Anda di halaman 1dari 6

HIDUP YANG KUDUS DAN TIDAK KUDUS

Bagaimana cara hidup kudus? Bisakah kita mengikuti jejak Santo-santa? Di bawah ini ada panduan,
bimbingan dan petunjuk-petunjuk beriman yang baik:
Bila kita sungguh ingin menjadi seorang kristen yang benar maka hal pertama dari perjuangan kita adalah
mencoba masuk dan hidup dalam keadaan rahmat dengan menghindari dosa-dosa berat. Kemudian,
karena kita ingin mengasihi Allah di atas segalanya maka kita juga berusaha mencoba untuk tidak
melakukan dosa-dosa ringan.

Praktek menjalankan tindakan-tindakan saleh (Norms of Piety) sepanjang hari dapat membantu kita
berada dalam hidup kontemplasi ilahi di tengah-tengah kesibukan kita sehari-hari. Hasil dari kebiasaan
menjalankan ini juga akan menjadi dasar buat kita untuk berkembang dalam kebajikan-kebajikan
kristiani. Yang terpenting adalah agar kita konsisten dalam jadual harian tsb -dalam rencana kehidupan
rohani harian kita- sehingga kita akan hidup sebagai seorang anak Allah.

Harian:
* Bangun pagi pada waktu yang tetap, sepagi mungkin. Cukupkan dengan waktu tidur selama 8 jam.
Lebih dari itu atau kurang dari 6 jam biasanya tidak menyehatkan.

* Persembahkan hari yang akan kita jalani kepada Allah melalui perantaraan Bunda Maria. Kebiasaan ini
biasa disebut Morning Offering.

* Bekerjalah atau belajarlah dengan teratur dan penuh intensitas sepanjang hari sebagai satu cara kita
melayani Allah. Tentukan tujuan dan tetapkan skala prioritas agar kita dapat membuat jadual praktis kita
masing-masing. Pengudusan pekerjaan, belajar dan aktivitas sehari-hari kita adalah tujuan dari hidup kita.

* Usahakan untuk menghadiri Misa, sambutlah Komuni sesering mungkin. Ini adalah cara pengorbanan
terbaik yang bisa kita persembahkan kepada Allah. Persiapkan diri kita untuk mengikuti Misa dengan
berdoa sejenak.

* Tetapkan waktu khusus untuk mental prayer (doa batin/ listening prayer) di hadapan Sakramen
Mahakudus lewat kunjungan kepada Sakramen Mahakudus yang ada dalam Tabernakel (bila
memungkinkan bisa 15 menit). Mental prayer juga sering disebut Morning Prayer.

* Daraskan Doa Angelus/ Malaikat Tuhan di siang hari (selama masa Paskah, daraskan Doa Regina
Caeli/ Ratu Surga)

* Daraskan Rosario, bila memungkinkan, bersama keluarga kalian, persembahkan tiap sepuluh butir
manik Salam Maria bagi intensi-intensi tertentu.

* Bacalah bacaan rohani. Mulailah dengan Perjanjian Baru atau buku-buku rohani Katolik yang baik.
Bisa dilakukan selama 10-15 menit.

* Lakukan pemeriksaan batin saat malam hari menjelang tidur, cukup dua sampai tiga menit. Ikuti
langkah-langkah berikut: Bersikaplah rendah hati di hadirat Allah. Katakan padaNya, 'Tuhan, bila Kau
menghendaki, Engkau bisa menguduskanku.' Mintalah TerangNya agar kalian dapat mengenali berbagai
kelemahan dan kekurangan yang ada pada diri kalian serta kebajikan-kebajikan yang sudah ada pada diri
kalian. Mintalah juga bimbinganNya agar kalian dapat melihat berbagai bahaya dan kesempatan berbuat
baik yang telah kalian hadapi pada hari tsb. Buatlah penyesalan, sertai dengan niat kalian untuk berubah
dan besarkan hati kalian bahwa kalian bisa menjadi lebih baik lagi.

Mingguan:
* Orientasikan semua aktivitas pada Misa Kudus di hari Minggu; harinya Tuhan. Juga hari Minggu
adalah hari buat seluruh anggota keluarga beristirahat dan membina pertumbuhan rohani.

* Bila kalian tidak menyambut Komuni setiap hari, sambutlah setidaknya pada tiap hari Minggu dan pada
hari-hari raya Gereja yang diwajibkan.

* Secara tradisi hari Sabtu adalah hari yang dipersembahkan kepada Santa Perawan Maria. Hormatilah
dia, daraskan beberapa doa seperti Salam, hai Ratu Surgawi.
Bulanan:
* Datanglah mengaku dosa setidaknya sebulan sekali. Sakramen ini adalah Sakramen sukacita. Mendiang
Paus Yohanes Paulus II pernah berkata, 'Allah adalah selalu Pribadi yang terutama disakiti oleh dosa kita;
-tibi soli peccavi-. Aku telah berdosa terhadapMu dan hanya Kaulah yang dapat memberiku maaf. Dia
lakukan ini lewat pelayanan seorang imam dalam Sakramen Pengakuan Dosa. Setiap dosa berat harus
selalu diakukan lewat prosedur tertentu dalam bentuk pengakuan pribadi.

* Cari dan ikuti petunjuk seorang imam (pilih yang arif, bijaksana dan berpengetahuan) yang bersedia
membimbing rohani kalian.

* Lakukan beberapa jam rekoleksi bulanan, lebih baik dilakukan di hadapan Sakramen Mahakudus.
Bayangkan kalian sedang mengarahkan hidup kalian di hadapan Allah.

Tahunan:
* Habiskan dua atau tiga hari setiap tahun dalam keheningan, bercakap-cakaplah berdua hanya
denganNya. Beberapa hari retreat akan kalian perlukan bagi jiwa kalian, sama seperti tubuh kalian
membutuhkan istirahat. Ini adalah kesempatan setiap tahun buat kalian untuk membuat resolusi dan
menjadi lebih baik.

Setiap saat:
* Tetaplah rasakan kehadiran Allah: sadari Dia selalu dekat dengan kita. Cobalah menyenangkan Dia
dalam segala hal seperti seorang anak yang berusaha menyenangkan orang tuanya.

* Berterima kasih pada Tuhan (Thanksgiving) atas segala rahmat yang selalu Dia berikan pada kita.

* Lakukan segala hal demi kasih kita kepada Allah: ini adalah satu kemurnian dari niat kita. Murnikan
niat kita. Sesali dan lakukan silih untuk dosa-dosa kita dan dosa-dosa sesama kita.

* Jalani kehidupan seolah-olah kematian kita sudah mendekat. Kita akan mati karena kita sudah hidup
dalam Kristus.

Akan ada masa, Tuhan Yesus memerintah sebagai raja selama 1000 tahun di muka bumi ini, namun
hanya sedikit umat kristiani yang memperhatikannya dengan hidup terjaga. Jika dipertanyakan mengapa
hanya sedikit? Karena sebagian besar orang kristen lebih menyukai mimpi di dalam tidur lelapnya
memikirkan kehidupan makmur pada masa kini, dari pada menjadi berjaya di kemudian hari bersama
Tuhan.

            Cerita tentang pemerintahan Tuhan Yesus, bukanlah kisah dongeng sebagai pengantar tidur
manusia. Masa itu merupakan awal dari zaman baru. Barang siapa yang dapat masuk pada masa itu, akan
memperoleh hak untuk hidup kekal; —dirinya tidak akan mengalami kematian yang ke dua (neraka).

            Di kitab Wahyu tertulis demikian;

“Lalu aku melihat tahta-tahta dan orang-orang yang duduk di atasnya; kepada mereka diserahkan kuasa
untuk menghakimi. Aku juga melihat jiwa-jiwa mereka, yang telah dipenggal kepalanya karena kesaksian
tentang Yesus dank arena firman Allah; yang tidak menyembah binatang itu dan patungnya dan yang
tidak juga menerima tandanya pada dahi dan tangan mereka; dan mereka hidup kembali dan memerintah
sebagai raja bersama-sama dengan Kristus untuk masa seribu tahun. TETAPI ORANG-ORANG MATI
YANG LAIN TIDAK BANGKIT SEBELUM BERAKHIR MASA YANG SERIBU TAHUN INI,
INILAH KEBANGKITAN PERTAMA. Berbahagialah dan KUDUS-LAH ia, yang mendapat bagian
dalamKEBANGKITAN PERTAMA itu.KEMATIAN yang KEDUA tidak berkuasa lagi atas mereka,
tetapi mereka akan menjadi imam-imam Allah dan Kristus, dan mereka akan memerintah sebagai raja
bersama-sama dengan Dia, seribu tahun lamanya”. (Wahyu 20:4-6).

            Oleh sebab itu, bagi orang percaya yang tidak mau mengalami kematian yang ke dua (Neraka),
sudah sepantasnya ia memiliki tiket untuk dapat masuk ke dalam kehidupan di masa seribu tahun itu. 
‘Tiket’ yang dimaksud disini adalah kehidupan yang KUDUS, sama seperti Kristus. “Berbahagialah
dan KUDUS-LAH ia, yang mendapat bagian dalamKEBANGKITAN
PERTAMA itu.KEMATIAN yang KEDUA tidak berkuasa lagi atas mereka”.

           
Yang menjadi pemikiran kita sekarang, bagaimana menjadi kudus?

            Sebelum menggali lebih jauh, bagaimana menjadi kudus! Sebaiknya kita telusuri terlebih dahulu
letak kekudusan itu ada dimananya dari manusia?

            Ada tertulis;

“Matamu adalah pelita tubuhmu. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, tetapi jika matamu
jahat, gelaplah tubuhmu. Karena itu perhatikanlah supaya terang yang ada padamu jangan menjadi
kegelapan. Jika seluruh tubuhmu terang dan tidak ada bagian yang gelap, maka seluruhnya akan terang,
sama seperti apabila pelita menerangi engkau dengan cahayanya”. (Lukas 11:33-36).

Menurut  (ABS, The New Testament in Today’s English Version) tertulis begini;

“Your eyes are like a lamp for the body. When your eyes are sound, your whole body is full of light; but
when your eyes are no good, your whole body will be in darkness. Make certain, then,  that the light in
you is not darkness. If your whole body is full of light, with no part of it in darkness, it will be bright all
over, as when a lamp shines on you with its brightness”. (Luke 11:34-36).

     Sebenarnya melalui menyimak ayat di atas ini, kita sudah bisa mengerti, bahwa letak kekudusan
manusia berada di dalam perbendaharaan hatinya. Akan lebih jelas apabila kata “matamu” pada ayat di
atas ini diganti dengan kata “paradigma-mu”, sedang kata “terang” diganti dengan kata “kekudusan”,
maka firman di atas akan berbunyi demikian;

“Paradigma-mu seperti pelita (penuntun bagi) tubuhmu. Jika paradigma-mu (benar atau berdasarkan
pada nilai-nilai kebenaran), kudus-lah seluruh tubuhmu, tetapi jika paradigma-mu tidak baik (tidak
berada di dalam kebenaran), gelaplah (jahatlah) keseluruhan tubuhmu. Karena itu buatlah supaya terang
(kekudusan) yang ada padamu jangan menjadi kegelapan (kejahatan). Jika seluruh tubuhmu terang
(kudus) dan tidak ada bagian yang gelap (jahat), maka seluruhnya akan bercahaya, sama seperti apabila
pelita menerangi (menuntun) engkau dengan cahayanya”. (Lukas 11:33-36).

            Dari penganti beberapa kata pada ayat di atas dapat dijabarkan, bahwa kekudusan manusia itu
sangatlah dipengaruhi oleh nilai-nilai yang tersimpan di dalam perbendaharaan hatinya. Karena melalui
nilai-nila yang tersimpan di dalam perbendaharaan hatinya inilah, manusia akan tertuntun/terpengaruhi di
dalam cara ia berfikir, berkata-kata dan berprilaku. Apabila nilai-nila yang tersimpan di dalam
perbendaharaan hatinya itu berasal dari nilai-nilai dunia ini yang gelap, maka jahatlah perbuatanya.
Sebaliknya apabila nilai-nilai yang tersimpa di dalam perbendaharaan hatinya adalah nilai-nilai firmani
(kebenaran), maka ia akan berfikir, berkata-kata dan berprilau seperti firman Tuhan.

            Oleh sebab itu Rasul Paulus menulis;

“Yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan
manusia LAMA, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya
kamu DIPERBAHARUI di dalam ROHdan PIKIRAN-mu, dan mengenakan manusia BARU, yang telah
diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya”. (Efesus
4:22-24).

Pada Versi King James tertulis;

“That ye put off concerning the former conversation the old man, which is corrupt according to the
deceitful lusts. And be renewed in the spirit of your mind. And that ye put on the new man, which after
God is created in righteousness and true holiness”.(EPHESIANS 4:22-24).

Selanjutnya Rasul Paulus menulis;

“Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama Kristus, carilah perkara yang di atas, dimana Kristus
ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi”. (Kolose
3:1-2).

            Maksud dari tulisan Rasul Paulus di sini, sewaktu kita hanya mengarahkan pikiran/hati kita
kepada perkara dunia ini, maka apa yang tersimpan di dalam perbendaharaan hati kita hanyalah prinsip-
prinsi atau hukum atau aturan-aturan atau nilai-nilai atau hikmat duniawi yang akan mempengaruhi di
dalam cara kita ber-pola-pikir, berkata-kata dan berprilaku. Sebaliknya apabila kita mengarahkan
hati/pikiran kita kepada perkara yang di atas (melalui merenung-renungkan firman Tuhan), maka nilai-
nilai/hukum/prinsip-prinsip dari firman Tuhan akan tersimpan di dalam perbendaharaan hati kita,
sehingga cara kita ber-pola-pikir, berkata-kata dan berprilaku akan diwarnai oleh firman Tuhan
tersebut.       
Oleh sebab itulah Tuhan menasehati kita agar jangan sampai terang (nilai-nilai firmani) yang ada
pada diri kita menjadi gelap (menjadi berdasar pada nilai-nilai duniawi). Dengan bahasa lain dapat
dituliskan, janganlah kita tidak memelihara nilai-nilai firmani lagi, sehingga paradigma kita bergeser dari
jalan iman kepada firman Tuhan, menjadi bersandar pada nilai-nilai duniawi yang berdasar pada tanda-
tanda lahiriah. Karena nilai-nilai lahiriah tidak melihat apa yang Tuhan lihat, akibatnya akan membuat
hidup kita berada di dalam kegelapan. Akan membuat kita menjadi tidak tau arah dari rencana Tuhan atas
diri kita. Orang percaya akan menjadi tidak tau lagi jalan Tuhan, apabila jalan firman Tuhan bukan lagi
menjadi dasar bagi dirinya untuk berfikir, berkata-kata dan berprilaku. Orang percaya yang
perbendaharaan hatinya tidak menyimpan nilai-nilai firmani akan berada di luar atau jauh dari kehidupan
di dalam kekudusan, akibatnya seluruh hidupnya akan berada dalam (jalan) kegelapan
(ketidakmengertian) akan pikiran/rencana Tuhan.

          

  Menyimak uraian di atas, sekarang kita menjadi tahu, bahwa letak kekudusan itu ada di dalam hati
manusia. Sedang yang menjadikan manusia kudus atau tidak itu terletak pada nilai-nilai yang tersimpan di
dalam hati tersebut, apabila nilai-nilai tersebut adalah firman Tuhan, maka ia akan berfikir, berbicara dan
bertindak sesuai firman Tuhan tersebut. Sebaliknya apabila nilai-nilai duniawi yang tersimpan di dalam
perbendaharaan hatinya, maka cara berfikirnya, berbicara dan berprilaku akan sama dengan penguasa
dunia ini; —“mementingkan diri sendiri” atau “berpusat pada dirinya sendiri”.

            Selanjudnya yang menjadi pertanyaan kita,  bagaimana menjadi kudus?

            Untuk dapat menjadi kudus, langkah awal bagi kita adalah mengisi perbedaharaan hati kita itu
dengan nilai-nilai firmani. Proses untuk menuju kesana, adalah dengan merenung-renungkan firman
Tuhan setiap harinya. Sebab apa yang kita renung-renungkan dari firman Tuhan itu, akan menjadi dasar
dari cara kita berfikir, berkata-kata dan berprilaku. Apabila firman Tuhan sudah mendominasi dari cara
kita berfikir, berkata-kata dan berprilaku, maka apa yang keluar dari perbuatan kita, akan diwarnai oleh
nilai-nilai firman Tuhan. Jika sebaliknya, dimana nilai-nilai dunia ini yang mendominasi perbendaharaan
hati kita, maka jahatlah perbuatan kita. Sebab nilai-nilai dunia ini, berpusat pada diri-sendiri. Dengan
demikian benar apa yang tertulis di dalam Alkitab, apa yang keluar dari manusia itulah yang
menajiskannya, bukan apa yang masuk yang menajiskannya.  “Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam
seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah
yang menajiskannya”. (Markus 7:15).

            Yakobus menuli;

“Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama? Saudara-saudaraku,
adakah pohon ara dapat menghasilkan buah zaitun dan adakah pokok anggur dapat menghasilkan buah
ara? Demikian juga mata air asin tidak dapat mengeluarkan air tawar”. (Yakobus 3:11-12).

            Makna tulisan Yakobus di atas ini, mengukuhkan apa yang ditulis oleh Markus, bahwa tidak
mungkin di dalam perbendaharaan hati orang yang berisi oleh nilai-nilai firmani (air tawar) dapat
mengeluarkan sesuatu yang jahat/najis (air asin) di dalam hidupnya. Sebaliknya juga di dalam
pebendaharaan hati manusia yang penuh dengan nilai-nilai duniawi, tidak mungkin akan mengeluarkan
sesuatu yang baik di dalam perbuatannya. Dengan demikian, apabila orang percaya masih,
memanisfestasikan kenajisan di dalam pola-pikirnya, perkataan dan perbuatannya, maka sesungguhnya ia
tidak tinggal di dalam firman Tuhan. Atau dapat juga dikatakan, perbendaharaan hatinya tidak terisi oleh
nilai-nilai firmani yang bertunas, bertumbuh, sehingga mendominasi pola hidupnya.

            Tah heran apabila Tuhan Yesus berfirman demikian terhadap orang-orang yang percaya
kepadaNya;

“Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: Jikalau kamu tetap dalam
firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran
itu akan memerdekakan kamu”. (Yohanes 8:31-32).

            Jadi dengan berpegang tetap pada firman Tuhan, bagaikan mengenakan cincin (firman Tuhan)
pada jari kita, maka kita dinyatakan sebagai murid-Nya. Sedang dampak dari mengenakan firman Tuhan
dari cara kita berfikir, berbicara dan berprilaku, akan membuat kita mengetahui kebenaran Tuhan, dan
ujungny.a yang akan diselamatkan (dimerdekakan) dari kemiskinan, dari sakit-penyakit, dari kematian
dst.

            Kesulitan terbesar dari orang percaya tidak dapat menanggalkan nilai-nilai dunia ini dan kemudian
mengenakan nilai-nilai firmani dari cara ia berfikir, berbicara dan berprilaku, karena ia tidak percaya
kepada firman Tuhan tersebut. Selama ia punya iman terhadap firman Tuhan tersbut, meskipun sebesar
biji sesawi. Sudah cukup baginya untuk meraih kuasa dibalik firman Tuhan yang ia pegang itu.

         
   Ketidak percayaan pada firman Tuhanlah yang menghambat, orang percaya tidak dapat merubah
paradigmanya dari nilai-nilai dunia ini kepada firman Tuhan. Cara yang mudah untuk menggeser
paradigma adalah menggali firman Tuhan melalui; “merenung-renungkan firman Tuhan siang dan
malam” atau melakukan komunikasi dua arah dengan Tuhan melalui firman yang tertulis di dalam
Alkitab. Supaya melalui komunikasi dua arah tersebut dapat terkuak misteri, ketidak mengertian dari
makna firmani yang tersembunyi bagi orang yang tidak terpilih. Ibarat seseorang menggali fosil
Dinosaurus yang terpendam di dalam bukit karang, semakin ia menggali/menyelidiki pada kedalaman
yang terdalam dari bukit karang tersebut, maka ia akan menemukan bagian-perbagiannya dari fosil
tersebut. Sehingga rangkaian dari tulang-tulang yang ia temukan, akan terangkai menjadi suatu system
(membentuk kerangka Dinosaurua), maka ia akan menemukan pengertian tentang wujud dari Dinosaurus.

Contoh lain, selama seseorang menggali pengertian tentang sebuah mobil dari ban-nya saja, maka ia tidak
akan dapat memahami pengetahuan tentang mobil. Namun apabila seseorang mampu memahami
rangkaian dari system yang membuat sebuah mobil dan mampu memahami bagian-perbagianya, sampai
ia dapat menyusun sendiri rangkaian tersebut, maka ia sudah mampu memahami misteri tentang sebuah
mobil, bahkan tidak mengherankan apabila ia kemudian dapat memodifikasi mobil menurut fungsi dan
manfaatnya. Demikian juga terhadap firman Tuhan. Selama firman Tuhan hanya dipahami secara parsial
(bagian), tidak di dalam suatu rangkain system kehidupan yang terangkai mengenai rencana Tuhan
terhadap manusia di dalam Kristus dan hidup oleh Kristus. Orang percaya tidak akan pernah, memahami
arti mati bersama Kristus dan hidup baru di dalam Kristus dan oleh Kristus. Pengetahuan yang parsial
tidaklah utuh, maka ia akan mudah terpatahkan oleh badai kehidupan yang menggoncangkan imannya.    

            Bergesernya paradigma lama menjadi paradigma baru, hanya dapat terwujud apabila pengetahuan
tentang friman Tuhan terbangun di dalam system yang utuh, yang semuanya itu akan berujung pada
kehidupan manusia yang hidup oleh peran Roh Kudus (Kristus). Selama pengetahuan tentang hidup
Kristen tidak berujung pada suatu system kehidupan di dalam Kristus dan oleh Roh Kristus, maka
paradigama lama tidak segera tergeserkan. Akibatnya gelaplah jalan orang itu. Terlebih orang itu tidak
mau juga menggali makna-makna firmani di dalam jalan kehidupannya; — melalui merenung-renungkan
firman Tuhan siang dan malam. Perbuatnnya itu akan membuat dirinya, menjajadi serupa lagi dengan
dunia ini. Garam sudah menjadi tawar, tidak berguna lagi bagi petani garam (Tuhan). Ia akan dibuang ke
dalam api. Benih firman yang semestinya tumbuh, mati terhimpin oleh nilai-nilai dunia ini. “Yang jatuh
dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman Tuhan itu, dan dalam pertumbuhan
selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka
tidak menghasilakan buah yang matang “. (Lukas 8:14).

            Jadi yang menjadi pekerjaan rumah bagi insane kristiani, di dalam jalan kehidupannya, bukan
hanya membaca firman dan bekerja di dunia ini. Ia harus menggali harta (firman Tuhan), sampai pada
kedalaman yang terdalam, sehinga pengetahuannya tentang firman Tuhan itu dapat ia rangkai menjadi
suatu system pengetahuan yang dapat membawanya pada pengertian hidup oleh peran Roh Kristus di
dalam hidupnya. Sebab hanya orang yang hidup oleh (dipimpin oleh) Roh Allah adalah anak
Allah (Roma 8:14).

4 Contoh Kehidupan yang Tidak Kudus:

1. Mencemari Tempat Tidur Pernikahan atau Selingkuh.


Ibrani 13:4  Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu
mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah.

2. Perbuatan Dursila.
Mazmur 101:3  Tiada kutaruh di depan mataku perkara dursila; perbuatan murtad aku benci, itu
takkan melekat padaku.

Perbuatan dursila adalah perbuatan tidak benar, seperti pornografi (menonton blue film). Hal ini bukan
hanya dilakukan oleh anak-anak tetapi orang dewasa pula. Hindarilah perbuatan ini.

3. Hawa Nafsu yang Tidak Terkendali.


Matius 5:27-28  Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu:
Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di
dalam hatinya.

Hukum Taurat hanya menghukum orang yang ketahuan berzinah. Namun, hukum kasih karunia lebih
keras daripada hukum Taurat karena berzinah di dalam hati pun termasuk dosa. Banyak orang senang
beribadah di gereja besar agar dosa-dosanya tidak diketahui tetapi Tuhan punya CCTV yang akurat dan
bisa melihat jauh ke dalam hati seseorang. Tak ada dosa yang bisa disembunyikan dari Tuhan. Maka,
jagalah hati dan pikiranmu agar tetap kudus.
4. Hubungan Tidak Wajar, seperti LGBT (hubungan sesama jenis kelamin) dan hubungan dengan
binatang.
Roma 1:26-28  Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab
isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar. Demikian
juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-
nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman,
laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang
setimpal untuk kesesatan mereka. Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah,
maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka
melakukan apa yang tidak pantas:

Agar dapat hidup kudus, hanya ada 1 jalan, yaitu miliki rasa takut akan Tuhan. Orang yang takut akan
Tuhan dapat menyadari kehadiran Tuhan setiap saat sehingga takut berbuat dosa. Dengarkan suara hati
karena Tuhan menaruh hukum-Nya di dalam setiap hati nurani manusia. Jika kita berbuat salah, hati
nurani kita akan langsung berbicara sehingga kita merasa bersalah. Namun, jika kita terbiasa
mengabaikan suara hati tersebut, lama-kelamaan hati nurani kita tak lagi berfungsi sehingga kita tidak
lagi merasa bersalah pada saat jauh dari kekudusan.

Anda mungkin juga menyukai