduanya
berangkat dari dasar pemikiran yang sama, yaitu bahwa sumber utama dari
pengetahuan adalah dunia luar atau objek yang ada di luar individu; atau objek yang
menjadi pengamatannya. Yang menjadi masalah adalah apakah pengetahuan itu
semata-mata hanya terbentuk oleh karena objek itu? Bukankah objek itu tidak akan
memiliki arti apa-apa tanpa individu sebagai subjek yang menafsirkan data objektif
itu? Apa artinya sebuah kenyataan tanpa interprestasi dari subjek? Apakah
pengetahuan itu bersifat statis yang telah dihasilkan oleh pemikir terdahulu seperti
yang diklaim aliran idealisme?
E. Karakteristik SPPKB
Sebagai strategi pembelajaran yang diarahkan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir, SPPKB memiliki tiga karakteristik utama, yaitu sebagai berikut:
1. SPPKB adalah model pembelajaran yang bersifat demokratis, oleh sebab itu
guru harus mampu menciptakan suasana yang terbuka dan saling menghargai,
sehingga setiap siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam
menyampaikan pengalaman dan gagasan. Dalam SPPKB guru harus
menempatkan siswa sebagai subjek belajar bukan sebagai objek. Oleh sebab
itu, inisiatif pembelajaran hatus muncul dari siswa sebagai subjek belajar.
2. SPPKB dibangun dalam suasana Tanya jawab, oleh sebab itu guru dituntut
untuk dapat mengembangkan kemampuan bertanya, misalnya kemampuan
bertanya untuk melacak, kemampuan bertanya untuk memancing, bertanya
induktif-deduktif, dan mengembangkan pertanyaan terbuka dan tertutup.
Hindari peran guru sebagai sumber belajar yang memberikan informasi
tentang materi pelajaran.
3. SPPKB juga model pembelajaran yang dikembangkan dalam suasan dialogis,
karena itu guru harus mampu merangsang dan membangkitkan keberanian
siswa untuk menjawab pertanyaan, menjelaskan, membuktikan dengan
memberikan data dan fakta social serta keberanian untuk mengeluarkan ide
dan gagasan serta menyusun kesimpulan dan mencari hubungan antar-aspek
yang dipermasalahkan.