Anda di halaman 1dari 74

Pandangan Hidup

dan
Kerajaan Allah

“Datanglah KerajaanMu, jadilah kehendakMu


di bumi seperti di sorga”
Pandangan Hidup dan Kerajaan Allah

Hak Cipta © 2016 oleh Eng Hoe, Lim

ISBN-13 :

ISBN-10 :

Hak Cipta dilindungi. Bagian-bagian dari buku ini dapat


diterjemahkan atau diproduksi ulang dengan seijin dari
pengarang. Untuk mendapatkan ijin, silahkan menulis ke
acts1322@gmail.com

4
Kata Pengantar
Buku ini ditujukan bagi orang-orang yang menerima bahwa
Alkitab itu benar dan menjadikannya sebagai dasar dalam
memahami kehidupan. Walaupun demikian apa yang akan
Anda baca di sini bisa menantang seluruh pemahaman Anda
tentang Alkitab dan kekristenan. Hampir semua orang yang
telah mendengar pesan ini mengatakan bahwa pesan ini
telah “memutarbalikkan” pemahaman mereka tentang
Alkitab dan kekristenan. Pesan ini tidak hanya berasal dari
saya. Ada orang-orang lain yang juga membawa pengajaran
tentang Kerajaan ini kepada umat Allah di seluruh dunia.
Saya menganjurkan Anda untuk membaca buku-buku yang
tercantum di halaman akhir.
Buku-buku dan makalah mengenai hal ini sering ditulis
untuk kalangan pembaca akademisi yang kritis, dan
karenanya mungkin agak berat untuk dicerna. Dalam buku
kecil ini saya berharap dapat menyampaikan pesan ini
dalam bentuk yang sederhana dan dapat dicerna oleh orang
awam. Ini adalah usaha saya yang sederhana untuk
membuat hal yang barangkali dianggap sebagai sesuatu
yang rumit menjadi mudah dipahami. Tema ini sebenarnya
tidak rumit namun membutuhkan perubahan paradigma.
Di akhir acara workshop Transformasi Kerajaan yang saya
lakukan, saya sering bertanya kepada para peserta
mengenai apa yang mereka dapatkan dari workshop itu.
Dalam satu workshop seorang pemimpin berkata begini,
“Mengapa kita semua yang adalah lulusan seminari dan
sudah menjadi pemimpin di berbagai gereja dan organisasi
misi selama bertahun-tahun tidak pernah melihat hal ini
sebelumnya?” Menanggapinya saya berkata, “Ada satu
pepatah Cina yang berbunyi seperti ini, “Ketika Anda berada
di atas gunung Anda tidak bisa melihat gunung”. Dia
tertawa terbahak-bahak dan berkata, “Jadi, kami semua
lahir di gunung, dan kami tidak pernah turun dari gunung
itu.” Kemudian dia menambahkan, “Saya pikir kami baru

1
saja turun dari gunung dan untuk pertama kalinya kami
melihat seperti apa gunung itu.”
Dalam buku saya yang pertama ‘Injil Kerajaan–Menyingkap
Isi Hati Allah’1 saya membahas sedikit mengenai konsep
perubahan paradigma. Kemudian saya mengatakan bahwa
kita memerlukan perubahan paradigma dalam pemahaman
kita mengenai Injil–bukan sebagai Injil Keselamatan tetapi
sebagai Injil Kerajaan. Setelah turun dari gunung, esai ini
akan membawa kita lebih jauh lagi, yakni untuk
mendapatkan gambaran yang lebih besar dari “gunung
kita”. Sembari kita melakukannya, kita juga akan melihat
“gunung-gunung” yang lain di sekitar kita dan tanpa
diragukan lagi kita bahkan akan lebih menghargai gunung
kita.
Meskipun Yesus tidak menggunakan kata-kata “pandangan
hidup” atau “pola pikir” atau “perubahan paradigma”, saya
yakin bahwa sebenarnya Dia sedang berbicara tentang hal
yang sama ketika Dia berbicara tentang kantong anggur
(Luk.5:37-39). Rasul Paulus memperingatkan kita supaya
tidak menjadi serupa dengan dunia ini tetapi supaya kita
berubah oleh pembaharuan akal budi, sehingga kita dapat
membedakan yang manakah kehendak Allah; apa yang baik,
yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna
(Rom.12:2). Seandainya pesan ini dapat dikurangi menjadi
hanya dua poin, maka akan menjadi demikian: Kita perlu di
merdekakan dari dusta-dusta animisme dan sekularisme,
dan kita memerlukan perubahan paradigma dari pandangan
hidup “keselamatan dari dunia ini” kepada pandangan
hidup “Kerajaan Allah di bumi”. Lalu kita perlu untuk
menghidupi kebenaran ini sebagai garam dan terang dunia.
Harap dipahami bahwa esai singkat ini bukanlah merupakan
satu kajian yang komprehensif mengenai Kerajaan Allah.
Ada aspek-aspek penting lain mengenai Kerajaan seperti
iman dan doa, kuasa serta karya Roh Kudus yang tidak
dibahas di sini. Saya hanya membahas tema pandangan

2
hidup dan bagaimana pandangan hidup itu mempengaruhi
pemahaman kita tentang Alkitab, khususnya tentang
Kerajaan Allah.
Satu hal terakhir yang perlu di ingat sebelum Anda mulai
membaca esai ini: Yesus mengatakan bahwa rahasia
Kerajaan Allah tersembunyi dari orang bijak dan orang
pandai tetapi hanya dinyatakan kepada “orang kecil”
(Luk.10:21, Mat.13:11).

Eng Hoe
acts1322@gmail.com
https://acts1322issachar.wordpress.com
Ringkasan :
 Dunia ini diperintah oleh ide-ide. Banyak dari ide-ide ini
merupakan asumsi dan setengah kebenaran yang
berasal dari pandangan hidup seseorang. Kebanyakan
orang tidak sadar bahwa mereka memiliki pandangan
hidup yang menyaring dan menginterpretasi apa yang
mereka lihat. Termasuk orang-orang Kristen.
 Ide-ide memiliki konsekuensi. Pandangan hidup
animisme akan menghasilkan fatalisme, menyerah pada
nasib, dan akibatnya menghasilkan kemandekan dan
kemiskinan. Pandangan hidup sekularisme menghasilkan
ketakutan dan ketamakan, egoisme dan akan berujung
pada kekacauan dan kehancuran.
 Pandangan hidup Theisme Alkitabiah memandang
kehidupan dalam hubungannya dengan Allah yang
menciptakan kita untuk menjadi serupa dengan Dia:
komunitas, kasih, kebenaran, kebajikan, kekudusan,
kreatif, keteraturan, struktur, kerja, waktu, visi,
perencanaan, produktif, kemajuan, pengembangan,
menanggulangi/menguasai, dan sebagainya.
 Semua budaya dan bangsa memiliki kebenaran dan
kebohongan dalam pandangan hidup dan kepercayaan
mereka. Kebenaran menuntun kepada kemajuan,

3
pengembangan, kesehatan, dan kehidupan (hidup yang
berkelimpahan) sebagaimana yang direncanakan dan
dimaksudkan Allah. Kebohongan-kebohongan menuntun
kepada kemandekan, penyimpangan, kematian dan
kehancuran.
 Iblis mencuri, membunuh dan membinasakan hidup
berkelimpahan yang dimaksudkan Allah bagi kita dengan
menanamkan kebohongan-kebohongan dalam pikiran
orang-orang. Kita bisa dimerdekakan hanya jika
kebenaran menyingkapkan kebohongan-kebohongan
tersebut.
 Orang Kristen mungkin saja tidak sadar bahwa mereka
memiliki akar animistik dan sekuler yang dalam karena
dibesarkan dalam budaya yang animistik atau
dipengaruhi oleh budaya tersebut.
 Kepercayaan inti dari kebanyakan orang Kristen juga
keliru, berdasar pada pandangan hidup “keselamatan
dari dunia ini” yang mengasumsikan bahwa dunia ini
sedang menuju kebinasaan dan bahwa Allah tidak peduli
lagi pada dunia ini, dan kita juga tidak harus peduli.
 Pandangan hidup Alkitabiah yang benar melihat
Kerajaan Allah yang telah datang menginvasi bumi.
Karena Yesus telah mengalahkan iblis dan kepadaNya
telah diberikan seluruh kekuasaan di sorga dan di bumi,
maka kita bekerja bersama Allah dalam memajukan
kerajaanNya dengan cara memuridkan, bukan hanya
individu-individu, tetapi bangsa-bangsa, untuk
menghasilkan transformasi budaya yang selaras dengan
budaya Kerajaan Allah.

Pengantar
Saya akan memulai dengan 3 cerita:
a) Petani Indonesia: Saya punya seorang teman di
Singapura yang bergerak dalam bidang agribisnis. Beberapa
tahun yang lalu dia memulai usaha pertanian di Indonesia

4
untuk menghasilkan sayur-sayuran yang akan dijual di
supermarket-supermarket di Singapura. Dia mengupah
petani pekerja harian Indonesia untuk bekerja di lahan
pertaniannya. Waktu itu mereka dibayar US$ 1 per hari,
sebesar upah normal buruh tani harian di Indonesia pada
saat itu. Kalau mereka datang bekerja maka mereka dibayar
dengan uang rupiah setara dengan US$ 1 pada sore harinya.
Kalau mereka tidak datang bekerja maka mereka tidak
mendapat bayaran. Ketika panen pertama mereka berhasil,
teman saya memutuskan untuk memberikan hadiah kepada
para petani tersebut atas kerja keras mereka dan dia juga
memberikan insentif supaya mereka bekerja lebih giat lagi.
Dia berkata kepada para petani itu, “Mulai besok kalian
akan digaji Rp 20.000 (setara dengan US$ 2 per hari) bukan
lagi Rp 10.000 (setara US$ 1 per hari).” Para petani tersebut
senang sekali mendengarnya.
Coba tebak apa yang terjadi keesokan harinya? Tidak ada
seorang pun yang datang untuk bekerja. Para petani
tersebut istirahat. Karena mereka akan digaji US$ 2 untuk
kerja satu hari, maka mereka memutuskan untuk bekerja
selang seling, satu hari kerja lalu satu hari istirahat. Dengan
cara ini mereka tetap mendapat pemasukan yang sama
seperti sebelumnya. Tetapi mengapa tidak bekerja saja
setiap hari dan memperoleh pemasukan dua kali lipat? Ide-
ide apa yang sedang bermain dalam pikiran para petani ini
sehingga mereka berpikir dengan cara demikian?
b) Donatur India: Seorang perintis jemaat di India
menerima sejumlah uang dari seorang donatur untuk
membangun gedung gereja. Sebelum dia memulai proyek
tersebut dia mendengar bahwa ada seseorang di desa itu
yang akan menjual anak gadisnya ke pelacuran. Dia pergi
menjumpai laki-laki tersebut dan membujuk supaya dia
tidak menjual anak gadisnya. Laki-laki tersebut mengatakan
bahwa dia tidak punya cara lain untuk mendapatkan uang
membayar hutangnya kepada lintah darat. Para lintah darat
tersebut telah mengancam akan membunuhnya dan
5
membakar rumahnya jika dia tidak membayar hutangnya.
Dia berkata kepada si perintis jemaat, “Kalau Anda bisa
memberikan saya uang untuk membayar hutang itu, Anda
bisa mengambil anak gadis saya.”
Perintis jemaat tersebut menelepon sang donatur dan
menanyakan apakah dia bisa menggunakan uang gedung
gereja untuk menyelamatkan gadis tersebut supaya tidak
dijual ke pelacuran. Donatur itu berkata, “Berikan saya
waktu dua hari untuk berpikir dan berdoa mengenai hal
itu.” Dua hari berlalu. Sang donatur belum juga
menghubungi si perintis jemaat. Akhirnya si perintis jemaat
menelepon. Sang donatur berkata, “Saya sudah membuat
keputusan. Uang itu hanya bisa digunakan untuk bangunan
gereja.” Sangat disayangkan, laki-laki tersebut akhirnya
menjual anak gadisnya ke pelacuran. Mengapa donatur
tersebut tidak menganggap bahwa menyelamatkan gadis
tersebut lebih penting?
c) Imam dan orang Lewi: Cerita ini disampaikan oleh Yesus
sendiri. Anda pasti tahu ceritanya. Cerita ini dikenal sebagai
perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati.
Seorang laki-laki berjalan dari Yerusalem ke Yerikho. Di
tengah jalan dia dipukuli sampai babak belur, dirampok dan
ditinggalkan hampir mati. Seorang imam lewat tapi tidak
berhenti untuk menolong laki-laki itu. Seorang Lewi juga
lewat tetapi dia juga menyimpang ke seberang jalan.
Seorang Samaria datang dan dia berbelas kasihan pada laki-
laki yang telah dirampok itu lalu menolong dia dan
merawatnya. Mengapa imam dan orang Lewi lewat saja dari
seberang jalan?
Ketiga cerita ini memiliki persamaan. Pada setiap cerita ada
suatu evaluasi terhadap apa yang lebih penting. Para petani
menilai bahwa hari istirahat di sela-sela hari kerja lebih
berharga daripada kerja dan penghasilan yang akan
didapatkan. Sang donatur menilai bangunan gereja (atau
namanya yang akan melekat pada gedung itu) lebih

6
berharga daripada hidup si gadis. Imam dan orang Lewi
menilai sesuatu yang lain lebih berharga daripada hidup
laki-laki yang dirampok itu.
Kita tidak bisa tahu pasti kemana imam dan orang Lewi
tersebut sedang berjalan, tetapi karena laki-laki yang
dirampok sedang berjalan dari Yerusalem ke Yerikho,
sementara imam dan orang Lewi lewat dari seberang, maka
kemungkinannya mereka sedang berjalan ke arah yang
berlawanan–dari Yerikho ke Yerusalem. Kemana lagi
seorang imam dan orang Lewi akan pergi? Barangkali
mereka tidak mau dicemarkan sehingga tidak bisa
mengikuti ibadah di Bait Allah, atau mereka tidak mau
terlambat untuk menghadiri ibadah? Pada dasarnya,
apapun alasannya, mereka menganggap bahwa kegiatan
kerohanian mereka lebih penting dari hidup laki-laki yang
telah dirampok itu.
Ketika kita menimbang-nimbang ketiga cerita ini, kita
bertanya-tanya tentang ide atau kepercayaan apa yang
sedang bermain dalam pikiran para petani, donatur, dan
imam dan orang Lewi yang mengakibatkan mereka menilai
dan memutuskan dengan cara mereka itu. Ada hal lain lagi
mengenai sistem nilai para petani yang mempengaruhi
keputusan mereka. Bukan hanya mereka telah keliru dalam
menghargai kerja, tetapi keputusan mereka itu juga
merupakan cerminan bagaimana mereka menilai diri
mereka sendiri: “Kita hanyalah petani bernilai US$ 1 per
hari. Kita bukanlah petani bernilai US$ 2 per hari.” Mereka
tidak bisa melihat diri mereka sebagai sesuatu yang lebih
dari sekedar petani senilai US$ 1 per hari.
Dimanapun saya menceritakan cerita ini di dunia Barat atau
di Singapura atau di Cina, tidak ada seorang pun yang bisa
menebak apa yang akan terjadi keesokan harinya. Tetapi
ketika saya menceritakan cerita ini di India atau Indonesia,
atau Bangladesh, atau Papua Nugini, atau Afrika, banyak
yang dengan mudah menebak apa yang akan terjadi

7
keesokan harinya. Cukup lazim dalam budaya pada bangsa-
bangsa ini untuk menganggap kerja sebagai suatu kutukan
atau hukuman bagi dosa-dosa di kehidupan sebelumnya,
atau sebagai beban untuk dihindari sedapat mungkin.
Juga sudah diketahui secara umum bahwa orang-orang
miskin yang berada diantara bangsa-bangsa tersebut tidak
bisa membayangkan diri mereka menjadi sesuatu yang lain
melebihi apa yang sudah ditentukan oleh karma mereka (di
Indonesia mereka menyebutnya “takdir” atau “nasib”).
Kepercayaan akan karma membentuk dasar nilai-nilai hidup
mereka. Bagi donatur, imam dan orang Lewi kehidupan
rohani mereka menentukan bagi mereka apa yang lebih
penting–gedung gereja atau Bait Suci, atau agama mereka.
Bukan orang. Cerita-cerita ini mengilustrasikan kekuatan
kepercayaan-kepercayaan atau ide-ide dan pandangan
hidup yang mendasarinya.
Sebaliknya, saya harus menceritakan kepada Anda cerita
yang ke-empat. Beberapa tahun yang lalu saya bepergian ke
Amerika Serikat. Teman saya menjemput saya di bandara
dan membawa saya ke kediamannya. Rumahnya terletak di
pinggiran sebuah kota kecil di bagian Barat laut Amerika
Serikat. Saat itu bulan Februari. Salju baru saja turun, tetapi
langit benar-benar cerah dan biru dan matahari sedang
bersinar dan udara terasa dingin dan segar. Suasananya
benar-benar menakjubkan. Karena baru datang dari
Malaysia yang panas dan lembab, saya merasa seperti baru
saja mendarat di planet lain. Barangkali sorga itu adalah
sesuatu yang seperti ini, saya pikir. Ketika kami tiba di
kediamannya, dia bilang bahwa keluarganya sedang tidak
ada di rumah. Kami memutuskan untuk pergi jalan-jalan
menikmati pemandangan di luar. Ketika kami keluar dari
rumahnya, dia menutup pintu dan kami mulai berjalan ke
arah gerbang depan. Saya pikir mungkin dia lupa mengunci
pintu rumahnya, lalu saya berkata, “Hey, sepertinya kamu
lupa mengunci pintu.” Dia menjawab, ”Tidak, saya tidak
lupa. Kami tidak mengunci pintu rumah kami. Di daerah ini
8
tidak ada orang yang mengunci pintu mereka.” Saya
penasaran apakah dia hanya bercanda, jadi saya tanya lagi,
“Kamu tidak bercanda kan? Kamu serius kalau di daerah ini
tidak ada orang yang mengunci rumahnya dan tidak ada
yang kehilangan?” Dia berkata, “Ya, bahkan kalau pun kami
bepergian selama dua minggu, kami tidak pernah mengunci
pintu.” Saya terkejut. Saya berpikir dalam hati, “Ini tidak
bisa dipercaya. Apakah saya baru saja tiba di sorga?”
Di lain waktu, saya pernah tinggal dengan satu keluarga di
daerah lain di Amerika Serikat–sebuah kabupaten kecil di
pantai Timur. Kami pergi ke toko untuk membeli sekotak
susu. Tidak ada orang di toko itu. Teman saya mengambil
sekotak susu dan menaruh sejumlah uang ke dalam sebuah
mangkok yang berisi uang kertas dan koin di meja.
Kemudian dia mengambil kembalian yang tepat dari dalam
mangkok lalu kami pulang ke rumah untuk minum kopi. Ini
telah menjadi kebiasaan di kabupaten itu sepanjang yang
dia bisa ingat. Saya takjub. Tentu saja hanya sedikit tempat
seperti itu yang masih tersisa di Amerika Serikat, tetapi apa
yang terbukti adalah bahwa orang-orang yang tinggal di dua
tempat di Amerika Serikat ini menghargai integritas,
kepemilikan properti, kasih kepada sesama, dan
kepercayaan, sehingga di sana tidak lagi dibutuhkan hukum
untuk memaksa mereka berperilaku benar. Hukum-hukum
luaran tidak akan mengubah manusia. Apa yang dibutuhkan
adalah perubahan dari dalam. Ketika pandangan hidup,
kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai orang berubah,
maka pilihan-pilihan dan perilaku yang benar akan secara
alami mengikuti.
1. Dunia ini diperintah oleh ide-ide
Dunia ini diperintah bukan oleh para politisi atau
pemerintah-pemerintah, tetapi oleh ide-ide–mengapa kita
ada, apa tujuan utama dalam hidup, apa itu uang, apa itu
kebahagiaan, apa arti kebebasan, apa itu pekerjaan, apa itu
kasih, apa itu bisnis, apa itu ras, apa itu agama, apa itu

9
kebenaran, mengapa ada ketidakadilan dan begitu banyak
kepedihan dan penderitaan di dunia, apa solusi dari
masalah-masalah yang ada di dunia, apa peran pemerintah,
kemana sejarah akan berjalan pada akhirnya, dan lain-lain.
Entah kita menyadarinya atau tidak, ide-ide apapun yang
kita pegang, ide-ide tersebut memiliki konsekuensi. Ide-ide
itu membentuk kita menjadi apa adanya kita dan juga
membentuk dunia.
Akan tetapi, kebanyakan orang tidak sadar akan ide-ide
yang mempengaruhi pikiran-pikiran mereka dan yang
membentuk mereka, juga tidak sadar bagaimana ide-ide
menentukan arah yang mereka ambil dalam kehidupan
mereka. Termasuk juga orang-orang kristen. Kebanyakan
orang kristen beranggapan bahwa cara pandang mereka
terhadap kehidupan telah berdasar pada apa yang diajarkan
oleh Alkitab. Hanya sedikit orang yang mau meluangkan
waktu untuk mempertimbangkan ide-ide apa yang
sesungguhnya sedang mempengaruhi mereka, atau apakah
ide-ide tersebut benar-benar berasal dari Alkitab.
Kebanyakan ide-ide ini berasal dari setengah kebenaran
yang telah ditanamkan oleh iblis bukan hanya dalam pikiran
orang-orang tidak percaya tetapi juga dalam pikiran
kebanyakan orang kristen.2 Mereka memandang pekerjaan,
keberhasilan, kemiskinan, persoalan-persoalan sosial dan
politik dengan cara yang sama seperti orang-orang tidak
percaya.
Selain itu, bahkan ada kesalahan yang serius dalam
kepercayaan inti kebanyakan orang kristen mengenai Allah
dan tujuan-tujuanNya di bumi bagi kita, berdasar pada ide-
ide yang tidak Alkitabiah meskipun di asumsikan sebagai
Alkitabiah. Alhasil, iblis telah cukup berhasil menetralkan
orang-orang kristen sehingga tidak turut terlibat dalam
memajukan Kerajaan Allah di bumi. Sebelum kita
melanjutkan memeriksa apa-apa saja ide-ide yang salah ini,
apa asumsi-asumsi yang salah dan setengah kebenaran itu,

10
dan konsekuensi-konsekuensinya, kita perlu memahami
konsep pandangan hidup yang merupakan asal dari semua
ide.
2. Apakah Pandangan Hidup itu?
Bayangkan jika kita melemparkan sebuah batu ke dalam air
kolam. Sebagaimana riak keluar dari pusat dimana batu
menyentuh air, pandangan hidup kita merupakan pusat dari
segala sesuatu mengenai diri kita, darimana segala sesuatu
dalam hidup kita berasal. Diagram ini menjelaskan mengapa
kita menjadi seperti apa adanya kita dan mengapa kita
melakukan apa yang kita lakukan.

Sumber : Model Budaya diadaptasi dari G Linwood Barney


in David Hesselgrave’s Communicating Christ Cross-Culturally.

Mengapa orang-orang berperilaku seperti yang kita lihat


mereka tunjukkan? Perilaku seseorang timbul dari pilihan-
pilihan yang dia buat. Tetapi bagaimana dia membuat
pilihan-pilihan? Pilihan-pilihan yang dia buat ditentukan
oleh nilai-nilai yang dia punya–apa yang dia anggap benar-
benar bernilai dan penting (secara sadar atau tidak). Pada
gilirannya, nilai-nilainya keluar dari kepercayaan-
kepercayaannya–apa yang dia anggap benar.

11
Kebanyakan orang sadar akan kepercayaan-kepercayaan
mereka, namun ada hal yang lebih dalam dan lebih
fundamental daripada kepercayaan seseorang, yakni
pandangan hidup atau persepsi seseorang akan realitas.
Akan tetapi kebanyakan orang tidak sadar akan pandangan
hidup mereka, yang diatasnya kepercayaan-kepercayaan
dan nilai-nilai mereka di dasarkan, yang pada gilirannya
menentukan pilihan-pilihan yang mereka buat serta
perilaku dan konsekuensi yang dihasilkan. Pandangan hidup
seseorang sama seperti sepasang kacamata tak terlihat
(yang tidak disadari keberadaannya) yang melaluinya orang
tersebut memandang, mempersepsikan, dan
menginterpretasi segala sesuatu di sekitarnya. Karena
kebanyakan orang tidak sadar akan pandangan hidupnya,
maka mereka juga tidak sadar bagaimana pandangan hidup
tersebut menentukan apa yang mereka lihat atau
bagaimana mereka melihat.
Sebagai contoh pertimbangkanlah betapa akan berbedanya
setiap orang ini memandang kehidupan dan dunia ini:
seorang seniman, seorang teroris pelaku bom bunuh diri,
seorang pengusaha, seorang ahli bedah otak, seorang
pemulung sampah, seorang penjahat yang mengeraskan
hati, dan seseorang seperti
Bunda Theresa. Betapa jauhnya
perbedaan asumsi yang
mereka buat masing-masing
mengenai kehidupan! Apa yang
dilihat oleh setiap orang tidak
tergantung pada apa yang ada
di sana untuk dilihat tetapi
pada bagaimana mereka
Sumber : Darrow Miller melihat. Dengan kata lain, kita
Discipling Nations
tidak melihat hal-hal
sebagaimana adanya mereka tetapi sebagaimana adanya
kita3. Tetapi kebanyakan orang tidak sadar akan saringan ini
atau pada bagaimana mereka melihat segala sesuatu. Kita

12
bisa memiliki persepsi yang terbatas atau bahkan
kepercayaan yang salah mengenai sesuatu berdasarkan
asumsi-asumsi yang salah yang kita buat tetapi tidak
mengetahuinya karena kita tidak sadar akan asumsi-asumsi
yang kita buat.
Sebagai contoh, banyak orang berpikir bahwa ketika kita
sedang berbicara tentang Allah, kita sedang berbicara
tentang gereja atau tentang agama. Mereka berasumsi
bahwa Allah, gereja dan agama adalah hal yang sama.
Mereka berpikir bahwa Anda sedang mencoba untuk
menjadikan mereka menjadi bagian dari gereja Anda atau
bahwa Anda sedang mencoba memperkenalkan agama
kepada mereka. Di dunia Barat banyak orang telah
kehilangan kepercayaan terhadap agama yang terorganisir.
Di Asia, banyak orang melihat gereja dan kekristenan
sebagai agama orang Barat. Contoh lain adalah para orang
tua di Asia yang mengkritik anak-anak mereka dengan
asumsi bahwa kritikan itu akan membangun karakter anak-
anak mereka. Diantara bangsa-bangsa yang kurang
berkembang sudah merupakan asumsi umum bahwa
perempuan lebih rendah dari laki-laki. Dan kebanyakan
orang mulai dengan asumsi bahwa uang akan memecahkan
masalah-masalah mereka.
Dengan demikian, pandangan hidup adalah satu cara
pandang yang mendefinisikan, menginterpretasi dan
menjelaskan apa yang kita lihat.4 Pandangan hidup dapat
juga digambarkan sebagai serangkaian asumsi dan
kepercayaan yang dianut secara sadar atau tidak sadar oleh
seseorang mengenai susunan dasar dunia dan bagaimana
dunia berfungsi.5 Kepercayaan-kepercayaan dan asumsi-
asumsi yang menentukan bagaimana kita melihat
kehidupan tertanam dengan mendalam di pikiran kita.6
Dalam banyak kejadian, kita tetap tidak sadar akan
kehadiran atau pengaruh mereka sampai saat pandangan-
pandangan alternatif menantang mereka. Pertimbangkan
kembali pandangan hidup dari petani Indonesia, donatur,
13
dan imam serta orang Lewi. Bagaimana mereka
memandang kehidupan?
3. Pandangan Hidup Memiliki Konsekuensi
Ada banyak pandangan hidup yang berbeda-beda di dunia
saat ini. Ada orang yang menghitung sampai 15. Saya tahu
bahwa orang-orang yang mempelajari pandangan hidup7
akan memprotes usaha saya dalam menyederhanakan
beberapa hal di sini, tetapi demi tujuan buku ini, demi
keringkasan dan demi para pembaca awam, saya pikir
pandangan hidup secara umum dapat dibagi dalam tiga
kategori --- Animisme, Sekularisme dan Theisme.

Pandangan Hidup

Animisme Theisme Sekularisme

Islam Kristen Yudaisme

Keselamatan dari dunia ini Kerajaan Allah di bumi

Dalam animisme apa yang nyata adalah dunia roh; dunia


fisik adalah ilusi. Dalam sekularisme apa yang nyata adalah
dunia fisik; dunia roh adalah ilusi. Dalam theisme, baik
dunia roh maupun dunia fisik adalah nyata. Cara lain untuk
melihat hal ini dengan sederhana: Dalam animisme ada
banyak dewa. Dalam sekularisme tidak ada tuhan. Dalam
theisme hanya ada satu Tuhan. Theisme dapat dibagi lagi
kedalam Islam, Kristen, dan Yudaisme. Masing-masing
tentunya menghasilkan konsekuensi yang berbeda-beda.
Dalam esai ini kita hanya akan membicarakan animisme,
sekularisme dan kekristenan. Kita tidak akan membicarakan
pandangan hidup Yudaisme atau Islam. Poin penting yang
harus kita catat adalah bahwa apapun pandangan hidup
14
seseorang, suatu bangsa atau suatu budaya, pasti ada
konsekuensinya. Pandangan hidup memberikan kita kunci
kepada pemahaman mengapa dunia menjadi sebagaimana
adanya–mengapa budaya-budaya menjadi seperti apa
adanya, mengapa sebagian bangsa-bangsa berkembang
pesat sementara bangsa-bangsa lain terbelakang dan
berkubang dalam kemiskinan atau bahkan dalam kekacauan
dan penyakit sosial. Dalam kategori kekristenan, meskipun
ada sub-kategori yang lain, kita akan melihat perbedaan
antara dua kategori utama pandangan hidup: yang satu
dapat digambarkan sebagai pandangan hidup “Keselamatan
dari dunia ini”, dan yang satunya lagi adalah pandangan
hidup “Kerajaan Allah di bumi”. Masing-masing memiliki
konsekuensinya tersendiri–apakah kita akan melibatkan diri
dan melayani dan mempengaruhi, atau kita memisahkan
diri dan menarik diri dari masyarakat sekitar kita.

4. Animisme
Penganut animisme percaya
bahwa dunia rohlah yang nyata.
Dunia fisik adalah suatu ilusi. Apa
yang terjadi di dunia fisik
ditentukan oleh jutaan dewa-
dewa di dalam dunia roh yang
berubah-ubah dan tak terduga- Sumber : Darrow Miller,
Discipling Nations
duga. Sebagai contoh, dalam
agama Hindu diyakini ada sebanyak 330 juta dewa.Banjir
dan gempa bumi, kekeringan dan penyakit, dan musibah
adalah akibat dari dewa-dewa atau kekuatan-kekuatan roh.
Kebanyakan dari kekuatan-kekuatan roh ini diyakini suka
berubah-ubah dan jahat. Hal-hal buruk terjadi ketika para
dewa marah atau lalai terhadap kebutuhan manusia.
Solusinya adalah dengan terus-menerus menenangkan para
dewa. Selain itu tidak ada yang bisa dilakukan. Manusia
sudah terperangkap. Para dewalah yang memegang kendali.
Manusia tidak memegang kendali. Kalau Anda terlahir

15
miskin, maka memang sudah menjadi karma Anda untuk
miskin sebagai hukuman atas dosa-dosa dalam hidup Anda
sebelumnya.
Dalam pandangan hidup ini, orang-orang melihat diri
mereka sebagai makhluk tak berdaya dan tidak mampu
mengubah apa-apa di dalam dunia yang diperintah oleh
orang-orang berkuasa dengan kekuatan-kekuatan roh yang
memegang kendali di belakang mereka. Akibatnya, mereka
memiliki cara pandang yang fatalistik terhadap kehidupan
dan mereka pasrah pada keadaan mereka. Tujuan mereka
adalah untuk mampu bertahan hidup dalam siklus
eksistensi tanpa akhir dan melepaskan diri dari dunia ini.
Penderitaan sudah ditakdirkan dan itu merupakan cara bagi
seseorang untuk menjalani karmanya. Karena itu tidak ada
gunanya mencoba mengubah sesuatu atau bekerja keras
atau memperbaiki. Bahkan, mencoba mengubah karma
berarti melawan sistem dan ada ketakutan bahwa hal yang
lebih buruk akan terjadi pada Anda jika berusaha melawan
sistem yang ada.
Penganut animisme beralasan bahwa lebih baik mereka
“membayar kewajiban mereka” dan menahankan
penderitaan dalam hidup ini supaya mereka tidak harus
menjalaninya lagi nanti di kehidupan berikutnya. Bukan saja
mereka tidak berusaha untuk mengubah dan memperbaiki
hal-hal bagi diri mereka sendiri, bahkan tidak ada alasan
mengapa orang-orang harus ditolong karena menjalani
penderitaan dianggap sebagai kebajikan berharga dengan
tujuan supaya semakin naik menuju nirwana atau moksha.
Beberapa budaya animistik mungkin menganjurkan
kebaikan dan pengampunan, akan tetapi setiap usaha yang
dilakukan oleh seorang penganut animisme dalam
menolong orang miskin mungkin saja hanya dilakukan
untuk tujuan-tujuan menumpuk pahala dan pada akhirnya
mencapai nirwana atau moksha bagi diri sendiri.

16
Dalam pandangan hidup animisme, ada orang-orang yang
ditakdirkan berkuasa untuk memerintah atas orang-orang
lain sementara orang-orang lainnya lahir untuk diperintah
dan untuk melayani orang-orang yang berkuasa. Satu-
satunya cara untuk mencapai sesuatu adalah dengan
menduduki suatu posisi kekuasaan atau kendali. Apakah
konsekuensi dari pandangan hidup dimana segala sesuatu
dilihat melalui kacamata kekuasaan dan dimana kaum yang
lemah hanya menyerah kalah pada ketidakberdayaan,
fatalisme dan penyerahan pada kekuatan-kekuatan yang
lebih tinggi yang suka berubah-ubah (roh-roh atau
manusia)? Sudah jelas. Ini akan menghasilkan kemiskinan.
Karena hal inilah mengapa kita menemukan kebanyakan
bangsa-bangsa di dunia yang memiliki animisme sebagai
pandangan hidup dominan dalam budaya mereka, masih
tetap berakar kuat dalam kemiskinan.
Pandangan hidup kekuasaan ini juga menjelaskan mengapa
bangsa-bangsa yang sama ini juga merupakan bangsa-
bangsa yang paling korup di dunia. Sudah menjadi
kebiasaan umum dalam animisme dimana mereka-mereka
yang merasa terperangkap dan tidak bisa melakukan apa-
apa terhadap situasi mereka, menenangkan roh-roh dengan
harapan bahwa roh-roh tersebut tidak akan menyakiti
mereka tetapi sebaliknya akan melindungi dan memberkati
mereka. Dengan alasan yang sama, orang-orang yang
merasa tak berdaya, menenangkan (menyuap) mereka-
mereka yang berkuasa dan yang memegang kendali dengan
harapan untuk mendapatkan perlindungan dan/atau
berkat-berkat atau mendapatkan suatu manfaat dalam
lingkup kendali mereka. Sementara itu mereka yang
memerintah atas orang-orang yang tidak berdaya atau
mereka yang menerima suap mempercayai bahwa hal itu
memang sudah menjadi karma mereka–bahwa mereka
diberkati oleh dewa-dewa mereka untuk menduduki posisi
kekuasaan tersebut.

17
Karena itu suap dan korupsi begitu melekat dan telah
dirasionalisasi di dalam budaya-budaya yang pandangan
hidupnya animistik. Jika Anda membandingkan daftar PBB
berisi negara-negara terkaya dan termaju sampai dengan
negara-negara paling terbelakang di dunia8, dengan daftar
negara-negara paling tidak korup sampai negara-negara
paling korup di dunia yang dikeluarkan oleh Transparency
International9, Anda akan menemukan kedua daftar
tersebut hampir paralel.
Karena penganut animisme menganggap bahwa dunia yang
kelihatan ini adalah sementara, maka cukup normal bagi
mereka untuk tidak menghargai atau bertanggung jawab
atas lingkungan mereka dan menerima kekotoran dan
kerusakan di tempat-tempat umum sebagai bagian yang
normal dari hidup yang hanya sementara.
5. Sekularisme
Sekularisme adalah kebalikan dari
animisme. Sekularisme melihat
realitas sebagai hal yang pada
hakekatnya fisikal. Yang ada
hanyalah hal fisik dan materi.
Tidak ada pencipta, ataupun satu
pribadi Allah yang peduli. Segala
Sumber : Darrow Miller,
sesuatu yang tidak dapat dilihat, Discipling Nations
dideteksi atau diukur oleh panca
indera dianggap tidak ada. Karena itu dunia sekuler
beroperasi dalam sistem tertutup dimana sumber daya
terbatas adanya: jika seseorang mendapatkan sesuatu,
berarti orang lain harus kehilangan.10
Apakah konsekuensi dari hal ini? Meskipun mungkin ada
orang sekuler yang menunjukkan belas kasihan, sekularisme
(yang juga dikenal sebagai naturalisme) sebagai pandangan
hidup dan filsafat, dengan jelas melahirkan ketakutan dan
ketamakan–takut akan ketidakcukupan dan keserakahan
untuk mendapatkan lebih banyak lagi. Berdasarkan
18
pemahaman bahwa sumber daya terbatas adanya, maka
muncul ketakutan tidak bisa mencukupi diri sendiri dan
dengan demikian perhatian utama adalah untuk
memastikan persediaan bagi diri sendiri. Pemeliharaan diri
sendiri menjadi kepentingan utama dan motivasi untuk
hidup. Berdasarkan pendekatan ini, rasa percaya dan kasih
kepada sesama tidak ada. Setiap orang hidup bagi dirinya
sendiri. Jika kita adalah penganut sekularisme, kita kasihan
kepada orang miskin dan memberikan apa yang kita pikir
bisa kita berikan tanpa terlalu memberatkan diri kita.
Ketidakamanan dan ketakutan mendorong orang-orang
untuk percaya bahwa ada kebutuhan untuk memegang
kendali-bahkan mengendalikan orang-orang lain untuk
menghilangkan persaingan yang dikuatirkan akan muncul.
Pandangan hidup sekularisme sedang menyebar, menulari
dan mentransformasi budaya-budaya di seluruh dunia,
tetapi hanya segelintir orang yang mau berhenti sejenak
untuk mempertimbangkan konsekuensinya. Jika pandangan
hidup ini dibawa kepada kesimpulan logis, maka akan
berakhir pada kekecewaan dan kemungkinan kehancuran
besar dan penghentian kehidupan itu sendiri. Kebanyakan
penganut sekularisme belum mempertimbangkan dengan
mendalam seluruh akibat dari asumsi-asumsi mereka, tetapi
jika tidak ada satu pribadi Allah yang maha tinggi yang
menciptakan segala sesuatu dan yang mendefinisikan
segala sesuatu, maka segala sesuatu menjadi subjektif dan
relatif. Jika setiap orang adalah kompas bagi dirinya sendiri,
dan tidak ada kompas moral atau titik acuan eksternal yang
objektif yang akan memandu kita dalam menentukan
sesuatu itu baik atau jahat secara moral, atau benar atau
salah, benar atau palsu, bagaimana kemudian sesuatu itu
dapat dikatakan sebagai yang baik atau jahat, atau benar
atau salah, atau benar atau palsu?
Dari sudut pandang sekuler, meskipun manusia mungkin
sudah berevolusi menjadi spesies yang paling tinggi,

19
manusia masih tetap merupakan satu bundel zat-zat kimia.
Jika seluruh pemikiran-pemikiran dan perasaan-perasaan
kita hanyalah merupakan proses-proses kimiawi yang
berespon terhadap rangsangan luar, maka seiring dengan
berjalannya waktu dan dengan pengalaman, manusia
mungkin bisa menilai apa yang lebih disukai dan apa yang
tidak disukai. Tetapi hal ini tidak sama dengan mengatakan
bahwa sesuatu itu baik atau jahat. Dari perspektif sekuler,
manusia tidak berbeda dari substansi fisik lain yang tidak
memiliki kualitas moral bawaan. Dalam hal ini, maka tidak
ada juga sesuatu dalam diri manusia yang bisa
memberitahu dirinya tentang apa yang baik atau jahat.
Jika apa yang benar bagi seseorang bisa salah bagi orang
lain, bukankah kebohongan dan penipuan juga akan bisa
diterima? Jika apa yang diterima sebagai kebenaran atau
nilai-nilai moral adalah seperti pasir bergerak yang bisa
berubah sewaktu-waktu tergantung pada apa dan
bagaimana setiap orang mendefinisikannya, dan setiap
orang mendefinisikan apa yang baik atau jahat, sejati atau
palsu, benar atau salah, bagi dirinya sendiri, lalu harapan
apa yang kita nantikan bagi dunia yang seperti itu? Ke
dalam situasi inilah budaya Barat sedang berevolusi dan
gagasan-gagasan ini sedang disebarluaskan ke seluruh dunia
melalui jangkauan media modern yang sedang berkembang
pesat.
Apakah konsekuensi dari pandangan hidup yang seperti ini?
Ketika dunia Barat meninggalkan dasar-dasar moral Kristen
mereka dan meninggalkan Tuhan dan membuat diri mereka
menjadi pusat dari segala sesuatu, maka mereka menjadi
tuhan bagi dirinya sendiri. Bukan hanya menentukan bagi
dirinya sendiri akan menjadi apa dirinya, apa arti
kehidupan, dan arah mana yang akan dia ambil, bahkan ada
orang-orang yang akan bertindak sebagai tuhan dalam
kehidupan orang lain. Mereka menjadi makin pintar dan
berkuasa dalam mengendalikan dan memanipulasi orang
lain dan menciptakan struktur-struktur yang melayani
20
kepentingan mereka. Sementara itu dendam, kebencian
dan kekecewaan akan tumbuh di hati orang-orang lain yang
tidak mampu mendaki sampai ke puncak.
Bukankah hal ini yang kita lihat sedang marak di dunia
seiring dengan menyebarnya ide-ide sekularisme dan
materialisme di seluruh dunia? Apakah kita melihat orang-
orang yang semakin berbelas-kasihan atau orang-orang
yang menjadi semakin kecewa, skeptis, dan egois?
Apa yang terjadi jika semua orang mempercayai keyakinan
sekularisme, bahwa tidak ada moral yang mutlak dan
bahwa kita hidup dalam satu sistem tertutup dimana
sumber daya terbatas adanya, dan bahwa semua orang
hidup untuk dirinya sendiri? Apakah konsekuensi yang
terjadi ketika keuntungan lebih diprioritaskan daripada
pertimbangan-pertimbangan moral dan orang-orang tidak
peduli akan dampak yang ditimbulkan oleh mesin penghasil
uang mereka terhadap orang lain, terhadap sumber daya
alam dunia, dan lingkungan?
Bukankah ini yang menjadi alasan dibalik begitu banyaknya
eksploitasi yang tidak berperikemanusiaan atas perburuhan
murah di negara-negara dunia ketiga? Bukankah ini juga
yang menjadi alasan dibalik hebatnya polusi industri dan
pengrusakan yang ceroboh atas sumber daya alam yang
akhirnya berujung pada pemanasan global, dan yang pada
gilirannya akan menimbulkan kerusakan yang lebih parah
dan kehancuran lingkungan dan ekosistem dunia? Dan apa
yang akan terjadi jika semua orang mempercayai ide-ide
penganut sekularisme bahwa pada akhirnya tidak akan ada
jawaban dan bahwa hidup ini pada dasarnya adalah tanpa
arti. Bukankah ini akan menghasilkan kekacauan dan pada
akhirnya kehancuran segala sesuatu?
Kita tentu saja tidak bisa mengatakan bahwa semua
penganut sekuler tidak bermoral dan bahwa mereka tidak
menghormati kehidupan dan tidak peduli dengan
lingkungan alam dunia. Sebagai contoh, orang-orang di
21
negara-negara Skandinavia yang cenderung semakin tidak
percaya akan adanya Tuhan namun dikenal sebagai orang-
orang paling bahagia di planet ini dengan keyakinan yang
mendalam tentang integritas dan nilai hidup manusia, dan
memiliki perhatian paling besar bagi lingkungan alam.
Tetapi kita harus mempertanyakan darimana mereka
mendapatkan nilai-nilai yang demikian? Sudah pasti bukan
dari sekularisme. Apa yang akan kita dapatkan jika kita
mengambil contoh satu negara yang pada dasarnya sekuler
dan belum pernah merasakan manfaat dari nilai-nilai
Alkitabiah mempengaruhi budaya mereka?
Cina merupakan satu contoh kasus. Jika bukan karena
pemerintahan komunis yang otoriter yang memelihara
hukum dan keteraturan sehingga keuntungan dan
materialisme dapat terus berkembang, sekularisme di Cina
akan dengan cepat menghancurkan nilai-nilai keluarga
tradisional Cina dan dengan cepat menghancurkan
lingkungan alam mereka. Jika dua-duanya sama-sama
sekuler, lalu apa yang membuat perbedaan antara kualitas
hidup yang kita lihat pada bangsa-bangsa Skandinavia
dengan kualitas hidup di Cina? Saya yakin perbedaannya
adalah ini–bangsa-bangsa Skandinavia memiliki sejarah
panjang yang dipengaruhi bahkan ditransformasi oleh nilai-
nilai Alkitabiah, sementara budaya di Cina tidak
mendapatkan manfaat dari pengalaman yang demikian.
Namun ada sesuatu mengenai Cina yang
mendemonstrasikan dengan jelas apa yang terjadi jika
masyarakat mengalami perubahan pandangan hidup.
Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan Cina sangat luar
biasa dalam kurun waktu 30 tahun terakhir. Meskipun ada
faktor-faktor lain yang terlibat, titik balik yang datang
adalah ketika pemerintah Cina membuat perubahan yang
fundamental dalam memandang populasi mereka--bukan
sebagai satu milliar mulut untuk diberi makan, tetapi satu
milliar manusia dengan warisan budaya yang telah memiliki

22
nilai-nilai pendidikan yang berakar kuat, kerja keras,
kewiraswastaan, keteraturan, struktur, tugas dan
tanggungjawab. Dengan mengenali hal tersebut dan dengan
mengijinkan perdagangan bebas dan membuat
masyarakatnya bebas bekerja sendiri, pendapatan per
kapita negara ini telah meroket sejak saat itu11. Namun Cina
telah melalui jalan yang panjang sampai akhirnya bisa
melihat masyarakatnya sebagai manusia-manusia yang
diciptakan segambar dan serupa dengan Allah, bukan hanya
sebagai pekerja-pekerja atau mesin-mesin yang
menghasilkan kekayaan ekonomi dan kekuasaan.

6. Theisme Alkitabiah – Pandangan Hidup Kerajaan Allah


Jika animisme berujung pada kekacauan dan kemiskinan,
dan sekularisme menghasilkan kehidupan yang berpusat
pada diri sendiri dan pada akhirnya membawa kerusakan
dan kehancuran segala sesuatu, apa itu Theisme Alkitabiah
dan apa konsekuensi-konsekuensinya?
Saya sering menanyakan pertanyaan ini dalam workshop
tentang Kerajaan yang saya selenggarakan: Mengapa Tuhan
menciptakan kita? Jawaban-jawaban yang biasa saya dapat
adalah: untuk mentaati Dia, untuk melayani Dia, untuk
menyembah Dia, untuk mengasihi Dia, untuk berkuasa, dan
untuk mengelola ciptaan; tetapi yang paling sering adalah
“untuk memuliakan Dia” tapi tidak banyak yang mampu
menjelaskan apa artinya. Dalam satu pertemuan seorang
wanita berusia 70-an menjawab, “Saya pikir pertanyaan
Anda sama dengan pertanyaan, “Apa tujuan hidup?” Saya
dengan cepat menyetujuinya. Kemudian dia berkata, “Saya
telah lama sekali memikirkan pertanyaan ini dan telah
sampai pada kesimpulan bahwa tidak ada jawaban untuk
pertanyaan ini. Ini akan tetap jadi misteri. Tuhan pasti
punya tujuan mengapa Dia menciptakan kita, tetapi kita
tidak akan pernah mengetahuinya.”

23
Seseorang telah memberikan satu ilustrasi yang bagus
tentang apa yang telah terjadi pada gereja. Dia mengatakan
bahwa hal ini sama seperti orang yang datang terlambat
menonton film sehingga tidak melihat bagian awalnya. Pada
saat kita baru saja menemukan kursi kita di dalam
kegelapan ruangan bioskop dan langsung duduk, cerita film
sudah sampai pada bagian penyelamatan dan kita
ditangkap dan dihanyutkan oleh drama penyelamatan
tanpa mengetahui cerita awal maupun tentang apa cerita
itu sesungguhnya. Semua jawaban–untuk mentaati,
mengasihi, melayani, menyembah, dan lain-lain dan
khususnya untuk memuliakan Dia, tidak diragukan lagi
adalah benar, namun mereka kehilangan inti utamanya. Jika
seandainya Allah sedang duduk bersama kita sekarang
disini, dan kita bertanya kepadaNya mengapa Dia
menciptakan kita, saya yakin apa jawabanNya. Saya yakin
karena jawaban itu sudah ada dalam Alkitab. Jawaban itu
sudah ada di dalam Alkitab selama 4000 tahun terakhir
tetapi entah mengapa kebanyakan orang percaya tidak
pernah melihatnya.
Dalam Kej. 1:26 Allah berkata, “Baiklah kita menciptakan
manusia menurut gambar dan rupa Kita..” Dengan kata lain,
Allah akan menjawab, “Aku menciptakan engkau untuk
menjadi seperti Aku.” Dalam Theisme Alkitabiah, seluruh
kehidupan didefinisikan oleh satu pribadi Allah yang maha
tinggi yang menciptakan kita untuk menjadi seperti Dia.
Tujuan hakiki dari setiap orang, yang telah diberikan hati
dan pikiran untuk memilih, adalah untuk diubahkan menjadi
semakin serupa dan semakin serupa dengan Dia. Dari
pengertian siapa Allah itu, seperti apakah DiriNya, kita
menemukan tujuan kita. Dan ketika kita mencerminkan
karakter Allah maka kita memuliakan Dia. Langit
menceritakan kemuliaan Allah dan cakrawala
memberitakan perbuatan tanganNya (Maz.19:1) tetapi dari
semua yang telah diciptakan Sang Seniman, sudah pasti
tidak ada karya seni yang akan memuliakan Sang Seniman

24
lebih daripada sesuatu yang diciptakan oleh Sang Seniman
untuk menjadi seperti diriNya.. yang benar-benar
menghidupi rancangan dan tujuan tersebut.
Jadi apa artinya menjadi serupa dengan Allah? Gereja telah
dengan setia mengajarkan beberapa atribut Allah seperti
kekudusan, kebajikan dan keadilan. Namun ada atribut-
atribut lain yang telah disingkapkan Allah bagi kita
mengenai diriNya yang ingin saya tekankan di sini. Atribut-
atribut yang lain yang saya akan bagikan di sini akan
memberikan kepada kita gambaran yang lebih lengkap
tentang siapa Allah itu, yang darinya kita mengetahui untuk
menjadi apa kita dirancang, atau bagaimana kita dirancang
untuk berfungsi. Atribut-atribut ini juga menyingkapkan
kepada kita apa itu Kerajaan Allah karena karakter Kerajaan
itu berasal dari karakter Rajanya:
6.1 Komunitas dan Kasih
Kebanyakan orang kristen mengenal Allah, Anak dan Roh
Kudus sebagai “Tritunggal yang Kudus”, tetapi jarang benar-
benar memikirkan bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus
adalah satu tim, satu kemitraan, dan satu komunitas. Jika
kita diciptakan untuk menjadi serupa dengan Dia, maka
Allah bermaksud menjadikan kita bukan hanya sebagai
individu-individu tetapi juga untuk menjadi komunitas. Ini
artinya kita tidak bisa utuh tanpa orang lain. Karena itulah
mengapa mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri
adalah bagian dari hukum yang terutama dan seharusnya
mendefinisikan bagi kita apa kerohanian yang sejati itu.
Kerohanian yang sejati bukanlah seperti yang dikira oleh
banyak orang yakni sejenis “kerohanian batiniah” yang
berfokus pada diri sendiri (sebagaimana diajarkan dalam
mistisisme dunia Timur) tetapi merupakan suatu fokus pada
orang lain. Dalam percakapan antara ahli hukum dan Yesus,
mengapa Yesus menceritakan perumpamaan tentang orang
Samaria yang baik hati? Mengapa Dia membandingkan dan
memperlihatkan perbedaan antara imam dan orang Lewi
25
yang rohani dengan orang Samaria yang tidak rohani? Jelas
sekali, itu untuk memperbaiki ide yang salah yang dimiliki
oleh orang Yahudi. Kerohanian yang sejati bukanlah
pertunjukan tugas-tugas agamawi, juga tidak diukur dari
seberapa banyak kita berdoa atau mengenal Alkitab.
Kerohanian yang sejati adalah kasih kepada Allah dan kasih
kepada manusia, khususnya kasih bagi orang-orang yang
sedang membutuhkan.
Jika dapat dikatakan bahwa ada kebenaran-kebenaran inti
tertentu dalam Alkitab, saya percaya salah satunya pastilah
bahwa Allah adalah kasih dan bahwa kita diciptakan untuk
menjadi seperti Dia, yang berarti kita diciptakan untuk
mengasihi. Kita menjadi paling serupa dengan Dia, paling
hidup, dan menemukan sukacita dan pemenuhan terbesar
kita ketika kita mengasihi–ketika kita merasakan perasaan
orang lain, ketika kita memberi, dan ketika kita membawa
sukacita dan melayani orang lain. Bukan ketika kita
tenggelam dalam diri sendiri, dan mengumpulkan, dan
menimbun harta dan melayani diri sendiri. Ini merupakan
satu hal yang paradoks, namun semakin kita mencari
pemenuhan untuk diri kita sendiri, semakin jauh kita berada
dari pemenuhan itu karena kita akan semakin jauh dari
tujuan mengapa kita diciptakan. Tetapi semakin kita
menjauhkan pandangan kita dari diri sendiri dan mengasihi
dan memberi dan melayani, maka kita akan semakin dekat
dengan tujuan Allah menciptakan kita, dan kita akan
semakin mengalami pemenuhan.12
Menjadi komunitas berarti berbagi semua sumber daya
yang telah Allah berikan kepada kita dengan orang-orang
lain. Kecerdasan, keahlian-kehlian dan kemampuan saya
tidak diberikan oleh Tuhan kepada saya hanya untuk
memberkati “saya, aku, diriku” dan keluargaku, tetapi
dimaksudkan untuk dibagikan khususnya kepada mereka
yang sedang membutuhkan (2 Kor.8:13-14). Ini adalah
hukum yang terutama, dan kita bahkan dapat menyebutnya

26
Konstitusi Kerajaan: Kita mengasihi Allah dengan segenap
hati, jiwa, akal budi dan kekuatan dan mengasihi sesama
seperti mengasihi diri sendiri. (Mark.12:30-31, Rom.13:8-9).
Ketika kita mengenal kasihNya, dan jika KasihNya
memerintah dalam hati kita, tidak hanya ketakutan yang
akan hilang (1Yoh.4:18), tetapi memberi akan menjadi satu
sukacita. Lagipula, janji Allah adalah bahwa lebih
berbahagia memberi daripada menerima karena yang
memberi akan menerima lebih banyak lagi sebagai
gantinya.
Dalam dunia dimana setiap hari berita-berita selalu negatif,
pertanyaan yang tidak terungkapkan yang terus menerus
dipertanyakan adalah apakah manusia benar-benar bisa
hidup berdampingan. Dengan begitu banyaknya hal yang
mengobrak-abrik masyarakat, apa artinya menjadi
komunitas? Yesus mengatakan kepada kita bahwa kasihlah
yang mengikat kita bersama dan membuat kita menjadi
komunitas. Yesus berdoa supaya kita menjadi satu sama
seperti Dia dan Bapa adalah satu, sehingga oleh kasih ini
(bukan oleh kotbah atau ceramah kita tentang kasih, tetapi
benar-benar kasih yang sesungguhnya) orang-orang akan
ditarik kepadaNya (Yoh.13:34-35, Yoh.17:21-23). Ini terbukti
dalam gereja mula-mula (Kis. 2:44-47, 4:32-35). Dunia ini
sedang menantikan komunitas yang sejati.
Dalam Theisme Alkitabiah, Allah memanggil manusia untuk
bersatu denganNya dan Allah memberi kita RohNya
sehingga kita bisa bersatu dengan Dia. Allah juga telah
merancang seluruh kehidupan di bumi untuk berkembang-
biak melalui kesatuan antara jantan dan betina dari setiap
spesies. Alam membuktikan prinsip ini, bahwa kehidupan
dapat berkembang-biak dan terus berkelanjutan hanya jika
ada kasih dan kesatuan dan komunitas, dan kepenuhannya
hanya dapat ditemukan dalam Theisme Alkitabiah. Tidak
demikian dengan animisme dimana terjadi pengasingan
antara dewa-dewa dan manusia, dan antara manusia dan
manusia (kasta yang berdasarkan karma dan sukuisme), dan
27
pengasingan dalam diri manusia itu sendiri (manusia
diasingkan dari identitas dirinya yang sejati sebagai pribadi
yang diciptakan segambar dengan Allah). Begitu juga halnya
dengan sekularisme dimana terjadi pengasingan antara
manusia dengan manusia (setiap orang hidup bagi diri
sendiri), dan dalam diri manusia itu sendiri (manusia
diasingkan dari identitas dirinya sebagai pribadi yang
memiliki jiwa).
6.2 Kreatifitas
Jika Allah adalah pencipta kita, dan kita diciptakan untuk
menjadi seperti Dia, maka kita juga diciptakan untuk
menjadi kreatif. Itu berarti kita harus menggunakan pikiran
kita untuk berinovasi dan menanggulangi tantangan-
tantangan yang kita hadapi. Itu juga berarti bahwa kita tidak
hanya berusaha mencari solusi atas masalah yang kita
hadapi di lingkungan kita tetapi kita juga harus menemukan
cara dan sarana untuk memajukan, mengembangkan dan
meningkatkan kualitas hidup bagi semua orang di bumi.
6.3 Keteraturan dan struktur
Allah adalah Allah yang teratur dan terstruktur. Meskipun
setara dengan Bapa, Anak tunduk kepada Bapa. Karena itu
kita diciptakan dalam keserupaan untuk memiliki
keteraturan dan struktur di dalam keluarga dan di dalam
hubungan-hubungan kita. Kita juga diciptakan untuk
memiliki keteraturan dan struktur dalam segala sesuatu di
dalam kehidupan. Bukan ketidakteraturan dan kekacauan,
atau kurangnya perencanaan atau ketiadaan perencanaan
sama sekali, yang biasa kita lihat dalam begitu banyak
budaya dan bangsa-bangsa dimana pikiran-pikiran
masyarakatnya masih berakar dengan kuat dalam agama-
agama palsu–cerminan dari dunia spiritual yang kacau yang
mereka percayai. Alkitab mengatakan bahwa apapun yang
kita sembah itulah yang kita anggap berharga, dan kita akan
menjadi seperti apa yang kita anggap berharga. Maka tidak
mengherankan mengapa budaya-budaya animistik
28
mempertontonkan kekacauan yang kita lihat dalam cara
hidup mereka–satu cerminan dari kekacauan di antara
dewa-dewa yang mereka sembah yang tak dapat di duga-
duga, yang cemburu dan berubah-ubah dan berperang satu
sama lain.
6.4 Bekerja
Dalam penciptaan, Allah bekerja selama enam hari dan
pada hari yang ketujuh Allah beristirahat. Karena Allah
bekerja (Yoh.5:17) dan kita diciptakan untuk menjadi
seperti Dia, maka kita diciptakan untuk bekerja. Bukan
hanya itu, dalam kitab Kejadian, Allah juga menempatkan
manusia di taman Eden untuk mengerjakan dan
memelihara taman itu (Kej.2:15). Ini terjadi sebelum
kejatuhan manusia ke dalam dosa. Jadi, bekerja bukanlah
satu kutukan (seperti yang diajarkan oleh beberapa orang)
tetapi lebih merupakan satu hadiah dan berkat untuk
dinikmati. Sama seperti pencipta kita, ketika kita bekerja
dengan semangat keunggulan dan menghasilkan sesuatu,
kita dapat melangkah mundur dan memandang hasil kerja
kita dan merasakan suatu sensasi kepuasan dan seperti
Pencipta kita, kita berkata “sungguh ini amat baik”.
Ketika kita bekerja dengan cara demikian bukan hanya pada
hal-hal yang besar saja, tetapi bahkan pada hal yang paling
sederhana seperti mencuci piring, atau menyapu lantai,
atau menyusun rak, dan kita menghasilkan sesuatu yang
teratur dan indah, dan kita bersuka di dalamnya, kita
sedang memenuhi sebagian dari keserupaan dengan Allah
yang merupakan tujuan penciptaan kita. Itu akan menjadi
bagian dari penyembahan (memberi nilai) kepada Allah
yang telah menciptakan kita. Budaya-budaya yang
menghargai kerja dan keunggulan dalam bekerja dan yang
menikmati pekerjaan maupun hasil kerja mereka terbukti
jauh lebih maju daripada budaya-budaya yang menganggap
bekerja sebagai satu kutukan atau hanya sebagai beban
untuk mencari nafkah.13

29
6.5 Visi, Perencanaan, Organisasi, Tahap-tahap
Kemajuan, Pengembangan, Manajemen Waktu
Sebelum Allah mencipatakan manusia pada hari ke enam,
Dia menciptakan lingkungan yang akan menopang
kehidupan manusia. Dia juga memberikan kepada manusia
keindahan lingkungan alam untuk dinikmati. Hanya dari
enam hari penciptaan saja, kita dapat melihat bukan saja
keteraturan, struktur dan pengembangan, tetapi kita dapat
melihat Allah sebagai satu Pribadi yang memiliki visi, yang
berencana (Maz.33:11, Yer.29:11, Ef.1:11), yang
mengorganisir, dan bekerja dalam tahap-tahap kemajuan
yang sistematis dan berorientasi waktu menuju satu tujuan.
Ini menjelaskan kepada kita bahwa Allah menciptakan kita,
seperti diriNya, untuk berfungsi dengan cara yang sama
denganNya dalam hidup kita--memiliki visi, perencanaan,
pengorganisasian, keteraturan, struktur, langkah-langkah
kemajuan dan pengembangan yang sistematis. Tidak
terperangkap dalam siklus eksistensi tanpa makna atau
dalam reinkarnasi seperti yang didiktekan oleh animisme.
Jelas terlihat pada masa kini bahwa budaya-budaya yang
masih belum menghargai atau mempraktekkan visi
(Ams.29:18) dan perencanaan, dan yang kurang dalam
keteraturan, struktur dan organisasi, dan manajemen waktu
hanya memiliki sedikit kemajuan atau perkembangan.
Sedihnya, konsep tentang keteraturan, struktur, organisasi,
visi, perencanaan dan manajemen waktu telah dianggap
oleh banyak orang kristen sebagai hal-hal yang sekuler.
Karena kita gagal melihat aspek-aspek dari karakter Allah
tersebut, dan bahwa kita diciptakan untuk menjadi serupa
dengan Dia, bahkan ada orang-orang kristen taat yang
percaya bahwa berencana itu adalah hal yang tidak rohani.
Perencanaan dan kerja tentu saja harus dilakukan bersama
Allah, tidak terpisah dari Dia (Yoh.15:5, Ams.3:5-6,
Yoh.5:19). Allah menciptakan segala sesuatu bagi diriNya
sendiri, dan Yesus datang untuk memperdamaikan segala
sesuatu dengan diriNya sehingga Dia akan menjadi Tuhan
30
atas semuanya (kol.1:15-20). Itu berarti bahwa biologi,
kimia, fisika, matematika, obat-obatan, geografi, seni,
musik, akuntansi, hukum, ekonomi, bisnis, pemerintahan,
politik, dan lain-lain perlu dipahami dari perspektif
Alkitabiah, bukan dari perspektif sekuler.
Hanya sedikit orang yang mengetahui hal ini, namun 123
universitas dan sekolah tinggi pertama di Amerika Serikat
termasuk Harvard dan Yale didirikan oleh orang-orang yang
terinspirasi oleh Alkitab untuk membawa pengembangan
dan transformasi kepada dunia.14 Namun, karena
pemahaman yang salah tentang kerohanian dan
keduniawian, gereja telah menarik diri kepada pemisahan
antara yang sakral dan sekuler,15 dan menarik diri dari
dunia. Sedihnya, universitas-universitas tersebut telah
diambil alih oleh penganut sekularisme, dan pada zaman ini
merekalah yang mendefinisikan bagi kita apa itu dunia dan
bagaimana dunia seharusnya berfungsi dan beroperasi.
6.6 Produktifitas dan Wilayah Kekuasaan
Allah juga berfirman kepada manusia untuk menghasilkan
buah dan berkembang biak. Jadi kita diciptakan untuk
bekerja secara kreatif dengan memakai apa yang Allah telah
berikan kepada kita dan menjadi produktif. Allah
memberikan kita benih untuk dikerjakan, tetapi ini tidak
harus terbatas pada benih-benih fisik yang menghasilkan
tanaman yang menghasilkan buah-buah, tetapi juga benih-
benih sebagai ide-ide kreatif yang dapat berkecambah
dalam pikiran kita untuk menghasilkan hal-hal dalam ilmu
pengetahuan (teknik, arsitektur, transportasi dan
perjalanan, obat-obatan dan kesehatan, dan lain-lain) dan
seni (musik, tulisan, lukisan, desain, drama, dan lain-lain)
yang mengandung efisiensi dan keindahan dan yang
memberkati bangsa-bangsa.16
Allah bermaksud supaya manusia berkuasa dan
memerintah atas seluruh ciptaanNya dan atas semua yang

31
telah ditempatkanNya dibawah kekuasaan manusia. Ini
berarti bahwa kita harus menanggulangi dan menaklukkan,
bukannya ditaklukkan oleh alam atau oleh unsur-unsur
situasi di sekitar kita. Untuk menanggulangi tentu saja
dibutuhkan kreatifitas, visi, perencanaan dan kerja. Yesus
berkata kepada ketujuh jemaat di dalam kitab Wahyu
bahwa mereka harus menang. Yesus sendiri telah menang
dan sekarang duduk di sebelah kanan Allah BapaNya. Kita
juga harus menang mengatasi bukan hanya tantangan-
tantangan yang kita hadapi dan keputusasaan-
keputusasaan kita (Rom.8:17-39, Ibr.12:1-2), tetapi juga
menang mengatasi iblis (Why.12:11) sehingga kita bisa
memerintah dan berkuasa bersamaNya (Why.3:21). Saya
yakin, seluruh kehidupan sebenarnya adalah suatu ujian
dan kesempatan untuk belajar menang menanggulangi.17
Satu contoh yang bagus tentang menguasai wilayah dan
menjadi produktif dapat dilihat dalam perbedaan antara
orang Palestina dan Yahudi. Ketika orang-orang Palestina
memandang negeri mereka, apa yang mereka lihat
hanyalah padang gurun dan dengan mudah mereka
menyimpulkan bahwa negeri itu telah dikutuk. Tetapi ketika
orang-orang Yahudi memandang padang gurun yang sama
apa yang mereka lihat adalah tanah perjanjian yang telah
diberikan Allah bagi mereka. Jadi, orang-orang Yahudi
menggunakan pikiran-pikiran mereka dan menemukan
sarana-sarana yang kreatif untuk mengerjakan tanah itu
sehingga tidak hanya menghasilkan tanaman dan buah-
buahan tetapi juga menghasilkan produk-produk teknis
lainnya termasuk pembibitan ikan-ikan laut di padang
gurun, untuk diekspor ke seluruh dunia.18
6.7 Komunitas yang Dibangun di atas Theisme Alkitabiah
Pandangan hidup Alkitabiah tidak mendefinisikan dunia
atau alam semesta sebagai satu sistem tertutup dimana
segala sesuatu terbatas adanya, tetapi terbuka kepada
tujuan-tujuan dan campur tangan Allah. Materi bukanlah

32
segala-galanya. Ketika dibutuhkan, dan ketika iman bekerja
bersama-sama dengan Allah dan rencana-rencanaNya,
mujizat dapat terjadi. Tetapi di dalam diri setiap kita sudah
ada mujizat yang melekat–kita diciptakan segambar dan
serupa dengan Allah! Dengan kreatifitas dan kerja keras,
kita dapat mengambil apa yang ada dan membuatnya
menjadi berkali-kali lipat lebih daripada yang sebelumnya.
Karena Allah ada dan Dia maha kuasa dan maha hadir, dan
Dia peduli, Allah dapat campur tangan, bahkan dalam
memberikan kita ide-ide kreatif yang segar, dan segala
sesuatu menjadi mungkin dan tidak ada batasan. Kita hanya
dibatasi oleh pemahaman kita tentang siapa Allah dan apa
tujuan-tujuan dan maksud-maksudNya.19
Jika kita kreatif, dan bekerja dengan visi dan perencanaan,
keteraturan dan struktur dan menjadi produktif, dan
mengasihi dan berbagi sumber daya dan buah pekerjaan
kita, maka tidak akan ada lagi orang miskin di antara kita
(Ul.15:4-11). Dan ketika kita menghidupi atribut-atribut
Allah yang lain–kebajikan, kekudusan, kebenaran,
kemurahan, belas kasihan, kebaikan, kesetiaan, dibawah
keTuhananNya, dikuasai oleh RohNya, dan dituntun oleh
nasihatNya (Firman dan suaraNya yang berbicara di dalam
kita), ini akan memberi kita satu gambaran hidup yang
berkelimpahan, yakni kehidupan yang dimaksudkan Allah
bagi planet bumi.
7. Mengapa ada Kemiskinan?
Baik penganut animisme maupun sekularisme berpikir
bahwa penyebab kelaparan dan kemiskinan adalah hal-hal
eksternal. Bagi penganut animisme hal itu terletak pada
kehendak dewa-dewa. Bagi penganut sekularisme asumsi
dan hal yang biasa mereka persalahkan adalah terlalu
banyaknya penduduk atau terlalu sedikitnya sumber daya
alam, atau hasil dari penindasan melalui struktur sosial
ekonomi yang kompleks dan tidak adil. Orang-orang
menjadi miskin dan kelaparan karena hal-hal yang benar-

33
benar berada di luar kendali mereka. Berdasarkan kedua
perspektif ini, orang-orang miskin didorong untuk tidak
memikul tanggung jawab atas kemiskinan mereka dan
mereka mengadopsi suatu sikap fatalistik, dan lemah tak
berdaya terhadap penderitaan mereka sehingga menjadi
tergantung pada orang lain untuk bertahan hidup.20 Namun
kebenarannya adalah terdapat beberapa negara yang
sangat maju yang memiliki penduduk sangat besar, lahan
yang terbatas dan kurang sumber daya alam tetapi
perkembangan mereka berasal dari penerapan dari pikiran
dan kreatifitas mereka, sementara banyak negara yang
mempunyai sumber daya alam yang melimpah terus berada
dalam kemiskinan yang mengerikan karena akar-akar
animistik mereka.
Alkitab tidak membutuhkan suatu kajian empiris untuk
mengkonfirmasi kebenarannya, namun yang menarik
adalah satu kajian yang dilakukan oleh Word Bank tahun
200521 yang mengungkapkan bahwa kekayaan dari negara-
negara terkaya secara materi di dunia sebagian besar (lebih
dari 75% kontribusi) berasal dari penerapan Sumber Daya
Manusia yang tidak berwujud di negara-negara tersebut
(pikiran dan akal, kreatifitas dan inovasi, ilmu pengetahuan
dan keahlian, nurani dan moral, dan lain-lain). Hanya antara
1%-3% berasal dari sumber daya alam mereka (lahan, air,
pertanian, mineral, dan lain-lain).
Namun demikian, masyarakat di negara-negara miskin yang
berakar dalam animisme percaya bahwa mereka
kekurangan sumber daya alam. Mereka tidak melihat
bahwa mereka telah diciptakan segambar dan serupa
dengan Allah untuk menjadi kreatif, untuk memakai pikiran
mereka, untuk melihat sumber daya yang telah diberikan
Allah kepada mereka, untuk bekerja, untuk menanggulangi,
dan untuk menjadi produktif. Mereka memandang diri
mereka sebagai yang tak berdaya dan menganggap bekerja
sebagai kutukan atau beban. Bukannya menerapkan pikiran
dan akal mereka dan bekerja untuk mengatasi tantangan-
34
tantangan, sebaliknya mereka mengadopsi sikap tak
berdaya dan bergantung pada bantuan dunia Barat.
8. Pandangan Hidup, Kebenaran dan Kebohongan, dan
Konsekuensi-Konsekuensinya
Mengapa sebagian budaya lebih maju sementara yang lain
tertinggal dalam pengembangan? Sebenarnya mengapa
sebagian budaya terperosok dalam kemiskinan sementara
yang lainnya mampu untuk menanggulangi keadaan
mereka? Para ahli ekonomi bisa memberikan teori tetapi
semua teori ekonomi hanya menjelaskan permukaan–
perilaku dan pilihan-pilihan. Ada yang mempelajari lebih
dalam sampai kepada nilai-nilai dibelakang pilihan-pilihan
yang dibuat, tetapi tidak ada yang menginvestigasi lebih
lanjut terhadap apa yang ada dibelakang nilai-nilai. Pada
hakekatnya, mengapa sebagian budaya berkembang maju
sementara yang lainnya terbelakang tergantung pada
seberapa banyak kebenaran atau kebohongan (kepercayaan
yang salah) yang terdapat dalam pandangan hidup,
kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai satu budaya.
Setiap budaya mengandung kepercayaan-kepercayaan yang
benar dan kepercayaan-kepercayaan yang salah (meskipun
dianggap benar oleh masyarakatnya) dalam sistem
kepercayaan mereka. Kebenaran menuntun kepada hidup,
sedangkan kebohongan menuntun kepada kemandekan,
penyimpangan, kematian dan kehancuran. Semakin banyak
kebenaran dalam sistem kepercayaan satu budaya, maka
budaya itu akan semakin maju dan berkembang. Semakin
banyak kebohongan dalam satu budaya, maka semakin
besar hambatan dan penghalang bagi kemajuan dan
perkembangan. Lingkaran konsentris yang kita lihat
sebelumnya (pandangan hidup, kepercayaan, nilai-nilai,
pilihan-pilihan, perilaku, konsekuensi) sebenarnya
merupakan model budaya dan dapat dibandingkan dengan
satu pohon. Sebagaimana unsur-unsur yang ada di dalam
tanah menentukan kesehatan dari satu pohon, demikian

35
juga ada konsekuensi atas ide-ide apapun yang dipegang
oleh budaya tersebut dalam sistem kepercayaannya.

Sumber: Darrow L Miller, Discipling Nations :


The Power of Truth to Transform Cultures

Ketiga pohon di atas dapat mewakili 3 orang, atau 3


keluarga, atau 3 gereja, atau 3 organisasi, atau 3 bisnis, atau
3 budaya atau 3 bangsa yang berbeda. Kebenaran apa atau
kebohongan (ide yang salah) apa yang sedang beroperasi
dalam pikiran orang-orang yang akan menentukan nilai-nilai
dan pilihan-pilihannya?
Apa yang akan menjadi konsekuensi dari, misalnya,
masyarakat suatu budaya yang mempercayai bahwa
bekerja itu adalah satu kutukan, atau bahwa bekerja itu
hanya diperuntukkan bagi para budak, atau bahwa
pendidikan hanyalah membuang-buang uang, atau apapun
yang terjadi, pemimpin selalu benar, atau bahwa
kehormatan/muka lebih penting daripada kebenaran, atau
menyuap adalah hal yang bisa dibenarkan, atau bahwa
tujuan untuk mencapai posisi yang lebih tinggi dalam
pemerintahan adalah supaya dapat menerima lebih banyak
suap atau supaya bisa menyerobot lebih banyak uang
negara, atau bahwa karena karmanya para dewa telah
memberkatinya untuk berada pada posisi menerima suap,
sementara orang-orang lain hanya pasrah dan menerima
bahwa mereka-mereka yang berkuasa memang berhak
melakukan hal yang demikian, atau bahwa berdusta dan
menipu untuk “tujuan yang lebih tinggi” adalah hal yang
bisa diterima, atau bahwa Anda harus menjadi lebih pintar

36
dan mengungguli orang lain supaya tidak ketahuan, atau
bahwa tujuan dalam hidup adalah supaya berkuasa agar
dapat memerintah orang lain?
Apa yang akan menjadi konsekuensi dari masyarakat suatu
budaya yang mempercayai bahwa laki-laki lebih berkuasa
daripada wanita, atau bahwa wanita dilahirkan untuk
melayani laki-laki, atau bahwa anak-anak adalah suatu
gangguan, atau bahwa orang-orang yang lahir dalam kasta
yang lebih rendah memang ditakdirkan untuk melayani
mereka-mereka yang lahir dalam kasta yang lebih tinggi,
atau ras atau suku tertentu lebih tinggi dari yang lain? Atau
bahwa manusia hanyalah binatang?
Ada budaya/bangsa dimana pemadaman listrik dan
pemutusan air, pengangguran, sakit-penyakit, dan
kelaparan sudah dianggap normal. Mengapa? Juga ada
bangsa-bangsa dimana tidak ada kebebasan bagi informasi
atau agama atau pendidikan. Bangsa-bangsa ini berurat
berakar dalam kemiskinan, korupsi, kekacauan, atau bahkan
perang saudara. Dan ada budaya-budaya dimana kehidupan
dijunjung tinggi, dimana ada sekolah dan universitas-
universitas, dan pekerjaan, kemajuan dan perkembangan,
dimana ada pemilihan umum yang bebas dan adil, dan
dimana negara diatur oleh hukum dan keteraturan, dan
para politisi dan orang-orang yang berkuasa terikat pada
pertanggungjawaban. Apa yang menyebabkan perbedaan
ini?
Banyak orang berpikir bahwa ini ada hubungannya dengan
sistem politik yang tepat. Akan tetapi para politisi dan
politik hanyalah merupakan ekspresi dari siapa atau apa
masyarakat pada dasarnya–baik mereka yang ada dalam
kekuasaan politik maupun mereka yang mendukungnya. Itu
semua bermuara pada budaya masyarakatnya dan seberapa
banyak kebenaran dan kebohongan ada dalam sistem
kepercayaan dari budaya tersebut. Ketika satu budaya
memiliki lebih banyak kebenaran daripada kebohongan

37
dalam pandangan hidup dan kepercayaan-kepercayaannya,
hasilnya adalah perkembangan, kemajuan dan kehidupan.
Ketika satu budaya memiliki lebih banyak kebohongan
daripada kebenaran maka hasilnya adalah kemandekan,
kematian dan kehancuran. Kebanyakan orang tidak sadar
bahwa mereka sedang menuai buah dari pandangan hidup
dan kepercayaan mereka, apakah kemajuan atau
perkembangan dan kehidupan, atau kemandekan, kematian
dan kehancuran.
Darimanakah kebohongan-kebohongan yang ada dalam
satu budaya berasal? Yesus berkata bahwa pencuri (iblis)
mencuri, membunuh dan membinasakan tetapi Dia datang
untuk membawa hidup yang berkelimpahan (Yoh.10:10).
Tetapi bagaimanakah iblis mencuri, membunuh dan
membinasakan? Alkitab mengatakan bahwa iblis, “bapa
segala dusta,” (Yoh.8:44) menyimpangkan kebenaran dan
menanamkan kebohongan (pandangan hidup dan
kepercayaan yang salah) didalam pikiran orang-orang.
Kebanyakan dari kebohongan ini adalah setengah
kebenaran. Setengah kebenaran ini menembus ke dalam
kebiasaan-kebiasaan, praktek-praktek, institusi-institusi,
struktur sosial dan agama dan hukum, dengan kebohongan
yang membentuk kita dengan cara yang kita sering gagal
mengenalinya.
Pandangan hidup orang-orang (yang bisa saja merupakan
campuran yang membingungkan) pada akhirnya
menentukan “dunia” mereka sebagaimana adanya. Iblis
bukan hanya menipu individu-individu tetapi juga seluruh
bangsa-bangsa (Why.20:3). Kebohongannya adalah sumber
utama dari semua penderitaan, korupsi, penyimpangan dan
kemiskinan yang kita lihat di dalam budaya kita sendiri dan
di seluruh dunia. Yesus berkata, “Kamu akan mengetahui
kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.”
(Yoh.8:32). Hanya kebenaran Allah yang bisa membawa
kelepasan, kemerdekaan, dan kesembuhan dari

38
kebohongan-kebohongan iblis sehingga kita dapat
mengalami hidup yang berkelimpahan yang dimaksudkan
Allah bagi kita.
9. Kemajuan Dunia Barat
Darimanakah dunia Barat mendapatkan kemajuan mereka?
Jelasnya, dunia Barat bukanlah merupakan gambaran
sempurna atau contoh budaya dengan pandangan hidup
yang benar. Meskipun ada banyak kemajuan-kemajuan,
masih banyak tersisa kebohongan dalam pandangan hidup
bangsa-bangsa dan budaya-budaya Barat. Dengan
merebaknya sekularisme, prinsip-prinsip moral semakin
dikompromikan dan belakangan ini, karena kekurangan
alternatif yang dapat mereka temukan untuk mengisi
kehampaan dan kekosongan materialisme, kebohongan
yang memikat dari animisme dalam bentuk kepercayaan
New Age banyak dianut orang-orang di Barat.
Namun demikian, telah nyata dengan jelas bahwa bangsa-
bangsa Barat adalah perintis dan terus menjadi jauh lebih
maju dalam berbagai bidang kemajuan dan pengembangan
yang berdasar pada nilai-nilai martabat manusia
(kepedulian pada yang lemah dan cacat jasmani), keluarga,
integritas, kebebasan, pendidikan, nalar, kreatifitas, kerja
keras, akuntabilitas, visi, perencanaan, keteraturan,
struktur, dan organisasi–nilai-nilai yang pada awalnya
berasal dari Alkitab. Nilai-nilai ini adalah merupakan
pondasi yang menjadi dasar peradaban dunia Barat.
Tidak banyak orang yang mau mengakui hal ini, tapi dari
Alkitablah orang-orang Barat pertama kali menangkap dan
menghargai ide tentang martabat manusia–sebagai
makhluk kreatif yang rasional, diciptakan dalam citra Allah,
diperintah oleh hukum dan keteraturan.22 Konsep-konsep
ini sangat asing bagi budaya-budaya animistik dimana
manusia diperintah oleh kekuatan-kekuatan roh yang
irasional atau diperintah oleh manusia, bukan oleh hukum
atau pemikiran yang rasional. Dalam budaya-budaya ini,
39
raja sendiri yang menjadi hukum. Raja-raja dan kaum feodal
(termasuk satu gereja korup di Eropa) tanpa mengenal
belas kasihan menundukkan rakyat yang ada dibawah
kekuasaan mereka ke dalam perbudakan yang tidak
manusiawi, sampai kekuasaan dan kedudukan mereka
ditentang oleh orang-orang yang telah mengalami
pencerahan dari kebenaran Alkitabiah. Pada akhirnya ini
menuntun kepada pemerintahan yang demokratis, lalu
konsep dan praktek pemerintahan yang demokratis ini
kemudian dibawa ke seluruh dunia bersamaan dengan
pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemajuan-kemajuan
teknologi.
Saya tidak menganjurkan pemerintahan demokratis sebagai
pemerintahan yang ideal karena pada akhirnya nanti semua
bangsa harus tunduk di bawah keTuhanan Kristus. Tetapi
saya juga tidak menganjurkan suatu pemerintahan teokrasi
dengan seorang paus atau dewan manusia yang
menyatakan diri sebagai perwakilan Allah. Sampai saat
bangsa-bangsa bisa melihat siapa Yesus sesungguhnya dan
untuk apa Dia datang, dan dengan rela tunduk pada
keTuhananNya (yang akan terjadi hanya pada waktu
kedatanganNya kedua kali–lihat Wahyu 11:15), saya yakin
akan jauh lebih baik bagi kita untuk memiliki pemerintahan
yang demokratis daripada pemerintahan yang diktator yang
mengangkat dan menempatkan diri mereka sendiri dalam
pertanggungjawaban kepada rakyat yang mereka perintah.
Sayangnya, dunia Barat telah melupakan sejarah dan asal-
usul peradaban, perkembangan, dan kemajuan mereka.
Humanisme sekuler telah mengambil alih. Bukannya
mengakui dan memberikan penghargaan kepada pondasi
Alkitabiah atas keunggulan peradaban mereka, mereka
justru menyebarkan informasi yang keliru dan
menyingkirkan Alkitab dan kekristenan yang dianggap
sebagai penyebab keterbelakangan abad pertengahan.
Tetapi tragedi yang paling buruk adalah bahwa orang-orang

40
kristen juga telah ikut melupakannya. Kebanyakan orang
Kristen ikut bergabung dengan seluruh dunia dalam
memandang perkembangan dan kemajuan dunia modern
sebagai hal yang sekuler.
Masyarakat Barat memang telah benar-benar menjadi
sekuler karena Allah telah dikeluarkan dari persamaan.
Tetapi tidak demikian halnya pada awal zaman modern
yang dikatakan oleh para ahli sejarah bertepatan dengan
awal reformasi pada tahun 1500 -1700 -an. Pada awal tahun
1900 -an, ketika misionaris dari Barat pergi ke seluruh dunia
membawa kabar keselamatan, tidak ada pengajaran
tentang keteraturan, struktur, bekerja, visi, perencanaan,
manajemen waktu, produktifitas, kemajuan dan
pengembangan sebagai bagian dari Injil Kerajaan. Setelah
lebih dari 300 tahun kemajuan dan perkembangan, hal-hal
ini telah menjadi satu bagian dan satu paket dari budaya
Barat lalu dianggap sebagai “budaya Barat”, bukan budaya
Alkitabiah. Para misionaris berdebat dengan sesama
mereka tentang benar tidaknya untuk menerapkan “budaya
Barat” mereka kepada penduduk asli.23
10. Pandangan Hidup Orang Kristen yang Menyimpang
Sebagai orang kristen, kita mengatakan bahwa kita percaya
kepada Alkitab, namun seberapa banyakkah pandangan
hidup dan kepercayaan-kepercayaan kita yang benar-benar
Alkitabiah? Apakah ide-ide kita tentang kehidupan? Bahkan
sembari kita membahas mengenai pandangan hidup
animisme dan sekularisme, kita harus bertanya pada diri
sendiri seberapa banyak pandangan hidup kita yang masih
animistik atau telah tertular oleh sekularisme. Seberapa
banyakkah budaya sekitar kita membentuk pandangan
hidup dan kepercayaan-kepercayaan kita?
Manusia adalah makhluk sosial. Kita mengembangkan pola
pikir kita–cara kita memandang dunia–dari budaya kita. Kita
cenderung berpikir sama seperti cara budaya kita berpikir
dan menghargai apa yang dihargai oleh budaya kita.24
41
Dengan kata lain, seorang kristen Amerika adalah “orang
Amerika”. Seorang kristen Afrika adalah “orang Afrika”.
Seorang kristen India adalah “orang India”, dan seorang
kristen Cina adalah “orang Cina”. Orang-orang kristen di
negara-negara Barat dan di negara-negara yang lebih maju
cenderung lebih banyak beroperasi di atas pandangan
hidup sekuler lebih daripada yang mereka sadari atau yang
mereka mau akui, sementara orang-orang kristen di negara-
negara Asia dan Afrika yang kurang berkembang masih
beroperasi di atas akar-akar budaya animistik.
Jika digambarkan dengan
pohon, pandangan hidup
banyak orang kristen di Afrika
dan Asia adalah seperti tanah
yang berlapis. Kekristenan
muncul di permukaan sama
seperti tanah humus, namun di
bawahnya ada lapisan
sekularisme dan animisme25.
Sebagai contoh, penduduk dari
banyak bangsa-bangsa Afrika adalah sebagian besar kristen,
sebagian ada yang bahkan sampai 90% kristen, tetapi
mereka masih terperosok dalam sukuisme, fatalisme,
korupsi, dan kemiskinan. Banyak orang kristen di Afrika,
Indonesia, India, Pakistan, Nepal, Myanmar, Vietnam,
Kamboja, dan lain-lain telah menggantikan banyak dewa
yang dulunya mereka percayai dengan satu Allah, tetapi
mereka masih tetap memasrahkan kemiskinan mereka
sebagai “kehendak Allah” bukannya kehendak dewa-dewa.
Ketika kita memberitakan Injil Keselamatan kepada orang-
orang miskin di negara-negara ini, kita meneguhkan
keyakinan mereka bahwa dalam hidup ini tidak ada
harapan, bahwa mereka akan dapat dibebaskan dari
kemiskinannya hanya ketika mereka mati dan Yesus
membawa mereka ke sorga. Hanya ada sedikit visi atau
tidak ada visi sama sekali untuk masa depan bagi diri
42
mereka sendiri maupun bagi komunitas di sekitar mereka.
Karena dibesarkan dalam budaya animistik, mereka
menerima kemerosotan, kekotoran, kekacauan, dan
kebingungan di sekitar mereka sebagai hal yang cukup
normal, dan mereka melihat pada korupsi dan kekuasaan
yang digunakan oleh pemimpin-pemimpin politik bangsa
mereka dengan cara pandang yang sama dengan orang-
orang lain–terlalu kuat dan terlalu mengakar untuk bisa
ditanggulangi.
Orang-orang kristen di negara-negara miskin juga tunduk
tanpa mempertanyakan apapun kepada pendeta-pendeta
dan pemimpin gereja yang bertindak sebagai “tuhan” atas
hidup anggota-anggota gereja mereka. Di Afrika, kepala
suku telah digantikan oleh pendeta senior, tetapi ide atas
mana hal itu didasarkan belum berubah. Mereka melihat
pemimpin mereka sebagai “yang diurapi” oleh Allah untuk
memimpin mereka, suatu konsep yang diwarisi dari
animisme. Hal seperti ini merajalela di banyak gereja di
Asia.
Di sisi lain, orang-orang kristen yang telah dipengaruhi oleh
sekularisme melihat segala sesuatu sebagai hal yang
terbatas dan mereka juga hidup dalam ketakutan dan
ketamakan dan materialistik sama seperti semua orang di
sekitar mereka. Mereka mengejar tujuan yang sama dan
hidup dengan gaya hidup yang sama dengan orang-orang
sekuler, meyakini bahwa mereka berhak untuk hidup lebih
makmur dan menikmati kenyamanan materi dan kekayaan
mereka sebagai hadiah atas kerja keras yang telah mereka
lakukan. Mereka tidak bisa benar-benar berbagi dan
mengasihi sesama seperti mengasihi diri mereka sendiri,
tetapi mereka membenarkan diri dengan keyakinan bahwa
Allah menginginkan mereka diberkati.
Gereja-gereja pada masa kini juga telah tertular oleh
sekularisme (berfokus pada diri sendiri, kendali terpusat,
mengawal wilayah) dan memandang serta mengukur

43
“keberhasilan” melalui pandangan hidup sekuler (ukuran,
jumlah, gedung, kekayaan material). Sebagaimana Darrow
Miller telah mengungkapkan dengan tepat, “Ketika gereja
gagal memuridkan bangsa-bangsa, maka bangsa-bangsa
yang memuridkan gereja”. Baik orang-orang kristen yang
masih berakar kuat dalam animisme maupun orang-orang
kristen yang terpengaruh oleh sekularisme telah
“mengkristenkan” dan merasionalisasi kepercayaan dan
praktek-praktek mereka dengan ayat-ayat Alkitab.
11. Pandangan Hidup Keselamatan dari Dunia ini
Seorang pengacara kristen menghadiri satu seminar yang
membahas tentang penggunaan keahlian-keahlian kita
sebagai pelayanan. Dia lalu memutuskan untuk menolong
ratusan orang yang sedang merana di penjara, yang kasus-
kasusnya belum pernah dibawa ke pengadilan karena
mereka tidak berpendidikan dan terlalu miskin untuk
menyewa pengacara. Di negara tersebut, mudah bagi
seseorang untuk menuduhkan kejahatan palsu kepada
siapa-siapa yang tidak mereka sukai dan menyuap polisi
untuk menangkap mereka. Pengacara tersebut menjadi
sangat sibuk melakukan pelayanan itu, dan dia
melakukannya dengan gratis. Dia begitu senang bisa
memakai keahlian-keahliannya yang membawa perubahan
besar bagi orang-orang yang sangat miskin.
Suatu hari pendetanya menghubungi dia dan menanyakan
mengapa dia tidak pernah datang ke gereja. Dia
menjelaskan kepada pendetanya tentang “pelayanan
penjara” yang sedang membuatnya sangat sibuk.
Pendetanya mengatakan kepadanya bahwa dia telah sesat,
bahwa apa yang dia kerjakan itu adalah pekerjaan sekuler
bukan pelayanan. Menurut pendeta itu, pelayanan adalah
berkotbah, mengajar, memimpin pujian, memimpin
kelompok kecil, dan lain-lain. Pendeta itu menyuruh dia
untuk berhenti melakukan kegiatannya itu karena hal itu

44
telah mengalihkan perhatiannya dari pelayanan yang benar
dan menyuruh dia kembali ke gereja.
Saya mengawali esai ini dengan berbicara tentang ide-ide
yang memerintah dunia. Ada pertempuran ide-ide yang
sedang berlangsung, bukan hanya dalam pikiran orang-
orang tidak percaya tetapi juga dalam pikiran orang-orang
percaya. Peperangan ini adalah antara kebenaran dan
kebohongan–banyak dari kebohongan-kebohongan ini
berwujud setengah kebenaran yang lebih memperdaya
daripada kebohongan yang terang-terangan. Orang-orang
Kristen tidak saja dipengaruhi oleh animisme dan
sekularisme, kepercayaan inti dari kebanyakan orang
kristen juga keliru.
Kebanyakan orang kristen saat ini memiliki pandangan
hidup keselamatan yang berfokus sorga dan berpusat
gereja. Mereka percaya bahwa Yesus datang untuk
menyelamatkan mereka dari neraka dan membawa mereka
ke sorga. Mereka percaya bahwa dunia ini bukan rumah
mereka, bahwa dunia sudah ditentukan untuk binasa dan
bahwa suatu hari nanti Allah akan menghancurkan dunia
ini, jadi tidak ada gunanya mencoba mengubahnya.
Sementara mereka masih hidup di dunia, mereka percaya
bahwa mereka harus memisahkan diri dari dunia yang jahat
ini dan menjaga diri supaya tidak tertulari.
Jadi, kebanyakan orang kristen tidak terlalu peduli, atau
sama sekali tidak peduli dengan penyakit-penyakit dan
kebutuhan-kebutuhan sosial di luar gedung gereja mereka,
juga tidak terlibat dalam mengubah masyarakat. Kehidupan
sosial mereka satu-satunya adalah di dalam gereja mereka.
Gereja menjadi seperti kapal sekoci dan peran mereka
adalah mencoba menyelamatkan orang-orang dan
membawa sebanyak mungkin orang ke dalam gereja.
Gereja sendiri hanya berfokus pada pertumbuhan gereja
dan hampir tidak punya kepedulian pada apa yang terjadi di

45
luar dinding gedung gereja. Pandangan hidup memang
benar-benar punya konsekuensi.
12. Theisme Alkitabiah dan Kerajaan Allah
Yesus tidak memberitakan Injil Keselamatan seperti yang
kita kenal tetapi Injil Kerajaan. Apa perbedaan antara Injil
Keselamatan sebagaimana yang kita kenal dengan Injil
Kerajaan yang Yesus beritakan? Fokus dari Injil Keselamatan
sebagaimana yang kita kenal adalah sorga. Kita ingin
membuat semua orang masuk sorga. Dengan sorga sebagai
fokus kita, maka tidak mengherankan jika kita tidak peduli
dengan apa yang terjadi di bumi. Namun, fokus dari Injil
Kerajaan bukanlah sorga, tetapi bumi. Yesus mengajar kita
berdoa, “Datanglah kerajaanMU dan jadilah kehendakMu
di bumi seperti di sorga” (Mat.6:10). Ini mengatakan dengan
jelas kepada kita bahwa Allah menginginkan KerajaanNya
untuk datang dan menembus ke dalam setiap bidang dan
aspek kehidupan di bumi (pemerintahan, pendidikan, bisnis,
sains, seni, olahraga, dan lain-lain, dan bahkan hiburan)
sehingga Dia akan menjadi Tuhan atas semua. Dia
menginginkan KerajaanNya untuk memerintah baik di
dalam hati setiap individu-individu maupun dalam setiap
keluarga, komunitas, tempat kerja, dan bangsa.
Pada zaman ini kebanyakan orang kristen berbicara tentang
gereja namun hampir tidak pernah berbicara mengenai
Kerajaan Allah. Tetapi Yesus terus berbicara tentang
Kerajaan Allah. Saya yakin bahwa saat ini, setelah membaca
sampai pada poin ini, sudah cukup jelas bahwa Kerajaan
bukanlah gereja dan gereja bukanlah Kerajaan. Ketika Yesus
berbicara tentang KerajaanNya, Dia tidak sedang berbicara
tentang pertumbuhan gereja atau tentang hal melarikan
diri dari dunia untuk pergi ke sorga, tetapi tentang menjadi
bagian dari KerajaanNya di bumi dimana Dia memerintah
atas setiap aspek kehidupan di bumi.
Namun, hanya sedikit orang kristen yang memiliki
pandangan hidup dan visi tentang kerajaan Allah di bumi.
46
Setiap hari minggu, milliaran orang kristen di dunia ini
berdoa, “Datanglah kerajaanMU, jadilah kehendakMu di
bumi seperti di sorga”, tetapi kebanyakan orang kristen
tidak tahu apa yang mereka doakan itu. Banyak bangsa dan
suku-suku telah “dijangkau” dengan injil. Jiwa-jiwa
“diselamatkan” dan gereja-gereja dirintis, tetapi
kebanyakan tidak memenuhi pandangan hidup yang
Alkitabiah tentang Kerajaan Allah di bumi. Apa yang
dibutuhkan adalah perubahan paradigma–dari hanya
sekedar penginjilan dan perintisan gereja, dan fokus pada
pertumbuhan gereja, kepada peran menjadi agen-agen
yang memajukan Kerajaan Allah di bumi.
13. Kerajaan Allah di Bumi
Bagaimana Kerajaan Allah akan datang ke bumi? Alkitab
menyebutkan tiga kerajaan: Kerajaan Allah, kerajaan iblis,
dan kerajaan manusia atau kerajaan dunia. Setiap kerajaan
memiliki tiga hal: raja, rakyat, dan daerah kekuasaannya–
daerah, wilayah atau teritori yang berada dibawah
kekuasaan atau kendali raja tersebut. Daerah kekuasaan
dari Kerajaan Allah adalah di sorga. Yesus menyebutnya
Kerajaan sorga. Di sorga, Allah memerintah sebagai raja.
Segala sesuatu di sorga bergerak sesuai dengan kehendak
Allah. Karena itulah Yesus menyebutnya Kerajaan Sorga. Di
bumi, setiap orang bertindak sesuai kehendaknya masing-
masing. Sehingga seakan-akan ada milliaran kerajaan. Juga
ada negara dan bangsa, organisasi-organisasi dan korporasi
dibawah pemerintahan manusia. Ini adalah kerajaan dunia.
Kecuali mereka dengan sengaja ditundukkan dibawah
keTuhanan Kristus, pada dasarnya ini semua adalah bagian
dari kerajaan iblis (Luk.4:5-6, 1Yoh.5:19), karena manusia
telah berada di bawah otoritas iblis. Yesus menyebut iblis
penguasa dunia ini.
13.1 Allah menginginkan KerajaanNya di Bumi
Yesus menyuruh kita berdoa Datanglah kerajaanMU,
jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga”. Ini jelas-jelas

47
berarti bahwa Allah menginginkan KerajaanNya bukan
hanya ada di sorga tetapi juga di bumi–sehingga Allah akan
memerintah atas setiap aspek dan bidang kehidupan di
bumi dan segala sesuatu di bumi akan bergerak sesuai
dengan kehendakNya. Bagaimana hal ini dapat terjadi?
Suatu kerajaan dapat terbentuk dengan kemungkinan tiga
cara. Yang pertama, seseorang dapat dengan cara paksa
menyatakan otoritasnya atas orang-orang lain dan
mendeklarasikan dirinya sebagai raja atas rakyatnya, dan
rakyat tersebut menundukkan diri kepada
pemerintahannya. Atau yang kedua, seseorang dapat
menyerbu satu daerah atau wilayah yang ada dan dengan
kekerasan memaksa rakyat di daerah atau wilayah tersebut
untuk tunduk pada pemerintahannya. Atau ketiga, rakyat
dapat dengan rela mengundang seseorang untuk
memerintah dan berkuasa atas mereka.
13.2 Allah menginginkan orang-orang yang rela
Karena Allah yang menciptakan kita, Dia memiliki hak untuk
menuntut ketundukan dan ketaatan kita terhadap
pemerintahanNya. Dia bisa muncul kapan saja dengan
gempa bumi, petir dan guruh yang menggoncangkan dunia
dan membunuh siapa saja yang menolak untuk tunduk
kepadaNya. Allah bisa saja dengan kekerasan memaksakan
ketundukan dan ketaatan kita. Tetapi Allah tidak ingin kita
tunduk kepadaNya dengan cara yang demikian. Alkitab
mengatakan kepada kita bahwa Allah adalah kasih dan Dia
mencari suatu hubungan kasih dengan kita. Karena alasan
itulah Dia menginginkan orang-orang untuk mengenal
hatiNya dan karena mereka mengenal hatiNya, mereka
dengan rela dan senang hati tunduk pada
pemerintahanNya. Bukan karena ketakutan akan mendapat
hukuman jika tidak tunduk (lihat 1 Yoh.4:16-18).
Saya yakin inilah yang Yesus maksudkan ketika Dia berkata
kepada murid-muridNya, “Aku tidak menyebut kamu lagi
hamba, sebab hamba tidak tahu apa yang diperbuat

48
tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku
telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang
telah kudengar dari BapaKu.“ (Yoh.15:15). Jadi, Allah
menunggu kita untuk mengundang dan menyambut Dia
untuk memerintah atas kita. Tidak banyak orang yang
menyadari apa yang mereka maksudkan ketika mereka
berdoa “Datanglah kerajaanMU, jadilah kehendakMu di
bumi seperti di sorga”, tetapi apa yang sesungguhnya
sedang kita katakan kepada Tuhan adalah, “Tuhan,
datanglah memerintah dan berkuasa atas kami, atas
seluruh bumi. Kami dengan senang hati dan rela tunduk
pada pemerintahanMu. Kami tidak akan menjadi tuhan.
Hanya Engkau sendirilah Tuhan. Kami menginginkan
kehendakMu, bukan kehendak kami, untuk jadi di bumi
seperti di sorga.”

13.3 Siapa yang berkuasa atas kerajaan-kerajaan dunia


ini?
Dalam Kej.1:26 Allah berfirman, “Baiklah Kita menjadikan
manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka
berkuasa.” Ketika Allah menciptakan manusia, Dia
memberikan kekuasaan atas bumi kepada mereka. Mazmur
115:16 berkata, “Langit itu langit kepunyaan Tuhan, dan
bumi itu telah diberikanNya kepada anak-anak manusia.”
Tetapi ketika Yesus sedang dicobai, iblis mengatakan
kepadaNya bahwa seluruh kerajaan dunia ada dibawah
kuasanya karena kekuasaan itu telah diserahkan
kepadanya. Adamlah yang menyerahkan kekuasaan itu
kepada iblis. Ini terjadi ketika Adam lebih mendengarkan
iblis daripada Allah, dan menyerahkan dirinya dibawah
pemerintahan iblis (lihat Roma 6:16). Ketika Adam
melakukan hal ini, dia menyerahkan daerah
kekuasaan/otoritasnya kepada iblis dan dengan demikian
iblis menjadi penguasa dunia ini. Allah tidak membuat iblis
menjadi penguasa dunia ini. Manusialah yang membuatnya.

49
13.4 Allah ingin mengambil kembali hak milikNya
Bayangkanlah Anda akan bepergian jauh dalam rangka
liburan panjang. Sebelum Anda berangkat Anda
memberikan kunci-kunci rumah Anda kepada seorang
teman yang akan menjaga rumah itu selama Anda pergi.
Tiga bulan kemudian, Anda pulang dan menemukan orang
asing tinggal di rumah Anda. Teman Anda telah
memberikan kunci rumah kepada orang asing itu dan
sekarang orang asing tersebut bersikap seolah-olah dialah
pemilik rumah Anda. Ketika Anda mencoba masuk ke
rumah, si orang asing dengan angkuhnya menyuruh Anda
untuk “enyah dari sana”. Apa yang akan Anda lakukan?
Apakah Anda akan pergi menjauh ketakutan tanpa
perlawanan dan berkata, “Oh, sayang sekali aku telah
kehilangan rumahku. Apa yang harus aku lakukan? Aku akan
pergi jauh dan membangun rumah lagi dan akan tinggal di
tempat lain saja.“? Bukankah Anda akan melakukan segala
sesuatu yang Anda bisa untuk menendang si perampas itu
keluar dari rumah dan mengambil rumah Anda kembali.
Itulah tepatnya yang Yesus katakan akan Dia lakukan.
(Yoh.12:31).
Mazmur 24:1 mengatakan bahwa bumi dan segala isinya
adalah kepunyaan Tuhan. Pernahkah Allah menyerahkan
kepemilikanNya atas bumi? Saya tidak menemukan itu di
bagian manapun dalam Alkitab. Allah masih tetap
merupakan pemilik yang sah atas seluruh kehidupan di
bumi, tetapi selama manusia terus tunduk pada kehendak
iblis, maka manusia terus membiarkan iblis memerintah
atasnya dan untuk berkuasa atas segala sesuatu yang ada
dibawah kekuasaannya. Namun Allah belum pernah
mengubah rencanaNya untuk membuat manusia berkuasa.
Dalam Wahyu 5:9 kita melihat bahwa Allah akan
mengembalikan manusia untuk berkuasa kembali tetapi di
bawah keTuhanan Kristus.

50
Jika manusia menyerahkan daerah kekuasaanya kepada
iblis, maka bagaimana kekuasaan itu dapat diambil
kembali? Paulus mengatakan bahwa ketika kita berdosa,
kita sedang menyerah kepada keinginan iblis dan
menyerahkan diri kita sendiri di bawah otoritasnya untuk
memerintah kita (lihat Ef.4:26-27). Yesus berkata bahwa
barangsiapa berdosa ia adalah hamba dosa (Yoh.8:34).
Tidak ada seorangpun dari antara kita yang dengan
kekuatan sendiri dapat mengalahkan kuasa dosa yang ada
dalam diri kita. Kita semua bukan hanya telah berdosa,
tetapi setiap kali kita berbuat dosa, kita terus memberi iblis
otoritas atas diri kita. Satu-satunya pribadi yang dapat
mengalahkan iblis dan yang memiliki kekuasaan atas iblis
adalah seseorang yang tidak pernah berdosa - seseorang
yang tidak pernah memberikan bahkan satu inci pun
tempat berpijak bagi iblis. Siapakah Dia? Hanya Yesus
(Ibr.2:14-15).26

13.5 Yesus datang untuk mengambil kembali daerah


kekuasaan itu
Jika orang-orang kristen ditanya untuk apa Yesus datang ke
dunia, kemungkinan 99 dari 100 orang akan menjawab
bahwa Yesus datang untuk menyelamatkan jiwa-jiwa dan
membawa kita ke sorga. Ya, benar bahwa Yesus datang
untuk menyelamatkan jiwa-jiwa, tetapi Dia tidak datang
menyelamatkan jiwa-jiwa untuk dibawa ke sorga. Dia
datang untuk menyerang kerajaan iblis dan mengalahkan
iblis dan mendirikan kerajaanNya di bumi. Dalam Yoh.12:31
Yesus berkata, “Sekarang berlangsung penghakiman atas
dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan
dilemparkan keluar.” Setelah Yesus bangkit dari antara
orang mati, Dia berkata, “KepadaKu telah diberikan segala
kuasa di sorga dan di bumi” (Mat.28:18).
Yohanes mengatakan bahwa seluruh dunia berada di bawah
kendali si jahat (1 Yoh.5:19). Tetapi dalam Matius 11:12
Yesus berkata, “Sejak tampilnya Yohanes pembaptis hingga
51
sekarang, kerajaan sorga diserong…” Dalam 1 Kor.15:24-
28, Paulus mengatakan bahwa Yesus akan membinasakan
semua daerah kekuasaan, otoritas dan kekuasaan, dan
segala sesuatu akan ditundukkan dibawah keTuhananNya
dan Dia akan menyerahkan Kerajaan kepada BapaNya:
“Karena Dia harus memegang pemerintahan sebagai Raja
sampai Allah meletakkan semua musuhNya di bawah
kakiNya.”
Jadi Yesus sudah mulai memerintah sekarang dan proses
untuk mengambil kembali daerah kekuasaan sudah
berjalan. Dari apa yang Yesus katakan, kita melihat bahwa
Kerajaan Allah sedang menyerbu kerajaan iblis untuk
mengambil kembali apa yang telah dicuri iblis. Yesus akan
datang suatu hari nanti untuk menyelesaikan apa yang telah
dimulaiNya, tetapi kita sudah harus menjadi bagian dari
pemulihan (Kis.3:21) yang sudah dimulai itu dan menjadi
bagian dari memajukan Kerajaan itu sekarang. (Mat.16:18-
19). Perhatikan bahwa Yesus mengucapkan “sekarang” dua
kali dalam Yohanes 12:31.
Apakah akhir dari peperangan ini? Suatu hari nanti seluruh
kerajaan dunia ini akan tunduk dan berada dibawah
keTuhanan Yesus Kristus. Dalam penglihatan Daniel, dia
melihat Kerajaan Allah seperti batu yang menimpa dan
meremukkan seluruh kerajaan-kerajaan yang lain lalu
menjadi gunung besar yang memenuhi seluruh bumi (Dan
2:35,44-45). Yesaya menubuatkan perluasan
pemerintahanNya (Yes.9:6-7) dan Yohanes melihat bahwa
suatu hari nanti seluruh kerajaan-kerajaan dunia akan
menjadi Kerajaan Allah (Why.11:15). Ini adalah gambaran
dari apa yang akan terjadi di bumi, bukan di sorga. Dalam
Kol.1:15-20 Paulus mengatakan bahwa segala sesuatu
diciptakan oleh Dia dan bagi Dia, dan melalui Yesus, Allah
akan memperdamaikan segala sesuatu kepada diriNya, baik
yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sehingga
dalam segala sesuatu Dia menjadi Tuhan atas semua.

52
13.6 Kerajaan Allah maju saat daerah-daerah kekuasaan
di bumi ditundukkan ke dalam pemerintahanNya
Orang-orang kristen telah memberitakan kabar baik tentang
keselamatan, tetapi bagaimana dengan kabar baik tentang
Kerajaan? Kabar baik tentang Kerajaan adalah bahwa Sang
Raja sudah datang untuk mengalahkan iblis dan
melemparkannya keluar (Yoh.12:31) dan kita bisa di
merdekakan (Luk.4:18) untuk menjadi bagian dari
KerajaanNya. Seluruh kehidupan (seni, sains, bisnis,
ekonomi, pendidikan, politik, pemerintahan, hukum, media,
dan sebagainya) harus di bawa kepada ketundukan di
bawah Kerajaan Allah. Ini berarti bahwa gereja memerlukan
perubahan paradigma dari paradigma “diselamatkan dari
neraka untuk pergi ke sorga” menjadi paradigma
“diselamatkan untuk menjadi bagian dari kerajaan Allah di
bumi”. Dan kita menjadi agen-agen untuk memajukan
Kerajaan tersebut.
13.7 Kerajaan Allah Vs Kerajaan Iblis
Iblis telah dikalahkan oleh kematian Yesus (Ibr.2:14,
Kol.2:15, Mat.28:18). Dengan demikian iblis beserta
pemerintahan dan penguasa-penguasanya secara hukum
dan secara teknis tidak lagi memiliki otoritas di bumi.
Dimana saja setan, iblis, pemerintah dan penguasa-
penguasa kerajaan angkasa diusir keluar dan digantikan
oleh Roh Kudus maka disana Kerajaan Allah telah datang
(Mat.12:28). Satu studi bahasa Yunani mengungkapkan
bahwa penguasa-penguasa kerajaan angkasa adalah
makhluk-makhluk roh seperti malaikat yang mungkin saja
memerintah atas daerah geografis/teritorial dan atas hak-
hak hukum, sistem-sistem dan area-area kekuasaan, bukan
hanya individu-individu (Ef.6:12, Rom.8:37, Kol.1:16,
Kol.2:15, Ef.3:10, Mark.5:9-10, Dan.10:13,20).
13.8 Kerajaan Allah Vs Kerajaan Manusia
Karena iblis telah dikalahkan, maka persoalan yang
sesungguhnya sekarang bukanlah antara Kerajaan Allah dan
53
kerajaan iblis, juga bukan bagaimana caranya mengalahkan
kerajaan iblis, tetapi masalahnya adalah apakah kita
bersedia menyerahkan kerajaan kita kepada Allah.
Sebagaimana Wolfgang Simson telah mengatakan dengan
sangat tepat, ketika kita berdoa “Datanglah KerajaanMu”
kita juga harus mengatakan “biarlah kerajaanku pergi”27. Di
taman Eden manusia bisa bersekutu dengan Allah dan
dapat meminta nasihat dari Allah tentang segala sesuatu.
Tetapi ketika mereka diusir dari taman Eden, mereka tidak
dapat lagi melihat dan mendengar Allah. Lalu mereka
menentukan segala sesuatu untuk diri mereka: - apa itu
pernikahan, kerja, bisnis, kepemimpinan, pemerintah, uang,
keberhasilan, kesenangan, dll termasuk apa itu “gereja”.
Dengan cara inilah kerajaan dunia (yang bertentangan
dengan Kerajaan Allah) muncul. Karena itu tidak
mengherankan mengapa Yesus mengatakan bahwa kita
harus mati terhadap diri sendiri. Dia datang untuk
membalikkan segala sesuatu untuk menempatkan
semuanya pada tempat yang benar.
Selama seseorang tidak tunduk kepada pemerintahan Allah,
maka orang tersebut tetap berada dalam pemberontakan
dan pada dasarnya masih tetap berada di bawah
pemerintahan iblis. Dengan cara itulah iblis dan pemerintah
serta penguasa-penguasanya dapat terus memerintah atas
manusia. Tetapi di manapun kebohongan iblis digantikan
dengan kebenaran, dan orang-orang (individu, keluarga,
komunitas, bisnis ditundukkan kepada pemerintahan Allah,
dan budaya Kerajaan dan keTuhanan Yesus Kristus
ditegakkan disana, maka di tempat itu juga KerajaanNya
akan memerintah.
14. Pandangan hidup yang tertular oleh dualisme Yunani
Kebanyakan orang kristen, sama seperti semua orang di
dunia ini telah tertular oleh pandangan hidup Yunani yang
memisahkan dunia ke dalam pembagian yang sakral dan
sekuler. Plato menganggap dunia ini berada dalam dua

54
ranah. Ada ranah rohani/sakral yang lebih tinggi dan ada
ranah non-rohani sekuler yang lebih rendah. Dalam pikiran
orang kristen, berdoa, berpuasa, menyembah, penelaahan
Alkitab, gereja, penginjilan, mukjizat, dan lain-lain termasuk
ke dalam ranah rohani sakral sementara semua hal lainnya
yang berhubungan dengan hidup sehari-hari seperti
bekerja, bisnis, pendidikan, pemerintahan, masalah sosial,
dan lain-lain termasuk dalam ranah non-rohani sekuler.
Sebagai akibat dari pandangan hidup yang demikian,
beginilah cara kebanyakan orang kristen memandang peran
gereja dan institusi lainnya, dan bidang tanggung jawab,
pengaruh, serta tujuannya :

ROHANI JASMANI
Institusi gereja Negara, pemerintah,
NGO (lembaga sosial)
Aksi penginjilan Aksi Sosial
Aktifitas Pemulihan hubungan Pemulihan hubungan
& Tujuan antara manusia dengan ekonomi, sosial dan
Allah politik yang adil di
antara manusia
Ranah Ranah rohani Dunia ini

Sementara untuk kehidupan pribadi, beginilah kebanyakan


orang kristen memandang garis kehidupan mereka:

Lahir Baru Mati


Rohani : Gereja, PA, Doa,
Sebelum kenal Penginjilan, Kelompok Sel, Misi Hidup Kekal

Kristus Tidak rohani : pekerjaan, karir, Masuk


keluarga, teman- teman, rekreasi, Sorga
hobi, dll.

Sebagai akibat dari pemikiran yang dualistik ini, kita tidak


lagi menjadi suatu pengaruh di dunia, dan kita telah
55
menjadi tidak relevan, namun kenyataan ini kelihatannya
tidak mengganggu kita. Apa yang kita butuhkan adalah
perubahan paradigma – dari sekedar Injil Keselamatan
kepada Injil Kerajaan. Dari pandangan hidup injil
keselamatan saja kepada injil Kerajaan. Dari pandangan
hidup Kerajaan, kita tidak hanya diselamatkan dari, tetapi
diselamatkan untuk – untuk masuk ke dalam dan menjadi
bagian dari kerajaan Allah.

Daripada melihat
keselamatan
sebagai pusat dari
Kerajaan, dan
daripada memiliki
garis kehidupan
yang keliru seperti
diatas, Kerajaan
Allah akan lebih
baik dilihat dan
digambarkan dalam
diagram berikut
dimana keselamatan adalah pintu masuk ke dalam
Kerajaan, Yesus adalah Raja, kita adalah rakyatNya, dan
dalam KerajaanNya ada banyak aspek kehidupan seperti
yang telah dirancang olehNya, dan semuanya berada
dibawah keTuhananNya.
15. Injil Kerajaan dan Mandat kitab Kejadian
Di seluruh dunia gereja telah memisahkan diri dari segala
sesuatu yang berhubungan dengan bagaimana dunia ini
berfungsi dan kita membiarkan dunia yang mendefinisikan
dan menentukan apa itu pernikahan, keluarga, hiburan,
seni, sains, bisnis, ekonomi, pemerintahan, dan sebagainya.
Bukannya memperlihatkan nilai-nilai Kerajaan Allah kepada
dunia, dan bagaimana kehidupan yang dimaksudkan Allah,
dan memuridkan bangsa-bangsa kepada budaya Kerajaan
Allah, kita yang sebaliknya terpengaruh dan telah menyerap
56
ide-ide dunia. Padahal injil adalah kekuatan Allah untuk
menyelamatkan, bukan hanya untuk kekekalan tetapi juga
untuk masa kini. Injil Kerajaan Allah adalah merupakan
penelusuran kembali kepada mandat penciptaan Allah pada
mulanya dan menguraikan alasan mengapa Allah
menciptakan kita sejak semula. Perbedaannya adalah Yesus
datang untuk memenuhi dan membuat mungkin hal yang
manusia telah gagal melakukannya.
Setelah mengalahkan iblis, Yesus memberikan kita RohNya
dan mengutus kita untuk memuridkan bangsa-bangsa.
Karena kepada Yesus telah diberikan segala kuasa di sorga
dan di bumi, pemuridan bangsa-bangsa harus lebih dari
sekedar keselamatan dan pemuridan pribadi. Bangsa-
bangsa dan budaya-budaya harus diajar dan ditransformasi
ke dalam budaya KerajaanNya. Yesus berkata bahwa Injil
KerajaanNya harus diberitakan kepada seluruh bangsa.
Bukan hanya berita keselamatan. Kerajaan-kerajaan dunia
ini masih perlu diperhadapkan dengan keTuhanan Kristus
dan Kerajaan Allah (Mat.24:14). Dalam rentang waktu
antara kedatangan Yesus yang pertama dengan
kedatanganNya kedua kali, manusia diberikan kesempatan
untuk memutuskan apakah mereka akan tunduk kepada
pemerintahan Allah dan menjadi bagian dari KerajaanNya.
Pada kedatangan Yesus kedua kali semua orang yang tidak
menginginkan Dia memerintah atas mereka akan
dibinasakan: Luk.19:27
Apakah peran kita dalam kemajuan Kerajaan Allah? Kita
berperan untuk memuridkan dan kita menjadi garam dan
terang (Mat.5:16). Saya yakin ini berarti bahwa kita
seharusnya menjadi terlihat dan relevan, dan untuk menjadi
suatu pengaruh dan agen perubahan dan transformasi
dalam setiap bidang kehidupan di dalam dunia ini. Kita tidak
menjadi garam dan terang hanya untuk “menciptakan
platform” atau memakai pekerjaan-pekerjaan baik supaya
bisa memberitakan Injil Keselamatan. Kita menjadi garam
dan terang karena identitas diri kita–anak-anak dari Bapa di
57
sorga. Sebagai anak-anakNya kita mencerminkan
karakterNya dan dengan demikian memuliakan Dia–bukan
hanya dalam soal integritas dan karakter pribadi, tetapi juga
dalam cara bagaimana segala sesuatu dilakukan–
kreatifitas, keteraturan, struktur, keindahan, keunggulan,
manajemen waktu, efisiensi, produktifitas, berbagi, dan
sebagainya. Dengan melakukannya, kita memuliakan Dia
dengan mempertunjukkan dan mencerminkan kemuliaan
Pencipta kita.
16. Kesimpulan
Sewaktu saya mengadakan perjalanan dan mengajar di
banyak tempat di dunia, saya menemukan bahwa di seluruh
dunia gereja hanya berfokus pada pertumbuhan gereja dan
bahkan tidak sadar akan Kerajaan atau bahwa gereja
semestinya menjadi agen dari Kerajaan. Iblis telah bekerja
membutakan dan menipu bukan hanya bangsa-bangsa dari
kebenaran tentang keselamatan, tetapi juga membutakan
dan menipu gereja sehingga tidak melihat Kerajaan dan
tujuan-tujuan Allah bagi kita di dunia. Pada intinya yang
terdalam, ini adalah pertarungan antara kebenaran dan
kebohongan. Benteng-benteng (argumen, pretensi,
pengetahuan, pemikiran) yang dibicarakan oleh Paulus (2
Kor.10:3-5) bukan saja ada dalam pikiran orang-orang tidak
percaya tetapi juga dalam pikiran orang-orang percaya.
Gereja-gereja mengetahui (atau setidaknya kita pikir kita
mengetahui) apa itu gereja (meskipun fakta menunjukkan
adanya lebih dari 42.000 denominasi dan ekspresi gereja di
dunia saat ini). Bagaimana dengan Kerajaan? Sebenarnya,
bahkan dalam hal gereja, karena gereja sebenarnya
mendapatkan identitas dan perannya hanya dalam
hubungannya dengan Kerajaan, (sama seperti seorang duta
besar mendapatkan peran dan identitasnya dari negara
yang diwakilinya) maka satu gereja tidak akan mengetahui
dan tidak dapat mengetahui apa itu gereja atau untuk

58
menjadi apa gereja itu seharusnya, tanpa mengetahui
terlebih dahulu apa itu Kerajaan?
Di sepanjang sejarah, di berbagai waktu dan tempat,
kebangunan rohani telah datang dan pergi, tidak hanya
memberi dampak pada orang-orang yang mengalami
kebangunan itu tetapi juga berdampak pada budaya dan
bangsa mereka. Salah satu kebangunan terbesar yang
berdampak pada budaya dan sejarah satu bangsa adalah
kebangunan rohani di Inggris tahun 1700-an melalui kotbah
dan pengajaran John Wesley. Kerohanian yang dia ajarkan
bukan hanya sekedar kesalehan batin tetapi mencakup
sampai pada kebutuhan manusia dan keadilan sosial.28
Hanya sedikit orang yang bisa mengabaikan betapa
besarnya Inggris memberi dampak kepada dunia setelah
masa itu. Tetapi ada sesuatu yang akan datang yang masih
harus kita lihat dan ketahui. Kita akan melihat kepenuhan
dari Kerajaan itu dengan segala kemegahan dan
kemuliaannya mentransformasi bangsa-bangsa. Habakuk
menubuatkan bahwa hal itu akan terjadi. Bumi akan penuh
dengan pengetahuan tentang kemuliaan Tuhan, seperti air
yang menutupi dasar laut (Hab.2:14). Allah sedang
menunggu kita untuk memberikan segala yang kita punya
untuk melihat hal itu terjadi.
Sebelum saya mengakhiri, ada 5 hal yang harus dicatat:
Pertama, Jika seandainya poin yang di sampaikan belum
jelas, saya mau menegaskan bahwa ketika kita berbicara
tentang Kerajaan Allah yang menerobos maju di bumi, kita
tidak sedang berbicara tentang pembentukan satu teokrasi
di bumi. Sampai saat kedatangan Yesus kembali untuk
mendirikan pemerintahanNya di bumi (Lihat Why.11:15),
kita adalah warga negara dari bangsa dimana kita berada
sekarang, juga sebagai warga Kerajaan Allah, diperintah dari
dalam oleh RohNya yang berdiam di dalam kita.
Sehubungan dengan hal tersebut, tidak seorangpun bisa

59
“mendirikan” Kerajaan Allah. Kita hanya bisa menyerah
kepada KerajaanNya.
Kedua, tidak cukup bagi kita hanya untuk mengetahui
kebenaran tentang Kerajaan Allah dan pergi keluar untuk
mencoba membuat perubahan di dunia ini. Kita sedang
menentang kerajaan iblis. Bukan hanya iblis tidak akan
melepaskan kendali (atas pikiran-pikiran manusia, lihat 2
Kor.10:3-5) dan menyerah dengan mudah, kita harus
mengingat bahwa iblis hanya bisa diusir dengan kuasa Roh
Kudus (Mat.12:28). Yesus memberikan kita kunci kepada
KerajaanNya (Mat.16:19) dan Dia mengatakan kepada kita
dalam Kisah Para Rasul 1:8 bahwa kita hanya dapat
melakukan hal itu dengan kuasa RohNya.
Ketiga, kita harus mengingat perkataan Yesus bahwa di luar
Dia kita tidak dapat melakukan apa-apa (Yoh.15:5). Yesus
memberikan kita teladan bagaimana seharusnya kita
berjalan dan bekerja dengan Allah. Dia berkata,
“Sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari
diriNya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa melakukanNya;
sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan
Anak.” (Yoh.5:19) Kemudian Dia berkata, “Sama seperti
Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus
kamu.” (Yoh.20:21) Bukan rencana kita tetapi rencanaNya.
Kita harus bergantung padaNya untuk mendapatkan arahan
langkah demi langkah. “Jikalau bukan Tuhan yang
membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang
membangunnya.” (Maz.127:1) Bagaimana bisa kita bekerja
dengan Tuhan jika kita tidak mendengar gembala kita dan
mendapat arahan dari Dia (Mat.10:27, Yes.30:21,
Rom.8:14)?
Keempat, banyak orang yang sering bertanya, “Apakah kita
akan berhasil mengubah dunia? Bukankah Alkitab
mengatakan bahwa dunia ini akan semakin lama semakin
memburuk? Bukankah Kerajaan akan datang hanya ketika
Yesus datang kembali dan Kerajaan Seribu Tahun akan

60
dimulai?” Harap dicatat bahwa saya tidak berdiri pada satu
pendirian eskatologis tertentu. Apakah kita akan berhasil
dalam mengubah sesuatu atau seseorang, atau apapun
yang akan terjadi atau tidak terjadi, itu sebenarnya tidak
terlalu penting. Kita dipanggil untuk menjadi garam dan
terang dan menjadi agen-agen perubahan tidak perduli
apakah kita akan berhasil atau sebaliknya. Sama seperti kita
harus mengasihi, tidak peduli apakah kasih kita diterima
atau ditolak. Kita adalah anak-anak yang mencerminkan
siapa Bapa kita. Ketika para murid terperangkap dalam
pertanyaan tentang kapan Kerajaan akan datang, Yesus
mengatakan kepada mereka untuk lebih memusatkan
perhatian kepada pengerjaan tugas yang telah di
delegasikan oleh sang Tuan kepada mereka (Luk.19:11-27,
kis 1:6-7).
Dalam buku saya yang pertama saya bertanya, apa yang
akan terjadi seandainya William Wilberforce dulu hanya
duduk diam dan menganggap akan sia-sia untuk mencoba
melakukan sesuatu terhadap perbudakan, karena
bagaimanapun juga Yesus akan datang suatu hari nanti dan
akan memusnahkan segala sesuatu dan memulai semuanya
kembali dari awal, akankah perbudakan telah dihapuskan?
Dan bagaimana seandainya Abraham Lincoln, Martin Luther
King Jr., Ghandi, Nelson Mandela, Bunda Theresa dan
orang-orang lain di sepanjang sejarah yang telah bekerja
keras dan berjuang untuk kebebasan sosial, rasa hormat
pada martabat manusia dan pemerintahan yang bersih, dan
pembebasan kaum miskin, hanya duduk diam dan
menganggap bahwa sia-sia untuk mencoba melakukan apa-
apa karena bagaimanapun juga Tuhan akan datang suatu
hari nanti untuk menghancurkan semuanya? Dan
bagaimana seandainya orang-orang lain yang tak terhitung
banyaknya seperti Issac Newton, Edison, dan Marconi yang
telah memberkati kita dengan penemuan-penemuan
modern dan telah mengubah kehidupan di bumi juga

61
berpikir sama? Dapatkah Anda melihat betapa
menggelikannya pemikiran seperti itu?
Kelima, mungkin anda pernah mendengar tentang
pengajaran “seven mountains” atau seven spheres”.
Meskipun ada aspek-aspek yang serupa antara pengajaran
tersebut dengan apa yang saya bagikan di sini, namun ada
satu perbedaan BESAR di antara keduanya yang harus saya
tunjukkan. Kebanyakan dari pengajaran “seven mountains”
atau “seven spheres” yang sedang ramai dibicarakan saat
ini tidak hanya berbicara tentang transformasi. Pengajaran
itu juga berbicara tentang mengambil kembali daerah
kekuasaan. Mereka yang mengajarkannya berbicara
tentang hal-hal seperti: kita harus menjadi “pemimpin di
tujuh bidang”, kita harus menjadi “kepala dan bukan ekor”
kita harus menguasai kepemilikan”, “menguasai wilayah”,
“mengklaim gunungmu”, berada di “puncak gunungmu”,
menjadi “pengambil keputusan”, dan lain-lain. Saya mohon
maaf, namun saya tidak sependapat dengan ide-ide
tersebut dan juga dengan panggilan bagi kita untuk
mengambil kembali area/bidang kekuasaan.

Tidak ada ditemukan dalam Alkitab yang mengatakan


bahwa Allah menginginkan kita untuk mendominasi atau
untuk berada dalam posisi pemegang kendali supaya bisa
mengubah budaya dunia dengan pendekatan top-down.
Dalam posisi apapun kita sekarang berada, kita hanya akan
memberi pengaruh yang bisa membawa perubahan. Kita
tidak menerapkan kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai
kita atau mengubah peraturan atau memaksa orang lain
untuk mematuhinya. Jika peran kita hanyalah untuk
membawa pengaruh, maka tidak menjadi masalah
dimanapun posisi kita berada. Allah memakai seorang gadis
pelayan untuk mempengaruhi seorang jenderal Aram. Dia
memilih dan memakai nelayan tak berpendidikan untuk
mengacaukan para pemimpin dunia pada masa itu dan
menjungkirbalikkan dunia (Kis 17:6, 1 Kor.1:26-29). Saya

62
tidak melihat ada sesuatu dalam Perjanjian Baru dimana
Yesus atau Paulus, atau salah satu dari penulis yang lain,
memanggil kita untuk mengambil kembali area kekuasaan.
Jika kita mempelajari Perjanjian Baru, kita akan menemukan
bahwa semua janji Allah, dan apa yang dimaksudkan Allah
bagi Israel (untuk menjadi kepala dan bukan ekor dan untuk
berkuasa atas bangsa-bangsa lain) tidak akan dipenuhi
diluar dari rencana Allah untuk mewujudkan semua itu di
dalam Kristus.
Tidak boleh dilupakan bahwa apa yang seharusnya
memotivasi kita bukanlah kekuasaan atau transformasi,
tetapi kasih–kasih kepada Allah dan manusia. Kasih adalah
jantung dan jiwa Kerajaan. Apakah kasih itu? Kasih adalah
“berpusat pada orang lain”. Kebalikan dari kasih bukanlah
benci. Kebalikan dari kasih adalah diri. Kecuali kita
dimotivasi oleh kasih tanpa pamrih, kecuali dalam diri kita
yang terdalam kita mati terhadap diri sendiri, setiap usaha
“mengambil atau merebut area/bidang kekuasaan dan
membawa transformasi” bukanlah kemajuan Kerajaan Allah
melainkan hanya penguasaan manusiawi. Pada akhirnya ini
akan menghasilkan lebih banyak lagi kerajaan-kerajaan kita
sendiri.
Kita harus kembali kepada gereja seperti yang dimaksudkan
oleh Yesus – satu komunitas orang-orang yang mengasihi
dan melayani. Jika tidak demikian, apa perbedaan antara
ide dari gereja sekarang yang mengklaim kembali gunung
(mountain) bisnis, media, pemerintahan, dan lain-lain (hal
yang disebarluaskan oleh pengajaran 7 gunung) dengan ide
gereja Roma pada abad kegelapan yang berjuang untuk
menguasai seluruh dunia?
Paradoks dari Kerajaan Allah dilambangkan dengan Raja
yang menunjukkan bagaimana Dia sendiri mengalahkan iblis
dan mengambil kembali otoritas kekuasaan–bukan dengan
memaksakan kekuasaan atas apa yang secara sah adalah
milikiNya tetapi dengan menyerahkan nyawaNya sendiri

63
(Fil.2:3-9, Ibr.2:14). Iblislah yang ingin berada di puncak
gunung Allah (Yes.14:12-14). Yesus berjalan ke arah yang
berlawanan. Bukan ke atas tapi ke bawah. Dia telah
menunjukkan kepada kita cara menuju kekuasaan. Dengan
cara yang sama itu pula (Ibr.2:15), dengan menyerahkan
nyawa kita, iblis akan dijatuhkan dan ditaklukkan, dan
dengan cara demikianlah Kerajaan akan datang (Why.12:10-
11).29
Allah tidak memanggil kita untuk mengambil kepemilikan,
kekuasaan atau kendali atas area apapun. Allah telah
memanggil kita untuk menjadi pembawa pengaruh (garam
dan terang) dan untuk mengikuti Anak Domba (Why.14:4),--
untuk menyerahkan nyawa kita bagi orang-orang lain sama
seperti yang telah dilakukanNya (Mat.18:4, Mat.20:25-28,
Fili.2:5-11, 1 Yoh.3:16, Why.12:11). Bagi mereka-mereka
yang melakukan hal inilah Allah akan menganugerahkan
kekuasaan untuk memiliki Kerajaan dan memerintah dan
berkuasa bersama-sama dengan Dia (Dan.7:21-27, Why.5:9)
“ketika telah tiba kegenapan waktunya” (Ef.1:10).30
Semoga KerajaanNya dan hanya KerajaanNya saja yang
akan ditegakkan. Semoga kita, dimanapun kita berada,
dimotivasi oleh kasihNya, menjadi agen-agen “garam dan
terang” dari kemajuan KerajaanNya.

Eng Hoe
acts1322@gmail.com

Perbandingan Pandangan Hidup


Pandangan hidup/perspektif dalam tabel berikut bersifat
klasik untuk membantu kita membandingkan. Pandangan
hidup kebanyakan orang biasanya tidak begitu terperinci
tetapi membingungkan dan merupakan campuran yang
berubah-ubah, atau berlapis – lihat diagram pohon dalam
poin 10

64
Keselamata Kerajaan
Pandangan Animisme Sekularisme n dari dunia Allah di bumi
Hidup
ini

Banyak dewa. Tidak ada Tuhan itu Yesus berkuasa


Allah dan Mereka yang Tuhan. Kita kudus. Dunia di sorga dan di
dunia ini memegang adalah tuhan ini penuh bumi. Dia
kendali, atas diri kita. dosa dan sedang
bukan kita. Kita yang tersesat. mendirikan
Mereka pegang Allah akan KerajaanNya di
berubah- kendali. menghancurk bumi.
ubah dan tak Peganglah an dunia ini
bisa kendali dan akan
diprediksi. sebelum membawa
orang lain kita ke sorga.
mengendalika
n.

Kita ada di Hasil dari Dosa Kita diciptakan


Mengapa bumi untuk evolusi. mengubah segambar
kita ada menderita Hanya yang rencana dengan Allah,
dan untuk terkuat yang Allah. Dunia untuk
disucikan dari mampu ini bukan mencerminkan
dosa-dosa bertahan. rumah kita. kemuliaanNya.
yang kita Tidak ada arti Kita sedang Kita sekarang
lakukan yang menunggu ada untuk
dalam mendasar Yesus untuk menjadi bagian
kehidupan dan tujuan datang dari Kerajaan
kita akhir. kembali atau dan tujuan-
sebelumnya. menunggu tujuanNya.
Inilah karma untuk pergi
kita. ke sorga.

Melarikan diri Untuk Damai Untuk menjadi


Tujuan dari menjadi dengan Allah, satu dengan
akhir penderitaan sekaya dan kerohanian Allah,
dan dari seberkuasa pribadi, menghidupi
dunia ini dan mungkin. Dan pertumbuhan rancanganNya,
memasuki untuk gereja, sorga. menjadi seperti
nirwana/mok menikmati Dia dan
sha. sebanyak mencerminkan
mungkin. kemuliaanNya.

Terus Terbatas dan Ada akhir dari Kesempatan


Waktu berputar dan akan habis. segala untuk
bersifat Manfaatkanla sesuatu. mengasihi,
sementara. h waktu Nantikanlah belajar,
Kita sudah sebisa itu dengan berkreasi,
terjebak. mungkin sabar. menjadi unggul,
Terimalah selagi masih bekerja,
65
kenyataan ini ada. menghasilkan
dan jalanilah. dan berlipat
ganda.

Suatu Tidak ada Satu hal yang Satu karunia


Pekerjaan kutukan, nilai yang sekuler yang dari Allah untuk
suatu beban, hakiki.Hanya harus kita berkreasi, untuk
suatu merupakan lakukan menghasilkan,
hukuman, cara untuk untuk untuk
sesuatu yang mencapai mencari menikmati,
diperuntukka tujuan: untuk nafkah. untuk
n bagi para bisa Platform memberkati
budak. Jika mengungguli untuk orang lain,
memungkink orang lain, memenangka untuk
an, jauhi dan untuk n jiwa-jiwa. mencerminkan
hindarilah menghasilkan Allah.
pekerjaan. uang.

Sumber dari Keamanan. Hal yang Satu alat tukar.


Uang banyak Kita tidak bisa sekuler, Untuk
penderitaan. hidup duniawi, digunakan
Sudahlah tanpanya. janganlah memperkaya
cukup jika Uang adalah mencarinya kehidupan bagi
kita punya jawaban atas kecuali kita tujuan-tujuan
uang untuk semua menggunaka Kerajaan Allah.
sekedar masalah dan nnya untuk
bertahan keinginan. perintisan
hidup. jemaat atau
pertumbuhan
gereja.

Suatu ilusi Kebebasan Kenikmatan Suka cita dan


Kebahagia saja. yang tidak sementara kepuasan yang
an Sementara. terbatas dan atas berkat- berasal dari
Tergantung merupakan berkat Tuhan. kerja bersama
pada nasib sarana untuk Tetapi tidak dengan Allah
Anda, apakah mendapatkan ada untuk
para dewa apa yang kebahagiaan mencipta, dan
atau roh-roh Anda mau, sejati di dunia menghasilkan,
berkenan dan ketika ini. Hanya di dan
pada Anda. keinginan sorga. memberkati
Anda dan berbagi
terpenuhi. dengan orang-
orang lain.

66
Masalah Ditakdirkan – Tidak Akibat dari Tantangan
dan untuk diinginkan. dosa mula- diperlukan
Penderitaa menjalani Untuk mula. untuk
n karma dihindari, Rintangan membentuk
seseorang. dielakkan, dan kita menjadi
atau penghalang semakin serupa
dihapuskan. bagi damai dengan Dia.
Yang kuat sejahtera dan
yang suka cita.
bertahan.
Yang lemah
menderita.

Jalan Tidak ada. Memakai Memakai Mendapatkan


Keluar dari Penyerahan. uang, cara-cara hikmat dan
Masalah- Jalani saja. kedudukan, sekuler dan kekuatan dari
masalah Menenangka kekuasaan, berdoa Tuhan untuk
n para dewa. mencari jalan supaya terjadi menanggulangi
Menyuap pintas, perubahan: (baik di dalam
orang-orang mengakali dari yang dan juga secara
yang orang lain, buruk dan praktis). Belajar
berkuasa. mengendalika susah dari masalah itu
Mengharapka n dan menjadi baik, dan diubahkan
n sedikit menghapuska lancar dan dari hal itu.
belas kasihan. n masalah. mudah.

Hubungan- Tergantung Bagaimana Memungkink Kita semua


hubungan pada orang lain an hanya jika diciptakan
tingkatan bisa menjadi orang lain segambar dan
dalam urutan aset dan juga sudah serupa dengan
karma.Tundu membawa lahir baru. Allah. Kita
k pada yang manfaat bagi Pertama diciptakan
diatas. saya? sekali, untuk menjadi
Mendominasi menangkan komunitas.
yang mereka bagi
dibawah. Kristus.

Kasih Benarkah Keinginan. Kasih adalah Kita diciptakan


kasih itu ada? Hasrat. Untuk Allah untuk menjadi
Kita tidak memuaskan menganugera serupa dengan
melihatnya. diri. “Kasih hkan Allah, jadi kita
Barangkali itu tanpa AnakNya bagi diciptakan
hanyalah pamrih? kita dan untuk
suatu momen Hmm .. ini Yesus mati mengasihi.
yang berlalu adalah satu bagi kita Kasih berarti
dengan cepat gagasan yang supaya kita mati bagi diri
dalam romantis”. bisa sendiri dan
hayalan diselamatkan. mengutamakan
seseorang. Kita harus orang lain.
memberitaka Seperti Yesus.

67
n ini kepada
orang lain.

Kebenaran Apa itu Tidak ada Keselamatan Kebenaran


kebenaran? kebenaran dalam Kristus adalah Kristus
Toh kita tidak mutlak. adalah dan itu
berdaya. Segala kebenaran bersinggungan
Apapun sesuatu itu yang utama. dengan seluruh
“kebenaran” relatif dan Segala kehidupan. Kita
itu, itu tidak subjektif. Kita sesuatu yang dimerdekakan
dapat sendirilah lain harus oleh Dia untuk
mengubah kompas bagi digolongkan menghidupi
apapun. diri kita. dibawah rancangan Allah
kebenaran ketika kita
ini. menjadi satu
dengan Dia.

Kepemimp Ditentukan Untuk Suatu berkat Kehambaan –


inan dan oleh karma menjadi dari Tuhan. untuk melayani
Otoritas Anda. Jika terkemuka Satu orang lain agar
Anda lebih dalam suatu kedudukan mereka bisa
tinggi, Anda kumpulan – darimana kita berhasil. Untuk
mendominasi mendominasi bisa menjadi teladan
. Jika Anda dan memimpin bagi orang-
lebih rendah mengendalika dan orang lain.
Anda tunduk. n dan mengarahkan
menentukan orang-orang
hasil. kepada
Tuhan.

Akhir dari Tidak ada Sama seperti Penghakiman Kerajaan Allah


Sejarah akhir. Waktu pada mulanya Allah – di bumi.
terus – hanya kehancuran Manusia
berputar. kosmos. Atau bumi. Orang bersatu dengan
Penderitaan siapa tahu yang selamat Allah dan
dan kita bisa akan pergi ke tujuan-
penyucian menjajah sorga. Yang tujuanNya.
akan terus planet lain? tidak selamat Allah berdiam
menerus ke neraka. di antara
berlangsung. manusia.

68
Poin-poin untuk direnungkan

1. Berikan satu contoh perubahan pandangan


hidup/perubahan paradigma yang pernah Anda alami di
masa lalu.

2. Berikan satu contoh bagaimana kepercayaan-


kepercayaan Anda telah membentuk nilai-nilai Anda dan
menentukan satu pilihan yang pernah Anda buat.

3. Bagaimana terjadinya Pandangan Hidup? Bagaimana


kemudian asumsi-asumsi yang salah menjadi bagian dari
budaya manusia?

4. Apakah kebenaran dan nilai-nilai di dalam budaya Anda


yang membangun kehidupan? Apakah kebohongan-
kebohongan (asumsi-asumsi dan kepercayaan-
kepercayan yang salah) dalam budaya Anda yang
mengakibatkan kemandekan, kematian dan
kehancuran?

5. Bagaimanakah ide-ide ini disebarkan melalui budaya


Anda dalam kata-kata, frasa, cerita, lagu, lelucon,
hukum, perilaku, dan lain-lain? Berikan contoh-contoh.

6. Apakah BUAH dari ide-ide tersebut dalam budaya Anda


(secara fisik, sosial, rohani, intelektual, dan lain-lain)?:
dampaknya pada pribadi, keluarga, komunitas, dan
bangsa Anda.

7. Apakah satu hal yang akan Anda lakukan sepanjang


minggu ini untuk mulai berdiri bagi kebenaran
menentang kebohongan-kebohongan itu?

8. Israel meninggalkan mesir tetapi Mesir tidak pernah


meninggalkan Israel. Bagaimana budaya komunitas saya
membentuk dan mempengaruhi saya/kita? Darrow

69
Miller mengatakan, “Ketika gereja gagal memuridkan
bangsa, maka bangsa yang akan memuridkan gereja”.
Apakah akar-akar animistik dan sekuler yang masih
tersisa dalam diri saya/dalam gereja kita?

9. Apakah area dalam budaya atau komunitas kita yang


masih harus dikonfrontasi dan diserahkan kepada
keTuhanan Kristus (kepemimpinan, pemerintahan,
pendidikan, bisnis, waktu, kerja, keteraturan, struktur,
keluarga, dan nilai-nilai komunitas, posisi, status,
disiplin, dan lain-lain)?

10.Apakah 3 bidang prioritas dalam hidup saya sendiri yang


membutuhkan transformasi untuk menjadi semakin
serupa dengan Allah?

11.“Datanglah KerajaanMu, dan biarlah kerajaanku pergi”:


Dalam hal apakah kita perlu untuk lebih menjadi seperti
Yesus – menjadi lebih berfokus pada orang lain, untuk
mati bagi diri sendiri demi orang lain?

12.Memimpikan : Akan seperti apakah gereja jika kita


bertransformasi dari paradigma pertumbuhan gereja
(berpusat-gereja) kepada paradigma kemajuan Kerajaan
(berpusat-Kerajaan)?

13.Apakah 3 bidang yang di dalamnya Anda akan bekerja


bersama Tuhan untuk berbagi kasihNya dan berbagi
hidup yang berkelimpahan dengan komunitas di sekitar
Anda?

70
1
Eng Hoe, The Gospel of the Kingdom – Revealing the Heart of
God https://www.createspace.com/3869420,
http://www.amazon.com/The-Gospel-Kingdom-Revealing-
Heart/dp/1477409408
http://www.amazon.com/kindle/dp/B009V5AD52
2
Eng Hoe, What Happened in the Garden of Eden?,
http://acts1322issachar.wordpress.com/2009/09/26/what-
happened-in-the-garden-of-eden/
3
Darrow L Miller, Discipling Nations : The Power of Truth to
Transform Cultures, YWAM Publishing, 1998
4
Ronald Nash, Worldviews in Conflict, Zondervan Publishing
House, 1992
5
Darrow L Miller, Discipling Nations : The Power of Truth to
Transform Cultures, YWAM Publishing, 1998
6
Samuel Huntington, The Clash of Civilizations, 1993 cited in
Darrow L Miller, Bob Moffitt and Scott D Allen : The Worldview
of the Kingdom of God, http://crm.disciplenations.org/store
7
Paul G Hiebert, Transforming Worldviews, Baker Academic,
2008,
8
https://data.undp.org/dataset/Table-1-Human-Development-
Index-and-its-components/wxub-qc5k
9
http://cpi.transparency.org/cpi2013/results/
10
Darrow L Miller, Discipling Nations : The Power of Truth to
Transform Cultures, YWAM Publishing, 1998
11
http://en.wikipedia.org/wiki/Historical_GDP_of_the_People's_R
epublic_of_China
12
Eng Hoe, The Gospel of the Kingdom : Revealing the Heart of
God, http://www.amazon.com/The-Gospel-Kingdom-Revealing-
Heart/dp/1477409408
13
Darrow L Miller, Lifework : A Biblical Theology for What You Do
Everyday, YWAM Publishing, 2009
14
Vishal Mangalwadi, The Book that Made Your World : How the
Bible Created the Soul of Western Civilization,Thomas Nelson
15
Scott D Allen, A Brief History of the Divided Mind and Life,
http://www.disciplenations.org/resources/
16
Scott D Allen and Darrow L Miller, The Forest in the Seed : A
Biblical Perspective on Resources and Development, Disciple
Nations Alliance, 2006

71
17
https://acts1322issachar.wordpress.com/2014/05/09/what-is-
gods-vision/
18
http://www.israella.org/index.php/he/latest-news/item/a-
thriving-fish-industry-in-the-israeli-desert,
http://www.youtube.com/watch?v=fLX8qR1pmZI
19
Darrow L Miller, Discipling Nations : The Power of Truth to
Transform Cultures, YWAM Publishing, 1998
20
Darrow L Miller, Discipling Nations : The Power of Truth to
Transform Cultures, YWAM Publishing, 1998
21 st
Where is the Wealth of Nations : Measuring Capital for the 21
Century, World Bank, 2006,
http://siteresources.worldbank.org/INTEEI/Home/20666132/W
ealthofNationsconferenceFINAL.pdf
22
Vishal Mangalwadi, The Book that Made Your World : How the
Bible Created the Soul of Western Civilization,Thomas Nelson,
23
Scott D Allen, A Brief History of the Divided Mind and Life,
http://www.disciplenations.org/resources/
24
Darrow L Miller, Discipling Nations : The Power of Truth to
Transform Cultures, YWAM Publishing, 1998
25
Gambar pohon ini menerangkan bagaimana negara-negara
Skandinavia sangat progresif, walaupun dipermukaanya adalah
sekular – mereka mempunyai lapisan nilai-nilai
Kristen/Alkitabiah dibawah yang telah menjadi sebagian budaya
mereka.
26
https://acts1322issachar.wordpress.com/2009/09/26/gods-
army-people-of-a-different-spirit-moving-in-the-opposite-spirit-
how-jesus-defeated-satan/
27
Wolfgang Simson, Starfish Manifesto,
https://whileweslept.wordpress.com/2009/10/27/starfish-
manifesto/
28
http://www.missionfrontiers.org/issue/article/john-wesleys-
church-planting-movement
29
https://acts1322issachar.wordpress.com/2009/09/26/gods-
army-people-of-a-different-spirit-moving-in-the-opposite-spirit-
how-jesus-defeated-satan/
30
https://acts1322issachar.wordpress.com/2015/07/06/the-
problem-with-the-seven-mountainsspheres-teaching/

72

Anda mungkin juga menyukai