[1]
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrohiim
Assalamu alaykum warohmatullohi wabarokatuh
Alhamdulillah, e-book ini tuntas juga dalam waktu kurang lebih 3 hari. Dua hari
kumpulih data, sehari untuk rakit. Semua ini atas pertolongan-Nya.
Tak lupa saya juga berterima kasih kepada rekan-rekan, yang senantiasa
memberikan motivasi, inspirasi, dan dorongan untuk terus berkarya.
E-book Lelaki Sejati adalah yang Berani Melamar Pujaan Hati asalnya
hanyalah sebuah gambar yang saya dapatkan dari internet. Lalu, dari hal
itulah, singkat cerita akhirnya saya putuskan untuk dilanjutkan ke e-book saja.
E-book ini saya persembahkan buat,
Ibunda tercinta, istri terkasih, anak yang tersayang, dan kepada kaum
muslimin dan muslimah.
Semoga e-book ini memberikan faedah, berkah, dan kebaikan bagi kita semua.
[2]
DAFTAR ISI
Sampul .
Kata Pengantar ..
Daftar Isi .
Cinta Menuntun ke Surga ..
1
2
3
4
Ikhwah Egois
11
15
19
26
31
33
37
39
42
43
45
[3]
Anak muda yang katanya tidak pacaran, tapi telpon-telponan dengan akhwat,
bertanyalah, apakah itu jalan ke surga?
Intinya, bertanyalah pada semua gejolak hati ini. Kalau ada rasa,
pertanyakan, apakah ini menuntun ke surga atau tidak. Selesai.
Praktis kan!
[5]
[7]
Mari kita sejenak belajar dari kisah di atas. Bahwa seingin-inginnya ia pada
wanita itu, sejatuh-jatuh cintanya ia pada sosok wanita itu, tapi tetap ia
melalui proses melamar. Bukan pacaran! Ini baru jantan, sejati!
Karena bicara cinta yang halal, ujung-ujungnya pasti pernikahan. Iya, kan!
Kalau di masa sekarang, sudah banyak pergeseran nilai-nilai edukasi cinta.
Orang-orang yang tengah jatuh cinta, malah larut dengan propaganda
pacaran, maksiat, dll. Naudzubillah.
Namun, ada hal yang paling urgen dalam kisah di atas, bahwa rezki berupa
apapun itu, entah itu harga, jodoh, dll, jika seseorang tekun menuntut ilmu
agama selama itu, rajin ikut majelis taklim, maka jangan takut. Insya Alloh,
jodoh itu akan mudah.
Karena itulah, wahai para pemuda, belajarlah sebelum menikah, buka buku
aqidah, akhlak, fiqih, dll. Lalu amalkan, karena sesungguhnya dalam
pernikahan, bukan hanya dibutuhkan kebugaran fisik, tapi jauh lebih penting
adalah membina keluarga dengan ilmu agama, sunnah rosul, agar kelak di
surga kita bersama keluarga tercinta. Indah kan!
[8]
Ikhwah Egois
Saya pernah membuat status seperti ini,
Dalam sebuah buku, ada akhwat yang bertanya seperti ini,
"Apa yang menghalangi ikhwan-ikhwan itu meminang seorang akhwat?
Mengapa ikhwan banyak yang egois, hanya memikirkan dirinya sendiri?
Sesungguhnya banyak akhwat yang siap."
Ada yang bisa bantu jawab?
Ada yang menjawab,
Anu pak....
Yang lain,
Ana masih dibawah umur kalo masalah bginii
Ada lagi yang cukup panjang,
Kaya'nya harga panai' yang sesuai tingkat pendidikan itu tidak
berlaku di kalangan akhwat yang berilmu... ahsannya jangan
menakut2i para ikhwah yg belum nikah dengan harga panaik yg
kemahalan... tingkatkan ketakwaan saja insyaAllah pasti Allah akan
memberikan yang terbaik...
Saya lalu balas,
[9]
[10]
Di perjalanan bahtera rumah tangga mereka, Umar pun bangkit untuk siap
melanjutkan studi dengan optimal. Ia kemudian menemui secara rutin para
pembimbingnya. Keringat menetes, lembaran-lembaran sampel data
penelitiannya senantiasa tercoret, tapi Umar bukan lelaki pengecut.
Dengan menikah, malah Umar bagaikan punya spirit baru, yang siap
mendobrak dinding yang kokoh sekali pun. Sang istri pun bukan tipe wanita
yang mendownkan semangat suaminya.
Ia senantiasa membantu mengetikkan data pelengkap di saat Umar sedang
istirahat. Ia juga kadang menyediakan teh saat Umar lagi mengetik teks-teks
data penelitianya, bahkan memijit pundak suaminya.
Mereka berdua bagaikan tim kompak saat mendapat ujian.
Sampai kemudian, rezki itu datang tanpa disadari, istri Umar ternyata positif
hamil.
Ditambah lagi, beberapa pekan kemudian, seluruh revisi dari data penelitian
Umar diterima oleh pembimbing. Ujian meja sudah di depan mata Umar.
Alhamdulillah.
Ujian meja sukses. IPK Umar 3,7 ke atas. Umar bagaikan mendapat 2 gunung
emas: kehamilan istrinya dan menyelesaikan studinya. Subhanalloh!
Inilah Umar. Setelah saya posting kisah ini di FB, ada yang menyatakan,
Jangan-jangan antum sendiri yang bernama Umar!
[13]
Saya tidak sempat jawab pada saat itu. Tapi, kali ini saya jawab pernyataan itu,
bahwa itu benar 100%. Umar itu adalah nama hijrah saya sendiri.
Kusnandar Putra = Umar
Saya tahu saat itu saya kuliah, banyak persoalan hidup, saya juga bukan PNS,
dan terpenting saya takut fitnah wanita. Makanya saya nikah. Karena insya
Alloh pasti ada jalan keluar setelah melalui proses halal ini.
Alhamdulillah, semua lancar, bahkan kami sekarang ini dikarunia 1 orang anak.
Dan hidup kami saat ini penuh keberkahan. Selalu ada hadiah dari Alloh azza
wa jalla.
Maka, wahai para sahabatku, jangan takut nikah. Nikah itu anjuran agama kan,
masak sih Alloh azza wa jalla mau nelantarin kita-kita yang nikah!
Sederhana kan! Jangan dipersulit!
[14]
[15]
(HR. Imam Tirmidzi dari Abu Hurairah Radiyallahu Anhu, dan Imam Tirmidzi
berkata hadist ini hasan)
Akhi, ana sendiri menikah di usia 22 tahun dan masih kuliah. Tetapi,
alhamdulillah Alloh subhanahu wa ta'ala memberikan rezki yang tidak
disangka-sangka setelah menikah. Dan sekarang walhamdulillah sudah punya
anak 1.
Akhi, dengarkan perkataan Wahb bin Munabbih rahimahullah, beliau berkata,
"Bujangan itu seperti pohon di tanah gersang yang diombang-ambingkan
angin, demikian dan demikian."
(HR. Abdurrazzaq (No. 10386, VI/171))
Ana ingin menuliskan kalimat sederhana, "Jangan tunda-tunda nikahmu, Akhi.
Agar kejantananmu nampak!"
[18]
3. Masih Kuliah
4. S1
5. PNS
6. S2
7. Dst.
= 20 jt
= 30 jt
= 50 jt
= 80 jt
mengetahui kondisi adanya beban panaik ini, Anda bisa ancang-ancang lebih
awal.
Ini semua realisasi dari hadits,
Wahai para pemuda! Barang siapa diantara kalian yang telah mampu, maka
menikahlah, karena demikian (nikah) itu lebih menundukkan pandangan dan
menjaga kemaluan. Barang siapa yang belum mampu,maka berpuasalah,
karena puasa akan menjadi perisai baginya.
[HR. Al-Bukhoriy (4778), dan Muslim (1400), Abu Dawud (2046), An-Nasaiy
(2246)]
Dan juga Anda mestinya bersikap dewasa di depan orangtua, jangan lagi
meminta-minta. Sehingga orangtua menilai Anda sudah siap menikah.
Jangan sekali-kali Anda berpacaran, taarufan, dengan alasan pendekatan.
Karena Alloh subhanahu wa taala berfirman,
Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk..
(QS. Al-Israa:32 )
2. Wanita yang Akan Menikah
Kalau Anda sudah tahu akan menikah, maka Anda harus sejak awal pintar
masak sendiri, mencuci sendiri, dan terkhusus sikap kepada orangtua harus
juga dewasa. Sehingga jika ada yang melamar, Anda dinilai sudah wajar
menikah.
[21]
Masa ini para gadis mudah dimainkan oleh lelaki nakal, terkhusus dengan
modus pacaran. Maka dari itu, lebih baik ia lebih awal menikah. Daripada
menyesal di kemudian hari.
Tidak usah meragukan gaji lelaki yang melamar anak bapak/ibu, karena Alloh
yang akan memberikan rezki kepada mereka.
Ringankanlah panaik, karena meninggi-ninggikan panaik adalah sikap yang
kurang baik.
Rosululloh shollallohu alayhi wasallam bersabda,
Diantara berkahnya seorang wanita, memudahkan urusan (nikah)nya, dan
sedikit maharnya.
[HR. Ahmad dalam Al-Musnad (24651), Al-Hakim dalam Al-Mustadrok (2739),
Al-Baihaqiy dalam Al-Kubro (14135), Ibnu Hibban dalam Shohih-nya (4095), AlBazzar dalam Al-Musnad (3/158), Ath-Thobroniy dalam Ash-Shoghir (469). Dihasan-kan Al-Albaniy dalam Shohih Al-Jami (2231)]
Maka ringankanlah mahar dan panaik anak bapak/ibu.
Pernah seseorang datang kepada Nabi. Shollallahu alaihi wasallam- seraya
berkata,
Sesungguhnya aku telah menikahi seorang wanita.
Beliau bersabda, Engkau menikahinya dengan mahar berapa?
Orang ini berkata, Empat awaq (yaitu seratus enam puluh dirham).
[23]
[25]
Jamil Zainu, Syaikh Fadhli Ilah, dll. Belajarlah mencintai anak karena Nabi
Shollallohu alaihi wasallam pun mencintai anak-anak.
G. Konsultasi dengan Para Ustadz
Salah satu guru yang baik adalah pengalaman. Maka mintalah pandanganpandangan para ustadz yang berpengalaman tentang bahtera rumah tangga.
Supaya Anda mendapatkan modal, pengetahuan baru, dan solusi-solusi saat
berumah tangga.
Karena berumahtangga itu diusahakan sampai mati, maka jangan bermainmain tanpa ilmu. Sudah banyak kasus rumah tangga tangga yang retak karena
dilandasi oleh semangat saja, tanpa meminta nasehat dari orang yang berilmu.
Datangilah rumah para ustadz, bila memang Anda serius ingin
menyempurnakan 1/2 agama. Kalau perlu mintalah bantuan para ustadz untuk
dicarikan jodoh. Insya Alloh pilihan mereka baik.
H. Konsultasi dengan Orangtua
Jangan mengagetkan orang tua, besok sudah mau melamar, hari ini baru
memberitahu orang tua. Mereka adalah yang melahirkan dan mendidik Anda
sejak kecil, sungguh sangat disayangkan jika persoalan penting seperti ini
mereka tidak mendapatkan andil. Berbaktilah kepada mereka dalam bentuk
meminta restu, meminta keridhoan dan meminta agar didoakan mendapatkan
istri yang sholehah.
Tiga atau enam bulan sebelum Anda ingin menikah, bermusyawaralah bahwa
Anda sudah dewasa dan siap untuk menikah.
[28]
[30]
[31]
[32]
Yang penting bisa bisa membuat sang bapak bahagia, sehingga masih bisa
membantuku! pikir Kadir.
Kadir tak pernah mau tahu kecantikan dan karakter calon pasangannya.
Karena dalam pikirannya, Masalah calon tak penting bagiku. Kalau nggak
cocok, ya tinggal ceraikan saja,..!
Singkat cerita, akad dan walimahan pun selesai. Di malam pertamanya, Kadir
tak pernah berbicara pada istrinya. Hampa.
Bahkan lebih dari seminggu, Kadir mendiamkan istrinya yang cantik lagi
berjilbab besar. Ia pun tak pernah menyentuh istrinya. Ia tak peduli perasaan
istrinya. Demikianlah karakter Kadir saat itu.
Hari ke-8, barulah Kadir memaksakan dirinya untuk memberikan nafkah
biologis kepada istrinya. Itupun tak memunculkan rasa cinta di hati Kadir.
Hampa.
Tragisnya, setelah menunaikan kewajibannya sebagai seorang suami, ia
mengancam istrinya agar tidak hamil dulu. Karena ia tak mau repot mengurus
anak. Sang istri hanya tertunduk sedih, meratap, dan sabar.
Beberapa bulan kemudian, istri Kadir -alhamdulillah- positif hamil. Namun,
berita gembira itu malah membuat Kadir marah dan akhirnya Kadir menjauh
dari istrinya. Sampai kemudian Kadir tega menyuruh istrinya berjuang sendiri
mengandung anak. Hal ini berlangsung hingga istrinya melahirkan. Miris sekali.
Hingga, datanglah hidayah dari Alloh azza wa jalla. Beberapa hari setelah
kelahiran anaknya, Kadir selalu mendengar jeritan tangis anaknya di malam
hari. Saat itu, Kadir pura-pura tertidur. Istrinya dengan sabar bangun untuk
[34]
Subhanalloh.
Tak terasa Kadir meneteskan air mata. Ia menyeka air matanya yang terus
berderai. Kadir bertaubat.
Allohu akbar!
(Sumber: Kisah Nyata dari Seseorang di Makassar, Nama Kadir adalah nama
samaran)
[36]
[38]
keputusan di tengah gejolak hati tak menentu, maka saya pun akhirnya
meminta orangtua untuk datang melamar sang akhwat penakluk hati.
Setelah disepakati beberapa hal, kami akhirnya walimah di sebuah
gedung di Makassar dan prosesi tidak memakan waktu lama seperti pesta
pernikahan umumnya, pada Maret 2012.
Alhamdulillah, jodoh akan dimudahkan melalui ta'aruf syar'i.
Baarakallahu fiikum.
Kisah nyata Akh Abu 'Ubaid Chaerul
[41]
[42]
[44]
[45]
"Tenang, Pak Mad, jangan keburu nafsu. Orang yang kumaksud adalah
Mbak Shofifah, anaknya Pak Modin."
Bisa dibayangkan, dadaku terasa berdebar amat keras, begitu disebut
nama Mbak Fifah. Karena dia di kampungku termasuk orang yang pendiam
dan dari keluarga yang disegani. Beberapa saat aku terdiam. Aku berfikir keras.
Ya Alloh, akankah aku segera menikah, untuk menyusul teman-temanku yang
sudah menikah lebih dulu?
Sebagaimana biasa, aku tidak terbiasa berfikir bertele-tele. Maka,
dengan mantab dan berani segera kukatakan,
"Ya sudahlah, kuterima tawaran itu. Lantas, kapan kita mau ke sana?"
Maksudku, nantinya Pak Min kuajak untuk melamar. Maka, begitu
mendengar jawabanku, segera dia menimpali, sungguh suatu jawaban yang
amat tidak kuduga sebelumnya,
"Alah, gak usah bertele-tele. Cepetan, itu orangnya di dalam".
Dia mengatakan begitu, dengan menyebut nama Mbak Fifah/Shofifah.
Maka, detik-detik berikutnya, Pak Min mempersilakan aku untuk masuk ke
ruang tengah, agar bisa berbicara langsung 4 mata. Maka dengan langkah yang
amat berat, hati tegang, deg-degan, segera kulangkahkan kaki untuk masuk ke
ruang tengah.
(sebentar ya, ini nulisnya juga sambil deg-degan, mengenang masa lalu... kirakira 18 tahun yang lalu).
Ketika aku memasuki ruangan itu, nampaklah di situ ada seorang gadis
berjilbab, menundukkan muka, karena malu.
[48]
[50]
[51]
warohmatullohi