Anda di halaman 1dari 34

Renungan Harian Kita

Renungan harian online kristen dan katolik, santapan harian, bahan saat teduh, Kumpulan
khotbah hamba Tuhan, Mujizat Tuhan, Mujizat kesembuhan, Kata-kata bijak, kata-kata
penghiburan, kata-kata motivasi, lirik dan chord lagu rohani, kisah cinta dan sahabat sejati,
humor, kisah nyata dan kesaksian kristen, dan kisah-kisah kehidupan yang mengharukan dan
menguatkan Iman rohani kita. Anda bisa berbagi cerita dengan mengirim cerita Anda ke
renunganhariankita@yahoo.com

RENUNGAN HARIAN KITA SUPPORTED BY...

Pengharapan | Pengampunan | Pergumulan | Kesembuhan |


Persahabatan | Percintaan | Kepahitan | Pertobatan | Karakter |
Motivasi & Bijak | Kumpulan Khotbah | Mujizat | Pria Sejati | Wanita
Bijak | Profesional muda | Suami-Istri |

Yuk Gabung facebook dan twitter renungan harian kita


 Twitter Renungan Harian Kita
 Facebook Renungan Harian Kita

Menampilkan entri terbaru dengan label Renungan untuk orang tua (reflection for

Parents). Tampilkan entri lawas

Sabtu, 27 Agustus 2011


Indahnya Kebersamaan
Yeremia 33:3
Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan
kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak
kauketahui.

Ada seorang anak perempuan yang tinggal bersama ayahnya. Ibu dari anak perempuan
ini telah meninggal. Keluarga ini adalah keluarga yang bahagia, di mana ayah dan anak
perempuannya ini selalu bertukar cerita sebelum berangkat ke sekolah dan tempat kerja
mereka masing-masing. Hal itu mereka lakukan terus setiap hari. Sepulangnya dari
aktivitas mereka masing-masing, mereka pun sering bercerita di meja makan tentang
apa yang mereka alami selama satu hari itu. Kebiasaan ini telah berlangsung cukup
lama.

Tiba-tiba pada suatu hari, selesai makan malam, anak perempuan ini tidak bercerita
kepada ayahnya dan langsung masuk ke dalam kamar. Ayahnya kaget dan berpikir
mungkin anakku terlalu capek. Keesokan harinya hal yang sama terulang kembali
sehingga ketika ayahnya mempunyai sebuah cerita, ia tidak dapat menyampaikan hal itu
kepada anaknya. Dan hal itu pun berlangsung sebulan lamanya.

Akhirnya tiba pada hari ulang tahun sang ayah. Anak perempuan ini memberikan sebuah
bungkusan kepada ayahnya dan berkata, "Ayah, sweater ini aku buatkan khusus untuk
ayah. Selama satu bulan ini aku langsung masuk ke kamar untuk membuatkan sweater
ini untuk ayah. Selamat ulang tahun ayah".

Sang ayah pun menangis dan menjawab dengan sedih, "Anakku, kenapa engkau
melakukan ini semua. Justru yang ayah butuhkan adalah saat di mana ayah bisa berbagi
cerita denganmu. Bukannya ayah berkata ini tidak penting, tetapi saat yang indah di
mana kita bisa berbagi adalah saat yang paling indah".

Lalu anak perempuan itu berkata, "Maafkan aku ayah. Selama ini aku kira dengan
semuanya ini aku dapat menyenangkan hati ayah".

Hubungan ayah dan anak perempuannya ini kembali pulih dan mereka dapat kembali
berbagi cerita di meja makan.

Seringkali kita terlalu sibuk dengan aktivitas kita sehingga kita sering melupakan untuk
melakukan saat teduh dan berdiam diri sejenak di hadapan Tuhan, juga mendengarkan
apa yang ingin Tuhan katakan dalam hidup kita.
Terberkati dengan artikel di atas? Ayo dong bagikan ke teman-teman yang lain biar
jadi berkat. Kalo kamu punya facebook / twiter/ email klik pilihan di bawah ini. GBU

1 komentar

Label: Renungan Firman Tuhan, Renungan keluarga, Renungan untuk orang tua (reflection
for Parents)

Kamis, 25 Agustus 2011


Pesan Untuk Ayah
Efesus 6:4
Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi
didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.

Seorang pria, manager akunting sebuah perusahan, selama berhari-hari menghadapi


masalah yang tak tuntas. Pembukuan perusahaan tidak balance. Ia sudah mencari
kesalahan di segala sektor. Kepalanya pusing sekali karena beberapa hari lagi akan ada
audit yang memeriksa pekerjaannya. Sore itu sang isteri mampir di kantor menitipkan
anak mereka yang berusia 6 tahun untuk diantar les kumon sorenya. Pukul 5 petang,
pak satpam melihat manager ini keluar kantor menggandeng puteri manisnya. Mereka
naik kendaraan umum.

Pak Manager memang mengantar puterinya les kumon, dan menjemput pada waktunya.
Pukul 6 tatkala mereka berdua berjalan pulang, anak buah manager ini melaporkan
bahwa ada data baru yang ditemukan. Pak manager balik ke kantor, bekerja sampai
pukul 10 malam, keluar sejenak untuk membeli makanan....dan pukul 23.15 sang isteri
menelepon dengan nada panik, bertanya ke mana mereka ‘berdua' pergi? "Berdua?" Pak
manager lupa sama sekali di mana ia tinggalkan anaknya. Kisah ini untungnya berakhir
baik-baik saja, karena anak ini tertidur di pos hansip kosong 500 meter dari kompleks
kantor tersebut. Ia ditemukan pukul 3 pagi, sesudah sekelompok satpam, polisi, dan
anggota keluarga melakukan pencarian.

Kita mungkin membaca cerita ini dengan komentar: "Kok bisa ya ayah melupakan
anaknya seperti itu?" Tapi ada banyak ayah-ayah yang sengaja melupakan anak-anak
mereka saat mengejar kepentingannya sendiri yang sering kali sangat egois. Ada yang
lupa anak karena punya teman wanita baru atau judi. Ada yang demikian tertelap dalam
hobby semacam sepak bola, atau olah raga yang dilakukan dengan gila-gilaan (misalnya
main badminton 6 kali seminggu @ 6 jam). Ada yang mengejar uang, kerja keras, dan
lain-lain. Saat mereka sibuk dengan aktifitasnya, anak-anak dilupakan.

Hubungan dengan ayah yang baik akan menghasilkan kesan yang sangat mendalam
bagi anak. Ayah yang memberikan perhatian, bimbingan, nasehat, persahabatan,
pertolongan, disiplin dan contoh nyata adalah ayah yang memiliki banyak pesan Surgawi
untuk sang anak. Yang paling penting, seorang ayah yang mau berdoa bagi anaknya.

Ayah-ayah, jangan lupakan anakmu. Mereka butuh engkau...!

Terberkati dengan artikel di atas? Ayo dong bagikan ke teman-teman yang lain biar
jadi berkat. Kalo kamu punya facebook / twiter/ email klik pilihan di bawah ini. GBU
0 komentar

Label: Renungan untuk orang tua (reflection for Parents)

Sabtu, 25 Juni 2011


Indahnya Sebuah Kebersamaan
Filipi 2:5
“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang
terdapat juga dalam Kristus.”

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 27; Filipi 4; 2 Tawarikh 10-11

Bagi Wendri, jam istirahat kantor adalah waktu yang ia nanti-nantikan karena disitu ia
bisa makan bersama-sama dengan teman kantornya. Kebersamaan yang terjadi ketika
itu, menurutnya sangatlah menyenangkan. Hal yang sama ia inginkan ketika berada
dalam satu komunitas orang-orang muda di gerejanya, atau ketika ia meluangkan waktu
untuk pulang ke rumah dan bertemu dengan orangtuanya. Makan bersama, meski
terkadang dengan lauk sederhana, tidak menjadi masalah oleh karena ada kebersamaan
yang dirasakan.

Firman Tuhan mengajar kita agar mengedepankan kebersamaan. Hal itu menjadi bagian
yang sangat penting dalam kehidupan orang percaya. Mengapa? Karena kebersamaan
membuat kita rela melebur menjadi satu sehingga tidak ada lagi keinginan untuk
menonjolkan diri. Kebersamaan juga membuat kita mampu memperkaya nilai-nilai yang
diyakini orang lain. Bertambahnya wawasan juga membuat kita semakin berdaya.
Kebersamaan juga dapat membuat hal yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Dalam kebersamaan berlaku prinsip sinergi- kekuatan besar yang dihasilkan ketika dua
unsur atau lebih menghasillkan kerjasama. Kebersamaan dalam kehidupan orang
percaya dilahirkan dari kesatuan pikiran dan perasaan di dalam Yesus Kristus.

Berlawanan dengan kebersamaan yang Tuhan ajarkan adalah kebersamaan yang


diajarkan dunia. Jika ada kebersamaan, terkadang masing-masing orang dipancing
untuk saling bersaing. Bukan dengan cara baik dan mengutamakan spiritualitas,
melainkan agar masing-masing pribadi bersedia menempuh segala upaya demi
kemenangan diri. Tidak jarang, sinergi yang terbentuk bukan untuk mencapai tujuan
mulia, melainkan untuk tujuan yang tercela. Di dalam Tuhan, kebersamaan denga
motivasi semacam itu tidak boleh terjadi.

Setiap kita berpeluang untuk membangun dan mengisi kebersamaan yang membuahkan
manfaat, guna memberdayakan diri sendiri maupun orang sekitar. Sediakan diri kita
untuk bekerja sama dengan orang lain, demi menghasilkan sesuatu yang maksimal
sepanjang hari ini. Kiranya Tuhan dan mereka yang satu tujuan dengan kita berkenan
akan hal tersebut.

Kerjasama yang baik membuat kita memperoleh hasil yang prima.

Terberkati dengan artikel di atas? Ayo dong bagikan ke teman-teman yang lain biar
jadi berkat. Kalo kamu punya facebook / twiter/ email klik pilihan di bawah ini. GBU

0 komentar
Label: Renungan untuk orang tua (reflection for Parents), Renungan Untuk Pekerja

Senin, 25 April 2011


Roh Menghakimi
Matius 7:1
“Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 117; 1 Korintus 5; Rut 1-2

Seorang pria muda yang sudah menikah mulai kembali kepada kebiasaan lamanya yaitu
suka dengan hal-hal yang berbau pornografi, ia pun pergi ke sebuah tempat dimana hal-
hal seperti itu dapat ia temukan. Ketika orangtuanya mengetahui hal ini, mereka
menegurnya dengan lembut dan bijak.

Mendapat nasihat dari ayah dan ibunya, sang anak bukannya menerima tetapi malah
marah-marah kepada mereka. Ia menilai orangtuanya suka menghakimi. Dengan hati
yang remuk mereka hanya bisa diam. Mereka menangis karena buah hati mereka tidak
mendengarkan apa yang mereka katakan. Dan benar, tidak dalam hitungan satu tahun,
hidup putranya akhirnya hancur – ia dan sang istri bercerai, lalu dirinya terkena PHK,
usaha yang dibangun selama ini pun harus gulung tikar karena selalu mengalami
kerugian.

Banyak orang pada masa sekarang akan mengatakan bahwa orangtua, kakak,
pembimbing rohani, bahkan gembala sidang tidak berhak untuk menegur bahwa mereka
salah. Mereka bahkan dengan berani mengutip kata-kata Yesus, “Jangan kamu
menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi” (Matius 7:1).

Namun, Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa setiap kita bertanggung jawab dengan
rendah hati menegur sesama orang percaya ketika kita melihatnya berbuat dosa (Galatia
6:1,2). Jadi, Orangtua, kakak, pembimbing rohani, gembala sidang sebenarnya sedang
melakukan tanggung jawabnya ketika menasihati kita.

Tuhan Yesus tidak mengatakan kita tidak boleh menentang dosa. Dia mengatakan kita
harus hati-hati dalam menghakimi. Paulus menulis bahwa kasih itu tidak menyimpan
kesalahan orang lain (I Korintus 13:5). Kita harus menerapkan prinsip praduga tak
bersalah dan mengenali keterbatasan diri kita sendiri. Dan kita harus menolak perasaan
superioritas rohani apapun. Kalau tidak, kita juga akan jatuh ke dalam dosa.

Menegur orang lain merupakan tanggung jawab yang serius. Oleh karenanya,lakukan
dengan hati-hati dan waspadalah selalu agar jangan apa yang Anda lakukan berubah
menjadi penghakiman.

Menyadari bahwa kita memiliki banyak kelemahan dapat mengerem perkataan-


perkataan kita ke orang lain yang sifatnya menghakimi.
Sumber: Kingdom Magazine November 2009

Terberkati dengan artikel di atas? Ayo dong bagikan ke teman-teman yang lain biar
jadi berkat. Kalo kamu punya facebook / twiter/ email klik pilihan di bawah ini. GBU

1 komentar

Label: Renungan Firman Tuhan, Renungan untuk orang tua (reflection for Parents)

Jumat, 05 November 2010


Tempat Menaruh Harapan
Yeremia 17:7
"Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada
TUHAN"

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 123; Yudas 1; Yehezkiel 46-47

Menjadi anak yang dibanggakan orangtua bukanlah impian saya (sampai saat ini),
bahkan sejujurnya itu membawa beban bagi saya. Di mata saudara-saudara saya, saya
ini memilki masa kecil yang cukup enak dibandingkan mereka. Memang harus diakui,
saya adalah anak yang jarang sekali dimarahi oleh orangtua khususnya bapak saya.
Namun, dalam pemikiran saya hal ini wajar karena saya memang selalu membanggakan
mereka. Dari SD-SMP, saya selalu memiliki rapor yang bagus dan saya juga termasuk
anak rumahan.

Masuk SMA, saya mulai sedikit "memberontak" kepada orangtua saya. Saya yang
dulunya suka membaca buku pelajaran pada saat di rumah, semua itu tidak saya
lakukan lagi. Bahkan agar orangtua saya tidak membanggakan saya di depan orang lain
atau keluarga besar kami, saya dengan sengaja membuat nilai-nilai mata pelajaran saya
pada saat saya kelas 1 SMA cukup jelek. Namun, hal itu tidak berhasil.

Meski mereka kecewa dengan hasil rapor saya ketika itu, tetapi mereka tetap menaruh
harapan besar kepada saya agar saya dapat membawa nama harum keluarga. Puji
Tuhan, saya memiliki teman dan kakak rohani yang sangat baik kepada saya. Lewat
pengertian yang mereka berikan kepada saya, misi "pemberontakan" tersebut pun
akhirnya saya akhiri. Singkat cerita, naik kelas ke 2 SMA, saya pun membalas kekeliruan
saya dengan belajar sungguh-sungguh. Meski tidak menjadi 10 besar, tetapi nilai-nilai
rapor saya tidak ada yang merah. Bahkan ketika lulus SMA, nilai-nilai kelulusan saya
dapat dikatakan diatas rata-rata dan saya masuk ke perguruan tinggi negeri terkemuka
di Indonesia.

Berbeda dengan saya, Tuhan tidaklah seperti itu. Walau anak-anak-Nya di muka bumi
terus menerus menaruh harapan kepada-Nya, Dia tidak pernah lelah atau terbebani
dengan semua itu. Dia malah senang ketika umat-Nya datang kepada-Nya dan
menyerahkan kehidupan mereka kepada-Nya. Alkitab bahkan membuktikan bahwa
orang-orang yang menaruh harapan kepada Tuhan tidak pernah menjadi kecewa.

Apakah hari-hari Anda memiliki banyak masalah dan untuk keluar dari sana Anda
mengandalkan kekuatan orang lain? Atau Anda kuatir dengan masa depan Anda
sehingga Anda menaruhkan hal tersebut kepada orang-orang yang memiliki jabatan
diatas Anda? Dalam kasih, saya ingin memberitahukan sudahi semua itu. Percayalah
hanya pada Tuhan. Serahkan semua itu kepada-Nya. Lihat, ketika Anda menjadikan
Tuhan sebagai tempat pengharapan maka hidup Anda akan terjaga aman dan
senantiasa diberkati.

Tuhan adalah tempat terbaik Anda menaruh harapan-harapan Anda.

Renungan terkait...
* Kata bijak tentang mimpi dan harapan
* Hidup yang penuh harapan
* Harapan memberikan kekekalan
* Kesedihan
* Membawa mimpi Tuhan jadi realita
* Tersenyum selalu

Terberkati dengan artikel di atas? Ayo dong bagikan ke teman-teman yang lain biar
jadi berkat. Kalo kamu punya facebook / twiter/ email klik pilihan di bawah ini. GBU

0 komentar

Label: Renungan tentang Pengharapan, Renungan untuk orang tua (reflection for Parents)

Jumat, 29 Oktober 2010


Orang Tua Yang Penuh Sukacita
Kerinduan setiap keluarga adalah mengalami keharmonisan, kebahagiaan dan sukacita.
Namun sayangnya banyak keluarga-keluarga Kristen yang tidak mengalami hal ini.
Justru keadaan di dalam adalah kebalikan dari apa yang diharapkan. Yang ada di dalam
banyak rumah tangga adalah pertengkaran, tidak ada rasa damai serta tidak
dirasakannya sukacita. Padahal memiliki sukacita adalah kunci untuk memperoleh
kekuatan bagi setiap keluarga.

Sukacita (joy) adalah unsur penting yang harus dimiliki di dalam keluarga. Sukacita itu
menular, jadi jika orang tua mampu menciptakan suasana sukacita, maka atmosfir
keluarga pun akan dipenuhi oleh sukacita. Anak-anak akan melihat dan mencontoh apa
yang orang tuanya kerjakan. Bilamana orang tua mereka mudah bersungut-sungut di
dalam menghadapi masalah dalam hidup, maka anak-anak pun akan mengikuti jejak
dari orang tuanya. Tetapi jika orang tua memberikan contoh teladan bahwa mereka
terus bersukacita sekalipun banyak masalah silih berganti, maka hal ini akan menular
kepada anak-anak sehingga roh sukacita tersebut akan mereka miliki.

Mengapa kita harus bersukacita ? Karena itulah perintah Tuhan di dalam Filipi 4:4,
bersukacitalah senantiasa. Apabila kita percaya penuh kepada Tuhan, maka kita akan
berani menghadapi pergumulan hidup tanpa ketakutan, kekuatiran yang tentunya
menghilangkan sukacita. Pegang erat Firman Tuhan, maka kita akan semakin percaya
bahwa IA punya 1001 jalan keluar bagi masalah keluarga kita.

Jadilah agent sukacita !!! Itulah yang sering kami ajarkan kepada anak-anak kami,
Rachel & Jacob. Dimana pun saja kami berada, kami selalu berusaha menciptakan
suasana sukacita, kami berusaha selalu bersyukur sekalipun harus menghadapi ujian-
ujian dalam hidup. Di dalam mezbah keluarga, kami doakan pergumulan kami sehingga
anak-anak tahu dan mengerti. Lalu setelah berdoa, kami tersenyum dan berkata, “Nah
… kita tunggu saja tangan Tuhan menolong kita”. Kami ajarkan mereka untuk percaya
Tuhan, karena IA adalah Tuhan yang peduli, Tuhan yang melindungi. Ketika kami
lakukan hal tersebut, maka tertanam di dalam hidup mereka bahwa masalah boleh
datang tetapi orang tua mereka tetap bersukacita karena percaya kepada Tuhan,
sehingga hal ini tertransfer pada keduanya. Ketika mereka menghadapi masalah-
masalah kecil, mereka tetap bersyukur dan bersukacita.

Keluarga harmonis bisa dimiliki setiap orang. Mulailah dengan menjadi pribadi yang
penuh dengan menjadi pribadi yang penuh sukacita. Suami istri yang penuh sukacita
akan mentransferkan hal tersebut kepada anggota keluarga lainnya, maka perlahan-
lahan awan kelabu persungutan di dalam rumah tangga akan tersingkir oleh sinar
mentari sukacita.

Ps.Edward Supit & Ps.Levi Samodro Supit

Bersukacilah selalu
* Buah roh sukacita
* Jangan pernah menukar kebahagiaan
* Toko grosir surga
* Kata bijak mengatasi kekhawatiran
Terberkati dengan artikel di atas? Ayo dong bagikan ke teman-teman yang lain biar
jadi berkat. Kalo kamu punya facebook / twiter/ email klik pilihan di bawah ini. GBU

0 komentar

Label: Renungan keluarga, Renungan untuk orang tua (reflection for Parents), Renungan
untuk Suami-Istri (reflection for Husband and wife)

Sabtu, 14 Agustus 2010


Andai Titanic Mendengar
Amsal 3:11 - Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah
engkau bosan akan peringatan-Nya.

Mazmur 119:144 - Peringatan-peringat an-Mu adil untuk selama-lamanya, buatlah aku


mengerti, supaya aku hidup.

Ketika melihat para awak kapal mengangkat bagasi dari bawah, Nyonya Albert Caldwel
bertanya, “Benarkah kapal ini tidak bisa tenggelam?” “Benar, Nyonya,” jawab salah
seorang diantaranya. “Bahkan, Tuhan sendiri tak mungkin menenggelamkan kapal ini.”

Dua hari kemudian, kapal yang diberangkatkan dari Pelabuhan Southampton, Inggris,
menuju New York itu memasuki kawasan Grand Banks, sebuah kawasan berbahaya
karena banyak gunung es bawah laut. Pada 14 April 1912, dua puluh menit sebelum
pukul 24.00 malam, kapal pesiar mewah, Titanic, menyerempet gunung es dan akhirnya
tenggelam tiga jam kemudian.

Awalnya, Frederick Fleet, petugas menara pengintai melihat sesuatu yang gelap
menghadang didepan. Mula-mula kecil, lama-kelamaan bertambah besar. Ia segera
membunyikan bel bahaya. “Fleet, apa yang kamu lihat?” Tanya kapten kapal. “Gunung
es didepan,” “Terima kasih,” jawab suara itu lagi, santai, seolah-olah tidak ada yang
terjadi. Bahkan, ketika kapal menyerempet gunung es itu, sang kapten, Edward J.
Smith, sama sekali tidak mengurangi kecepatan kapal. Titanic tetap melaju dengan
kecepatan 22,5 knot, sekitar 45 km per jam, tanpa ada gerakan menghindari maut yang
menanti didepan. Kapal mewah yang mengklaim diri “tidak bisa tenggelam” itu seolah-
olah ingin menguji dirinya sendiri melawan gunung es raksasa.

Sungguh ironis, Titanic justru karam dalam pelayaran perdananya! Bahkan Thomas
Andrew, si pencipta kapal itu sendiri tidak mampu menyelamatkan kapal rancangannya.
Hanya 705 orang penumpang yang selamat, itu pun diselamatkan oleh kapal tua
Carpathia yang kebetulan lewat.

Seringkali kita jumpai, kesombongan membuat sebagian orang sulit untuk menerima
teguran. Mengapa teguran dan peringatan selalu diasosiasikan dengan kelemahan atau
aib?

Bukankah Amsal 27:5 berkata, “Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih
yang tersembunyi.”

Bagaimanakah respons yang benar menghadapi sebuah teguran? Raja Daud dalam Mzm
119:14 menganggap peringatan Tuhan sama bahagianya dengan menerima harta
benda. Seseorang hanya bisa bertumbuh lewat masukan, teguran, bahkan peringatan
dari orang lain.

Ada dua manfaat dari teguran atau peringatan. Pertama, peringatan membuat kita
hidup. Andai kapten kapal Titanic mendengar peringatan bahaya dari petugas menara
pengintai, mungkin saja Titanic tidak akan tenggelam. Peringatan akan meluputkan kita
dari maut dan membawa pada kehidupan (Mzm 119:144). Sebaliknya, siapa yang tidak
mengindahkan peringatan akan mati! (Ams 15:10). Kedua, peringatan memberi kita
pengetahuan. Orang yang bersedia ditegur, pengetahuannya akan bertambah (Mzm
119:99). Ia akan bertambah bijaksana dan langkah hidupnya akan semakin tertata.

DOA: Tuhan, dalam kelemahanku, aku sering tidak siap untuk menerima teguran.
Mampukanku dengan rendah hati menerima setiap masukan. Dalam Nama Tuhan Yesus
aku berdoa. Amin.

Terberkati dengan artikel di atas? Ayo dong bagikan ke teman-teman yang lain biar
jadi berkat. Kalo kamu punya facebook / twiter/ email klik pilihan di bawah ini. GBU

6 komentar

Label: Renungan tentang karakter, Renungan untuk orang tua (reflection for Parents),
Renungan untuk Pria, Renungan untuk Wanita

Minggu, 20 Juni 2010


Refuge from the Storm

Terjemahan asli
You Can Sleep When The Wind Blows.... Refuge from the Storm.

Years ago a farmer owned land along the Atlantic seacoast. He constantly advertised for
hired hands. Most people were reluctant to work on farms along the Atlantic. They
dreaded the awful storms that raged across the Atlantic, wreaking havoc on the buildings
and crops.

As the farmer interviewed applicants for the job, he received a steady stream of refusals.

Finally, a short, thin man, well past middle age, approached the farmer. "Are you a good
farmhand?" the farmer asked him. "Well, I can sleep when the wind blows," answered
the little man. Although puzzled by this answer, the farmer, desperate for help, hired
him.

The little man worked well around the farm, busy from dawn to dusk, and the farmer felt
satisfied with the man's work.

Then one night the wind howled loudly in from offshore. Jumping out of bed, the farmer
grabbed a lantern and rushed next door to the hired hand's sleeping quarters. He shook
the little man and yelled, "Get up! A storm is coming! Tie things down before they blow
away!" The little man rolled over in bed and said firmly, "No sir. I told you, I can sleep
when the wind blows." Enraged by the old man's response, the farmer was tempted to
fire him on the spot. Instead, he hurried outside to prepare for the storm.

To his amazement, he discovered that all of the haystacks had been covered with
tarpaulins. The cows were in the barn, the chickens were in the coops, and the doors
were barred. The shutters were tightly secured. Everything was tied down. Nothing could
blow away.

The farmer then understood what his hired hand meant, and he returned to bed to also
sleep while the wind blew.

SPIRITUAL TRUTH: When you're prepared, you have nothing to fear. Can you sleep
when the wind blows through your life? The hired hand in the story was able to sleep
because he had secured the farm against the storm.

We secure ourselves against the storms of life by grounding ourselves firmly in the Word
of God.

Terberkati dengan artikel di atas? Ayo dong bagikan ke teman-teman yang lain biar
jadi berkat. Kalo kamu punya facebook / twiter/ email klik pilihan di bawah ini. GBU

0 komentar

Label: Kisah-kisah kehidupan, Renungan untuk orang tua (reflection for Parents), Renungan
untuk Pria, Renungan untuk Wanita

Jumat, 04 Juni 2010


TANGGUNG JAWAB ORANGTUA
“ Tetapi anak-anaknya itu tidak hidup seperti ayahnya; mereka mengejar laba,
menerima suap dan memutarbalikkan keadilan.” 1 Samuel 8:3
Di zaman sekarang ini, lebih-lebih di kota besar, kenakalan anak-anak muda kian
menjadi-jadi: terlibat dengan obat-obatan terlarang (narkoba), pergaulan bebas (free
sex), perkelahian antarpelajar, geng motor, geng nero dan masih banyak lagi. Banyak
anak muda bersikap manis dan penurut saat berada di rumah, namun berubah 180
derajat menjadi anak-anak yang brutal ketika bergaul dengan teman-temannya di luar
rumah. Hal ini harus benar-benar menjadi perhatian yang serius bagi para orangtua.
Kita harus tahu dengan siapa anak-anak kita bergaul, buku apa yang mereka baca,
tontonan apa yang mereka lihat dan sebagainya.

Firman Tuhan mengingatkan, “ Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.”
(1 Korintus 15:33). Penulis Amsal juga berkata, “ Siapa bergaul dengan orang bijak
menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang .” (Amsal
13:20).

Keberadaan anak-anak adalah tanggung jawab penuh orangtua. Anak-anak yang nakal
dan hidup seenaknya sendiri akan menimbulkan kepedihan hati orangtua. Samuel, nabi
dan juga hakim Israel yang dipakai Allah secara luar biasa, di masa tuanya melihat fakta
yang menyedihkan, anak-anaknya hidup dalam ketidakbenaran; mereka tidak hidup
seperti ayahnya; “...mereka mengejar laba, menerima suap dan memutarbalikkan
keadilan.” (1 Samuel 8:3). Contoh lain adalah imam Eli, yang juga memiliki anak-anak
yang memberontak, bahkan Alkitab menulis: “ Adapun anak-anak lelaki Eli adalah
orang-orang dursila; mereka tidak mengindahkan Tuhan,” (1 Samuel 2:12).

Reputasi baik orangtua tidak menjadi jaminan anak-anaknya akan menjadi baik pula,
terkadang malah sebaliknya. Bukankah banyak kasus terjadi, anak-anak 'bermasalah'
justru berasal dari kalangan orang berada, yang berlimpah uang dan kekayaan ?

Sebelum semuanya terlambat, hai para orang tua, “ Didiklah orang muda menurut jalan
yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada
jalan itu.” (Amsal 22:6)

Didiklah dengan baik sesuai firman Tuhan sejak dini, maka anak-anak kita akan menjadi
orang yang takut akan Tuhan di kemudian hari !

Terberkati dengan artikel di atas? Ayo dong bagikan ke teman-teman yang lain biar
jadi berkat. Kalo kamu punya facebook / twiter/ email klik pilihan di bawah ini. GBU

0 komentar

Label: Renungan untuk orang tua (reflection for Parents)

Jumat, 12 Februari 2010


Pilih kasih
Yohanes 21:21-22
"Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata kepada Yesus: "Tuhan, apakah yang akan
terjadi dengan dia ini?" Jawab Yesus: "Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup
sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku."

Menjadi orang yang dijadikan nomor dua atau tiga dalam sebuah keluarga bukanlah
sesuatu yang mengenakkan. Akibat hal ini juga, banyak anak yang akhirnya terluka atas
perbuatan yang dilakukan oleh orang tuanya. Tidak hanya di rumah, di dalam
perusahaan pun hal ini sering ditemui sehingga muncullah sebutan "anak emas bos" bagi
mereka yang selalu mendapat perlakuan khusus dari atasannya.

Bagi mereka yang di-anakemas- kan, tentulah senang dengan perilaku yang diberikan
oleh para pemimpinnya, tetapi bagi mereka yang tidak, kekecewaan dan kebencian
tumbuh menyatu menjadi satu. Sadar atau tidak, pandangan kita terhadap Allah pun
seperti itu. Kita menganggap bahwa ketika seseorang mendapat berkat yang luar biasa
melimpah dan kita belum mendapatkannya maka kita akan menuduh-Nya sebagai Allah
yang pilih kasih.

Dalam Kemahabesarannya, Allah memiliki wewenang menganugerahkan kasih dan


kuasa-Nya kepada siapa ia ingin memberikannya. Hal ini bukan berarti Dia menganggap
seseorang tidak berharga dan yang lain begitu tinggi derajat di mata-Nya. Dia memiliki
rahasia tersendiri untuk memberkati satu persatu umat-Nya dan kita tidak perlu
menanyakannya. Percaya saja, Allah telah menyiapkan berkat yang terbaik dan Dia akan
mencurahkan sesuai dengan waktu yang dirancang-Nya.

Mungkin hari ini ada diantara Anda yang sudah berpaling dari Allah karena suatu
peristiwa yang Anda anggap tidak harus Anda alami. Dalam kasih Kristus, saya
mengatakan kembalilah kepada-Nya. Allah tidak pernah pilih kasih dan kalau pun ada
kejadian yang membuat Anda begitu sedih dan kecewa lihatlah ada maksud-Nya yang
besar dan mulia dibalik semua itu.

Allah mengasihi anak-anakNya dan itu tidak akan pernah berubah sampai kapan pun
dan oleh apa pun juga.

Terberkati dengan artikel di atas? Ayo dong bagikan ke teman-teman yang lain biar
jadi berkat. Kalo kamu punya facebook / twiter/ email klik pilihan di bawah ini. GBU

0 komentar

Label: Kasih Bapa, Renungan untuk orang tua (reflection for Parents)

Sabtu, 28 November 2009


Jangan pernah berhenti bermain karena Tua
Jangan pernah berhenti bermain karena Tua, justru akan menjadi tua karena berhenti
bermain. Rahasia agar tetap awet muda adalah tetap menemukan humor setiap hari dan
mempunyai mimpi. jika kehilangan mimpi, kamu akan mati.
Ada banyak sekali orang yang berjalan disekitar kita yang mati namun mereka tak
menyadarinya.

Sungguh jauh berbeda antara menjadi tua dan menjadi dewasa. Seseorang berumur

sembilan belas tahun dan berbaring ditempat tidur selama satu tahun penuh, tidak
melakukan apa-apa, orang tersebut tetap akan akan berubah menjadi dua puluh tahun.
Bila anda berusia delapan puluh lima tahun dan tinggal ditempat tidur selama satu
tahun, tidak melakukan apa-apa, anda tetap akan menjadi delapan puluh enam tahun.
Setiap orang pasti menjadi tua, hal itu tidak membutuhkan suatu keahlian atau bakat.
Tumbuhlah dewasa dengan selalu mencari kesempatan dalam perubahan dan jangan
pernah menyesal, karena orang yang sudah tua usianya biasanya tidak menyesali apa
yang telah diperbuatnya, tetapi lebih menyesali apa yang tidak diperbuatnya. Dan orang
yang takut mati adalah mereka yang hidup dengan penyesalan.

Sadarilah….
Tidak ada yang terlambat untuk apapun yang bisa kita lakukan.

Ingatlah ….
Menjadi tua adalah kepastian, tetapi menjadi dewasa adalah pilihan.

Sediakanlah waktu untuk….


Berpikir, karena itulah sumber kekuatan
Bermain, itulah rahasia awet muda
Membaca, menjadi landasan kebijaksanaan
Berteman, jalan menuju kebahagiaan
Bermimpi, itulah yang akan membawa anda ke bintang
Mencintai dan dicintai, itulah hak istimewa Tuhan
Lihat sekeliling anda, hari anda terlalu singkat untuk mementingkan diri sendiri.
Dan sediakan waktu untuk tertawa, karena itulah musik jiwa.
Terberkati dengan artikel di atas? Ayo dong bagikan ke teman-teman yang lain biar
jadi berkat. Kalo kamu punya facebook / twiter/ email klik pilihan di bawah ini. GBU

0 komentar

Label: Kata-kata Bijak, Renungan untuk orang tua (reflection for Parents)

Rabu, 04 November 2009

Berbicara Dalam Bahasanya


1 Korintus 1:12 – Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku
dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas.
Atau aku dari golongan Kristus.

2 Korintus 2:3, 9 - Dan justru itulah maksud suratku ini, yaitu supaya jika aku datang,
jangan aku berdukacita oleh mereka, yang harus membuat aku menjadi gembira. Sebab
aku yakin tentang kamu semua, bahwa sukacitaku adalah juga sukacitamu. Sebab justru
itulah maksudnya aku menulis surat kepada kamu, yaitu untuk menguji kamu, apakah
kamu taat dalam segala sesuatu.

Suatu kali seorang Ibu berkata kepada anaknya yang masih balita. “Tomas, jangan main
diruang tamu. Nanti kalau ada tamu, repot membereskannya. Sekarang bawa mainanmu
keluar dari ruang tamu.” Sementara itu, ibu tersebut pergi kedapur untuk melanjutkan
memasak. Setelah selesai memasak, sekitar satu jam kemudian, ibu ini pergi ke kamar
tidur dan bermaksud mengambil pakaian ganti. Betapa terkejutnya ibu ini ketika melihat
kamar tidur yang berantakan dan kotor karena tanah dan pasir. Sementara itu, Tomas
asyik bermain dengan dua orang emannya. Kaki mereka sangat kotor, sepertinya
mereka habis berjalan diluar rumah anpa memakai alas kaki. Dengan nada tinggi, ibu ini
bertanya, “Mengapa kkamu main di kamar tidur?” Dengan terbata-bata sambil ketakutan
Tomas menjawab, “Kata Ibu, Tomas tidak boleh main di ruang tamu.” Tomas tidak tahu
kalau dia juga dilarang main di kamar tidur. Tomas hanya tahu kalau dia tidak boleh
main di ruang tamu. Pengalaman ini membuat ibu tersebut menyadari bahwa
seharusnya dia berkata dengan emnggunakan bahasa anaknya. Untuk itu dikemudian
hari dalam sebuah peristiwa yang hampir sama. Dia berkata, “Tomas, kamu jangan main
dikamar. Mari kita angkat mainanmu ini dan kita pindahkan ke teras. Kamu boleh main
disana.”

Seringkali masalah terjadi karena salah pengertian. Pendengar idak mengetahui apa
maksud perkataan lawan bicaranya. Apalagi jika perkataan itu disampaikan dengan
pengantara atau melalui orang lain. Paulus pernah mengalami apa yang disebut dengan
kesalahpahaman dengan jemaat. Keadaan ini diperparah dengan adanya orang yang
mau mengambil keuntungan dari pertistiwa tersebut. Petrus menyaksikan bahwa
mereka yang tidak memahami maksud surat-surat Paulus berusaha memutarbalikannya.
Itulah sebabnya dalam beberapa kesemapatan, Paulus menegaskan maksud suratnya
dengan mengatakan sejelas-jelasnya sesuai dengan bahasa para pembacanya.

Berbicara adalah hal yang mudah, tetapi berbicara supaya pendengar menangkap
maksud pembicaraan itu, sangatlah sulit. Salah satu cara yang sangat efektif supaya
pendengar memahami maksud perkataan kita adalah dengan menggunakan bahasa
mereka. Kita sebaiknya tidak berbicara dengan bahasa ilmiah kepada orang desa.
Hamba Tuhan sebaiknya tidak berbicara dengan bahasa teologis kepada jemaat awam,
apalagi mereka petobat baru. Anak muda sebaiknya tidak menggunakan bahasa gaul
ketika berbicara kepada orang tua. Demikian juga dalam kaitannya dengan perbedaan
latar belakang suku, bahasa, kebudayaan, tingkat kehidupan ekonomi dan pendidikan,
hendaklah kita memakai bahasa pendengar kita. Dengan cara ini kita menghindari
kesalahpahaman yang tidak perlu. Bukankah Allah sudah memberikan teladan dalam hal
ini? Kehadiran Yesus adalah pernyataan Allah didalam bahasa manusia.

DOA: Aku ingin menghindari kesalahapahaman dengan orang lain. Untuk itu mampukan
aku ya Bapa untuk menggunakan bahasa mereka. Dalam Nama Tuhan Yesus aku
berdoa. Amin.

KATA-KATA BIJAK: Bicara dengan bahasa pembicara hanya akan didengar, berbicara
dengan bahasa pendengar akan dimengerti.

Terberkati dengan artikel di atas? Ayo dong bagikan ke teman-teman yang lain biar
jadi berkat. Kalo kamu punya facebook / twiter/ email klik pilihan di bawah ini. GBU

0 komentar

Label: Renungan tentang karakter, Renungan untuk orang tua (reflection for Parents)
Selasa, 03 November 2009
Lepaskan Pegangan Anda
Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada
pengertianmu sendiri. Amsal 3:5

Suatu hari, Kerry Shook, penulis buku "One Month to Live" mengajak putranya bermain
ke taman. Begitu sampai di taman, putranya Josh langsung berlari ke arah permainan
yang paling di sukainya, sebuah palang untuk bergantung.

"Tolong angkat aku untuk bergantung di palang ini," demikian pintanya pada sang Ayah.

Kerry lalu mangangkatnya, dan tangan kecil Josh langsung berpegang erat pada palang
tersebut tanpa dipegang lagi oleh ayahnya.

Kaki kecilnya bergantung sekitar 5 kaki di atas tanah, dan Josh terlihat begitu bangga
bisa kuat bergantung disana. Sekitar beberapa menit kemudian, dia mulai lelah dan
meminta di turunkan.

"Ayah, tolong turunkan saya."

Ayahnya menjawab,"Josh, lepaskan saja peganganmu dan aku akan menangkapmu."

Terlihat segurat keraguan di wajahnya, dia berkata,"Tidak, turunkan aku."

Kembali Kerry berkata,"Josh, jika kamu lepaskan peganganmu, aku akan


menangkapmu."

"Tidak, turunkan aku."

"Josh, aku mencintaimu. Aku janji, aku akan menangkapmu."

Bagi Kerry ini adalah kesempatan untuk mengajar Josh bahwa dia bisa mempercayai
ayahnya. Josh hanya perlu melepaskan pegangan pada palang itu, dan ayahnya akan
menangkapnya. Tetapi pria kecil itu bertahan dengan seluruh kekuatannya bergantung
di palang itu. Dia berpegangan hingga tangannya mulai kelelahan dan tidak bisa
bertahan lagi. Akhirnya dia lepaskan pegangannya dan dia ditangkap oleh ayahnya.

Sebuah senyum mengembang diwajahnya, dia diturunkan ke tanah oleh ayahnya dan
langsung berlari untuk bermain ayunan.

Pelajaran untuk Josh telah selesai, namun ayahnya, Kerry tiba-tiba mendengar suara
Tuhan dengan jelas yang berbicara kepadanya.

Seperti itulah hubunganmu denganKu. Kamu sering berpegangan dengan suatu


keputusasaan pada palang kehidupanmu, coba melakukan sesuatu dengan kekuatanmu
sendiri. Kamu mengalami pergumulan yang tiada akhir, mencoba mengendalikan semua
situasi. Kamu bertahan dan berpikir bahwa tidak ada orang yang akan menangkapmu
sehingga kamu pikir lebih baik kamu bertahan di palang tersebut dan mempererat
pegangan. Ketika kamu lelah bergantung, dan tanganmu mulai lemah, Aku berkata,
"Lepaskan pegangan, dan Aku akan menangkapmu. Lepaskan peganganmu. Aku janji,
Aku mencintaimu dan akan menangkapmu.
Seringkali kita mencoba mengerjakan segala sesuatu dengan kekuatan kita sendiri,
berpikir sebaiknya kita kekiri, ketika Tuhan berkata ke kanan.

Hari ini Dia berkata, "Aku membentukmu dengan tanganKu sendiri. Aku menciptakanmu
dengan sebuah tujuan, dan Aku mati untuk menebusmu. Mengapa kamu tidak bisa
mempercayaiKu? Aku memberikan hidupKu untukmu. Aku Tuhan atas alam semesta ini.
Kamu hanya perlu melepas peganganmu, dan Aku akan menangkapmu."

Bapa sorgawi ingin Anda dan saya untuk mempercayainya. Jika Anda berkeras untuk
mengendalikan keadaan Anda sendiri, berjuang dengan kekuatan Anda sendiri,
merencakan apa yang baik menurut pikiran Anda sendiri, Anda akan kelelahan. Anda
akan kehabisan daya.

Ini adalah saatnya Anda mengambil sebuah resiko untuk melepaskan pegangan Anda.
Ini saatnya untuk mengalami kuasa Tuhan bagaimana Dia menyatakan mukjizatnya
dalam hidup Anda bahkan pada bagian-bagian yang tidak pernah Anda pikirkan
sebelumnya.

Mempercayai Tuhan membutuhkan keberanian, hal itu di butuhkan iman. Namun


mempercayai Tuhan tidak akan pernah merugikan. Memang, jantung Anda akan sedikit
deg-degan, tapi percayalah Dia selalu tepat waktu dan tidak mungkin meleset untuk
menangkap Anda.

Waktu Tuhan selalu indah, dan Dia dapat dipercaya.

Terberkati dengan artikel di atas? Ayo dong bagikan ke teman-teman yang lain biar
jadi berkat. Kalo kamu punya facebook / twiter/ email klik pilihan di bawah ini. GBU

0 komentar

Label: Kasih Bapa, Kisah-kisah kehidupan, Renungan untuk orang tua (reflection for Parents)

Selasa, 27 Oktober 2009


Menegur Dengan Kasih
Yang dimaksud dengan menegur adalah memberi teguran, menasehati, mendidik dan
mengingatkan. Sikap orang dalam menerima teguran bermacam-macam. Ada yang
menerima dengan senang hati, ada yang biasa-biasa saja, ada yang mengiyakan hanya
untuk mempercepat proses pembicaraan, ada yang menolak dengan tegas, ada yang
berkelit, bahkan ada yang tersinggung dan marah, serta masih banyak lagi reaksi
lainnya.

Beberapa kebenaran yang perlu kita ketahui saat menegur orang lain:
1. Menegur haruslah dilandasi dengan kasih. Memang terdapat resiko orang yang ditegur
menjadi tidak menyukai kita, tetapi kalau memang ia perlu ditegur, tegurlah!

Mengasihi bukan berarti harus selalu setuju, harus selalu mengiyakan, harus selalu
tersenyum manis. Untuk mengasihi diperlukan teguran yang dibungkus dengan
kejujuran dan keterusterangan, tanpa pura-pura.

Menegur yang dilandasi oleh kasih akan menutupi pelanggaran orang tersebut. Orang
yang ditegur dengan kasih akan lebih mudah menerima teguran yang ditujukan
kepadanya dan akibatnya kemungkinan untuk yang bersangkutan berubah menjadi lebih
besar. Sebaliknya bila kita menegur dengan tidak berlandaskan kasih, hasilnya adalah
pertengkaran. Pertengkaran bukanlah tujuan akhir yang ingin kita capai.

2. Menegur haruslah dengan hikmat. Hikmat akan membantu kita untuk memberi
teguran yang tepat. Hikmat di sini berarti meliputi teknik, cara, kata-kata, waktu,
tempat, serta situasi dan kondisi untuk penyampaian teguran yang tepat.

3. Hasil dari menegur dengan menggunakan hikmat akan berbuah manis. Awalnya
mungkin terdapat gesekan, bahkan mungkin dapat menciptakan konflik dengan yang
bersangkutan. Namun, kita tetap perlu mengambil resiko ini.

4. Jangan menahan teguran karena takut terhadap resiko gesekan dan konflik.
Salah satu bentuk kasih adalah teguran yang berhikmat. Saat kita tidak melakukan hal
ini, kita berarti tidak takut pada Tuhan. Tidak takut pada Tuhan berarti dosa. Jangan
takut menegur bila memang diperlukan!

Lalu bagaimana menegur dengan menggunakan hikmat?


1. Menegur dengan lemah lembut. Kelemahlembutan merupakan salah satu buah Roh
yang diperlukan (Galatia 5:23). Lemah lembut bukan berarti lemah atau plin-plan.
Lemah lembut merupakan sikap hati yang mau mengerti kondisi dan keterbatasan orang
lain.

2. Mengetahui dengan jelas orang-orang yang perlu ditegur, orang-orang yang tidak
perlu ditegur, saat dan situasi yang tepat untuk menegur. Walaupun saat kita tahu
seseorang itu salah, ada saatnya kita perlu menggunakan hikmat. Ya, tidak serta merta
kita dapat menegur, bahkan kadang-kadang menahan teguran atau tidak memberikan
teguran memerlukan suatu hikmat tersendiri.

Berikut sejumlah ciri-ciri orang yang tidak perlu ditegur atau Anda sebaiknya menahan
teguran pada waktu yang lain:

- Orang yang tidak mau mendengarkan teguran dan tidak mempedulikan teguran,
bahkan membenci teguran. Orang-orang ini adalah orang yang akan menguras emosi
kita. Jadi, jangan habiskan waktu, tenaga, dan emosi untuk orang yang tidak mau
mendengar. Bukan karena kita tidak peduli, tetapi memang ada kesempatan lain yang
lebih tepat untuk menegur. Cukup bawa orang ini dalam DOA.

- Orang yang gemar bersilat kata. Saat Anda memberi teguran pada orang yang gemar
bersilat kata, orang ini akan terus-menerus memberi jawaban dan alasan. Hemat nafas
Anda! Hentikan sampai di situ dan bawa orang ini dalam DOA.

Cara-cara menegur adalah demikian:


1. Menegur hanya berdua saja, tidak di depan orang lain. Orang akan lebih mudah
menurunkan ego bila ditegur berdua saja tanpa kehadiran orang lain. Pada saat ada
orang lain yang hadir, kecenderungan untuk membela diri dan mempertahankan ego
akan lebih besar daripada saat hanya berdua.

2. Bila berdua saja tidak mempan, minta bantuan 1 atau 2 orang lain untuk menegur.
Ini harus melihat kasusnya juga. Tidak semua kasus dapat diperlakukan sama. Jika
memang diperlukan bantuan dari 1 atau 2 orang lain, lakukanlah!

3. Bila setelah minta bantuan dari 1 atau 2 orang tetap tidak mempan juga, minta
bantuan lebih banyak orang. Ini hanya perlu dilakukan untuk kasus-kasus yang sangat
serius. Untuk kasus-kasus yang dapat mengundang keresahan bagi orang banyak, hal
ini perlu dilakukan. Bila yang bersangkutan masih tidak mau mendengarkan teguran,
hemat nafas Anda! Cukup bawa yang bersangkutan dalam DOA Anda.

Jadi, Anda siap memberi teguran? Amin.

Terberkati dengan artikel di atas? Ayo dong bagikan ke teman-teman yang lain biar
jadi berkat. Kalo kamu punya facebook / twiter/ email klik pilihan di bawah ini. GBU

2 komentar

Label: Renungan tentang hikmat kebijaksanaan, Renungan untuk orang tua (reflection for
Parents), Renungan Untuk Pekerja, Tips-Tips

Try Again
"Apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya."

Suatu kali ayah Randi sedang melatih anaknya bersepeda di sebuah taman yang ada di
depan rumah mereka. Awalnya, sang ayah memegang dari samping sepeda yang
dikendarai Randi. Dengan sabar, ia mengajari anaknya itu bagaimana mengayuh sepeda
dan menyeimbangkan badan. Namun, tiba-tiba sang ayah melepaskan tangannya dari
sepeda, tentu saja Randi yang belum siap ketika itu pun jatuh.

Air mata Randi keluar saat ia melihat ada darah keluar dari kakinya. Perih, itulah yang
dirasakannya ketika itu. Sang ayah yang tidak jauh dari jatuh anaknya itu pun hanya
tersenyum dan mendatangi Randi yang sedang menangis dan memegang kakinya yang
luka. Ia pun mendatangi anaknya dan memegang kakinya. Dengan santai, ia berkata
kepada anaknya, "ah, ini mah gak papa, besok juga lukanya udah kering. Randi, masih
mau melanjutkan latihan sepedanya atau tidak?"

Randi yang mendapat pertanyaan dari sang ayah pun terdiam. Air matanya berhenti
saat itu dan pikirannya saat itu berputar. Sambil terisak-isak, ia menganggukkan
kepalanya tanda untuk mau latihan. Sang ayah pun mengambil sepeda dan meminta
anaknya untuk bangkit kembali. Dengan menahan rasa perih, ia pun menuruti
permintaan ayahnya. Sepeda kembali ia dipegang dan Randi pun duduk di jok
sepedanya.

Sewaktu sang ayah ingin membantunya untuk mengendarai sepeda, tawaran itu ia
tolak. Ia meminta ayahnya untuk berada cukup jauh dari dirinya. Sambil menghela nafas
panjang, Randi pun mulai mengayuh sepedanya. Pada ayuhan yang pertama dia begitu
senang karena ia bisa mengendalikan sepedanya, tapi itu tidak berlangsung lama dan
dia pun terjatuh. Hal itu terus terjadi sampai usahanya yang ke-9.

Pada usahanya yang ke-10, Randi kembali mengambil sepedanya. Dia pun dengan
semangat mengangkat sepeda yang telah jatuh ke tanah dan kembali mencoba
mengayuh sepedanya. Dan usahanya kali ini berhasil. Randi telah bisa menguasai
sepedanya seorang diri. Ia pun menghampiri ayahnya dan mengatakan bahwa ia telah
bisa berhasil mengendarai sepeda.

Tuhan menginginkan hal yang sama kepada kita. Walaupun mempunyai kuasa untuk
menolong saat kita sedang dalam masa "jatuh", Dia ingin kita tetap berusaha untuk
bangkit. Dia mau anak-anakNya menjadi anak yang tangguh; anak-anak yang tidak
mudah menyerah oleh keadaan yang sukar; anak-anak yang berkata "ya" kepada
kebenaran firman Tuhan dan "tidak" kepada dosa.

Saat ini Tuhan bertanya kepada Anda, "apakah engkau mau melanjutkan ujian dari-Ku
dan menjadi pemenang sejati?" jika iya, berusaha terus saat Anda merasa gagal dan
jatuh. Percayalah tangan-Nya selalu tersedia dan siap membantu ketika Anda
membutuhkannya.

Untuk melihat janji Tuhan digenapi, terkadang Anda harus mengeluarkan usaha yang
ekstra.

Terberkati dengan artikel di atas? Ayo dong bagikan ke teman-teman yang lain biar
jadi berkat. Kalo kamu punya facebook / twiter/ email klik pilihan di bawah ini. GBU

0 komentar

Label: Kasih Bapa, Renungan tentang Kasih, Renungan untuk orang tua (reflection for
Parents)

Rabu, 07 Oktober 2009


Mewaspadai Ucapan
Pada masa kekuasaan Tsar Nicolas I di kekaisaran Rusia, pecah sebuah pemberontakan
yang dipimpin seorang bernama Kondraty Ryleyev. Namun, pemberontakan itu berhasil
ditumpas. Ryleyev, sang pemimpin ditangkap dan dijatuhi hukuman gantung. Namun
saat tali sudah diikatkan di lehernya dan eksekusi dilaksanakan, tiba-tiba tali gantungan
itu putus. Di masa itu, kejadian luar biasa seperti itu biasanya dianggap sebagai bukti
bahwa terhukum tidak bersalah dan Tsar mengampuninya. Namun, Ryleyev yang lega
dan merasa di atas angin pun menggunakan kesempatan itu untuk tetap mengkritik,
"Lihat, di pemerintahan ini sama sekali tidak ada yang betul. Bahkan, membuat talipun
tidak becus!"

Seorang pembawa pesan yang melihat peristiwa putusnya tali ini kemudian melaporkan
pada Tsar. Sang penguasa Rusia itu bertanya, "Lalu, apa yang Ryleyev katakan?" Ketika
pembawa pesan itu menceritakan komentar Ryleyev di atas, Tsar pun menjawab, "Kalau
begitu, mari kita buktikan bahwa ucapannya tidak benar." Ryleyev pun menjalani
hukuman gantung kedua kalinya dan kali ini tali gantungannya tidak putus. Bukan
hukuman yang membinasakannya, tapi ucapannya sendiri.

Lidah itu seperti kekang kuda, kemudi sebuah kapal, yang hanya benda kecil tapi bisa
mengendalikan Benda raksasa. Lidah dapat menjadi seperti api kecil di tengah hutan,
bahkan lebih buas dari segala hewan liar.

Apa yang kita ucapkan sangat sering menentukan arah hidup kita. Apa saja yang kita
ucapkan pada orang lain dan pada diri sendiri sangat berpengaruh terhadap kejadian-
kajdian yang akan kita alami kemudian.

Apa yang kita ucapkan seringkali menentukan apa yang kemudian kita terima.

" ... tetapi tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah, ia adalah sesuatu yang
buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan."
( Yakobus 3 : 2 )
Terberkati dengan artikel di atas? Ayo dong bagikan ke teman-teman yang lain biar
jadi berkat. Kalo kamu punya facebook / twiter/ email klik pilihan di bawah ini. GBU

2 komentar

Label: Renungan tentang karakter, Renungan untuk orang tua (reflection for Parents),
Renungan Untuk Pekerja, Renungan untuk Pria, Renungan untuk Wanita
Jumat, 02 Oktober 2009
BERKAT AYAH
Hendaklah kamu semua ... penyayang dan rendah hati, dan janganlah membalas
kejahatan dengan kejahatan, ... tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati (1
Petrus 3:8,9)

Seorang pria yang sedang berduka karena kematian ayahnya berkata,"Saya tidak hanya
menangisi ayah saya, tetapi juga diri saya sendiri. Kematiannya berarti saya tidak akan
pernah mendengar perkataan yang selalu ingin saya dengar darinya, yaitu bahwa ia
bangga terhadap saya, bangga akan keluarga yang saya bina, dan bangga akan hidup
yang saya jalani."

Bukannya mengulangi kesalahan sang ayah, sebaliknya pria itu justru menyampaikan
ucapan yang menyemangati anaknya sendiri, yang tidak pernah ia dapatkan, yaitu
bahwa ia bangga terhadap anaknya dan kesuksesan hidup yang telah diraihnya.

Kerap kali, ketegangan antara ayah dan anak-anak tidak terselesaikan. Luka lama itu
tetap tak tersembuhkan. Kita tak bersedia mengampuni ucapan kemarahan dan luka
masa lalu. Namun, bagi diri sendiri dan keluarga kita, kita perlu melakukan segala upaya
untuk meruntuhkan tembok yang memisahkan kita.

Bagaimana cara kita memulainya? Perintah Alkitab mengenai semua hubungan yang kita
miliki adalah "Mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati, dan janganlah
membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi
sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, ... menjauhi yang jahat dan melakukan yang
baik, ... mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya" (1 Petrus 3:8,9,11).

Oleh kasih karunia Allah, marilah kita putuskan lingkaran kemarahan dan memberi
anak-anak kita apa yang mereka ingin dengar dari kita, yaitu ucapan berkat dan kasih -
David McCasland

HAL TERBAIK YANG DAPAT ANDA BERIKAN BAGI ANAK ANDA ADALAH WAKTU ANDA
Terberkati dengan artikel di atas? Ayo dong bagikan ke teman-teman yang lain biar
jadi berkat. Kalo kamu punya facebook / twiter/ email klik pilihan di bawah ini. GBU

0 komentar

Label: Renungan tentang Kasih, Renungan untuk orang tua (reflection for Parents),
Renungan untuk Pria
Rabu, 16 September 2009
Jangan Menendang Kucing Jika Digigit Anjing
Satu kali, saat berjalan pulang dari gereja, seorang pendeta bertemu seorang bapak
yang ia tahu tadi tidak datang ke kebaktian. “Halo, Pak.Mengapa tadi tidak datang ke
kebaktian ?” Tanya pendeta itu. Bapak itu lalu menceritakan sikap seorang majelis yang
minggu lalu sungguh menjengkelkannya. “Oh, begitu. Lalu mengapa Anda tidak pulang
dan melampiaskannya dengan memukul istri anda saja?” sahut sang pendeta. “Lho? Pak
pendeta ini bagaimana? Istri saya kan tidak salah apa-apa.” Jawab si bapak dengan
keheranan. “Nah, Tuhan pun tidak punya salah apa-apa dengan anda bukan?”

Jangan menendang kucing jika anda digigit anjing. Tentu saja, ilustrasi diatas bukannya
ingin mengatakan bahwa beribadah di gereja adalah hal yang terpisah, bahwa hal itu
dapat dilakukan tanpa perlu menjalin hubungan yang baik dengan para jemaat dan para
hamba Tuhan di gereja. Justru, kita harus ingat, bahwa saat kita melakukan sesuatu
kepada sesama kita berarti kita juga melakukan sesuatu kepada Tuhan. Jika Tuhan
adalah Kepala Gereja, bagaimana mungkin kita mencintai kepala tapi membenci tubuh-
Nya? Dan jika suatu saat kita mungkin kesal dengan beberapa oknum di gereja, apakah
kekesalan itu layak untuk ditukar dengan hubungan kita dengan Tuhan.

Mulailah belajar melihat sesama dan persekutuan dengan saudara seiman kita dalam
kerangka ini. Mengasihi Tuhan berarti juga mengasihi sesama. Bahkan Alkitab
menyatakan, jangan kita melayani dan memberi persembahan pada Tuhan jika hati kita
masih ada permasalahan dengan orang lain. Demikian pula sebaliknya, jangan sampai
pelayanan dan persekutuan kita yang seharusnya untuk memuliakan Tuhan, justru
dilakukan hanya demi menyenangkan manusia saja. Singkatnya, ibadah, pelayanan, dan
persekutuan kita merupakan suatu kesatuan, yang semua didasari oleh kasih pada
Tuhan dan sesama. Sudahkah kita melakukannya?

Jangan menendang kucing jika Anda digigit anjing.


MASA DALAM KEHIDUPAN
Engkau telah mengeluarkan aku dari perut ibuku.... Janganlah membuang aku pada
masa tuaku (Mazmur 71:6,9)

Ketika masih muda, kita tak sabar menunggu masa dewasa. Ketika sudah tua, kita
merindukan kembali masa muda yang sudah berlalu. Sungguh ironis!

Allah ingin kita menerima setiap masa dalam hidup dengan sukacita. Berapa pun usia
kita, Dia meminta kita berjalan menuju kehendak-Nya, dan menerima setiap
pergumulan yang Dia izinkan terjadi seiring dengan kekuatan yang Dia sediakan.

Seorang wanita yang menghadapi cobaan karena bertambahnya usia bertanya kepada J.
Robertson McQuilkin, seorang utusan Injil, "Mengapa Allah membiarkan kita menjadi tua
dan lemah?" McQuilkin berpikir sejenak dan menjawab, "Saya pikir, Allah telah
merancang bahwa kekuatan dan kecantikan orang muda bersifat jasmani. Namun,
kekuatan dan kecantikan usia tua bersifat rohani. Lambat laun kita kehilangan kekuatan
dan kecantikan yang sementara itu, sehingga dapat memusatkan perhatian pada
kekuatan dan kecantikan yang kekal. Dengan demikian kita berhasrat meninggalkan
bagian dari diri kita yang sementara dan memburuk, dan sungguh-sungguh merindukan
rumah abadi kita. Jika kita tetap muda, kuat dan cantik, kita tidak akan pernah mau
meninggalkannya."

Apakah Anda berada di musim semi kehidupan? Percayalah pada waktu Allah dalam
mewujudkan impian Anda. Apakah Anda berada di musim panas atau musim gugur?
Hadapilah tantangan yang Anda jumpai setiap hari. Dan bila Anda merasakan dinginnya
musim dingin, berusahalah mengenal Allah dengan lebih baik. Kehadiran-Nya dapat
menjadikan setiap masa dalam hidup Anda penuh dengan kekuatan dan kecantikan.

Only this hour is mine, Lord --


May it be used for Thee;
May every passing moment
Count for eternity. --Christiansen

PENYERAHAN DIRI KEPADA KRISTUS BUKANLAH PILIHAN SATU KALI MELAINKAN


TANTANGAN SETIAP HARI

Terberkati dengan artikel di atas? Ayo dong bagikan ke teman-teman yang lain biar
jadi berkat. Kalo kamu punya facebook / twiter/ email klik pilihan di bawah ini. GBU

0 komentar

Label: Renungan untuk orang tua (reflection for Parents), Renungan untuk Pria, Renungan
untuk Wanita

Senin, 31 Agustus 2009


KENDALI TERHADAP TV
Efesus 4:17-5:7

Pernahkah Anda merasa bahwa masyarakat sedang mengalami kebingungan yang tak
terkendali? Kadang-kadang saya merasa demikian saat membaca tentang apa saja yang
disajikan lewat televisi. Saya katakan "membaca" karena saya tidak mau menonton
semua acara yang diputar di televisi.

Sebagai contoh, acara wawancara ringan (talk show) di televisi telah merosot begitu
dalam sehingga pemandu acaranya menggiring anak-anak remaja tanpa malu-malu
berbicara tentang perilaku seksual mereka yang berani. Dan program-program komedi
unggulan yang pada masa lampau tidak mempertontonkan sedikit pun hal-hal yang tak
senonoh, kini penuh dengan sindiran tentang seks dan perbuatan-perbuatan amoral."

Sebuah kelompok yang dikenal dengan nama Media Research Center (Pusat Penelitian
Media) memantau apa yang disebut "jam keluarga" dan menyimpulkan: "Berkurangnya
penghormatan terhadap otoritas orangtua dan nilai-nilai tradisional pada jam keluarga
memang meresahkan, tetapi kemerosotan standar paling jelas terlihat pada dua hal:
bahasa dan muatan tentang seks."

Kita mungkin tidak dapat berbuat banyak terhadap program-program di televisi dan
menghilangkannya, tetapi kita dapat melakukan sesuatu terhadap diri kita sendiri. Kita
dapat melihat kembali kebiasaan menonton kita. Kita dapat mengevaluasi apakah kita
sudah tidak peka lagi atas apa yang kita lihat dan dengar. Kita dapat mengizinkan
Firman Allah, bukan dunia, yang mengendalikan apa yang kita lihat (Efesus 4:17). Itulah
cara terbaik untuk memperoleh kendali terhadap televisi [JDB]

As the flickering light shines its message each day,


Does it brighten your path or lead you astray?
Have you left any time for the Light of your soul?
Or has your TV taken too much control? --JDB

ALKITAB ADALAH PANDUAN TELEVISI YANG TERBAIK

Terberkati dengan artikel di atas? Ayo dong bagikan ke teman-teman yang lain biar
jadi berkat. Kalo kamu punya facebook / twiter/ email klik pilihan di bawah ini. GBU

1 komentar

Label: Perlu Untuk Diketahui, Renungan untuk orang tua (reflection for Parents)

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langgan: Entri (Atom)

Arsip Renungan
 ▼ 2011 (199)
o ► Oktober (2)
o ► September (15)
o ▼ Agustus (22)
 Maukah Engkau Menjadi Anak-KU?
 Indahnya Kebersamaan
 DIA Mengenal Aku
 Pesan Untuk Ayah
 Kasih Bapa
 Pegang Tanganku Tuhan
 Silahkan...!!
 Aku Mengasihimu Selama-lamanya
 Janganlah Takut
 Aku Sangat Mengenalmu
 AKU Mengenalmu
 Kuasa Lidah
 Menjaga Keseimbangan Hidup
 Tidak Tepat Waktu
 Mengapa Kita Menderita?
 Adaptasi
 Perlunya Hidup Sehat
 Kebebasan Memilih
 Blak-blakan
 Pertobatan Sejati
 Tarik Tambang
 Dari Ujian Menuju Kemenangan
o ► Juli (18)
o ► Juni (19)
o ► Mei (26)
o ► April (24)
o ► Maret (26)
o ► Februari (19)
o ► Januari (28)

 ► 2010 (308)

 ► 2009 (328)

 ► 2008 (322)

 ► 2007 (182)

Artikel Renungan favorit pembaca


 Kata-kata bijak tentang pengharapan

Kumpulan kata-kata mutiara & kata-kata bijak tentang pengharapan dalam bahasa
inggris . Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Al...

 Kumpulan Kata-kata Mutiara

1. Jangan tertarik kepada seseorang karena parasnya, sebab keelokan paras dapat
menyesatkan. Jangan pula tertarik kepada kekayaannya, karena...

 Aku Lemah Tapi Dia Kuatkan

1 Korintus 10:12 Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-
hatilah supaya ia jangan jatuh. Adalah fakta bahwa setiap m...

 Kumpulan kata-kata bijak kristen

Kumpulan kata-kata hikmat , kata-kata penghiburan Jarak paling jauh antara masalah
dengan solusi hanyalah sejauh lutut dengan lantai. Or...

 Belajarlah Dari Burung

Amsal 12:27 Orang malas tidak akan menangkap buruannya, tetapi orang rajin akan
memperoleh harta yang berharga. Tuhan menjanjikan kepada ...

 Be Your Self

Titus 2:7a Dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hidup
adalah seperti sebuah koin. Anda dapat menggunakan hi...

 Berpikir Bijaksana

Yakobus 1:5 Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia
memintakannya kepada Allah, yang memberikan kepada semua...

 Sahabat Sejati

Mempunyai satu sahabat sejati lebih berharga dari seribu teman yang mementingkan
diri sendiri Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang...

 Ujian Air Panas

Yakobus 1:2-3 Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila


kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu...

 Sejauh Mana Kita Mengasihi Sesama?

Markus 12:31 Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti
dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada...
Rekomedasikan blog ini ke orang lain, klik tombol berikut
Check THis oUT !!
Lirik Lagu Rohani
Surat dari Yesus
Pesan dari BAPA
Referensi lagu natal

Kalo suka blog ini di share ya ^-^

Mau Renungan Tiap hari ke email Anda?? Daftar kan


email Anda Di bawah ini
Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Kami akan kirim verifikasi ke email Anda, segera check email Anda dan lakukan
verifikasi.

Ayo join RHKer's Followers


Yuk Join FaceBook RHK ^-^
RHKers on Facebook

Kategori Renungan
 Band / Artis Rohani (6)
 Christian comment graphics for friendster-myspace (4)
 Cinta Sejati (51)
 Event (4)
 Humor (28)
 Ice breaker - Permainan kelompok - Games (5)
 It's all about Jesus (5)
 Jangan Menyerah (10)
 Kasih Bapa (81)
 Kasih Ibu (15)
 Kata-kata Bijak (145)
 Kata-kata Motivasi (6)
 Kata-kata mutiara (17)
 Kata-kata Penghiburan (34)
 Kesaksian (11)
 Kesehatan (18)
 Kiat sukses (100)
 Kisah Natal (21)
 Kisah Paskah (4)
 Kisah Sukses Tokoh Dunia (36)
 Kisah Sukses Tokoh Indonesia (8)
 Kisah Sukses Tokoh Kristen (14)
 Kisah-kisah kehidupan (242)
 Kumpulan Gambar (7)
 Kumpulan Khotbah Hamba Tuhan (5)
 Lirik Lagu (1)
 Lirik Lagu Rohani (23)
 Lowongan Pekerjaan (3)
 Mujizat (25)
 Pasang Iklan (1)
 Pengumuman (5)
 Perlu Untuk Diketahui (49)
 Pertobatan (24)
 Prayer (10)
 r (1)
 Renungan Bahasa Inggris (27)
 Renungan buat bangsa dan negara (1)
 Renungan dimasa Pergumulan (201)
 Renungan Firman Tuhan (113)
 Renungan keluarga (3)
 Renungan Paskah (3)
 Renungan tentang Berkat (42)
 Renungan tentang hikmat kebijaksanaan (46)
 Renungan tentang Iman (36)
 Renungan tentang karakter (247)
 Renungan tentang Kasih (56)
 Renungan tentang Kepahitan (reflection of bitterness) (20)
 Renungan tentang Kesabaran (5)
 Renungan tentang Keselamatan (5)
 Renungan tentang kesembuhan (36)
 Renungan tentang Pengharapan (5)
 Renungan tentang percintaan (51)
 Renungan tentang persahabatan (51)
 Renungan ttg Pengampunan (23)
 Renungan untuk orang tua (reflection for Parents) (65)
 Renungan Untuk Pekerja (190)
 Renungan untuk Pelayan Tuhan (79)
 Renungan untuk Pria (177)
 Renungan untuk Suami-Istri (reflection for Husband and wife) (50)
 Renungan untuk Wanita (186)
 Sajak Kristen (12)
 Sekilas Tentang Film (7)
 Surat dari Bapa (6)
 Surat dari Yesus (4)
 Tentang Doa (27)
 Tentang Dosa (15)
 Tentang Roh Kudus (4)
 Tips-Tips (26)
 Video Anak-anak kristen (4)

Cari Renungan Tentang...

Web renungan-harian-kita.blogspot.com

Kasih Opini mu disini...

Kunjungi link ini juga


 Belanja fashion online
 Games And Icebreakers
 Harian wanita
 Hillsong United Australia
 HP dan PDA
 Inspiring Story
 Jesus Inspires
 Julita Manik
 Klinik Rohani
 Kumpulan Humor
 Kumpulan lagu rohani
 Lady Yuliana
 Lirik Lagu Rohani
 Materi Renungan
 Mawar Sharon Church
 Pelita Hati
 Renungan Harian Inggris
 Renungan harian online
 Renungan Kristen
 Renungan Rohani
 Rumah Renungan
 The Answer

Blog

Anda mungkin juga menyukai