Anda di halaman 1dari 5

Nama: Wahyu Sabtiya Darma

Nim: 3191111001

Kelas: Ppkn B 2019

Mata Kuliah: Pembelajaran Ips Terpadu

PELAKSANAAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF PADA MATA PELAJARAN SEJARAH IPS DI MTS

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Zaman terus berkembang pesat, berbagai kemajuan dan kemutakhiran teknologi turut mengikuti setiap
laju perkembangan zaman dan semua itu berdampak pada perubahan gaya hidup manusia, termasuk
dalam bidang pendidikan. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pengertian
pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan Negara. Melalui pendidikan, manusia diharapkan mengetahui kelebihan dan potensi yang dimiliki
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan disekolah. Sejarah mempelajari tentang
peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Sejarah mempunyai arti yang sangat strategis dalam
pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia
Indonesia yang mempunyai rasa kebanggaan dan cinta Tanah Air. “Sejarah adalah dasar bagi terbinanya
identitas nasional yang merupakan salah satu modal utama dalam kita membangun bangsa kita masa
kini maupun dimasa yang akan datang” (Widya, 1989: 7). Salah satu kutipan yang paling terkenal
mengenai sejarah dan pentingnya kita belajar mengenai sejarah ditulis oleh seorang filsuf dari Spanyol,
George Santayana, yaitu: "Mereka yang tidak mengenal masa lalunya, dikutuk untuk mengulanginya".
Atas dasar nilai guna yang dimilikinya, maka sejarah perlu diberikan kepada seluruh siswa di sekolah
(dari SD sampai SMA) dalam bentuk mata pelajaran.

Pentingnya sejarah untuk diajarkan kepada siswa berbanding terbalik dengan keinginan sebagian besar
siswa untuk mempelajarinya. Ketertarikan siswa terhadap pelajaran sejarah rendah, bahkan sejarah
dianggap sebagai salah satu mata pelajaran yang tidak menarik dan hanya dianggap sebagai pengantar
tidur. Tidak jarang ada murid yang tidur, bermain sendiri, bercakap-cakap dengan temannya bahkan ada
juga yang mengerjakan tugas dari pelajaran lain ketika jam pelajaran sejarah dimulai. “Pelajaran sejarah
dirasakan murid hanyalah mengulangi hal-hal yang sama dari tingkat SD sampai perguruan tinggi.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah:
a. Apa sajakah kendala yang ditemui guru dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan model-
model pembelajaran inovatif?

b. Bagaimanakah motivasi belajar siswa dengan menggunakan model-model inovatif dalam


pembelajaran sejarah?

3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, tujuan dari penelitian yang dilaksanakan ini adalah:

a. Untuk mengetahui kendala-kendala yang ditemui guru dalam pembelajaran sejarah dengan
menggunakan model-model pembelajaran inovatif.

b. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa dengan menggunakan model-model inovatif dalam
pembelajaran sejarah.

B. PEMBAHASAN

1.Kendala dalam Penerapan Model Pembelajaran Inovatif

Penerapan model pembelajaran inovatif juga menghadapi berbagai macam kendala baik itu berasal dari
guru maupun dari siswa itu sendiri. Tugas guru yang semakin berat dan tuntutan untuk menjadi guru
yang professional serta kewajiban untuk mengajar 24 jam seminggu sebagai syarat sertifikasi menambah
beban berat yang wajib dipikul seorang guru. Persiapan media dan perangkat lain yang memakan waktu
membuat guru khusunya Ibu Suparti lebih memilih model pembelajaran yang umum serta efektif untuk
digunakan yaitu diskusi dimana siswa dibagi kedalam beberapa kelompok dan setiap kelompok
bergilliran menyampaikan materi dengan cara presentasi menggunakan powerpoint.

Sebagaimana yang diungkapkan berikut ini,

“Jika menggunakan model inovatif itu butuh persiapan yang sungguh-sungguh sehingga banyak
memakan waktu mbak. Tugas guru kan tidak hanya mengajar mbak tapi juga membuat soal ulangan,
mengoreksi soal ulangan, mengoreksi soal ujian, seminar, memberikan nilai tidak hanya dari aspek
kognitif tetapi juga aspek afektif dan aspek psikomotorik. Belum lagi jika ada siswa yang remidi
pekerjaan guru juga semakin bertambah mbak. Apalagi untuk sertifikasi seorang guru harus mengajar 24
jam dalam seminggu, ini menambah berat tugas seorang guru” (wawancara dengan Ibu Sri tanggal
20/11/2018).

“Dulu ketika awal-awal mengajar, saya juga menggunakan model pembelajaran yang berbeda seperti
talking stick, snowball throwing, jigsaw, make a match, picture and picture, number head together, word
square, dan lain-lain. Tetapi sekarang yang masih saya gunakan itu model debat yang lebih efisien dan
siswa lebih terkondisi. Dari model ini juga dapat dilihat mana siswa yang aktif dan mana siswa yang
kurang aktif, model ini juga cukup efektif untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi
pelajaran mbak” (hasil wawancara dengan ibu Sri tanggal 20/11/2018).
Dari keterangan di atas, keterbatasan waktu dan tenaga membuat guru lebih memilih model
pembelajaran yang praktis serta efektif untuk digunakan, meskipun yang digunakan hanya satu model
untuk keseluruhan materi. Model pembelajaran yang itu-itu saja, cenderung membuat siswa kurang
termotivasi dalam belajar.

Memilih model pembelajaran hendaknya juga memperhatikan kondisi kelas serta sifat materi ajar, tidak
hanya memilih model pembelajaran secara acak. Bagaimanapun model pembelajaran berpengaruh
terhadap motivasi siswa dimana motivasi tersebut sangat berpengaruh terhadap siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran.

2.Motivasi Belajar

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi Belajar adalah perubahan tingkah
laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan
(reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Hamalik (2011)
motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya
perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Mc. Donald (Sardiman, 2011: 73),
motivasi adalah perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan
didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Jadi, motivasi belajar adalah perubahan energi serta tingkah laku dalam diri (pribadi) seseorang yang
ditandai dengan timbulnya perasaan (feeling) dan reaksi untuk mencapai tujuan tertentu.

Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affective arousal. Mula-mula merupakan ketegangan
psikologis, lalu merupakan suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan yang bermotif.
Perubahan ini mungkin bisa dan mungkin juga tidak, kita hanya dapat melihatnya dalam perbuatan.
Seorang terlibat dalam suatu diskusi, karena dia merasa tertarik pada masalah yang akan dibicarakan
maka suaranya akan timbul dan katakatanya dengan lancar dan cepat akan keluar. Motivasi juga
ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi mengadakan respon-
respon yang tertuju kearah suatu tujuan. Respon-respon itu berfungsi mengurangi ketegangan yang
disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Setiap respon merupakan suatu langkah kearah
mencapai tujuan .

3.Model Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja
mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran.
pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi
misalnya IPS terpadu.

Dalam operasional pembelajaran, ada lima langkah bentuk perencanaan pembelajaran terpadu, yaitu:
(1) pemetaan kompetensi dasar (2) penentuan tema (3) penjabaran KD kedalam indikator (4)
pengembangan Silabi (5) penyusunan skenario pembelajaran (Sugiyanto, 2010: 9).

Secara umum prinsip pembelajaran terpadu dapat diklasifikasikan menjadi:


A. Prinsip penggalian tema Artinya tema-tema yang saling tumpang tindih dan ada keterkaitan menjadi
target utama dalam pembelajaran. Dalam penggalian tema tersebut hendaknya memperhatikan
beberapa persyaratan, yaitu:

1. Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk memadukan
banyak mata pelajaran.

2. Tema harus bermakna, maksudnya ialah tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal
bagi siswa untuk belajar selanjutnya.

3. Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak.

4. Tema dikembangkan harus mewadahi sebagian besar minat anak.

5. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di dalam
rentang waktu belajar.

6. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta harapan
masyarakat (asas relevansi).

7. Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar (Sugiyanto,
2010: 128).

C. PENUTUP

KESIMPULAN

1. Guru hendaknya senantiasa mengembangkan model pembelajaran yang lebih inovatif lagi agar
motivasi siswa dalam belajar sejarah juga semakin meningkat.

2. Guru dapat memanfaatkan sarana dan prasarana yang disediakan sekolah untuk mendukung
penggunaan model pembelajaran inovatif agar proses pembelajaran dapat berjalan secara lebih optimal

3. Guru dapat meminta bantuan siswa untuk menyiapkan media pembelajaran sederhana yang
diperlukan untuk mendukung penggunaan model pembelajaran inovatif sehingga dapat meringankan
tugas guru terkait penyediaan media pembelajaran.

4. Ketakutan guru untuk mencoba menggunakan model pembelajaran yang baru hendaknya
dikurangi.

5. Guru hendaknya belajar mengasah kreatifitasnya, khususnya dalam memilih dan menggunakan
model pembelajaran yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA
Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang IKIP Semarang.

Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hariyono. 1995. Mempelajari Sejarah secara Efektif. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.

Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning. Jakarta: PT Gramedia.

Martanto, SD, dkk. 2009. ‘Pembelajaran Sejarah Berbasis Realitas Sosial Kontemporer Untuk
Meningkatkan Minat Belajar Siswa’. PKM-GT. Semarang. Tidak Dipublikasikan

Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Sugiyanto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Uno, Hamzah B. dan umar masri. 2007. Mengelola kecerdasan dalam pembelajaran. Gorontalo: Nurul
jannah.

Anda mungkin juga menyukai