Shalom Jemaat GBI Danau Bogor Raya yang saya kasihi dalam Tuhan Yesus. Hari ini saya
akan berkhotbah dengan judul "Gaya Hidup Orang Percaya".
Saya yakin bahwa, orang percaya harus memiliki gaya hidup yang berbeda dengan orang dunia.
Hari ini kita akan belajar dari salah satu perumpamaan yang diajarkan oleh Tuhan Yesus.
Matius 13:33,
Dan Ia menceriterakan perumpamaan ini juga kepada mereka: "Hal Kerajaan Sorga
itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung
terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya.
Tujuan wanita ini mencampurkan ragi ke dalam adonan tepung adalah untuk membuat roti
sehingga dapat dimakan oleh banyak orang. Apa kebenaran yang mau disampaikan Tuhan Yesus
lewat perumpamaan ini? Mari kita perhatikan baik-baik. Perumpamaan ini mengajarkan tentang
Kerajaan Sorga. Saya percaya yang Yesus maksudkan bukan hanya pemerintahan Kerajaan
Sorga tetapi juga warga Kerajaan Sorga, yaitu kita semuanya. Jadi warga Kerajaan Sorga gaya
hidupnya itu seumpama ragi.
Bagaimana gaya hidup warga Kerajaan Sorga yang seumpama ragi itu?
Matius 5:13,
"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia
diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. “
Saudara-Saudara, kita ini harus menggarami lingkungan di mana kita berada, artinya kita
membawa pengaruh yang positif kepada lingkungan kita. Lingkungan kita mungkin punya
kebiasaan yang buruk, dengan kehadiran kita mereka sekarang menjadi baik. Tadinya tidak
mengenal Tuhan, dengan kehadiran kita mereka dapat menjadi orang percaya. Itu artinya kita
menjadi garam dunia.
Matius 5:14,
Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin
tersembunyi.
Yesus mau supaya kita menerangi tempat di mana Tuhan tempatkan kita. Saudara-Saudaraku,
bagaimana supaya hidup kita dapat berdampak, menjadi ragi dalam dunia ini?
Mempraktekkan kebaikan
Filipi 4:5,
Supaya kebaikan hati kita diketahui oleh semua orang, kita harus mempraktekkan kebaikan itu.
Jika kita tidak pernah melakukan kebaikan orang tidak tahu kalau kita memiliki hati yang baik
dan memang orang jika hatinya baik, apa yang di hati itu terlihat melalui perbuatan. Jadi
praktekkanlah kebaikan dalam hidupmu supaya engkau dapat menjadi ragi bagi lingkunganmu.
Saat ini kita sedang hidup di tengah-tengah pandemi dan ini adalah kesempatan bagi kita untuk
dapat mempraktekan kebaikan. Saat ini ada banyak orang yang sedang membutuhkan uluran
tangan kita. Saudara-Saudara, bulan yang lalu ketika COVID sedang tinggi-tingginya, banyak
sekali orang yang membutuhkan tabung oksigen. Mafia tabung oksigen bermain, sehingga
harganya melonjak tinggi. Mafia tabung oksigen, saya pastikan ini bukan orang yang hidupnya
membawa dampak yang positif. Jika Saudara memiliki tabung oksigen maukah Saudara
meminjamkannya kepada orang lain. Apa yang kita miliki ketika orang membutuhkannya, rela
tidak kita memberikannya. Jika kita mau mempraktekkan kebaikan mari kita lakukan kebaikan
sekarang juga.
Saya membaca berita ada seorang anak usia 9 tahun harus isoman sendiri. Papa-mamanya
meninggal karena COVID-19. Tetangga-tetangganya mengulurkan tangan menolong tangan
anak berusia 9 tahun ini. Kira-kira jika Saudara menjadi salah satu tetangganya, mau tidak
Saudara juga memberikan perhatian, mengulurkan tangan?
Saya juga membaca sebuah berita tentang ada seorang dokter yang dirawat di ICU karena
terpapar COVID bersama dengan seorang pasien lain yang juga terpapar COVID, dan dua-
duanya membutuhkan ventilator. Masalahnya, di rumah sakit itu tinggal satu ventilator. Keluarga
dokter akhirnya memutuskan ventilator itu diberikan saja kepada pasien. Dokter ini sebelum
masuk ruang ICU pernah menyampaikan pesan kepada isterinya, kalau sampai nanti harus
memakai ventilator, maka ingat baik-baik ventilator itu harus diberikan kepada pasien yang
harapan hidupnya lebih besar kentimbang yang harapan hidupnya lebih kecil. Harapan hidup
dokter itu lebih kecil dibandingkan harapan hidup pasien itu. Memang konsekuensinya akhirnya
dokter itu meninggal terpapar COVID. Dia berbuat kebaikan dan konsekuensinya dia harus
berkorban untuk itu.
Saudara-Saudaraku, memang ketika kita melakukan kebaikan ada harga yang harus kita bayar.
Seperti Yesus. Dia mempraktekkan kebaikan, sepanjang hidup dan pelayanan-Nya. Dia memberi
makan kepada orang yang lapar, menguatkan orang yang lemah, memberikan penghiburan
kepada orang yang susah, memberikan pengharapan kepada orang yang putus asa,
menyembuhkan orang yang sakit, membuat orang yang timpang berjalan kembali, menghardik
setan yang merasuk orang. Jadi Dia selalu menebarkan kebaikan di manapun Dia berada.
Kemudian Dia mati, kematiannya juga telah menjadi berkat, karena waktu darah-Nya tercurah di
kayu salib, maka darah-Nya itu menghapus dosa kita semuanya. Kita harus belajar seperti Yesus,
hidup kita harus berdampak, melakukan kebaikan.
Melayani sesama
1 Petrus 4:10,
Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-
tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.
Tuhan memberikan karunia kepada kita supaya kita dapat melayani orang lain bukan untuk
melayani diri kita sendiri. Ada banyak orang dia diberikan karunia untuk melayani diri sendiri,
supaya dia lebih terkenal, dia lebih hebat, jadwal pelayanannya lebih padat, dia diundang ke
mana-mana. Tuhan kasih karunia kepada kita untuk kita melayani orang lain, sehingga kita
berdampak dan menjadi ragi untuk dunia ini.
Ayam betina jika ia bertelur ia akan berkotek-kotek, sehingga satu kampung dengar, padahal
telurnya haya satu. Penyu jika mau bertelur dia diam-diam pergi ke pantai, cari tempat yang sepi.
Dia gali lobang, bertelur di situ, setelah dia bertelur dia kembai lagi ke laut berenang. Diam-diam
tidak heboh, padahal telurnya ratusan. Kira-kira Saudara orang Kristen model apa?
Mari kita jadi orang Kristen yang rendah hati, walaupun kita punya karya hebat, hasilnya nyata
tapi tidak usah kita heboh. Saat sekarang ini banyak orang suka heboh di media sosial, hati-hati
dengan media sosial, kadang-kadang kita sedang mengumbar kesombongan kita lewat media
sosial. Setiap kali kita mau posting karya kita, tanya dulu diri kita apakah untuk kemuliaan
Tuhan atau kemuliaan diriku?
Efesus 4:2,
Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah
kasihmu dalam hal saling membantu.
Ciri-ciri orang rendah hati:
Yohanes Pembaptis adalah contoh yang baik belajar rendah hati menjadi orang nomor dua.
Yohanes Pembaptis lebih dahulu melayani, Yesus baru menyusul kemudian, tapi waktu Yesus
muncul, Yohanes mundur dan menempatkan diri sebagai orang nomor dua. Satu hari Yohanes
berada di sungai Yordan bersama dengan murid-murid-Nya. Yohanes menunjuk kepada Yesus
“Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia ini.” Yohanes tidak merasa Yesus
sebagai saingan, Yohanes menunjuk Yesus sebagai Anak Domba Allah, dia meninggikan Yesus
dan mundur pelan-pelan. Yohanes berkata, “Dia harus makin besar dan aku harus makin
kecil.”
1 Korintus 1:27-28,
Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang
berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang
kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan
apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti.
Kata kuncinya adalah dipilih Allah. Kalau favor Allah ada pada kita, maka kita yang tadinya
statusnya di bawah akan diangkat oleh Tuhan. Kuatkan hatimu. Saya percaya setiap orang yang
dipilih oleh Tuhan pasti Tuhan akan berikan kemampuan, talenta. Kita yang sudah dipilih mari
kita menggalinya untuk kemuliaan nama Tuhan.
Mungkin hari ini jika Saudara statusnya sudah tinggi, jangan Saudara pandang enteng dan
melecehkan orang yang statusnya rendah, karena kita tidak tahu status mereka yang rendah
ketika Tuhan pilih mereka, lima tahun atau sepuluh tahun lagi mereka akan lebih hebat dari kita.
Di Jerman ada seorang guru SD yang setiap kali masuk kelas sebelum mengajar selalu hormat
kepada murid-muridnya, dia berkata karena saya tidak tahu murid-murid saya ini nanti akan jadi
apa. Ternyata salah satu muridnya adalah Martin Luther, tokoh reformasi gereja.
Penutup
Hari ini kita harus belajar bahwa kita harus seumpama ragi: berdampak, rendah hati, dan tidak
memandang status. Tuhan tolong kita dan berkati kita.