Anda di halaman 1dari 5

TUGAS DISKUSI 2 SESI 2

Mata Kuliah : Integrasi Teori dan Praktek Pembelajaran


Nama Mahasiswa : Aditya Pratama J.W.
Kode : MPDR5102
Tempat Kerja : SMP – SMA School Of Human
Selamat pagi/siang/malam tergantung kapan anda membacanya. Ijinkan saya memberikan
pendapat saya mengenai topic diskusi diatas. Kemudian saya berharap teman-teman mau
membaca dan menanggapi pendapat saya.

1. Di antara ke empat teori belajar yang dipaparkan di dalam modul, teori belajar manakah yang
lebih sering Anda terapkan dalam pembelajaran? Berikan alasannya!
Berdasarkan beberapa teori yang ada didalam modul teori belajar Behaviorisme dan
Konstruktivisme.
TEORI BELAJAR BEHAVIORISME
Bentuk pembelajaran yang sering saya lakukan adalah dengan memberikan reward dan
punishment berupa permainan atau uji pemahaman materi. Pembelajaran tersebut lebih
mengarah kepada teori belajar Behaviorisme. Teori belajar Behaviorisme memiliki prinsip
belajar perilaku seseorang dipengaruhi oleh rangsangan dari luar. Konsekuensi perilaku
berupa ganjaran atau hukuman, harus segera diberikan penguat sebagai perilaku [ CITATION
Suc19 \l 1033 ]. Teori ini sering saya gunakan karena untuk memberikan siswa sistem belajar
yang terasa menyenangkan dan teratur. Bersifat menyenangkan karena ketika siswa berhasil
menyelesaikan masalah guru akan selalu memberikan reward sebagai bentuk pendorong
motivasi siswa untuk belajar. Motivasi belajar sendiri adalah memberikan penghargaan
terhadap personal maupun kelompok yang mampu mengekspresikan ide, pernyataan serta
pendapat [ CITATION Suj16 \l 1033 ]. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
Ni Kadek Sujiantari yang menyatakan bahwa Reward berpengaruh singnifikan secara parsial
terhadap motivasi belajar[ CITATION Suj16 \l 1033 ].
Bersifat teratur karena konsekuensi atas segala perbuatan yang dilakukan siswa sudah
ditentukan dari awal, seperti apabila seorang siswa ternyata belum memahami materi yang
diajarkan, siswa tersebut akan mendapat perlakuan seperti mengerjakan remedial.
Berdasarkan hal tersebut pemberian punishment juga sering saya lakukan untuk bisa
memotivasi siswa lebih rajin belajar. Selain remedial guru dapat mendapatkan data tentang
karakteristik siswa tersebut sehingga penyesuaian metode pengajaran dapat lebih
ditingkatkan. Punishment merupakan reinforcement yang bersifat negatif, tetapi kalau
diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi [ CITATION Sar14 \l 1033 ].
Pemberian punishment ini juga kemudian bisa menjadi kontrol perilaku siswa agar tertib di
kelas. Tetapi tetap pemberian punishment harus memperhatikan kaidah-kaidah pendidik agar
bisa memotivasi siswa. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Ima
Melinda yang menyatakan bahwa Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara
pemberian reward dan punishment terhadap motivasi belajar siswa [ CITATION Mel18 \l 1033 ].

TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME

Selain memberikan reward dan punishment saya juga sering melakukan pembelajaran
dengan model observasi untuk menyelesaikan masalah. Saya juga menerapkan prinsip belajar
dari teori belajar konstruktivisme. Prinsip belajar teori konstruktivisme adalah seseorang
membangun suatu realitas berdasarkan pengalaman dan interaksi dengan lingkungan, melalui
pemecahan masalah yang nyata, yang biasanya dalam suatu mekanisme kolaboratif [ CITATION
Suc19 \l 1033 ]. Pembelajaran ini sering saya lakukan diluar kelas sehingga siswa bisa lebih
mengenal lingkungan sekitarnya dan belajar melalui konflik yang terjadi di lingkungannya,
hal ini juga juga bisa membuat siswa tidak jenuh dalam belajar yang biasanya hanya dikelas.
Model pembelajaran tersebut akan menjadi sebuah kegiatan pembelajaran yang efektif dalam
membentuk siswa agar dapat belajar mandiri tanpa melupakan aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik, salah satunya adalah dengan menggunakan pembelajaran berbasis proyek
[ CITATION Ins15 \l 1033 ].

Model pembelajaran tersebut biasa dikenal dengan kurikulum Project Based Learning.
Project Based Learning (PBL) dinyatakan oleh Thomas dan Kamdi (2007) sebagai
pembelajaran berbasis proyek yang merupakan pendekatan pembelajaran inovatif, yang
menekankan pada belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Model
pembelajaran ini saya pilih karena memang seperti yang sudah dijelaskan mampu
meningkatkan motivasi belajar, kreativitas, kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan
kognitif. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi Insyasiska yang
menyatakan bahwa adanya peningkatan motivasi belajar, kreativitas, kemampuan berpikir
kritis, dan kemampuan kognitif siswa pada saat menerima pembelajaran model tersebut
[ CITATION Ins15 \l 1033 ]. Berdasarkan hal tersebut yang perlu menjadi perhatian guru adalah
penguasaan konsep tidak hanya sekedar mengingat tetapi individu mampu menerapkan
konsep-konsep tersebut ke dalam suatu rangkaian permasalahan (Mahanal, 2008).

2. Bagaimanakah pendapat Anda tentang Video dari Sir Ken Robinson yang menyatakan bahwa
sekolah membunuh kreativitas siswa ?
Berdasarkan video yang dibuat oleh Sir Ken Robinson saya menemukan beberapa poin yang
ingin disampaikan oleh beliau :
a. Kita semua memiliki ketertarikan besar akan pendidikan, sebagian karena pendidikan
bertujuan untuk membawa kita menuju masa depan yang tidak dapat kita pegang. Tugas
sebagai guru adalah mendidik siswa secara keseluruhan, sehingga mereka dapat
menghadapi masa depan yang mungkin kita sebagai guru tidak akan melihat masa depan
tersebut, tetapi mereka pasti akan melihatnya. Tugas pendidik adalah membantu mereka
berbuat sesuatu akan masa depan itu.
b. Kesalahan yang dilakukan oleh siswa didalam sebuah proses pendidikan bukan
merupakan mimpi buruk yang harus guru selalu keluhkan, namun berdasarkan kesalahan
tersebut guru harus mengambil titik balik dari kesalahan siswa tersebut sehingga
kreativitas siswa dapat terbentuk dalam mencari penyelesaian masalah yang ada.
c. Picaso pernah berkata bahwa semua anak-anak terlahir sebagai artis. Permasalahannya
adalah bagaimana kita bisa tetap sebagai artis selama kita tumbuh. Beliau percaya akan
hal ini sepenuhnya bawa kita tidak tumbuh ke dalam kreativitas, kita tumbuh keluar dari
kreativitas. Tepatnya, kita terdidik keluar dari kreativitas.

Berdasarkan poin-poin yang disampaikan Sir Ken Robinson saya memiliki beberapa solusi
agar bisa mengurangi beubahnya sekolah menjadi pembunuh kreativitas siswa, yaitu
penerapan model pembelajaran Multiple Intelligences dan Passion Based Learning.

Multiple Intelligences

Sebuah kreativitas dapat hadir sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang. Pada
tahun 1983 Howard Gardner membuat beberapa pengamatan tentang kecerdasan manusia
berdasarkan kajian ilmu saraf yang dikumpulkannya selama 35 tahun [ CITATION Put21 \l
1033 ]. Howard Garner dalam penelitiannya menemukan ada tujuh aspek kecerdasan yang
kemudian ditambahkannya menjadi delapan kecerdasan yakni linguistic, logical-
mathematical, visual-spatial, bodily-kinesthetic, musical, inteterpersonal, intrapersonal, and
naturalist (Hanafin, 2014). Melalui teori ini guru dan orang tua sebagai patner pendidik
dirumah akan lebih mudah dalam menilai karakteristik dan kemampuan anak. Hal ini
kemudian dapat mendorong baik guru maupun siswa dalam mengembangkan kreativitasnya.
Bagi guru dapat membuat metode pembelajaran yang beragam dan siswa dapat fokus dalam
menjalankan sesuatu hal yang dia kuasai yang merupakan kecerdasan alaminya. Berkaitan
dengan masa depan yang khawatir bahkan guru tidak dapat melihatnya ketika siswa
mengalaminya tetapi tidak, metode ini bisa dimanfaatkan untuk menyiapkan siswa itu sendiri
untuk menghadapinya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Resa Julianti Putri
mengungkapkan bahwa model pembelajaran berbasis multiple intelligences dapat
menyiapkan siswa untuk menghadapi era society 5.0 sehingga diharapkan pembelajaran tidak
hanya berfokus pada aspek kognitif saja [ CITATION Put21 \l 1033 ]. Kita sebagai pendidik harus
meyakini bahwa semua anak itu bintang dan special, tidak ada anak yang bodoh, hanya karena
caranya saja yang dia lakukan berbeda tindakan diskriminatif tidak layak dia dapatkan.

Passion Based Learning

Passion Based Learning adalah kecintaan belajar yang menjaga agar bara semangat belajar
tetap hidup, pembelajaran ini mencakup dua hal yaitu mencari tahu apa yang siswa sukai dan
memicu siswa dengan kegembiraan [CITATION Ram31 \l 1033 ]. Model pembelajaran ini
memang bisa menjadi pemicu siswa sejak berada di pendidikan dasar yang lebih menekankan
pedagogik menuju ke andragogik yang lebih mandiri. Pembelajaran secara andragogik sendiri
yaitu suatu proses di mana individu mengambil inisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang
lain. , dalam mendiagnosis kebutuhan belajar mereka, merumuskan tujuan pembelajaran,
mengidentifikasi sumber daya manusia dan materi untuk belajar, memilih dan menerapkan
strategi pembelajaran yang tepat, dan mengevaluasi hasil belajar (Blaschake, 2012). Peran
guru disini tetap dibutuhkan hanya sebagai fasilitator, karena pembelajaran ini kita tidak
hanya membutuhkan keterlibatan siswa, tetapi juga keterlibatan guru. Kolaborasi antara guru
dan siswa dapat menciptakan lingkungan belajar yang positif untuk memudahkan siswa
memperoleh pengetahuan dan keterampilan [ CITATION Mas19 \l 1033 ]. Beberapa pratek
pembelajaran yang bisa dilakukan adalah dengan meminta siswa membuat desain profesi
impian, desain jurusan kuliah impian, dan membuat sebuah karya ilmiah. Penerapan model
pembelajaran ini memang memiliki beberapa tantangan besar dalam pelaksanaannya. Hal ini
karena memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih apa yang ingin dipelajari
sehingga aktivitas kelas tidak mudah dikendalikan oleh guru. Selain itu pada model
pembelajaran ini diperluhkan guru yang kreatif dan terampil dalam memunculkan berbagai
ide menarik dan merangsang adanya dinamika di kelas. Kualitas guru harus sangat
diperhatikan dalam menerapkan Passion Based Learning. Guru harus ahli dalam mata
pelajaran yang diajarkannya [ CITATION Mas19 \l 1033 ].

DAFTAR PUSTAKA

Blaschke, L. M. (2012). Heutagogy and lifelong learning: A review of heutagogical practice and
selfdetermined learning. International Review of Research in Open and Distance Learning,
13(1) Retrieved September 1, 2015 from http://search.proquest.com/docview/1634474130?
accountid=12528

Hanafin, J.(2014). Multiple intelligences theory, action research, and teacher professional
development: The irish MI project. Australian Journal of Teacher Education, 39(4).
https://doi.org/10.14221/ajte.2014v39n4.8

Insyasiska, D. (2015). Pengaruh Project Based Learning Terhadap Motivasi Belajar,


Kreativitas, Kemampuan Berpikir Kritis, Dan Kemampuan Kognitif Siswa Pada
Pembelajaran Biologi. Jurnal Pendidikan Biologi Volume 7, Nomor 1, Agustus 2015, 9-
21.

Kamdi, W. (2007). Pembelajaran Berbasis Proyek: Model Potensial untuk Peningkatan Mutu
Pembelajaran. (Online), (http://waras khamdi.com/ pembelajaran-berbasis-proyek/ html),
diakses 14 Oktober 2021

Mahanal, S. (2008). Pengembangan Perangkat pembelajaran deteksi Kualitas Sungai dengan


Indikator Biologi Berbasis Konstruktivistik untuk Memberdayakan Berpikir Kritis dan
Sikap Siswa SMA terhadap ekosistem Sungai di Malang. Disertasi tidak diterbitkan.
Malang: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang.
Mas’ud, B. (2019). Promoting Passion-Based Learning as a Solution of Improving Creativity in
English Classroom. Inspiring: English Education Journal Volume 2 No 2 September 2019,
160-174.

Melinda, I. (2018). Pengaruh Reward dan Punishment Terhadap Motivasi Belajar Siswa.
International Journal of Elementary Education Volume 2, Number 2, Tahun 2018, 81-86.

Putri, J. R. (2021). Penerapan Model Pembelajaran Multiple Intelligences untuk Menyiapkan


Siswa di Era Super Smart Society 5.0. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan Volume 3 Nomor
3 Tahun 2021, 871 - 879.

Ramirez, A. (2015, Agustus 31). Edutopia. Retrieved from Edutopia Blog:


http://www.edutopia.org/blog/passion-based-learning-ainissa-ramirez

Sardiman, A. (2014). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

Suciati. (2019). Integrasi Teori dan Praktek Pembelajaran. Tanggerang Selatan: Penerbit
Universitas Terbuka.

Sujiantari, K. N. (2016). Pengaruh Reward Dan Punishment Terhadap Motivasi Belajar Siswa
Dalam Pembelajaran IPS (Studi Pada SMP Negeri 1 Singaraja Kelas VIII Tahun Ajaran
2015/2016). Jurnal Jurusan Pendidikan Ekonomi (JJPE) Vol: 7 Nomor: 2 Tahun 2016, 1-
10.

Anda mungkin juga menyukai