Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PEMBELAJARAN IPS SD
Tentang
MODUL 5 DAN MODUL 6

Oleh :

Kelompok 4

Chintia Essa Bella : 856219917

Elfisa Delfia Andesta : 856221501

Reski Pertiwi : 8562159963

Sulistri : 856221486

Yoga Novanda : 856219806

Yulia Nofitri : 856221519

Dosen Pembimbing :
Erpidawati, M. Pd

UPBJJ 14/PADANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Selawat dan salam
untuk Nabi Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah bagi manusia.
Makalah tentag “Modul I dan Modul II” disusun sebagai syarat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran IPS SD. Di samping itu, makalah ini juga
diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi berbagai pihak.
Dalam penulisan makalah ini, kami memperoleh motivasi, bimbingan dan dukungan
dari berbagai pihak. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Erpidawati M.Pd
selaku dosen pembimbing mata kuliah Pembelajaran IPS SD dan juga teman- teman yang
selalu memberikan semangat dan dukungan kepada kami dalam penyelesaikan makalah ini.

Pasaman Barat, Oktober 2020

Penulis

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
IPS merupakan suatu perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner dari
penerapan ilmu-ilmu sosial lainnya. Dalam pembelajaran perlu menggunakan suatu
pendekatan agar siswa mempunyai daya tarik untuk mengikuti pelajaran yang sedang
berlangsung di dalam kelas. Adapun pendekatan adalah seperangkat asumsi yang saling
berkaitan dengan hakikat bahasa, hakikat pengajaran bahasa serta hakikat apa yang
diajarkan. Pendekatan bersifat aksiomatis artinya bahwa kebenaran itu tidak dipersoalkan
atau tidak perlu dibuktikan lagi.
Pendekatan sangat penting bagi guru karena guru dalam mata pelajaran IPS selain
berfungsi sebagai manajer kelas dan fasilitator, menjadi teladan aktor sosial. Salah satu
rujukan dalam memilih pendekatan yang sesuai untuk pembelajaran IPS adalah dengan
mempertimbangkan tujuan dan ruang lingkup kajian pengajaran IPS di Sekolah
Dasar. Sebagaimana diketahui, dalam banyak hal tujuan pembelajaran IPS di Indonesia
memiliki kesamaan dengan tujuan Social Studies di Amerika Serikat dan tujuan
SOSE (Studies of Society and Environment) di Australia.
Untuk mencapai tujuan Social Studies, terdapat beberapa prinsip yang bisa diikuti
dalam pembelajaran IPS, yakni :
1.      Pembelajaran IPS yang bermakna;
2.      Pembelajaran IPS yang integrative;
3.      Pembelajaran IPS yang berbasis nilai;
4.      Pembelajaran IPS yang menantang;
5.      Pembelajaran IPS yang aktif;
Untuk itu diperlukannya sebuah pendekatan yang cocok bagi peserta didik agar
pada pembelajarannya sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran IPS untuk mencapai
pemahaman peserta didik terhadap sebuah pembelajaran terutama pembelajaran IPS.
Pembelajaran merupakan suatu sistem lingkungan belajar yang terdiri dari tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, kegiatan belajar  mengajar, metode, media, sumber
belajar (Sutikno, 2008:37).
Keberhasilan proses pembelajaran khususnya dalam pembelajaran IPS sangat
ditentukan oleh metode, media, dan sumber belajar yang digunakan dalam proses
pembelajaran baik di dalam maupun di luar ruangan.

1
Untuk mempermudah dalam proses pembelajaran, maka guru harus memiliki
pemahaman dan kemampuan dalam merancang dan menerapkan metode, media, dan
sumber belajar yang gunakan dalam proses pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis-jenis pendekatan dalam pembelajaran IPS di Sekolah dasar?
2. Bagaimana cara merancang metode, media, dan sumber belajar IPS SD kelas rendah?
3. Bagaimana cara menerapkan metode, media, dan sumber belajar IPS SD kelas
rendah?

C. Tujuan perumusan Masalah


1. Untuk mengetahui jenis-jenis pendekatan dan strategi dalam pembelajaran IPS SD.
2. Memahami tentang cara merancang metode, media, dan sumber belajar IPS SD kelas
rendah.
3. Memahami tentang cara menerapkan metode, media, dan sumber belajar IPS SD kelas
rendah.

2
3
MODUL 5
PENDEKATAN DALAN PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR
Pendekatan pembelajaran merupakan aktifitas guru dalam memilih kegiatan
pembelajaran. Pendekatan pembelajaran tentu tidak kaku harus menggunakan pendekatan
tertentu, tetapi sifatnya lugas dan terencana. Artinya memilih pendekatan disesuaikan dengan
kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan pembelajaran.
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran IPS adalah interdisipliner atau
multidisipliner. Artinya, dalam proses belajar mengajardi kelas IPS, para siswa seyogianya
diajak, dibina dan didorong agar dalam mengkaji atau memecahkan masalah atau topik
dipandang dari berbagai disiplin ilmu.

Kegiatan Belajar 1:
Pendekatan kognitif dalam pembelajaran IPS SD
Karakteristik pembelajaran IPS di SD merupakan pendidikan kognitif sebagai dasar
pertisipasi sosial yang mana pusat utama dalam pembelajaran IPS adalah pengembangan diri
siswa sebagai aktor sosial yang cerdas. Siswa menjadi cerdas secara aspek rasional dan juga
emosional. Salah satu pendekatan dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar menurut Banks
(1977) yang dapat mengembangkan kecerdasan rasional adalah Social Science Inquiry atau
Penelitian Ilmu Sosial. Adapun karakteristik pendekatan ini adalah:
1. Tujuan utama Pendekatan penelitian sosial adalah membangun teori atau membangun
pengetahuan. Pengembangan pengetahuan dalam pendekatan ini dibutuhkan fakta,
konsep dan generalisasi. Pendekatan penelitian sosial untuk murid SD harus disesuaikan
dengan tingkat perkembangan kognitif anak usia kela 3,4,5, dan 6. Sehingga dapat kita
simpulkan tujuan pendekatan penelitian sosial di SD adalah memperkenalkan dan
melatih anak cara berfikir ilmu sosial yang dapat dibangun dalam kerangka keilmuan
sederhana.
2. Proses penelitian bagi siswa SD berfungsi sebagai media untuk mengenal gejala-gejala
sosial dan perkembangan masyarakat dengan menggunakan kaca mata ilmu sosial.
3. Model-model penelitian sosial yang diawali dengan menentukan suatu masalah,
membuat hipotesis, mengumpulkan data, dan membuat kesimpulan.
a. Masalah.
Masalah ada dalam pikiran terkaitan dengan gejala yang tampak atau dapat
ditangkap oleh panca indra kita. Misalnya, suatu waktu terjadi hujan lebat sehingga
air sungai melimpah ke luar dari badan sungai dan masuk ke kawasan sekitar aliran

4
sungai. Bisa persawahan, bisa perkampungan atau perkotaan yang dilanda banjir
tersebut.
Adapun rumusan masalah sesuai dengan peristiwa tersebut yaitu:
1) Sempit dan dangkalnya badan sungai tidak dapat menampung volume debit air
sungai yang besar;
2) Badan sungai yang tidak tahan bisa bobol dan air sungai akan meluap ke luar;
3) Dan seterusnya.
Masalah dapat pula dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, seperti berikut ini:
1) Apakah sebab - sebab banjir?
2) Apa saja akibat banjir?
3) Bagaimana mengatasi banjir?
b. Hipotesis
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu kesimpulan yang rnasih semantara atau
setengah benar dan masih memerlukan pengujian dan pembuktian. Suatu hipotesis
seyogianya dirumuskan berdasarkan asumsi (assumtion), sedangkan yang dimaksud
dengan asumsi adalah pernyataan mengenai hal - hal yang berhubungan dengan
unsur-unsur yang dipermasalahkan yang diterima sebagai kebenaran tanpa bukii –
bukti.
c. Pengumpulan dan Analisis Data
Data dapat berbentuk kenyataan yang dapat ditangkap oleh panca indra
(dilihat, didengar, dirasa, dicium, diraba). Data diperlukan untuk menguji hipotesis.
Untuk mendapat data yang terpercaya diperlukan instrumen atau alat pengurnpul data
dan teknik pengumpulan data yang memadai. Instrumen yang baik adalah yang dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur dan ini disebut alat yang valid atau sahih.
d. Kesimpulan
Kesimpulan adalah hipotesis yang diuji dan dibuktikan kebenarannya.

Model penelitian sosial sebagaimana telah kita bahas merupakan salah satu
kecenderungan dalam pendekatan kognitif yang berorientasi pada proses inkuiri (inquiry
orientation). Orientasi ini sering diberi label bermacam - macam, seperti inquery, discovery,
problem solving, critical thinking, reflective thinking; induction, Jan investigation
(Jarolimek, 1971 : 11). Semua istilah tersebut walaupun tidak mengandung pengertian yang
sama persis, pada dasarnya memiliki karakteristik yang sama yakni:
a. Menitik beratkan pada proses berpikir yang berkaitan dengan pemecahan masalah;

5
b. Melibatkan murid dalam proses belajar;
c. Merupakan altematif lain yang bersifat inovatif yang lebih maju dari pada penyampai
informasi secara eksposito.
Demikian sebagaimana ditegaskan oleh Jarolimek (1971: 11). Kecenderungan lain
dalam pendekatan kognitif adalah pendekatan konseptual (conceptual Approach). Jarolimek
(1971) menyebutkan sebagai ide ;antered program atau program pemhelajaran yang
berorientasi pada ide atau gagasan. Gagasan yang dimaksud adalah konsep, generalisasi,
konstruk, ide dasar, ide pokok, atau pengertian umum.

Kegiatan Belajar 2:
Pendekatan Sosial, Personal dan Perilaku dalam Pembelajaran IPS SD

A. Pendekatan Sosial
Pendekatan sosial, personal, dan perilaku pada prinsipnya merupakan bentuk
sentuhan pedagoginya terhadap dimensi sosial dan personal atau dimensi inteligensia
emosional atau emotional intelligence menurut Goleman (1996). Apabila kita
menganalisis, dimensi atau aspek sosial dan personal atau emosional ini memiliki aspek -
aspek emosi, nilai dan sikap, serta perilaku sosial yang satu sama lain memiliki saling
keterkaitan.
1. Emosi
Goleman (1996) mengartikan emosi sebagai suatu perasaan dan pikiran atau
suatu keadaan biologis dan Psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk
bertindak. Tercakup dalam emosi ini adalah amarah, kesehatan, rasa takut,
kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel, dan malu (Goleman, 1996 : 411 - 412) pikiran
emosional cenderung bersifat cepat, namun ceroboh atau tidak teliti.
Menurut W. T. Grand Consortiums, dalam Golem (1996 : 426 - 427)
keterampilan emosional mencakup hal - hal berikut: 1) Mengidentifikasi dan
memberi nama perasaan – perasaan; 2) Mengungkapkan perasaan; 3) Menilai
intensitas perasaan, 4) Mengelola perasaan; 5) Menunda pemuasan, 6)
Mengendalikan dorongan hati, 7) Mengurangi stress; 8) Mengetahui perbedaan
antara perasaan dan tindakan.
2. Nilai Dan Sikap
a. Nilai

6
Milton Rokeach dalam Banks (1977: 407 - 408) nilai adalah suatu jenis
kepercayaan yang ada dalam keseluruhan sistem kepercayaan seseorang,
mengenai bagaimana seseorang seharusnya atau tidak seharusnya berperilaku
atau perlu tidak sesuatu dicapai Nilai juga merupakan ukuran untuk menetapkan
baik dan buruk. Nilai dapat dibangun dalam satu tatanan atau sistem yang bisa
merupakan sistem nilai perseorangan atau kelornpok.
b. Sikap
Menurut Adport (1935) dalam winataputra (1989 : 148) sikap adalah suatu
kondisi kesiapan mental dan syarat yang terbentuk melalui pengalaman yang
memancarkan arah atau pengarah yang dinamis terhadap respons atau tanggapan
individu terhadap objek atau situasi yang dihadapinya. Dengan rumusan
sederhana sikap dapat dipahami sebagai kecenderungan seseorang untuh berbuat
berkenaan dengan objek atau situasi.
Sikap dapat bersifat senang atau tak senang, takut atau berani, penuh
perhatian atau acuh tak acuh, sayang atau benci, dan bertanggung jawab atau
lepas tangan. Dilihat dari kadarnya sikap juga dapat bersifat simpleks atau
sederhana atau dapat pula bersifat multipleks atau rumit.
3. Perilaku Sosial
Perilaku sosial juga sering disebut keterampilan sosial (Social Skills) atau
keterampilan studi sosial (Social Studies Skills) (Marsh dan Print, 1975, Jarolime,
1971). Keterampilan, seperti ditegaskan oleh Jarolimek (1971 : 65) mengandung
unsur profiency atau kemahiran dan the capability of doing something well atau
kemampuan melakukan sesuatu dengan baik. Keterampilan ini memiliki dua
karakteristik, yakni developmental atau bertahap dan practice atau latihan. Artinya,
keterampilan memerlukan latihan secara bertahap.
Keterampilan sosial pada dasarnya mencakup semua kemampuan operasional
yang memungkinkan individu dapat berhubungan dan hidup bersama secara tertib
dan teratur dengan orang lain Dengan demikian, dapat memerankan dirinya sebagai
aktor sosial yang cerdas secara rasional, emosional, dan sosial. Semua itu
mencerminkan pola perilaku sosial seseorang.
Kebutuhan praktis dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar dalam modul
ini akan disajikan beberapa model terpilih yang dapat diterapkan di SD. Model
tersebut akan berbentuk model perpaduan atau model eklektik yang dalam modul ini
kan dikemukakan sebagai berikut:

7
a. Pendekatan eksplositori berorientsi nilai dan sikap
b. Pendekatan analtik keteladan
c. Pendekatan kajian nilai.
d. Pendekatan integatif konsep dan nilai.

B. Pendekatan Eksplositori Berorientasi Nilai dan Sikap


Pendekatan ekspositori bertujuan untuk menyampaikan nilai / sikap secara
dialogis melalui ceramah, peragaan dan tanya jawab. Langkah – langkah guru dalam
melakukan pendekatan ini adalah: Guru memiliki suatu nilai yang sudah seharusnya
diterima oleh semua murid karena memang telah diterima kebenarannya, misalnya tertib,
cinta lingkungan, tanggung jawab sosial, berdagang dengan jujur, menghargai pahlawan.
Guru menyiapkan bahan peragaan berupa diagram, rekaman, clipping dan lain-lain. Guru
menyajikan konsep nilai dengan memanfaatkan peragaan yang telah disiapkan diselingi
dengan dialog yang hangat mengenai pentingnya nilai. Guru harus mampu menguasai
murid untuk menerapkan nilai - nilai yang telah dikaji dalam kehidupan sehari - hari,
misalnya tertib di rumah, tertib di jalan raya, tertib di sekolah, dan tertib di masyarakat.
Pada kesempatan selanjutnya guru meminta laporan penerapan nilai itu dan
membicarakannya kembali di kelas.

C. Pendekatan Analtik Keteladanan


Tujuan adalah menagkap nilai / sikap melalui nanalisis sampel keteladanan
dalam masyarakat dalam berbagai bidang, di berbagai tempat, dan di berbagai era / kurun
waktu, dan memotivasi murid untuk mangadaptasi keteladanan itu. Adapun Langkah –
langkah dalam melakukan pendekatan ini adalah 1) Guru memilih sampel keteladanan
dalam berbagai bidang / tempat / erat; 2) Guru membaca dan menyediakan sumber
informasi berupa, buku majalah, cliping, koran, gambar, rekaman, film dn lain - lain
mengenai teladan yang dipilih sebagi sampel; 3) Guru menyajikan pertanyaan mengapa;
4) Secara berkelompok murid mencari jawaban dengan memanfaatkan sumber yang
tersedia; 5) Guru memimpin diskusi kelas setelah masing- masing kelompok selesai
mendapatkan jawaban dari sumber yang tersedia; 6) Bersama murid guru
mengidentitikasi cirri-ciri keteladanan dari sampel; 7) Bersama murid guru memilih ciri
mana yang dapat diterapkan oleh murid - murid sesuai dengan tingkat usia dan
lingkungan; 8) Guru menugaskan murid untuk mencoba menerapkan ciri keteladanan

8
yang dipilih; dan 9) Pada kesempatan berikutnya guru meminta kesan - kesan penerapan
ciri keteladanan itu dari setiap murid.
Sumber informasi keteladanan dapat dikumpulkan bersama murid – murid.
Teladan yang dipilih dapat berasal dari pertibangan guru atau murid atau pilihan bersama
dan tidak memilih teladan yang kontroversi (menimbulkan pertentangan pendapat) atau
Dapat pula memilih teladan yang masih hidup.

D. Pendekatan Kajian Nilai


Tujuan pendekatan ini adalah menagkap nilai melatui kajian nilai antara
sistemati dan mendasar. Langkah – langkah dalam pelaksanaan pendekatan ini adalah:
1. Membahas apa hakikat dari objek peristiwa atau kebijaksanaan yang akan dinilai.
2. Membahas konsekuensi penerapan kriteria dalam hal ini untuk menilai masalah
pemerataan.
3. Menguji keberlahuan kriteria dengan cara melihat kekurangan dan kebaikan dari
kriteria itu.
4. Memberi justifikasi kriteria dengan cara melihat apakah kriteria itu dapat diterapkan
secara konsisten.
E. Pendekatan Integratif Konsep dan Nilai
Tujuan pendekatan ini adalah menangkap nilai yang melekat pada atau
merupakan implikasi nilai dan suatu konsep melalui kajian akademis. Langkah - langkah
yang dilakukan adalah:
1. Guru menetapkan suatu konsep yang akan dibahas yang memiliki implikasi nilai
atau mengandung nilai, misalnya konsep banjir diperkirakan memiliki implikasi nilai
Cinta lingkungan, kepedulian sosial, gotong - royong dan lain - lain.
2. Guru bersama murid membahas sebab dan akibat banjir secara akademis malalui
analisis pemecahan masalah dengan menggunakan tabel.
3. Memusatkan perhatian pada sebab dan akibat banjir dari sudut manusia, misalmya,
banjir, antara lain kenapa penebangan hutan. Akibat banjir, antara lain kesengsaraan.
4. Mengangkat isu nilai / sikap / moril dari masalah penebangan hutan dan
kesengsaraan melalui diskusi kelompok.
5. Membahas secara analisis cara - cara penanggulangan banjir dari sudut manusia dan
mengangkat isu nilai / sikap / moral yang terkait pada cara - cara itu.
6. Memusatkan perhatian pada faktor. Manusia termassuk pengetahuan nilai / sikap /
moral dalam menghadapi berbagi masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia.

9
7. Memberi penguasaan pentingnya unsur manusia khusus nilai, sikap,moral daiam
memelihara kelangsungan hidup agar lebih baik danlebih menenangkan.

MODUL 6
METODE, MEDIA, DAN PEMANFAATAN SUMBER
BELAJAR IPS SD KELAS RENDAH

Kegiatan Belajar 1:
Perencanaan Pembelajaran IPS serta Ranah dan Tingkatannya

A. Perencanaan Pengajaran IPS


Perencanaan merupakan sebuah proses melakukan persiapan dengan penuh
kecermatan dan komprehensif. Pada dasarnya, perencanaan dapat di pahami sebagai
sebuah proses pengambilan keputusan secara bertahap (More, 1992), dan merupakan
aspek yang penting supaya pembelajaran berjalan efektif.
Perencanaan pengajaran IPS dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu:
1. Perencanaan pengajaran sebagai teknologi adalah suatu perencanaan yang
mendorong penggunaan teknik-teknik yang dapat mengembangkan tingkah laku.
2. Perencanaan pengajaran sebagai suatu sistem adalah sebuah susunan dari sumber-
sumber dan prosedur-prosedur untuk menggerakkan pembelajaran IPS.
3. Perencanaan pengajaran sebagai sebuah disiplin adalah cabang dari pengetahuan
yang senantiasa memperhatikan hasil-hasil penelitian dan strategi pengajaran serta
implementasinya.
4. Perencanaan pengajaran sebagai sains adalah mengkreasi secara detail dari
pengembangan, implementasi, evaluasi, dan pemeliharaan akan situasi maupun
fasilitas pembelajaran.
5. Perencanaan pengajaran sebagai sebuah proses adalah pengembangan pembelajaran
secara sistemik yang digunakan secara khusus atas dasar teori-teori pembelajaran
dan pengajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran IPS.
6. Perencanaan Pengajaran sebagai sebuah realitas adalah ide pengajaran
dikembangkan dengan memberikan hubungan pengajaran dari waktu ke waktu
dalam suatu proses yang dikerjakan perencana dengan mengecek secara cermat

10
bahwa semua kegiatan telah sesuai dengan tuntutan sains dan dilaksanakan secara
sistematik.
Dengan mengacu kepada berbagai sudut pandang tersebut, maka perencanaan
program pengajaran IPS harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pengajaran yang
dianut dalam kurikulum. Penyusunan program pengajaran sebagai sebuah proses, disiplin
ilmu pengetahuan, realitas, sistem dan teknologi pembelajaran bertujuan agar
pelaksanaan pengajaran berjalan dengan efektif dan efisien. Kurikulum khususnya
silabus menjadi acuan penting dalam penyusunan program pengajaran, dan juga kondisi
guru, siswa, dan sekolah pun tak boleh diabaikan.

B. Ranah dan Tingkatannya dalam Pendidikan IPS SD


Tujuan mata pelajaran IPS di sekolah yang dituangkan dalam Standar
Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah dasar seperti
berikut ini:
1. Memahami identitas diri dan keluarga, seta mewujudkan sikap saling menghormati
dalam kemajemukan keluarga.
2. Memahami peranan Indonesia di era global
3. Mengenal gejala peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan negara tetangga.
4. Memahami perkembangan wilayah Indonesia, keadaan sosial negara di Asia
Tenggara serta benua-benua.
5. Menghargai peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan dan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia.
6. Mengenai sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajemukan teknologi di
lingkungan kabupaten/kota dan provinsi.
Seorang guru, tentunya membuat perencanaan pembelajaran yang akan dicapai
dalam setiap kegiatan belajar mengajar IPS di kelas. Goals dan objectives yang akan
dicapai biasanya dikelompokkan dalam area, atau ranah (domain). Dengan kata lain guru
harus menentukan ranah dan tingkatannya mana yang harus dicapai siswa. Setiap ranah
menjelaskan tujuan yang hendak dicapai dari mulai tingkatan sederhana sampai kompleks
Menurut Oliva, ada tiga kategori dasar, yaitu ranah kognitif, ranah psikomotor, ranah
afektif.
Ranah kognitif menurut Blomm memiliki tingkatan muai dari pengetahuan
sampai evaluasi. 6 tingkatan ranah kognitif adalah:

11
1. Mengingat menekankan kepada kemampuan mengingat informasi dengan ditandai
perilaku siswa seperti: menjelaskan, menyatakan, menyebutkan, mengingat dan
mengenali.
2. Pemahaman menekankan kepada mengorganisasikan bahan-bahan yang telah
dipelajari, ditandai dengan contoh perilaku seperti menghubungkan, menjelaskan,
membandingkan, dan menafsirkan.
3. Aplikasi menekankan kepada penguatan informasi pada situasi tertentu yang
ditandai dengan perilaku seperti memberikan contoh, menerapkan, memecahkan,
mendemonstrasikan, mengkalsifikasikan.
4. Analisa menekankan kemampuan beripikir kritis. Contoh karakteristiknya adalah
memberikan alasan, menganalisis, menjelaskan sebab akibat dan membuktikan.
5. Sintesis menekankan kepada kemampuan berpikir original dengan mengambil
bagian-bagian yang telah dipelajari menjadi kesatuan yang utuh. Contoh
karakteristiknya adalah mengemban, mencipatkan, menyusun, merencanakan dan
memecahkan.
6. Evaluasi menekankan pada kemampuan untuk membuat pertimbangan didasarkan
pada standar tertentu. Contoh perilakunya adalah memutuskan, menaksir,
mengukur/menilai, menyeleksi dan menyetujui atau tidak menyetujui.
Ranah afektif terdiri atas lima tingkatan, mulai dari yang sederhana, kesadaran
atau mempersepsi sesuatu sampai internalisasi sesuatu menjadi bagian dari hidupnya.
Kelima tingkatan ranah afektif adalah:
1. Penerimaan berupa kesadaran akan fenomena lingkungan. Contohnya mendengarkan,
menjelaskan, dan menghadiri.
2. Respon yaitu reaksi terhadap komunikasi atau fenomena dengan contoh membaca,
menulis, mengatakan dan berlatih.
3. Penilaian yaitu kepantasan sesuatu dari lingkungannya dengan contoh menghargai,
mengikuti, memilih dan menilai.
4. Pengorganisasian berupa melakukan pemilihan yang tepat berdasarkan nilai-nilai yang
mereka pegang. Contohnya seperti menyeleksi, membandingkan, menegaskan,
memprioritaskan dan mengatur.
5. Karakteristik yaitu perilaku siswa yang konsisten sesuai dengan nilai-nilai yang
berlaku. Contohnya menentukan, mendemonstrasikan, dan mempribadikan.

12
Ranah Psikomotor yang berkaitan dengan keterampilan fisik atau motorik pada
anak usia sekolah dasar. Harrow(1969) mengidentifikasi keterampilan psikomotor dalam
lima tingkatan yaitu imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi dan maturase atau kedewasaan.

C. Unit Pembelajaran dalam IPS


Unit pembelajaran atau satuan pelajaran merupakan bagian dari persiapan
pembelajaran dalam unit terkecil. Secara sistematis rencana pembelajaran dalam bentuk
satuan pelajaran adalah sebagai berikut:
1. Identitas mata pelajaran
2. Kompetensi dasar dan indikator yang hendak dicapai
3. Materi pokok
4. Media
5. Strategi pembelajaran
Tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran meliputi:
1. Kegiatan awal
Kegiatan pendahuluan bertujuan untuk memberikan motivasi kepada siswa,
memusatkan perhatian, dan mengetahuai apa yang telah dikuasai siswa berkaitan
dengan bahan yang akan dipelajari.
2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti adalah kegiatan utama untuk menanamkan, mengembangkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan dengan materi yang sedang diajarkan oleh
guru.
3. Penutup
Kegiatan penutup adalah kegiatan yang memberikan penegasan atau kesimpulan dan
penilaian terhadap penguasaan bahan kajian yang diberikan guru pada kegiatan inti.

Kegiatan Belajar 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pembelajaran yang baik menurut Gagne dan Briggs hendaknya


mengandung tiga komponen, yang disebut anchor point, yaitu 1) tujuan pembelajaran, 2)
materi pelajaran, pendekatan, dan metode mengajar, media pengajaran, dan pengalaman
belajar, dan 3) evaluasi keberhasilan. Unsur-unsur yang penting masuk dalam rencana

13
pengajaran adalah 1) Apa yang akan diajarkan; 2) Bagaimana mengajarkannya; 3)
Bagaimana mengevaluasi hasil belajarnya Adapun terkait format rencana pembelajaran,
memang tidak ada format baku alam penyusunannya. Dengan demikian guru diharapkan
dapat mengembangkan format-format yang baru. Dalam hal ini akan disajikan dua model
persiapan mengajar yang pada umumnya digunakan oleh para guru dalam membuat rencana
program pembelajaran. Adapun kedua model tersebut adalah
A. Model Ropes
Hunts (dalam Anbdul Majid, 2007:99-102) menyebut rencana prosedur
pembelajaran dengan singkatan ROPES yaitu Review, Overview, Presentation, Exercise,
Summary.
1. Review, kegiatan ini dilakukan dalam waktu 1 sampai 5 menit, yakni mencoba
mengukur kesiapan siswa untuk mempelajari bahan ajar dengan melihat pengalaman
yang sudah dimiliki oleh siswa.
2. Overview, overview dilakukan tidak terlalu lama antara 2-5 menit. Guru menjelaskan
program pembelajaran yang akan dilaksanakan pada hari itu dengan menyampaikan
isi secara singkat dan strategi yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
3. Presentation, dalam tahap ini guru sudah masuk pada proses telling, showing, dan
doing.
4. Exercise, suatu proses untuk memberikan kesempatan kepada siswa mempraktekkan
apa yang telah mereka pahami.
5. Summary, dimaksudkan untuk memperkuat apa yang telah mereka pahami dalam
proses pembelajaran
B. Model Satuan Pelajaran
Dalam KTSP Tahun 2006 sebuah perencanaan meliputi silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran,
materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.

14
Kegiatan Belajar 3
Pembelajaran Tematik

A. Pengertian dan Ciri Pembelajaran Tematik


Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi
pokok pembicaraan. Dengan tema diharapkan banyak keuntungan diantaranya:
1. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu
2. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi
dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama.
3. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik
dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu
selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan pemantapan.
4. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata.
5. Siswa mampu merasakan manfaat 6n makna belajar karena materi disajikan dalam
konteks tema yang jelas.
6. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dnegan mengaitlan matapelajaran
lain dengan pengalaman pribadi siswa.
7. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil
melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau
merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi makna belajar siswa.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil
melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau
merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi makna belajar siswa.
Beberapa ciri khas dari pembelajaran tematik meliputi:
1. Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan
kebutuhan anak usia SD.
2. Kegiatan belajar lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar
dapat bertahan lama.
3. Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa.
4. Menyajikan kegiatan belajar berisifat pragmatik sesuai permasalahan yang sering
ditemui siswa dalam lingkungannya

15
5. Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi
dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
6. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik sesuai
dengan minat dan kebutuhan siswa.
Manfaat yang diperoleh dengan pelaksanaan pembelajaran tematik adalah 1) Siswa
mampu melihat hubungan yang bermakna sebab materi pembelajaran lebih berperan
sebagai sarana atau alat bukan tujuan akhir; 2) Pembelajaran menjadi utuh sehingga
siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah;
3) Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan
semakin baik dan meningkat; dan 4) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi
dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan.

B. Karakteristik Pembelajaran Tematik


Dalam KTSP tahun 2006 secara eksplisit tergambar bahwa suatu model
pembelajaran tematik di SD memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Berpusat pada siswa
2. Memberikan pengalaman langsung
3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
5. Bersifat fleksibel
6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain yang menyenangkan

C. Implikasi Pembelajaran Tematik


1. Implikasi bagi guru
Dalam hal ini, guru diminta untuk lebih kreatif dalam menyiapkan kegiatan
belajar bagi anak-anak agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik,
menyenangkan, dan utuh.
2. Implikasi bagi siswa
Siswa harus lebih aktif dan siap dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang
bervariasi misalnya melakukan diskusi, penelitian sederhana, dan pemecahan
masalah.

16
3. Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media
a. Pembelajaran tematik pada hakikatnya menekankan pada siswa secara individual
maupun kelompok untuk aktif menggali dan menumukan konsep-konsep secara
holistik dan otentik. Sehingga membutuhkan berbagai sarana dan prasarana
belajar.
b. Memanfaatkan berbagai sumber belajar yang didesain secara khusus atau yang
tersedia dilingkungan sekitar.
c. Mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran yang bervariasi sehingga
membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang abstrak.
d. Masih dapat menggunakan buku ajar atau buku sumplemen khusus untuk masing-
masing mata pelajaran yang terinegrasi.
4. Implikasi terhadap pengaturan ruangan
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik perlu melakukan
pengaturan ruang agar suasana belajar menyenangkan.
5. Implikasi terhadap pemilihan metode
Sesuai dengan karakteristiknya, pembelajaran ini perlu disiapkan berbagai
variasi kegiatan dengan menggunakan multi metode. Misalnya percobaan, bermain
peran, tanya jawab, dan bercakap-cakap.

D. Tahap Persiapan Pembelajaran Tematik


Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, perlu dilakukan beberapa hal yang
meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan pemetaan KD, pengembangan
jaringan tema, pengembangan silabus dan penyusunan RPP.
1. Pemetaan Kompetensi Dasar
Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara utuh dan
menyeluruh tentang SK, KD, dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang
dipadukan dalam tema yang dipilih.
2. Menetapkan Jaringan Tema
Membuat jaringan tema yaitu menghubungkan KD dan indikator dengan
tema pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antara tema, KD
dan indikator dari setiap mata pelajaran.

17
3. Penyusunan Silabus
Hasil-hasil dari seluruh penyusunan sebelumnya dijadikan dasar dalam
penyusunan silabus. Komponen silabus terdiri dari standar kompetensi, kompetensi
dasar, indikator, pengalaman belajar, alat, dan penilaian.
4. Penyusunan Rencana Pembelajaran
Rencana pembelajaran ini merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa
yang telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran. Terkait komponen dalam rencana
pembelajaran tematik telah dirinci dalam modul.

E. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Tematik


Pelaksanaan pembelajaran tematik setiap hari dilakukan dengan menggunakan tiga
tahapan yaitu pembukaan, inti, dan penutup. Alokasi waktu untuk setiap tahapan adalah
kegiatan pembukaan kurang lebih satu jam pelajaran, inti 3 jam pelajaran, dan penutup
satu jam pelajaran.
1. Kegiatan Pendahuluan. Kegiatan ini dilakukan untuk menciptakan suasana awal
pembelajaran untuk mendorong siswa menfokuskan dirinya agar mampu mengikuti
proses pembelajaran dengan baik.
2. Kegiatan Inti. Daam kegiatan ini difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang bertujuan
untuk pengembangan kemampuan baca tulis dan hitung.
3. Kegiatan penutup. Kegiatan ini bertujuan untuk menyimpulkan dari kegiatan inti
yang sudah dilakukan. Contoh kegiatannya adalah menyimpulkan atau
mengungkapkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan, pesan-pesan moral dan
sebagainya.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendekatan sangat penting bagi guru karena guru dalam mata pelajaran IPS selain
berfungsi sebagai manajer kelas dan fasilitator, menjadi teladan aktor sosial. Salah satu
rujukan dalam memilih pendekatan yang sesuai untuk pembelajaran IPS adalah dengan
mempertimbangkan tujuan dan ruang lingkup kajian pengajaran IPS di Sekolah
Dasar. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran IPS adalah interdisipliner atau
multidisipliner. Artinya, dalam proses belajar mengajardi kelas IPS, para siswa
seyogianya diajak, dibina dan didorong agar dalam mengkaji atau memecahkan masalah
atau topik dipandang dari berbagai disiplin ilmu. Pendekatan yang dapat digunakan oleh
guru dalam pembelajaran IPS diantaranya pendekatan kognitif, Pendekatan Sosial,
Personal dan Perilaku.
Keberhasilan proses pembelajaran khususnya dalam pembelajaran IPS sangat
ditentukan oleh metode, media, dan sumber belajar yang digunakan dalam proses
pembelajaran baik di dalam maupun di luar ruangan.

B. Saran
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan, baik disengaja maupun tidak disengaja. Semoga makalah yang penulis
sajikan ini dapat menambah ilmu dan wawasan kita tentang “ Modul 5 dan Modul 6
Pembelajaran IPS SD”.
Penulis mengucapkan terimakasih atas partisipasi dosen pembimbing dan teman-
teman. pemakalah mengharapkan kritikan, dorongan, masukan, dan saran dari pembaca
atau peserta diskusi.

19
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan, Dani. 2016. Makalah Pendekatan dan Strategi Pembelajaran IPS SD. Kediri:
Unversitas Nusantara PGRI Kediri.
Sardjijo dan Ischak, 2019. Pendidikan IPS di SD. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
Team Dosen, 2016. Bahan Perkuliahan Pendidikan IPS SD Kelas Tinggi. Medan: Universitas
Negeri Medan.

20

Anda mungkin juga menyukai