Anda di halaman 1dari 54

Edisi Juli – Agustus 2022

Diterbitkan Oleh:
Bidang Teologi dan Ajaran
Gereja Masehi Injili di Halmahera
Salam jumpa dalam kasih Yesus Kristus!
Saudara-saudariku yang kekasih, mari kita
nyatakan pujian dan syukur kita ke hadapan hadirat
Tuhan, karena betapa besar pemeliharaan dan
perlindunganNya, sehingga pelaksanaan Sidang Sinode
GMIH ke-29 tahun 2022 di pulau Morotai, dapat
berjalan dan telah melahirkan sejumlah keputusan
pelayanan di gereja ini; termasuk di bidang Teologi
dan Ajaran.
Pada periode 2017-2022, buku semacam ini diberi
nama “LEKSIONARI GMIH”, yang berisikan daftar
bacaan dan kerangka khotbah yang akan menjadi
bahan dan referensi bagi para pelayan khusus di GMIH
menulis dan menyampaikan khotbah di jemaat-jemaat.
Buku itu sudah terbit dalam beberapa edisi. Edisi
terakhir adalah edisi bulan Maret-Mei 2022.
Kami di bidang Teologi dan Ajaran periode 2022-
2027 berencana untuk memberi nama buku semacam ini
dengan “Kalender GMIH”. Selain berisikan khotbah
untuk setiap hari minggu, buku “Kalender GMIH” ini juga
berisikan sejumlah informasi yang berkaitan dengan
pelaksanaan tahun gerejawi di GMIH, yang akan
berlaku selama 1 (satu) tahun. Tetapi buku dengan
nama yang baru “Kalender GMIH” ini, baru akan terbit
pada bulan Desember 2022 untuk edisi tahun 2023.
Supaya dapat memenuhi kebutuhan pelayanan
pemberitaan Firman Tuhan di jemaat-jemaat selama
2
bulan Juli-Desember 2022, bidang Teologi dan Ajaran
GMIH menerbitkan yang berjudul “Khotbah GMIH”,
dalam dua bentuk. Bentuk pertama adalah bentuk PDF,
yang akan dibagikan melalui grup WA Korwil se-GMIH
untuk diteruskan ke seluruh Pendeta yang berada di
wilayah koordinasi masing-masing Korwil. Sedangkan
bentuk yang kedua adalah buku cetak, yang akan
dijual dalam jumlah yang sangat terbatas.
Selain itu, Buku Khotbah GMIH ini, hanya akan
terbit dalam dua edisi saja. Edisi pertama adalah Juli-
Agustus 2022 (yang sekarang ada di tangan bapak
dan ibu) dan edisi kedua pada bulan September-
Desember 2022. Berbeda dengan buku “Leksionari
GMIH” dan rencana buku “Kalender GMIH”, buku
Khotbah Minggu GMIH ini hanya berisikan 1 khotbah
minggu untuk setiap hari minggu di setiap edisinya. Hal
ini kami buat berdasarkan saran dan usul yang
disampaikan oleh Korwil dalam Rakor Korwil se-GMIH
pada bulan Juni 2022 di kantor sinode GMIH.
Ucapan terima kasih, kami sampaikan kepada para
penulis Buku Khotbah GMIH edisi Juli-Agustus 2022 ini.
Tuhan Yesus yang punya Firman ini memberkati bapak
dan ibu semua. Akhirnya kami mengucapkan: selamat
memberitakan Injil!

Tobelo, 30 Juni 2022


Wakil Ketua 1 BPH Sinode GMIH

Pdt. Sefnat A. Hontong, M.Th

3
Penasehat:
Ketua Sinode GMIH
Pdt. Dr. Demianus Ice, M.Th

Penanggung Jawab:
Wakil Ketua I BPHS GMIH
Pdt. Sefnat Hontong

Penyusun Khotbah GMIH,


Edisi Juli - Agustus 2022

Pdt. Sefnat Hontong


Pdt. Reinchard Wattimena, S.Th
Pdt. Selvia Lasano
Pdt. Manase Ngongira
Pdt. Liny Tampake
Pdt. Fery Kabarey
Pdt. Sirayandris Botara

Editor
Pdt. Trisan Fraido Wangka

Alamat Redaksi:
Kantor Sinode GMIH
Jln. Kemakmuran-Gamsungi Tobelo 97762 – Halut
4
Minggu, 3 Juli 2021

Galatia 6:1-10

Minggu Biasa - Hijau

“ZIARAH BERSAMA
DALAM SEMANGAT PERSAUDARAAN”

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan……


Mengawali renungan ini ijinkan saya
mengemukakan sebuah ilustrasi tentang persaudaraan.
Ada 2 (dua) orang bersaudara yang dibesarkan
oleh orang tua mereka dengan penuh kasih sayang dan
mengajarkan mereka untuk tekun dalam bekerja.
Ketekunan dalam bekerja menjadikan keluarga ini
sukses sebagai petani. Sebelum meninggal dunia, orang
tua mereka telah membagikan warisan kebun pertanian
kepada kedua bersaudara ini untuk mereka olah dan
kembangkan demi memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Suatu hari sang kakak berpikir: saya sudah menikah dan
punya anak yang dapat menolong saya memajukan
usaha pertanian saya. Sementara adik saya seorang
diri. Saya harus menolong dia. Karena itu setelah
bercakap dengan istri dan anak-anaknya, ia mengambil
sebagian hasil kebunnya dan memasukannya ke gudang
penyimpanan sang adik tanpa memberitahukan
adiknya. Rupanya ikatan persaudaraan yang kuat yang

5
sudah ditumbuhkan kepada mereka, mendorong sang
adik untuk memikirkan kakaknya. Sang adik pun
berpikir: saya masih seorang diri, belum ada
tanggungjawab tambahan selain diri saya sendiri.
Sementara kakak saya sudah berkeluraga dan
mempunyai tanggungjawab yang lebih besar. Tentu
kebutuhannya jauh lebih banyak dibandingkan dengan
saya. Saya harus menolongnya. Tanpa memberitahu
kakaknya, sang adik bertindak. Ia mengambil sebagian
hasil kebunnya dan memasukaknnya di gudang
penyimpanan sang kakak. Demikianlah kedua
bersaudara ini menjalani hidup mereka dengan
semangat saling peduli.
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan……
Gambaran hubungan persaudaraan yang indah
ini, banyak teralami dalam lingkungan kita. Namun di
tempat lain situasi seperti ini jauh dari harapan. Artinya
masih ada ketidak pedulian yang nampak baik itu
dalam keluarga ataupun dalam persekutuan jemaat.
Suara kerasulan yang diperdengarkan dan/atau
yang menyapa kita pada kesempatan ini hendak
mengajak kita untuk semakin memelihara persaudaraan
yang telah tumbuh dan/atau menumbuh-suburkan
persaudaraan yang saling peduli yang mulai tergerus
karena bermacam alasan.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan……


Beberapa pokok pengarah yang layak kita
pertimbangkan diantaranya:
1. Kesadaran bahwa hidup yang kita jalani
merupakan anugerah Tuhan dan karena itu
6
seharusnya kita isi dengan kebaikan-kebaikan
sebagai tanda syukur kita atas anugerah Tuhan
(ayat 9-10). Dengan bersyukur kita disemangati
untuk melakukan hal-hal yang positif baik bagi
diri sendiri maupun bagi orang lain. Kisah
inspiratif di atas menunjukan kepada kita
bagaimana rasa syukur atas anugerah Tuhan
dalam bentuk kehadiran saudara dalam hidup
kita, dan juga berkat Tuhan melalui keseriusan kita
menekuni pekerjaan yang ada. Dua bersaudara
itu menunjukan rasa syukur mereka atas kehadiran
saudaranya dan karena itu dengan gembira
memikirkan dan melakukan sesuatu yang dirasa
berguna dalam hidup saudaranya. Demikianlah
mereka menjalani ziarah bersama dalam
semangat cinta kasih persaudaraan yang saling
melengkapi satu sama lain. Dengan kesediaan
saling menolong, mereka tidak dibebani dengan
perasaan bahwa jika dia memberi atau menolong
saudaranya maka itu akan mendatangkan
kekurangan atau kesulitan diri sendiri. Sebaliknya
dibalik kegembiraan dan kesediaan memberi,
tetaplah tersedia berkat kecukupan diantara
mereka. Juga pada ayat-ayat ini, kitapun
disadarkan bahwa keberadaan kita didunia ini
adalah keberadaan yang disertai dengan
misteri. Artinya, kita ada di dunia ini, hidup dan
berkarya, masanya ada dalam pengetahuan
Tuhan semata. Kesempatan itu - lama ataukah
singkat - secara kuantitas ada dalam rahasia
7
Tuhan (band. Mzm. 90:12). Karena itu kesempatan
yang ada semestinya dijalani dengan roh yang
saling memberdayakan dalam rupa ziarah
bersama dalam semangat persaudaraan;
2. Semangat persaudaraan mewujud dalam sikap
dan tindakan yang tidak merelakan sesama
dan/atau saudara berada pada situasi kritis
karena pilihannya yang keliru dan kurang arif
yang pada akhirnya memporak-porandakan
hidup dan masa depannya serta memengaruhi
yang lain (ay. 1&2). Kita sadar siapapun dapat
keliru atau salah. Siapapun dapat lemah imannya
dan karena itu keputusan-keputusan yang diambil
bisa saja hanya untuk kepentingan diri sendiri,
keluarga atau kelompok, tanpa memikirkan yang
lain yang bisa saja akan mengalami kesulitan.
Suara kerasulan Paulus mengajak kita, untuk tidak
membiarkan sesama kita terus berada pada jalan
yang tidak menghidupkannya. Beban-beban
hidup dalam berbagai bentuk dapat membuat
kita terpuruk dan kehilangan pengharapan.
Seruan kerasulan Paulus menyemangati setiap
orang percaya untuk segera bertindak.
“Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu”
adalah ungkapan lain dari kata “kasihilah
sesamamu seperti engkau mengasihi dirimu
sendiri” (band. Mat 22: 39);
3. Semangat persaudaraan juga dapat dikonkritkan
dalam bentuk saling menopang, berkarya
bersama serta saling membesarkan (ay. 3-5, 7-8).
8
Dorongan untuk menjadi hakim atas sesama
seringkali muncul dibenak kita dan tidak jarang
dorongan itu memunculkan sikap enggan
menghargai peran-peran sesama. Sikap seperti ini
dapat menjadi penghambat berkembangnya
ziarah bersama yang berdampak. Sebaliknya
saling menerima, saling membesarkan adalah
embun penyemangat dan energi positif untuk terus
berjalan bersama (band. Maz 133);
4. Semangat persaudaraan juga menggerakan kita
untuk dengan gembira mengapresiasi karya
pelayanan saudara-saudara yang memberi diri
sepenuhnya pada pelayanan gereja (ay 6). Suara
kerasulan ini, hendak menyemangati kita semua,
untuk iklas dan peduli terhadap siapapun yang
memberi diri berkarya di kebun anggur Allah.
Tentu saja seruan kerasulan ini juga menjadi signal
pengingat bagi semua pekarya di kebun anggur
Allah, bahwa Allah dan umatNya, terus memberi
perhatian yang menggembirakan ditengah-tengah
pergulatan dan karya-karya yang dikerjakan
oleh mereka yang memberi diri sepenuhnya pada
pelerjaan di kebun anggurNya.
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan……
Dengan gembira kita merespon seruan kerasulan
ini yang mengajak kita semua untuk terus dalam ziarah
bersama dalam semangat persaudaraan. Rahmat Tuhan
beserta kita.. Amin.

9
Minggu, 10 Juli 2022

Kolose 1:3-14

Minggu Biasa – Hijau

PANGGILAN UNTUK BERSYUKUR

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan……


Surat ini termasuk surat keempat yang menurut
tradisi yang cukup pasti, ditulis oleh Paulus dalam
tahanannya yang pertama di Roma, antara tahun 61
dan 63. Surat kepada jemaat Kolose ini dianggap yang
pertama dari keempat surat tersebut.
Kolose saat itu adalah sebuah kota dagang yang
agak penting dipedalaman propinsi Asia, letaknya kira-
kira 200 km sebelah timur dari Efesus, pada jalan raya
yang menghubungkan pantai propinsi Asia dengan Siria.
Berdekatan dengannya terdapat dua kota agak
makmur lain lagi, yang namanya disebut dalam surat ini,
ialah Laodikia dan Hierapolis. Hubungan antara ketiga
kota itu amat erat, rupanya hubungan antara jemaat
disitu juga erat.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan……


Jemaat-jemaat itu tidak didirikan oleh Paulus
sendiri, malah ia belum pemah mengunjunginya. Yang
mengajar di Kolose dan rupanya juga mendirikan serta
10
memimpin umat disitu, ialah seorang dari kota itu sendiri
bernama Epafras. Menurut dugaan ia seorang bekas
murid Paulus di Efesus. Barangkali ia pula pendiri dan
pemimpin jemaat-jemaat di kedua kota yang lain itu.
Paulus menuliskan suratnya kepada orang-orang
Kolose karena ada informasi bahkan laporan bahwa
mereka sedang terjatuh ke dalam kekhilafan serius (lihat
Pembimbing, “Surat-Surat Paulus”). Ajaran-ajaran dan
praktik-praktik palsu di Kolose memengaruhi para
orang Suci di sana dan mengancam iman mereka.
Karena itu Paulus menulis surat ini untuk mengemukakan
ajaran Kristen yang benar dan menentang ajaran-
ajaran yang diajarkan oleh guru-guru palsu itu.
Tekanan-tekanan budaya serupa menimbulkan
tantangan bagi anggota Gereja dewasa ini. Sebagian
dari nilai surat ini terletak pada bagaimana itu
mengidentifikasi dan memaparkan kesalahan sementara
menekankan keilahian dan pekerjaan penyelamatan
Yesus Kristus.
Ayat 3-8: Ucapan syukur Paulus atas Jemaat Kolose.
Paulus memulai dengan mengucap syukur kepada Allah
atas hal-hal yang telah dia dengar mengenai mereka,
walaupun dia tidak mengenal mereka secara pribadi,
dan mengetahui keadaan dan watak mereka hanya
melalui laporan orang lain. Dia mengucap syukur
kepada Allah atas mereka, bahwa mereka telah
memeluk Injil Yesus Krisutus, dan memberikan bukti
kesetiaan mereka kepada-Nya. Untuk apa dia
mengucap syukur kepada Allah? “Karena kami telah
mendengar tentang imanmu dalam Kristus Yesus dan
11
tentang kasihmu terhadap semua orang kudus oleh karena
pengharapan, yang disediakan bagi kamu di sorga (ay.
4-5). Jelaslah bahwa Paulus bersyukur karena: 1) iman
mereka di dalam Kristus Yesus: bahwa mereka telah
dituntun untuk percaya kepada Dia, dan mengenakan
pengakuan iman dan mempertaruhkan jiwa mereka
pada apa yang telah dikerjakan-Nya. 2) Atas kasih
mereka kepada sesama dan orang-orang kudus. 3) Atas
pengharapan mereka: “Pengharapan yang disediakan
bagi kamu di sorga (ay. 5)
Setelah memuji Allah atas segala kasih karunia ini,
dia memuji Allah atas sarana kasih karunia itu yang
mereka nikmati: Tentang pengharapan itu telah lebih
dahulu kamu dengar dalam firman kebenaran, yaitu Injil.
Mereka telah mendengar dalam firman kebenaran Injil
mengenai pengharapan yang tersedia bagi mereka di
sorga ini. Perhatikanlah: 1) bahwa Injil adalah firman
kebenaran, dan kita bisa mempertaruhkan jiwa kekal
kita padanya dengan aman. Injil berasal dari Allah
kebenaran dan Roh kebenaran, dan merupakan
perkataan yang benar. Paulus menyebutnya kasih
karunia Allah dalam kebenaran (ay. 6). 2) Mendengarkan
firman kebenaran adalah sebuah rahmat yang besar,
karena hal luar biasa yang kita pelajari darinya adalah
kebahagiaan sorga. Kehidupan kekal dibuat menjadi
jelas oleh Injil (II Tim. 1:9). Semua orang yang
mendengarkan Injil harus menghasilkan buah Injil, yaitu,
menjadi taat kepadanya, dan memiliki prinsip dan
kehidupan yang dibentuk sesuai dengannya.

12
Ayat 9-11: Doa Paulus untuk Jemaat Kolose. Dia
mendengar bahwa mereka baik, dan berdoa supaya
mereka bisa bertambah baik. Dia terus-menerus
menaikkan doa ini: “Kami tiada berhenti-henti berdoa
untuk kamu. Mungkin dia dapat mendengar tentang
keadaan mereka tetapi jarang, namun dia tetap
berdoa untuk mereka. “Kami meminta, supaya kamu
menerima segala hikmat dan pengertian yang benar…..,.
Perhatikanlah apa yang dia mohonkan dari Allah untuk
mereka: Supaya mereka bisa menadi orang-orang
Kristen yang berpengetahuan dan cerdas: “Supaya kamu
menerima segala hikmat dan pengertian yang benar,
untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna”.
Supaya perilaku mereka baik, maka mereka harus
memiliki pengetahuan yang baik sebab tanpa itu tidak
akan mendatangkan keuntungan dan/atau tidak layak
dihadapan-Nya (ay.10).
Ayat 12-14: Kemuliaan dan pekerjaan Sang
Penebus. Bagian terakhir, Paulus bicara tentang
pekerjaan-pekerjaan Roh anugerah atas kita. Karena
oleh pekerjan ini kita memenuhi syarat untuk mendapat
bagian dalam kepengantaraan Sang Anak: “Mengucap
syukur dengan sukacita kepada Bapa,….dst (ay. 12-13).
Pekerjaan Roh itu dibicarakan sebagai pekerjaan Bapa,
karena Roh anugerah adalah Roh Bapa, dan Bapa
bekerja di dalam kita melalui Roh-Nya. Jika kita
mendapatkan penghiburan dari pekerjaan Roh itu,
maka Dia harus mendapatkan kemuliaan karenanya.
Apakah yang dikerjakan bagi kita ketika penebusan itu
terjadi? 1) “Dia telah melepaskan kita dari kuasa
13
kegelapan (ay. 13). Dia telah menyelamatkan kita dari
pemerintahan kegelapan dan kejahatan yang tidak
mengakui Allah. Dia telah menyelamatkan kita dari
kuasa dosa, yang adalah kegelapan (1Yoh. 1:6), kita
dipanggil keluar dari kegelapan (1Ptr. 2:9). 2) “Dia
telah memindahkan kita dalam Kerajaan Anak-Nya
yang kekasih, membawa kita ke dalam pemerintahan
Injil, dan menjadikan kita anggota jemaat Kristus, yang
adalah pemerintahan terang dan suci”. 3) “Dia bukan
hanya telah melakukan hal ini, namun juga telah
melayakkan kamu untuk mendapat bagian dalam apa
yang ditentukan untuk orang-orang kudus di dalam
kerajaan terang (ay. 12). Dia telah mempersiapkan kita
untuk kebahagiaan kekal di sorga. Allah memberikan
kasih karunia dan kemuliaan. Apa itu kemuliaan?
Kemuliaan adalah apa yang ditentukan untuk orang-
orang kudus di dalam kerajaan terang. Itu adalah
sebuah warisan, dan menjadi hak milik mereka sebagai
anak-anak, yang merupakan jaminan terbaik dan
kedudukan terindah – Jika kita adalah anak, maka kita
juga adalah ahli waris (Rm. 8:17).

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan……


Dari penejelasan teks diatas, maka yang menjadi
pertanyaan bagi kita adalah apa hubungannya dengan
kita warga GMIH/Jemaat?
Berbagai pergumulan bergereja dan
berpelayanan dewasa ini, maka “Ungkapan syukur
merupakan panggilan, ajakan dan dorongan bagi
warga gereja untuk mengakui bahwa semua yang ada
14
pada dirinya, apa yang diterima merupakan kebaikan
dan berkat Tuhan Allah” (Pokok ajaran GMIH ke 17
hasil putusan SS XXVII/2012 Dorume).
Marilah kita terus bersyukur dan saling
mendoakan. Ucapan syukur harus menjadi bagian dari
setiap doa, dan apa pun yang membuat kita
bersukacita harus membuat kita bersyukur.
Sebagai Orang Kristen (GMIH/Jemaat)
seharusnya berusaha hidup untuk dipenuhi dengan
hikmat. Bukan hanya supaya megetahui kehendak Allah,
tetapi supaya mengetahui lebih banyak tentang hal itu,
dan supaya bertumbuh dalam pengetahuan yang benar
tentang Allah (ay. 10), dan bertumbuh dalam kasih
karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan
Juruselamat kita (1Ptr. 3:18).
Kita bersyukur, karena Tuhan terus memelihara
gereja-Nya (GMIH/Jemaat) sejak pertumbuhan
awalnya. Walaupun diperhadapkan dengan berbagai
pergumulan bahkan pengaruh ajaran-ajaran lain. Kita
berterima kasih karena Tuhan terus berkenan atas
kehadiran jemaa-jemaat di muka bumi ini (Halamahera
dan sekitarnya). Maka, mari pertebal iman dan
penyerahan kepada Tuhan dengan cara terlibat dalam
pekerjaan-pekerjaan-Nya. Prinsip partisipasi kita
adalah melakukan semua itu bukan untuk diri kita
melainkan untuk Tuhan. Bersyukurlah, sebab Ia baik,
bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
Amin.

15
Minggu, 17 Juli 2022

Mazmur 15: 1- 5

Minggu Biasa – Hijau

“ORANG YANG LAYAK BAGI TUHAN”

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan……


Apakah kita layak di hadapan Tuhan? Pertanyaan
ini patut kita renungkan. Karena sesungguhnya kita tidak
sempurna. Siapakah yang layak di hadapan Tuhan?
Pengakuan iman kita mengakui bahwa kita tidak layak,
tetapi justru dilayakkan oleh Tuhan. Kita memperoleh
pembenaran di hadapan Tuhan. Dan inilah yang disebut
dengan anugerah. Oleh karena itu hidup kita (sebagai
manusia yang tidak sempurna ini), selalu membutuhkan
pertobatan dan pembaharuan terus menerus. Dengan
demikian kita layak di hadapan Tuhan dan bisa menjadi
saksi bagi sesama. Kalau begitu, apa yang harus kita
lakukan? Mari kita melihat bacaan kita saat ini.
Pemazmur memulai pasal 15 ini dengan bertanya
kepada Tuhan, “Tuhan, siapa yang boleh menumpang
dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu
yang kudus?” Pertanyaan-pertanyaan ini diajukan oleh
para peziarah ketika mereka berdiri di pintu gerbang
Bait Suci di Yerusalem. Mereka bertindak seolah-olah
mereka itu tamu yang menanyakan tempat untuk
16
menginap (lihat kata „menumpang‟) ataupun untuk
tinggal menetap (lihat kata „diam‟). Dan pertanyaan ini
disambut oleh para imam yang menyampaikan jawaban
Tuhan, ketika mereka mengatakan syarat-syarat untuk
memasuki Bait Suci dan beribadat di situ. Dan semua
persyaratan itu mendapat kesimpulannya berupa
peneguhan janji yang tertulis pada ayat 5b, bahwa
“Siapa yang berlaku demikian, tidak akan goyah selama-
lamanya.” Perilaku apa saja itu? Atau syarat-syarat apa
saja itu? Jawabnya ada dalam ayat 2 – 5a, yakni:
1. Tidak bercela: artinya orang yang hidupnya
menaati perintah Tuhan seutuhnya.
2. Melakukan apa yang adil: Artinya taat pada
kehendak Tuhan yang diungkapkan dengan
Hukum-Nya.
3. Mengatakan kebenaran dengan segenap hati: Ini
berkaitan dengan ucapan. Kebenaran dalam
Bahasa Ibrani adalah „emeth‟ berasal dari akar
kata yang berarti kokoh, dapat diandalkan,
layak dipercayai. „Dengan segenap hati‟,
artinya tulus atau jujur. Arti dari point ketiga ini
adalah orang yang hanya ingin (terus menurus:
kokoh) berbicara benar dengan perkataan
yang tulus atau jujur.
4. Tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya: Ini
berkaitan dengan orang yang berbicara buruk
tentang orang lain, suka menceritakan
keburukan orang. Sikap positif yang harus
ditunjukan adalah dengan mengendalikan lidah
atau menguasai diri.

17
5. Tidak berbuat jahat terhadap temannya: Artinya
tidak merugikan atau mencelakakan orang lain.
Konteks saat itu adalah terhadap sesama
orang Israel secara umum, tidak boleh saling
mencelakai. (bnd: Gal 5:15)
6. Tidak menimpakan cela kepada tetangganya: Hal
ini mirip dengan point 5 (lima) di atas. Orang
tersebut tidak menjelekkan nama tetangganya
atau tidak bergosip/ mempergunjingkan
sesamanya (termasuk adik-kakak; saudara-
saudara).
7. Memandang hina orang yang tersingkir dan
memuliakan orang yang takut akan Tuhan: Yang
dimaksud dengan „orang yang tersingkir‟ di sini,
adalah orang yang telah dimurkai atau ditolak
Allah karena hidupnya jahat. Sedangkan
„memuliakan orang yang takut akan Tuhan,‟
berarti memuji tindakan seseorang,
memandang tinggi orang tersebut, berbicara
dengan rasa kagum tentang orang itu. Jadi
kebalikan dari „orang yang takut akan Tuhan‟
adalah „orang yang tersingkir‟.
8. Berpegang pada sumpah, walaupun rugi: Artinya
orang yang pegang janji dan tidak
mengingkarinya, apapun resiko yang dihadapi,
termasuk mengalami kerugian.
9. Tidak meminjamkan uang dengan makan riba: Ini
berkaitan dengan soal keuangan. Tuhan
melarang orang Israel menarik riba atau
bunga ketika mereka meminjamkan uang
18
kepada sesama orang Israel (lih. Imamat
25:36-37), tetapi mengizinkan mereka
meminjamkan uang kepada orang yang bukan
Israel (Ul.23:19-20). Sebenarnya point ini
berbicara tentang meminjamkan uang hanya
untuk menolong orang Israel yang sedang
mengalami kesusahan, bukan meminjamkan
uang untuk urusan dagang. Ini dua hal yang
berbeda. GMIH pernah berdiskusi pokok
tentang „riba’ ini dalam persidangan sinode ke-
27 tahun 2012 di Dorume, Loloda. Dalam
dokumen tersebut pada sub pokok tentang
„Gereja di Tengah Dunia‟ point keempat,
halaman 97, tertulis: menghindari praktek-
praktek riba/tengkulak, karena hal itu tidak
sesuai dengan iman Kristen. Demikian
seharusnya sikap warga GMIH dalam dunia
saat ini.
10. Tidak menerima suap melawan orang yang tak
bersalah: Ini berkaitan dengan soal hukum.
„Menerima suap‟ berarti menerima uang atau
hal lain sebagai bayaran untuk bersaksi dusta
terhadap orang yang tak bersalah di
pengadilan (lih. Kel.23:8; Ul.16:19; 27:25).
Orang percaya, tidak boleh bersikap
demikian.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan……


Itulah 10 (sepuluh) syarat atau sikap atau perikalu
orang yang dianggap layak atau boleh datang di
19
hadapan Tuhan. Kesepuluh hal ini juga bisa dikatakan
sebagai sepuluh hukum sosial yang mengikat hidup
manusia. Sebenarnya semua syarat ini berkaitan
dengan soal moral dan rohani umat Tuhan (perilaku,
sikap keseharian). Syarat-syarat ini tidak ada kaitannya
dengan soal upacara keagamaan. Melainkan berkaitan
dengan sikap hidup sosial dari umat Tuhan. Dan janji
Tuhan diakhir pasal 15 ini (ayat 5b) terkait dengan 10
sikap di atas, adalah “Siapa yang berlaku demikian,
tidak akan goyah selama-lamanya.” Dalam terjemahan
BIMK tertulis, “Orang yang berbuat demikian, akan selalu
tentram.” Kata „Tentram‟ di sini, mencakup soal rohani
dan juga jasmani, dan berlaku „sampai selama-
lamanya‟.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan……


Dengan demikian jawaban terhadap pertanyaan
di ayat 1(satu) mendapat jawabannya. Hal yang perlu
diingat adalah bahwa bukan upacara keagamaan
yang dituntut Tuhan (walaupun itu penting), melainkan
sikap hati orang percaya. Ukurannya ada pada
penilaian Tuhan, tetapi bahwa kita wajib untuk terus
menerus membaharui diri sebagai umat Tuhan. Karena,
apalah artinya rajin ke ibadah, tetapi perilaku hidup
menyimpang dari jalan Tuhan. Apalah arti ibadah kita,
jika hanya memenuhi bentuk liturgis ibadah, tanpa
disertai perilaku hidup yang baik. Apalah arti jabatan
gereja yang disandang, jika perilaku hidup setiap hari
justru merugikan orang lain. Apalah arti „Gereja Masehi
Injili di Halmahera‟ kalau sikap tiap individu warga
GMIH tidak Injili? Dan mari kita bertanya pada diri kita
sendiri “Layakkah kita di hadapan Tuhan?” Amin.
20
Minggu, 24 Juli 2022

Kolose 2: 6-15

Minggu Biasa – Hijau

“Menjadi Orang Kristen Yang Berdiri Kokoh


dan Tidak Goyah Dalam Iman”

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan……


Sebuah pohon atau tanaman akan berdiri kokoh,
kuat dan teguh atau tidak mudah roboh bahkan akan
bertumbuh subur dan menghasilkan buah jika ia berakar
dengan baik. Karna minimal ada 3 (tiga) fungsi akar
pada tanaman, yaitu: pertama, sebagai penopang
dasar tanaman sekaligus penahan agar tidak mudah
tumbang/roboh; kedua, menyerap air dan zat-zat
makanan (unsur hara) yang membantu pertumbuhan;
ketiga, sebagai gudang penyimpanan cadangan
makanan setelah diproses oleh daun. Melihat fungsi
pertama dari akar pohon/tanaman di atas nampaknya
sama dengan sebuah bangunan. Bahwa sebuah
bangunan fisik sangat membutuhkan dasar atau fondasi
yang kuat agar bangunan tersebut bisa berdiri
kokoh,kuat dan tidak mudah dirobohkan oleh hantaman
badai apapun. Dalam Matius 7: 24-27 Tuhan Yesus

21
pernah memberikan perumpamaan tentang sebuah
rumah akan berdiri kokoh kalau dibangun di atas
fondasi/dasar batu, dan sebaliknya sebuah rumah atau
bangunan tidak akan kuat dan gampang roboh kalau
didirikan atau dibangun di atas pasir.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan……


Dalam perikop bacaan kita ini, Rasul Paulus
memulai dengan mengingatkan umat Kristen di Kolose
bahwa mereka yang sebelumnya bukan pengikut Yesus
Kristus tetapi sekarang telah menerima-Nya sebagai
Tuhan dan Juruselamat. Menerima Yesus Kristus berarti
bahwa dalam kondisi atau situasi apapun mereka harus
percaya dan mengimani akan kuasa-Nya serta
mengikuti firman/ajaran dan kehendak-Nya. Karena itu
mereka seharusnya benar-benar beriman kepada
Kristus dan iman serta kepercayaan itu tidak boleh
berubah-ubah, jangan gampang diotak-atik oleh
apapun dan siapapun. Istilah yang dipakai di sini “tetap
di dalam Dia atau tetap di dalam Kristus” (ay 6). Itulah
yang disebut dengan komitmen beriman. Alasan Paulus
mengingatkan dan sekaligus menasehati umat Kristen di
Kolose adalah karena ada orang-orang tertentu yang
disebut sebagai guru-guru palsu yang berusaha
mengacaukan iman dan ke-Kristen-an mereka dengan
berbagai filsafat. Siapakah guru-guru palsu itu? Mereka
adalah para penentang pokok-pokok ajaran Kristen
yang telah ada dan tumbuh dalam kehidupan orang
Kolose. Mereka bukan saja datang dari luar, melainkan
orang-orang dari kalangan mereka sendiri atau orang
22
dalam. Adapun ajaran mereka antara lain menekankan
bahwa untuk mengenal Tuhan dan untuk bisa
diselamatkan dengan sempurna, seseorang harus
menyembah-roh-roh yang lain, dalam ayat 8 disebut
roh-roh dunia, roh-roh itu diyakini dapat mengendalikan
hidup manusia; dan ada pula yang mengacaukan
dengan ajaran-ajaran Yudaisme yang menekankan
bahwa seseorang hanya bisa diselamatkan kalau
melakukan tradisi Yahudi salah satunya adalah disunat
secara lahiriah (memotong kulit katan). Jelaslah bahwa
ajaran-ajaran tersebut betentangan dengan ajaran
Kristen (Injil) yang telah mereka terima sejak awal
sampai mereka menerima Yesus Kristus. Bahwa
seseorang dapat mengenal TUHAN serta dapat
diselamatkan hanya di dalam iman kepada Yesus
Kristus, karena Dialah Tuhan dan Juruselamat itu sendiri.
Untuk itu setiap orang percaya seharusnya (=
hendaklah) menyatukan hidup dengan Kristus.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan……


Karena begitu kuatnya pengaruh ajaran-ajaran
sesat dari para pengacau (guru-guru palsu) yang
cenderung menggoyahkan iman dan kepercayaan
kepada Kristus atau dapat dikatakan sebagai upaya
menjauhkan umat dari Kristus, maka Rasul Paulus
melanjutkan nasehat dengan menggunakan istilah-istilah
yang berhubungan dengan tanaman atau tumbuhan dan
juga yang berhubungan denga bangunan: “berakar dan
dibangun” (ay 7). Kalau pada tumbuhan/pohon,
berakar, berarti tertancap ke dalam tanah sehingga
23
pohon akan berdiri tegak dan kokoh walau dihantam
angin. Lalu akar itu akan menghisap air serta zat-zat
makanan (unsur hara) dalam tanah sehingga tanaman
itu bertumbuh subur dan berbuah. Tapi bagaimana
pohon itu bisa berakar, bertumbuh dan berbuah kalu
hari ini ditanam kemudian dicabut lalu ditanam ditempat
lain kemudian dicabut lagi dan ditanam di tempat yang
lain lagi? Tentu yang terjadi adalah pertama, pohon
tersebut tidak akan berakar dengan baik, malah akar-
akarnya yang baru akan mati serta akar-akar lain
yang sudah mulai menjalar akan putus dan mati; kedua,
karena tidak berakar dengan baik maka pohon tersebut
tidak akan bertumbuh subur dan karena itu tidak akan
berbuah, dan ketiga, karena tidak berakar dengan baik
maka dengan mudah pohon itu akan roboh dan layu
bahkan mati dengn sendirinya. Demikian halnya
dengan sebuah bangunan seperti yang telah
digambarkan pada awal khotbah ini, bahwa jika
bangunan itu tidak dibangun di atas dasar/fondasi
yang kuat,yaitu dasar batu, begitu datang angin dan
badai maka dengan mudah ia roboh dan hancur. Jadi
dalam hal beriman dan atau percaya kepada Kristus,
kalau dikatakan di sini “berakar di dalam Dia dan
dibangun di atas Dia, bertambah teguh dalam iman” itu
artinya semakin kuat beriman dan tetap berpegang
pada ajaran Kristus/Kristen serta berharap hanya
kepada Kristus dan jadikanlah Kristus (kuasaNya dan
ajaranNya) sebagai landasan atau fondasi kehidupan
dan semakin setia mengikut Dia dalam mewujud-
nyatakan iman. Mengikut Kristus berarti ikut
24
teladanNya, ikut dan lakukan ajaranNya, melakukan
kehendakNya serta menjauhi apa yang dilarangNya.
Hal yang semestinya tidak boleh adalah beriman dan
percaya kepada Kristus tetapi kemudian percaya serta
mengikuti lagi ajaran-ajaran lain yang bertentangan
dengan ajaran Kristen atau ajaran Kristus. Kalau
menerima Kristus atau menjadi Kristen dengan segala
ajaran lalu ikut lagi ajaran-ajaran dan tradisi-tradisi
serta budaya-budaya lain yang bertentangannya maka
akan sulit mencapai kedewasaan atau kematangan
iman, karena sama dengan tumbuhan yang belum
berakar kemudian di cabut dan ditanam ditempat lain.
Iman tidak boleh statis tetapi harus dinamis yaitu
semakin bertumbuh kearah kedewasaan, menjadi orang
Kristen yang dewasa dalam sikap hidup sehari-hari.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan……


Pada ayat 7 ini diakhiri dengan ungkapan “hatimu
melimpah dengan syukur”. Apa maksudnya? Paulus
hendak mengingatkan tentang hal terbesar yang telah
diterima oleh setiap orang percaya yang melebihi harta
apapun yakni keselamatan dan kehidupan melalui
kematian dan kebangkitan Kristus. Inilah yang harus
disyukuri lewat sikap hidup setiap hari dalam keadaan
hidup yang bagimanapun. Dalam 1 Tesalonika 5:18
Rasul Paulus katakan “Mengucap syukurlah dalam segala
hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus
Yesus bagi kamu”. Karena mengucap syukur selaku
orang Kristen adalah tanda rasa terima kasih atas
segala sesuatu yang telah Tuhan buat dalam kehidupan
25
kita terlebih keselamatan yang telah Tuhan
anugerahkan lewat kematian dan kebangkitan Kristus.
Karena itu sekalipun pengaruh yang menjanjikan datang
silih berganti, iman dan kepercayaan kepada Kristus
tidak boleh tergeser, harus tetap kuat dan dinyatakan
dandiaktakan dalam karya dan kata. Dalam ayat 8
Paulus menggunakan kata “berhati-hatilah”. Ini sebuah
peringatan serius untuk tetap waspada dan mawas diri
serta tetap menjadikan firman Tuhan sebagai filter
terhadap ajaran-ajaran serta berbagai pengaruh yang
datang dari siapapun, sehingga iman dan kekristenan
tidak akan tergoyahkan dan tidak akan tergeser”.
Sebagai orang Kristen jangan berubah-ubah, harus
punya integritas dan komitmen yang kuat dalam
beriman dan percaya akan Kristus. Sekali percaya dan
beriman, tetap hingga akhir hidup sama seperti Kristus
mati dan bangkit hanya satu kali hendaklah kita juga
demikian. Jangan oleh karena soal-soal jasmaniah dan
duniawi lalu iman dan kekristenan terombang-ambing
atau sama dengan pohon yang tak berakar sehingga
mudah roboh. Allah didalam Yesus Kristus mampu
melengkapi segala keperluan orang-orang yang tetap
teguh beriman dan percaya serta berpengharapan
padaNya (ayat 9).

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan……


Rasul Paulus menjelaskan atau menguraikan karya
agung Allah yang dinyatakan di dalam Yesus Kristus
seperti tertulis dalam ayat 11 dan 12 dari bacaan kita
yang diwujudkan dalam dua simbolisasi, yaitu: (1).
26
Tentang Sunat (sebagai tradisi agama Yahudi). Bahwa
orang Kristen telah disunat tetapi bukan sunat lahiriah
yakni memotong bagian tubuh yang dianggap kotor
atau najis melainkan dengan cara menyucikan/
membersihkan kehidupan seutuhnya dari kenajisan
akibat dosa-dosa. Itulah tanda keselamatan (ay 11)...
(2) Baptisan, sebagai tradisi gereja. Bahwa orang
Kristen masuk dalam tanda keselamatan atau kehidupan
kekal bersama Kristus lewat kematian dan
kebangkitanNya. Nah, kalau Baptisan kudus sebagai
tanda persekutuan di dalam kematian dan kebangkitan
Kristus (ay 12) maka itu hanya berlangsung satu kali
dan selamanya. Jadi kedua-duanya adalah simbolisasi
dari karya selamat dari Allah melalui Yesus Kristus.
Itulah karya-karya Allah melalui Yesus Kristus dan
bahkan hingga ayat 15 dari bacaan kita ini.
Bagaimana Yesus Kristus, oleh karena kasihNya telah
melepaskan dan menyelamatkan umatNya dari segala
belenggu-belenggu dosa serta melepaskan umatNya
dari segala kuasa yang menhesatkan. Dan itu jugalah
sebenarnya ajaran-ajaran Kristen yang telah diterima
oleh umat Kristen di Kolose yang kemudian harus
dipertahankan sekalipun mereka dirong-rong oleh
berbagai ajaran dan pengaruh dari pihak-pihak yang
boleh disebut sebagai gerakan-gerakan yang melawan
ajaran sehat. Dengan demikian tingkat kedewasaan
mereka akan nampak dan mereka menjadi teladan
bagi sesama.

27
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan……
Nasehat Rasul Paulus kepada umat Kristen di
Kolose sebagaiman diuraikan di atas sebenarnya
menjadi nasehat juga bagi saya dan saudara-saudari,
baik pribadi maupun persekutuan menggereja, yaitu:
1. Bahwa kehidupan kita sebagai orang dan lebih
khusus sebagai warga GMIH, tentu tidak sepi dari
berbagai tantangan dan pergumulan hidup
meminta ketaatan dan keteguhan kita dalam
beriman kepada Kristus. Sering kita ada dalam
pergumulan dan persoalan entah menyangkut
ekonomi, penyakit, pendidikan anak bahkan
menyangkut dengan pekerjaan dan lain-lain.
Sering kali dalam persoalan atau pergumulan
tersebut kita ada pada posisi memilih apakah
bertahan dalam kebenaran sambil
berpengharapan kepada Kristus sumber segala
sesuatu ataukah kita ingin cepat keluar dari
persoalan dan pergumulan hidup tersebut
sekalipun dengan cara-cara yang tidak Kristiani.
Dalam hal ini tentu kita dituntut untuk tetap setia
dan taat mengikut teladan Kristus dan takut
melakukan perbuatan-perbuatan dosa.
2. Dalam hal beriman dan percaya kepada Kristus,
di jaman sekarang ini tidak sedikit ajaran-ajaran
yang sebenarnya sudah lama ada tetapi
kemudian berkembang sekarang yaitu adanya
“baptisan ulang”. Hal ini jelas bertentangan
dengan pokok ajaran dan inti iman kita. Sebab
kita percaya bahwa baptisan yang adalah
28
lambang persekutuan dengan kematian dan
kebangkitan Kristus hanya bisa diterima satu kali
dan untuk selamanya, sebagaiman Kristus juga
hanya satu kali mati dan bangkit untuk
keselamatan kita. Prinsip kita adalah menolak
ajaran-ajaran semacam itu.
3. Sebagai warga gereja khususnya GMIH bukan
rahasia lagi bahwa ada gelaja baru muncul yang
pada beberapa waktu terakhir ini, yaitu bahwa
orang (warga gereja) cenderung dengan mudah
berpindah-pindah. Sama seperti pohon atau
tanaman yang belum berakar kemudian dicabut
dan dipindahkan atau ditanam di tempat lain,
maka ia tidak akan berakar dan otomatis tidak
akan menghasikan buah. Bagaimana mungkin
seseorang bisa menjadi dewasa dalam iman dan
sebagai orang Kristen yang baik kalau tidak
tetap atau gampang berpindah-pindah? Karena
itu sebagai orang Kristen harus tetap sadar
bahwa hidup ini tidak luput dari tantangan hidup,
dan sebagai orang yang beriman harus siap sedia
menghadapinya, bukan lari dan atau berpindah.
4. Sebagai warga GMIH, tentu kita tahu bahwa
akhir-akhir ini kita tidak sepi dari berbagai
pengaruh dan pergerakan yang cenderung
mengganggu persekutuan hidup menggereja di
GMIH serta merongrong iman kita kepada Yesus
Kristus dengan berbagai dalil dan cara. Karena
itu sebagaimana kepada jemaat di Kolose, saya
dan saudara-saudara juga diingatkan untuk tetap
29
hidup dalam persekutuan dengan Tuhan dan
sesama serta saling mengasihi dan saling
memaafkan sebagai wujud kedewasaan iman kita.
5. Dalam menghadapi pengaruh dan ajaran-ajaran
lain apapun, nyatakanlah komitmen dan integritas
kita bahwa kita telah dewasa dan matang dalam
iman dan hidup mengereja, tahu membedakan
mana yang baik dan mana yang tidak baik.
6. Syukurilah hidup ini dengan segala apa yang ada
terlebih mensyukuri karya selamat yang telah
Tuhan anugerahkan kepada kita.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan……


Semoga dengan firman Tuhan ini menjadikan kita
orang Kristen dan warga gereja yang taat dan setia
serta memiliki komitmen dan integritasi yang sungguh
untuk membangun gereja Tuhan GMIH ke depan
menjadi lebih baik demi hormat dan kemuliaan nama
Tuhan. Amin

30
Minggu, 31 Juli 2022

Kolose 3:1–11

Minggu Biasa – Hijau

“HIDUP MENURUT KETETAPAN KRISTUS”

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan……


Kota Kolose terletak di lembah yang dilintasi
sungai Lukus. Sungai itu mengalir ke barat dan
bermuara di laut Tengah di dekat kota besar, Efesus.
Efesus menjadi Ibu Kota Provinsi Romawi “Asia”, yang
mencakup juga wilayah Kolose. Wilayah Kolose pada
abad ke -8 Masehi mengalami kehancuran. Di dekat
Kolose terdapat dua kota yang lebih besar dan lebih
penting, yaitu Hierapolis dan Laodikia (Kolose 4 :13).
Bersama dengan kota Kolose, kedua kota itu membentuk
suatu kelompok kota yang erat berhubungan satu sama
lainnya. Hanya kota Kolose menjadi bagian yang
terkecil. Sejak Augustinus menjabat sebagai Kaisar
Provinsi, Asia menikmati kesejahteraan dan kemakmuran.
Sejak tahun 133 Masehi, Provinsi Asia terhitung sebagai
negara yang paling kaya. Bagian Asia paling kuat
dalam penyerapan kebudayaan Yunani, termasuk kota
Kolose. Pada masa itu kebudayaan Yunani menjadi
unggul, sehingga di masa itu pula kebudayaan tersebut
di pupuk dan dibina. Kolose sebuah kota kecil namun
tercatat memiliki gaya hidup bercorak Yunani lengkap
31
dengan acropolis (pura), agora (alun-alun), teater dan
kuil berbagai macam dewa-dewi, gaya hidup seperti ini
melahirkan ciri sinkritisme yang sangat menyolok saat
itu. Di samping sinkritisme (percampuran kepercayaan),
di Kolose pun diperhadapkan dengan masalah tentang
paham filsafat Gnotisisme dan Yudaisme. Oleh karena
paham kedua filsafat ini telah merebak dan menyebar
luas di kota Kolose, sehingga Paulus dalam tulisan ini
bermaksud untuk mengembalikan eksistensi hidup orang
Kristen pada kepercayaan penuh kepada Yesus Kristus
sebagai Penebus dan Juruslamat manusia. Oleh sebab
itu Paulus menulis surat ini sebagai Langkah untuk
mengantisipasi Jemaat di Kolose agar tidak
terpengaruh dengan ajaran – ajaran palsu yang
menyesatkan yang terus meluas dan menyebar di Asia
Kecil termasuk di kota Kolose

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan……


Dalam Kitab Kolose ini kemudian Paulus hendak
mengingatkan orang – orang Kristen di kota Kolose
untuk percaya penuh kepada Yesus Kristus sebab hanya
di dalam Yesus Kristuslah kehidupan umat percaya di
arahkan pada suatu pengetahuan yang benar. Paulus
lewat tulisan ini kemudian mengajak umat yang telah
percaya kepada Yesus Kristus untuk meninggalkan cara
hidup yang bersifat duniawi yaitu percabulan,
kenajisan, hawa nafus, nafsu jahat, keserakahan bahkan
penyembahan berhala yang kesemuanya itu akan
mendatangkan hukuman bagi mereka. Sepertinya di
kalangan orang percaya di Kolose telah dirasuki
dengan paham tentang gnotisisme ini, suatu paham
32
yang mengajarkan tentang penyangkalan karya Allah
di bumi ini, termasuk penyangkalan karya keselamatan
yang Allah kerjakan dalam diri Yesus Kristus. Paham ini
telah meracuni pikiran orang percaya sejak abad ke 2,
sehingga orang-orang percaya dapat menyelewengkan
kebenaran dan eksistensi mereka sebagai umat Allah
yang sejati. Oleh sebab itu pada pasal 3 ayat 5 dan
seterusnya menginginkan agar umat percaya harus
mengenakan identitas baru sebagai “Manusia Baru”
yaitu manusia yang hidup di dalam Kristus dan bukan
lagi hidup menurut keinginan diri sendiri. Hal itu
sepatutnya terlihat dalam tingkah laku atau perbuatan
yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang
benar - benar sudah berada di dalam Kristus, bagaikan
benih yang sudah memiliki hidup, yang bertumbuh dan
berbuah. Manusia baru dengan cara hidup yang baru
serta mempraktekkan hidup yang saling menghargai
satu dengan yang lainnya ditengah keperbedaan, hidup
yang berbelas kasihan serta kasih mesra.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan……


Penulisan ini ditujukan kepada umat di Kolose
agar mereka menjaga kemurnian iman dengan tidak
terpengaruh dengan ajaran dan praktik yang keliru,
serta berpegang pada ketetapan Kristus sebagai acuan
untuk hidup dalam kebenaran. Bahwa Yesus Kristus
sanggup memberikan keselamatan yang sempurna
sebaliknya ajaran-ajaran yang lain di luar Kristus hanya
akan menjauhkan umat dari Kristus serta berujung pada
pertikaian dan perpecahan. Inilah yang merupakan
33
penekanan penting dari Paulus kepada umat di kota
Kolose.
Apa yang menjadi penekanan penting bagi
kehidupan kekristenan saat ini jika kita beracu pada
Kitab Kolose 3: 1-11 ini. Ada beberapa pokok penting
yang dipelajari adalah:
1. Umat akan mengalami sebuah perjumpaan
dengan Tuhan, Ketika ia memahami dirinya
sebagai ciptaan Tuhan yang hidupnya mempunyai
dampak yang baik bagi orang yang ada di
sekitarnya (bdk. Ay. 9-10). Setelah umat
menyadari akan kekhilafan dan kesalahannnya
maka berupaya untuk melakukan hal yang baik
yang mendatangkan manfaat dan faedah dalam
kehidupannya secara pribadi, keluarga dan
sebuah perkumpulan yang besar. Hidup yang
mendatangkan kebaikan bagi orang banyak
bukan mendatangkan kerugian bahkan
malapetaka.
2. Ada warning (peringatan): jika umat tidak
meninggalkan kehidupan yang penuh dosa maka
Tuhan akan mendatangkan hukuman (bdk. Ay. 6).
Dosa mendatangkan hukuman, namun bagi orang
percaya yang berkomitmen untuk hidup baru
maka berkat Tuhan menjadi bagian hidupnya
3. Yesus Kristus datang ke dalam dunia ini untuk
menebus dosa manusia dengan kematianNya di
kayu salib serta mendatangkan keselamatan
bahkan pendamaian di antara manusia. Dengan
kematian Yesus Kristus maka kehidupan manusia
terus di ubah untuk menjadi lebih baik, tentu

34
dengan kesadaran manusia untuk keluar dari cara
hidup yang tidak berkenan di hadapan Tuhan
4. Orang Kristen bertanggungrt jawab atas iman
percayanya. Sebagai seorang Kristen,
tanggungjawab kita pertama-tema adalah
kepada Tuhan yang telah menciptakan dan
menebus kita dari dosa, serta memelihara hidup
kita. Hubungan vertikal ini sekaligus merupakan
satu sumber kemampuan manusia untuk
bertanggung jawab kepada dirinya sendiri,
kepada saudara seiman dan sesama manusia.
Tanpa pertanggungjawaban kepada Allah, maka
kita tidak akan mungkin bertanggung jawab
kepada diri sendiri dan kepada sesama manusia.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan……


Sebagai orang yang sudah dibebaskan,
dimerdekakan, manusia bertanggung jawab penuh
kepada Allah, dan harus menjalankan segala ketetapan
dari Allah. Ketetapan - ketetapan ini bersifat mutlak
dan harus ditaati, tidak bisa diganggu gugat. Semoga
firman ini bermanfaat bagi Bapak Ibu Saudara saudari
dalam pengenalan akan Yesus Kristus. Amin.

35
Minggu, 7 Agustus 2022

Kejadian 15:1-6

Minggu Biasa – Hijau

JANJI TUHAN ITU PASTI

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan……


Memulai khotbah ini mari torang manyanyi sama-
sama lagu yang berjudul: “Janji Tuhan” (Klik 308)

Tak pernah Tuhan janji hidupku takan berduri


Tak pernah Dia janji lautan tenang
Tetapi Dia berjanji kan selalu sertaku
Dan menuntun jalan hidupku slalu
Reef: JanjiNya Dia atur langkaku
JanjiNya Dia pegang tanganku
Ku bersyukur Tuhan slalu pliharaku……
Ku tahu satu kali awan gelap kan berlalu
Sang surya bersinar dengan megah
Dan blan dan bintang menampakkan
wajahnya, Haleluya Tuhan puaskan jiwaku…

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan……


Janji Tuhan kepada Abram tentang tanah sudah
tergenapi, bahkan Abram sudah tinggal 10 tahun di
tanah perjanjian itu. Umurnya makin tua, begitu juga
36
isterinya, tetapi janji Tuhan tentang seorang anak belum
ada tanda-tandanya. Jika tanda-tandanya belum ada,
untuk apa dan untuk siapa tanah yang luas dan kaya
yang Tuhan sudah berikan itu? Jika tidak mempunyai
anak, apakah janji tentang bangsa yang besar bisa
tergenapi (Kejadian 12;2)? Begitulah kegelisahan
Abram dan Sarai. Mereka melihat fakta belum
mempunyai anak sebagai ancaman masa depan
mereka dan ancaman bagi rencana Tuhan.
Alkitab mencatat: oleh karena kegelisahan ini,
Abram dan Sarai akhirnya mengambil cara sendiri
dalam memenuhi janji Tuhan. Sarai usul agar Abram
mengambil Hagar sebagai isteri kedua. Abram-pun
setuju, semata-mata untuk memenuhi janji Tuhan, yaitu
agar mereka mempunyai seorang anak (Kej. 16:1-4).
Mereka memilih cara sendiri dari pada menanti cara
Tuhan. Padahal dalam teks ini di ayat 1b, Tuhan
berkata: “Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu,
upahmu akan sangat besar”; dalam ayat 4 Tuhan
berkata: “Orang ini (maksudnya) Elizer tidak akan
menjadi ahli warismu, melainkan anak kandungmu, dialah
yang akan menjadi ahli warismu”; lalu ayat di ayat 5,
Tuhan mengajak Abram keluar melihat dan menghitung
banyaknya bintang di langit dan berkata: “Demikianlah
banyaknya nanti keturunanmu”; bahkan dalam ayat 6,
Tuhan memperhitungkan kepercayaan Abram sebagai
kebenaran baginya, tetapi sempai sejauh itu Abram dan
Sarai tetap rapuh menjalani gumul ini.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan……


37
Itulah manusia saat menghadapi ancaman dalam
hidupnya, ia gampang rapuh, sekalipun dia adalah
seorang beriman. Abraham yang mendapat gelar
“Bapa segala orang beriman”- pun sudah menunjukan
hal kerapuhan itu, apalagi torang yang tara dapa
gelar apa-apa ini, pasti lebe rapuh lagi. Oleh karena
itu, jangan sombong dan memegahkan diri yang
gampang rapuh ini. Sadarilah kerapuhan ini dan tetap
percaya kepada janji Tuhan, sebab janjiNya pasti.
Abram dan Sarai, walaupun pernah gagal menanti janji
Tuhan, tetapi janji Tuhan kepada mereka tidak pernah
gagal. Dalam Kejadian 21:1-7, janji Tuhan tentang
seorang anak kepada Abraham dan Sarai tergenapi.
Lahirlah Ishak dalam keluarga Abraham dan Sarai,
justru dalam situasi dan kondisi yang tak mungkin lagi,
karena Sarai sudah mati haid. Mustahil bagi manusia,
tetapi tidak bagi Tuhan.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan……


Berdasarkan kisah ini saudara-saudariku, marilah
kita menghadapi setiap pergmulan hidup kita dengan
kesadaran penuh bahwa torang samua bisa saja gagal
dalam hidup beriman kepada Tuhan, tetapi janii Tuhan
pa torang tara akan pernah gagal. Rendahkanlah
torang pe hati, jangan sombong, lalu mencari cara
sendiri untuk memenuhi janji Tuhan. Tetaplah setia
menanti janji Tuhan, sebab janji Tuhan itu selalu ya dan
amin (pasti). Tara sama deng janji politik: janji tinggal
janji, foya jalan terus. Selamat hidup dalam janji-janji
Tuhan yang pasti. Amin!
38
Minggu, 14 Agustus 2022

Ibrani 11:29-40

Minggu Biasa – Hijau


DASAR DAN BUKTI PENGHARAPAN

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan……


Penulis kitab Ibrani dalam kesaksian teks ini
menekankan tentang betapa pentingnya beriman
dengan memperlihatkan sejumlah contoh kasus para
Tokoh dalam Perjanjian Lama yang konsisten
mempertahankan imannya, sekalipun dalam kondisi
yang tidak mudah. Ada yang karena imannya mereka
menjadi “kuat”, tetapi juga ada yang kuat
mempertahankan imannya sehingga mereka terlihat
“lemah”. Gambaran ini sengaja diperlihatkan kepada
jemaat atau orang-orang percaya di Ibrani, bahwa
iman berperan penting tetapi sekaligus memiliki
konsekuensi yang tidak ringan. Pertanyaannya,
mengapa persoalan iman menjadi penting bagi penulis
kitab Ibrani? Tentu jawabannya adalah penulis kitab
Ibrani melihat konteks atau kondisi (sosial-masyarakat
maupun budaya dan keagamaan) pada waktu itu. Jika
kita memeriksa kondisi sosial dan persoalan
kepercayaan (baca: keagamaan) konteks Ibrani, tentu
teks ini merupakan salah satu jawabannya, bahwa
ternyata ada persoalan iman yang perlu diberi
perhatian serius oleh Para Rasul pada waktu itu. Itulah

39
sebabnya kitab Ibrani ditulis dengan tujuan memberi
nasihat, bimbingan, dan penghiburan.
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan……
Pasal ini bukanlah satu-satunya pasal dalam
Perjanjian Baru yang menekankan tentang iman atau
beriman. Tetapi pasal ini adalah salah satu pasal yang
terbilang rinci menarasikan tentang apa itu iman. Ayat 1
dalam pasal ini memberi penjelasan bahwa “Iman
adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan
bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”. Narasi ini
sekaligus memberi legitimasi terhadap sejumlah contoh
kasus yang pada ayat-ayat selanjutnya diangkat oleh
penulis kitab Ibrani. Penulis kitab Ibrani, tidak sekadar
mendefinisikan apa itu iman, melainkan ia sudah
sekaligus memberi landasan teologis yang kuat
terhadap pandangannya tentang iman. Jika kita
sederhanakan defininisi yang dikemukakan di atas,
maka begini bunyi dari definisi itu: Iman adalah dasar
dan bukti pengharapan (bnd.ay.1). Contoh-contoh kasus
yang dikemukakan dalam surat ini adalah sejumlah
peristiwa iman yang di dalamnya kita dapat melihat,
bahwa Iman itu mendatangkan keajaiban. Laut merah
dilintasi layaknya tanah kering. Tembok Yerikho runtuh
hanya dikelilingi selama tujuh hari, dan lain sebagainya.
Sekali lagi, ini adalah bukti bahwa iman itu
mendatangkan keajaiban, tetapi keajaiban itu terjadi
karena ada pengharapan dan dalam pengharapan itu
ada kesabaran. Tetapi iman harus disertai dengan
perbuatan. Sebagaimana Yakobus 2:22: "Kamu lihat,
bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan
dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi
40
sempurna." Jadi iman tanpa perbuatan pada hakekatnya
adalah mati.
Keimanan itu tergambar melalui perbuatan.
Karena imanlah yang menuntun kita melakukan
perbuatan-perbuatan baik dan benar di hadapan Allah
dan manusia, sebagaimana yang ditunjukan oleh
Gideon, Barak, Simson, Yefta, Daud, dan Samuel.
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan……
Sebagaimana bangsa Israel melewati laut merah
dan meruntuhkan tembok Yerikho, bahwa peristiwa
tersebut merupakan bukti kebesaran Allah yang hanya
dapat diwujudkan melalui iman percaya kepada Allah.
Dalam konteks kehidupan bergereja maupun
bermasyarakat, kita sadar bahwa ancaman terhadap
keimanan kita bukan tidak mungkin terjadi. Kapan dan
dimana saja, sewaktu-waktu atau bahkan dalam
kehidupan sehari-hari, kita sering berjumpa dengan
peristiwa-peristiwa yang menguji keimanan kita.
Apakah kita akan tahan uji, atau jangan-jangan kita
akan segera jatuh karena ujian itu. Ancaman akan selalu
ada. Ancaman Krisis Ekonomi, Peperangan, Politik,
Penyakit, Bencana Alam dan lain sebagainya. Ini sudah
merupakan bagian yang tidak terpisahkan (konsekuensi)
dari dinamika kehidupan. Maka dari itu, kita butuh iman
sebagai imun yang memampukan kita bertahan di
tengah-tengah kondisi yang bisa saja sewaktu-waktu
mengancam kehidupan kita. Kita butuh landasan yang
kuat, yang memungkinkan kita menciptakan keajaiban.
Iman harus membawa terobosan. Iman harus berdampak
positif secara sosial. Iman harus mewujud dalam
tindakan, bukan sekadar definisi. Dan yang tidak kalah
penting adalah iman harus mampu mengubah situasi.
Itulah keajaibannya. Amin.
41
Rabu, 17 Agustus 2022

Mazmur 32:1-11

HUT PROKLAMASI RI – Merah

MERDEKA ITU MENGUBAH HIDUP

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan……


Hari ini; Rabu 17 Agustus 2022, torang sebagai
warga masyarakat dan bangsa Indonesia, yang hidup
di masa kini, patut bersyukur kepada Tuhan, karena
sebagai generasi bangsa Indonesia, torang bisa
memperingati dan merayakan HUT Proklamasi
Kemerdekaan RI yang ke-77 tahun.
Di tengah-tengah sukacita ini, mari torang pikirkan
dan renungkan hubungan antara kemerdekaan (pada
satu sisi) dengan perilaku mengubah hidup yang terujud
dalam kepekaan mengaku dosa kepada Tuhan (pada
sisi yang yang lain). Adakah hubungannya? Jika ada,
apa dampak etis sosialnya bagi kehidupan beriman,
berbangsa dan bernegara?
Torang samua pasti setuju bahwa hakikat dari
kemerdekaan (apapun itu bentuknya) adalah terujudnya
transformasi (pembaharuan) kehidupan di berbagai
dimensinya; politiknya, ekonominya, sosialnya,
budayanya, imannya dstnya. Secara politik, para

42
pejuang dan torang pe leluhur tentu selalu menjadikan
pokok ini (pembaharuan kehidupan = proses mengubah
hidup) sebagai kesadaran mereka yang paling tinggi
dan mulia untuk segera menjadi kenyataan, sehingga
dorang tara pernah kenal lelah, panas, hujan, siang dan
malam memberi dorang pe diri dan hidup, berjuang
sampai bangsa Indonesia merdeka. Untuk hal ini, mari
torang mengenang mereka dan tunduk kepala sambil
mengheningkan cipta. Mengheningkan cipta mulai……..
(beberapa detik)… selesai.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan……


Bagaimana Alkitab mengajarkan pokok tentang
proses mengubah hidup itu? Mari torang lihat
catatannya dalam mazmur 32:1-11 ini.
1. Proses mengubah hidup itu terkait dengan tekad
untuk menutup diri atau berdiam diri (ayat 3-4)
dan tekad untuk membuka diri atau berkata
secara gamblang (terus terang) tentang torang
pe hidup di hadapan Tuhan (ayat 5).
Daud sendiri sudah memberi teladan yang
sangat berharga mengenai hal ini. Torang bisa
lihat dalam pengakuan pribadinya kepada
Tuhan melalui Natan pasca berbuat dosa
terhadap Uria dan Batsyeba (2 Samuel 12:1-25
& Mazmur 51:1-21). Apa yang disampaikan
oleh Daud dalam pengakuan dosanya itu adalah
perbuatan dosa yang nyata, rinci dan detil,
sebagaimana yang sudah ia lakukan terhadap
Uria dan Batsyeba.
43
Keteladanan mengungkap dosa yang nyata,
rinci dan detil seperti ini perlu torang garis
bawahi dan pikirkan untuk dilakukan, sebab
pada umumnya torang cenderung untuk menutup
diri atau berdiam diri pasca melakukan
perbuatan dosa, dan hanya mau berkata secara
umum saja; “iya… saya adalah orang yang
berdosa”, titik. Hanya sebatas itu saja torang pe
biasa dalam mengungkapkan dosa dan
kesalahan dan tidak mau berkata secara nyata,
rinci dan detil dosa apa yang sudah torang
lakukan. Coba masing-masing torang periksa
torang pe cara mengaku dosa kepada Tuhan.
Bukankah masih bersifat umum seperti itu?
Catatan ayat 3-4 dalam Mazmur 32 ini memberi
peringatan tegas pa torang samua bahwa
pengakuan dosa yang bersifat umum semacam
itu; alias tidak jelas, tidak rinci dan tidak detil,
masih tergolong pada sikap menutup diri atau
berdiam diri, yang menyebabkan torang pe
hidup tara merdeka dan tara bebas; ibarat
tulang-tulang yang lesu dan sumsum yang kering.
Daud memberi catatan dalam Mazmur ini (ayat
5), agar semua dosa dan pelanggaran yang
sudah torang lakukan itu, torang beritahukan
tanpa malu dan sungkan, nyata, rinci dan detil di
hadapan Tuhan. “Dosaku kuberitahukan kepada-
Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan…..”.
2. Bagi Daud, perilaku yang sadar akan rasa
bersalah, yang sadar akan keterbatasan dan
44
kelemahan yang selalu menganggap serius
adanya dosa, kesalahan, dan kelemahan diri di
hadapan Tuhan, --- dan karena itu membuat
seseorang selalu berterus terang secara nyata,
rinci dan detil mengaku dosa, kesalahan dan
kelemahannya di hadapan Tuhan… adalah
dasar dari seluruh kebahagiaan yang akan
dialami oleh setiap orang di dalam hidupnya, di
dunia ini (ayat 1-2).
Pengalaman hidup bahagia bersama Tuhan,
yang mengampuninya karena sudah secara
nyata, rinci dan detil mengaku segenap dosa,
kesalahan dan kelemahannya di hadapan Tuhan
itu, sudah sungguh-sungguh dialami dan dihidupi
oleh Daud semasa hidupnya memimpin bangsa
Israel. Bahwa justru dalam pengakuannya yang
jujur akan ketidakmampuannya untuk hidup
benar di hadapan Tuhan, ia mengalami
pemulihan dan transformasi kehidupan yang luar
biasa berdaya untuk memimpin keluarganya
sendiri dan memimpin bangsa Israel.
Karena itu, di sini (di ayat 1-2), ia dengan
berani dan tegas menyimpulkan bahwa
kebahagiaan yang dicari oleh manusia dalam
dunia ini sungguh-sungguh ditentukan, dipoles
dan diberi makna oleh relasi seseorang dengan
Tuhannya. Yaitu relasi yang ditopang oleh
pengakuan yang jujur dan tidak berjiwa penipu
(ayat 2 akhir) akan dosa, kesalahan dan
kelemahan untuk hidup benar di hadapan Tuhan.
45
Artinya bagi Daud, kalau torang jujur tentang
torang pe hidup yang tidak sanggup hidup
benar di hadapan Tuhan, torang akan
memperoleh dan mengalami kekuatan hidup
yang memberdayakan untuk menjalin hubungan
yang baik, intim dan akrab dengan Tuhan. Kalau
torang so punya hubungan yang baik, intim dan
akrab dengan Tuhan, otomatis torang pe
hubungan dengan orang lain dan dunia-pun
akan baik, intim dan akrab. Dan kalau torang pe
hubungan dengan orang lain dan dunia ini baik,
intim dan akrab, pasti torang akan menikmati
apa itu kebahagiaan yang sesungguhnya. Dan
kalau torang sudah menikmati apa itu
kebahagiaan yang sesungguhnya, itu tandanya
bahwa torang sudah berhasil mengubah torang
pe hidup dari kondisi seperti tulang-tulang yang
lesu dan sumsum yang kering (ayat 3-4) kepada
hidup yang penuh kasih setia Tuhan dan sorak-
sorai (ayat 10-11).
Tapi, coba torang perhatikan torang pe hidup
hari-hari sebagai bangsa dan negara Indonesia,
sampai di HUT yang ke 77 di tahun 2022 ini.
Apakah torang so sungguh-sungguh bahagia?
Apakah torang so sungguh-sungguh merdeka?
Bagaimana dengan torang hidup secara
ekonomi, politik, social, budaya, agama dst?
Teks ini mengajak torang samua untuk sadar
bahwa untuk mencapai kebahagiaan hidup,
torang butuh kekuatan dan kemampuan.
46
Sadangkan, kekuatan dan kemamuan itu hanya
bisa torang peroleh jika Tuhan berkenan
memulihkan torang pe hidup. Tanpa pemulihan
yang dikenan oleh Tuhan, niscaya kebahagiaan
yang kita harapkan bisa menjadi sia-sia dan
atau menjadi kebahagiaan yang semu.
Sementara itu, karya pemulihan dari Tuhan,
hanya bisa torang peroleh kalau torang sadar
akan dosa, kesalahan dan kelemahan untuk
hidup benar di hadapan Tuhan. So, selalulah
datang tersungkur mengaku torang pe hidup di
hadapan Tuhan.
3. Berangkat dari keyakinan seperti itulah, dalam
ayat 6-9 di Mazmur 32 ini, Daud memberi
pengajaran yang sangat berharga bagi torang
samua, yakni torang harus selalu hidup dalam
pertobatan yang mengubah kehidupan ini. Yaitu
dengan cara selalu datang dekat dengan Tuhan
dan jangan menjadi seperti kuda atau bagal
yang tidak berakal yang kegarangannya harus
dikendalikan dengan tali les dan kekang, alias
jangan kapala batu.
Saudara-saudari yang kekasih dalam Tuhan!
Demikianlah saudara dan saudariku, pokok
pikiran bagaimana mengubah hidup dalam sikon yang
merdeka untuk mencapai kebahagiaan, yang diurai
dalam teks ini. Marilah torang jadikan peringatan dan
perayaan HUT proklamasi kemerdekaan bangsa kita
yang ke-77 tahun ini sebagai momen untuk mengubah
hidup agar makin menjadi baik. Amin!
47
Minggu, 21 Agustus 2022

Lukas 13:10-17

Minggu Biasa – Hijau

CARA DAN WAKTU MENGHORMATI TUHAN

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan……


Peristiwa ini (Lukas 13:10-17) menyerupai
beberapa kisah terkait. Dalam kisah ini, pihak yag
berseberangan dengan Yesus adalah pemimpin
Sinagoge. Sebelum pasal 13, kita juga menemukan
Yesus mengecam orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat
(11:37-54). Kemudian Yesus juga memperingatkan
murid-muridNya tentang kemunafikan orang Farisi
(12:1-3), dan pada pasal 13:5 Yesus kembali berbicara
tentang perlunya pertobatan “Tetapi jikalau kamu tidak
bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.”
Perikop Lukas 13:10-17 secara implisit memperlihatkan
pemimpin Sinagoge (14) dan semua lawan (17)
membutuhkan pertobatan seperti itu.
Kisah ini mirip dengan Lukas 6:6-11 (atau Matius
12:9-14; Markus 3:1-6), kisah seorang pria yang mati
tangannya, dan Lukas 14:1-6, kisah seorang pria
dengan sakit busung air atau kelebihan cairan pada
perut akibat penyakit. Ketiga peristiwa penyembuhan

48
berlangsung di hari sabat dan sama-sama ditentang
oleh pemimpin agama. Dalam pasal 6:6-11 Yesus
membela tindakannya dengan menanyakan apakah
diperbolehkan berbuat baik pada hari Sabat. Dalam
pasal 14:1-6, Yesus mengajukan pertanyaan serupa
tentang menarik seekor lembu keluar dari parit pada
hari Sabat, argumen yang serupa dengan bacaan kita
saat ini.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan……


“Penguasa rumah ibadat, yang marah karena
Yesus menyembuhkan pada hari Sabat, berkata kepada
orang banyak itu” (ay. 14a). Pemimpin Sinagoge tidak
menegur Yesus atau menyapanya secara langsung,
mungkin karena dia sudah mendengar bahwa Yesus
telah mengalahkan pemimpin agama lain ketika
ditantang secara langsung. Pemimpin Sinagoge juga
tidak menegur perempuan yang, bagaimanapun juga,
tidak meminta kesembuhan ini. Sebaliknya, ia berbicara
kepada orang banyak, dalam proses menyampaikan
teguran tidak langsung baik kepada Yesus dan
perempuan itu. Meskipun kita memahami bahwa
Pemimpin Sinagoge salah, kita juga dapat mengagumi
kesediaannya untuk melaksanakan apa yang dia yakini
sebagai tanggung jawab ilahi untuk menegakkan hari
Sabat bahkan dengan risiko harus menandingi Yesus.
“Ada enam hari di mana manusia harus bekerja”
(ay. 14b). Perintah Keempat (Keluaran 20:8-11;
Ulangan 5:12-15) melarang bekerja pada hari Sabat.
Ini mengutip contoh Tuhan, yang beristirahat pada hari
49
ketujuh, dan mengharuskan hari itu dikuduskan. Orang
Yahudi tidak hanya dilarang bekerja pada hari Sabat,
tetapi mereka juga dilarang mempekerjakan pelayan
dan bahkan hewan/ternak mereka. Sabat dan
peraturan makanan, lebih dari segalanya, membantu
mendefinisikan orang-orang Yahudi. Apa yang
merupakan pekerjaan pada hari Sabat adalah diskusi
yang sedang berlangsung juga pada perikop ini.
“Karena itu datanglah pada hari-hari itu dan
sembuhlah, dan bukan pada hari Sabat” (ay. 14c).
Keluhan pemimpin Sinagoge berakar pada sifat kronis
penyakit wanita ini. Dia telah menderita selama
delapan belas tahun, tidak sakit parah, dan tidak
dalam bahaya kematian. Hukum Sabat melarang
perjalanan pada hari Sabat, jadi dia dan Yesus akan
berada di kota ketika Sabat berakhir.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan……


Tentu kita telah menjadi begitu terbiasa dengan
kisah ini sehingga kita dengan mudah mengabaikan
kekhawatiran pemimpin Sinagoge yang jujur. Jika orang
ini diam atau tidak menegur, ceritanya akan kehilangan
kekuatan. Tetapi dia memegang posisi yang
bertanggung jawab dan berusaha untuk menegakkan
apa yang dia pahami sebagai yang suci. Apa yang
gagal dia pahami adalah bahwa tindakan belas kasih
itu juga suci. Seolah-olah Taurat, yang dimaksudkan
untuk mengungkapkan kehendak Tuhan, telah menjadi
penghalang yang menutupi matanya.

50
Memang Yesus memiliki kata-kata yang tajam
untuk Pemimpin Sinagoge, tetapi Yesus juga memiliki
kata-kata yang sama tajam untuk Marta (10:41-42),
Petrus (Matius 16:23), dan ibunya sendiri (Lukas 2:49;
8:21; Yohanes 2:4). Fakta bahwa Yesus menegur
seseorang tidak selalu berarti bahwa orang tersebut
adalah penjahat.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan……


Kata-kata yang sama tajam dapat ditujukan bagi
kita orang percaya sekarang ini yang memiliki
kecenderungan memperlakukan masalah ketaatan
terhadap hari sabat dengan santai. Bagi kebanyakan
kita dewasa ini, perayaan seperti itu paling-paling
melibatkan satu-dua jam ibadat umum setiap minggu. Di
luar jam ibadah tersebut, banyak merasa bebas untuk
melakukan pekerjaan, rekreasi, dan berbelanja.
Sebaiknya kita memulihkan perasaan akan
ketaatan dan waktu khusus - waktu untuk menghormati
Tuhan. Dibebaskan dari hukum tidak membebaskan kita
dari tanggung jawab. Jika Pemimpin Sinagoge berbuat
salah dengan menjadi terlalu kaku tentang hari Sabat,
kita lebih mungkin untuk berbuat salah dengan bersikap
terlalu santai tentang cara dan waktu kita menghormati
Tuhan, amin.

51
Minggu, 28 Agustus 2022

Ibrani 3 :1-8

Minggu Biasa – Hijau

KEUTAMAAN YESUS

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan……


Surat Ibrani adalah sebuah karangan yang
mempunyai ciri coraknya sendiri. Karangan ini berisi
tentang pembinaan dan nasihat yang ditulis oleh penulis
secara pribadi dan dikirim kepada salah satu kelompok
orang Kristen. Sepertinya penulis kitab Ibrani telah
dikenal oleh khalayak ramai, sehingga sang penulis
yang punya hubungan baik dengan khalayak ramai
ingin membina iman percaya para pembaca. Kemudian
muncul pertanyaan, kepada pembaca siapakah surat
Ibrani ini di tulis ? sejak sekitar tahun 200 Masehi,
karangan ini kemudian diberikan judul: “Kepada orang
– orang Ibrani”.
Dengan demikian disebutkan ciri corak para
pembaca, bukan tempat tinggalnya. Kata “Ibrani”
dipakai untuk menyebut kelompok orang Kristen
keturunan Yahudi yang dibedakan dengan orang-orang
Yunani. Paulus dalam (Filipi 3:5) berbangga bahwa
seorang Ibrani berarti Yahudi murni dan tulen yang
berpegang teguh pada tradisi nenek moyang.
52
Inti berita dalam Surat Ibrani adalah berbicara
tentang isu keselamatan manusia dan sangat
menekankan Prakarsa Allah. Pernyataan tentang Yesus
(dalam Ibr. 2:9) yang oleh anugerah Allah mengalami
maut bagi semua manusia, menunjukkan bahwa
keselamatan berasal dari Allah (Yunani theou).
Panggilan atas orang Kristen disebut “Panggilan
Sorgawi” (Ibr. 3:1), ini merupakan cara menunjukkan
asal usul Ilahi, dan dengan demikian panggilan itu
merupakan suatu ketetapan dari anugerah.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan……


Kitab Ibrani juga berisi kesaksian tentang
keunggulan Yesus Kristus. Dia lebih besar dari pada
malaikat. Kitab ini juga menyampaikan bahwa Yesus
lebih besar dari pada Musa dan bahwa pelayanan-
Nya membawa sesuatu yang lebih unggul. Tulisan ini
dilayankan kepada orang Ibrani untuk mendorong
anggota Yahudi Gereja untuk mempertahankan iman
mereka kepada Yesus Kristus.
Kitab Ibrani mengajarkan bahwa Yesus Kristus
lebih besar dari pada hukum Taurat karena Dia yang
memberi hukum itu. Kitab Ibrani juga mengajarkan
bahwa para nabi menerima kuasa melalui iman
kepadaNya sementara Yesus adalah Imam Tinggi. Yesus
sendiri adalah korban Penebusan dosa, Yesus sendiri
adalah korban pendamaian, maka umat manusia boleh
menerima anugerah pengampunan akan dosa -
dosanya. Itulah letak perbedaan antara Yesus dengan
Musa.
Pada keseluruhan bacaan Alkitab Ibrani 3 : 1 – 8
menjelaskan tentang siapakah Yesus. Yesus adalah Imam
53
Besar bagi semua orang yang percaya kepadaNya,
sebab Yesus Kristus adalah gambar wujud Bapa. Oleh
sebab itu setiap orang yang menjadi milikNya patut
menunjukkan ketaatan dan kesetiaan kepadaNya. Kitab
ini juga dengan tegas membedakan antara Yesus dan
Musa. Allah adalah Penguasa atas dunia ini. Allah yang
menciptakan bumi serta segala isinya. Musa setia dalam
pelayanan tetapi Yesus sebagai anakNya yang
menjalankan misi keselamatan yang dikerjakan Allah di
dalam diriNya bagi seisi dunia dalam artian bahwa
tugas yang diemban oleh Yesus tak terbatas. Dengan
semua keunggulan dan keutamaan Yesus, yang
diuraikan dalam perikop ini, umat kemudian diajak
untuk menempatkan Tuhan sebagai yang utama,
sehingga kesediaan untuk mendengar suara Tuhan serta
taat melakukan perintah Tuhan menjadi ajakan penting
yang perikop Ibrani ini, sehingga perikop bacaan saat
ini, ditutup dengan suatu perintah agar jangan
mengeraskan hati, jika umat mendengar suaraNya.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan……


Kita gerejaNya di masa ini menempatkan diri
sebagai rumah/tempat kediaman Allah dan kita patut
berbangga ketika kita senantiasa diberikan kesempatan
untuk berada di dalam rumah/tempat Allah. Di dalam
tempat/kediaman Allah, kita akan belajar tentang
kehidupan yang berdasarkan pada kasih dan kesetiaan
sehingga iman umat bertumbuh dan berakar di dalam
Dia. Gereja dan umatNya harus berdiri kokoh dan
teguh di dalam Tuhan untuk menghasilkan buah sebab
Yesus Kristus adalah imam besar kita. Amin.
54

Anda mungkin juga menyukai