Anda di halaman 1dari 2

TETAP SETIA DALAM MENGIKUT TUHAN

Lukas 9 : 51 – 62

Pengantar

Dalam mengikut Tuhan , kita terkadang diperhadapkan dengan berbagai tantangan. Tantangan
itu menjadi ujian akan kesetiaan kita kepada Tuhan. Bagi yang tidak tahan, tantangan tersebut membuat
mereka menjadi mundur dalam mengikuti Tuhan. Tetapi bagi yang tekun dan sabar, tantangan itu
membuat mereka semakin Tangguh dan setia dalam mengikut Tuhan. Dalam perikop khotbah saat ini,
kita diperlihatkan dengan tantangan dalam mengikut Tuhan. Tantangan itu diantaranya dalam bentuk
penolakan dan pergumulan yang diijinkan Tuhan terjadi dalam kehidupan kita. Ditengah-tengah situasi
seperti itulah, umat Tuhan diminta untuk meminta hikmat dan tuntunan Tuhan, agar dimampukan
melalui setiap tantangan dan pergumulan.

Penolakan Terhadap Yesus (Lukas 9 : 51-56)

Kedua murid Yesus, Yohanes dan Yakobus sangat marah Ketika melihat orang Samaria tidak mau
menerima Yesus. Mereka berkata kepada Yesus, “Tuhan, apakah Engkau mau supaya kami menyuruh
api turun dari langit untuk membinasakan mereka?” Ucapan mereka dilandasi oleh amarah karena
penolakan orang Samaria. Mereka menganggapnya sebagai penghinaan kepada Yesus. Tetapi Yesus
menegur kedua murid tersebut. Murid-murid diajar untuk menerima kenyataan bahwa demikianlah
terkadang situasi yang mereka terima sebagai pengikut Tuhan. Tidak semua orang akan menerima
mereka. Dalam hal ini mereka harus bertindak sabar dalam mengahadapi kenyataan itu. Ditolak, dihina
dan dibenci adalah hal-hal yang akan menjadi bagian penderitaan Yesus sebelum mati di salib. Para
murid juga akan mengalaminya. Yesus Kristus tidak pernah mengajar kita untuk membalas kejahatan
dengan kejahatan. Sebaliknya, Yesus mengajarkan kesabaran, kasih dan kebaikan kepada semua
muridNya. Perbuatan jahat akan menuai hasilnya nanti. Sebab itu, matikanlah keinginan untuk
membalas kejahatan dengan kejahatan. Tugas kita yang terutama adalah memberitakan Injil.

Hal Mengikuti Yesus (Lukas 9 : 57-62)

Dalam perikop kit aini, disebutkan tentang 3 orang yang datang hendak mengikut Yesus. Ketiga orang ini
memiliki motivasi dan latar belakang yang berbeda-beda. Hal ini menggambarkan tentang keberadaan
manusia yang berbeda-beda. Kita diciptakan Tuhan tidak sama. Kemampuan berpikir kita berbeda.
Kemampuan finansial kita berbeda. Talenta kita berbeda. Mengapa kemampuan kita berbeda-beda.
Pertama harus kita katakana bahwa itu semua adalah karena karunia Tuhan. Ada yang menerima 5
talenta. Ada yang menerima 3 talenta. Ada yang menerima 1 talenta. Kemampuan yang kita terima
berbeda-beda. Tapi yang pasti, kita sama-sama terpanggil untuk mengikuti Tuhan dengan tulus. Orang
miskin juga dipanggil mengikut Tuhan dengan tulus. Orang pandai dipanggil untuk mengikut Tuhan
dengan tulus, orang yang biasa-biasa saja juga dipanggil untuk melayani Tuhan dengan tulus. Inilah hal
yang pertama yang kita lihat dari 3 orang yang mengikut Yesus tersebut. Mereka dari latar belakang
yang berbeda. Dari kehidupan yang berbeda. Tapi dipanggil untuk tujuan yang sama yaitu : melayani
Tuhan.

Orang yang pertama yang hendak mengikut Yesus itu berkata : “Guru, aku akan mengikut
Engkau kemana saja Engka pergi”. Jelaslah bahwa orang ini sangat terkesan dengan pelayanan Yesus. Ia
pasti terkesan dengan Yesus yang luar biasa. Yesus mampu mengadakan mujizat. Orang sakit di
sembuhkan. Ribuan orang lapar dibuat kenyang hanya dengan 5 roti dan 2 ikan. Orang yang sudah mati
dibuat hidup kembali. Peristiwa-peristiwa ini membuat banyak orang terkesan dan hendak mengikut
Yesus. Termasuk dalam perikop kit aini. Ia berniat mengikut Yesus, tetapi Yesus menjawab orang itu :
“Serigala mempuya liang. Burung-burung mempunyai sarang. Tetapi aku, Anak Manusia, Aku tidak
mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaku”. Apakah arti perkara : “Aku tidak mempunyai tempat
untuk meletakkan kepalaKu?”. Artinya yang pertama adalah : mengikut Yesus berarti kita harus siap
menderita. Mengikut Yesus berarti harus siap memikul salib. Banyak orang tidak suka mendengar
tentang hal ini. Orang lebih suka mendengar tentang kesenangan. Orang tidak suka mendengar tentang
penderitaan. Orang lebih tertarik mendengar berkat. Orang tidak tertarik kalau yang dibicarakan adalah
salib. Inilah yang disebut dengan teologi sukses. Mereka mengatakan mengikut Yesus berarti kita harus
sukses. Mengikut Yesus tidak boleh sakit. Orang yang tidak sukses adalah orang yang tidak hidup di
dalam Tuhan. Orang yang sakit adalah orang yang tidak diberkati Tuhan. Orang yang miskin adalah orang
yang tidak diberkati Tuhan. Benarkah demikian ?

Kita jangan lupa bahwa Alkitab berbicara tentang kedua hal ini. Berkat dan salib. Kesuksesan dan
penderitaan. Injil yang benar adalah injil yang tidak hanya melihat kepada satu sisi saja. Sama seperti
selembar uang. Uang yang benar adalah kalau memiliki dua sisi. Tidak hanya satu sisi saja. Kalau hanya
satu sisi saja yang ditekankan itu bukanlah injil yang benar. Suatu Ketika ada seorang bapak yang sakit.
Dikunjungi oleh seseorang yang mengaku sebagai hamba Tuhan. Ia mengatakan bahwa mengikut Yesus
harus sukses, harus berhasil, harus sehat. Ia berkata kepada bapak itu : Kau sakit karena dosa-dosaMu.
Akhirnya si bapak itu mengaku dosa-dosanya kepada hamba Tuhan tersebut. Dua hari lagi ia dikunjungi.
Si bapak ini bukan makin sehat, tapi makin lemah. Lalu hamba Tuhan itu berkata : ada dosa yang kau
sebunyikan. Engkau belum jujur kepada Tuhan. Ia menyalahkan si bapak yang tidak terbuka. Ia
menghakimi bapak tersebut. Si bapak tersebut akhirnya frustasi. Ia kesal. Ia marah. Dan tidak mau lagi
didoakan hamba Tuhan tersebut. Kalau hamaba Tuhan itu datang, ia pura-pura tertidur.

Dalam Alkitab kita dapat membaca tentang bahwa mengikut Yesus bukan berarti semuanya
lancer-lancar. Mengikut Yesus bukan berarti tidak dapat gagal. Kita harus sukses, tidak pernah
menderita. Dakam Alkitab kita melihat bagaimana nabi-nabi menderita. Mesias menderita. Para rasul
menderita. Itu terjadi bukan karena Tuhan suka melihat kita menderita. Bukan, tetapi terkadang kita
harus melewati jalan seperti itu. Ketika kita melewati jalan seperti ada orang yang tidak tahan. Akhirnya
ia lari. Ada yang menyangkal Yesus. Demas adalah salah satu contoh orang yang sudah mengikut Yesus,
tetapi kemudian meninggalkan Yesus. Demas adalah teman Paulus. Ia sudah terlibat pelayanan dengan
Paulus. Tapi kemudian meninggalkan pelayanan, karena apa? Karena tidak tahan menderita. Ia tergoda.
Ia meninggalkan pelayanan dan mengikuti godaan dunia. Banyak hamba Tuhan seperti itu, tidak tahan
menderita. Akhirnya meninggalkan pelayanan. Tidak tahan tekanan. Akhirnya meninggalkan pelayanan.
Lalu kemudia kepada orang kedua yang hendak mengikutNya, Yesus berkata : “ikutlah Aku” Tetapi orang
itu berkata : “Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku”. Tetapi Yesus berkata kepadanya :
“Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau pergilah dan beritakanlah kerajaan Allah di
mana-mana”.

Yesus bukan anti terhadap orang mati. Waktu Lazarus mati di Betania, Yesus datang dari tempat
yang jauh. Ia datang untuk menghibur Maria dan Marta, saudara Lazarus. Yesus juga bukan hendak
melarang anak-anak untuk mengubur orangtuanya. Kalau ada anak yang tidak mau menguburkan
orangtuanya, lalu siapa yang menguburkan?. Yesus bukan anti kepada upacara mengubur orang mati.
Tapi yang mau ditekankan Yesus adalah jangan karena mengurusi hal-hal seperti itu. Pekerjaan
memuliakan Tuhan dilupakan. Jangan karena mengurusi orang mati. Tidak lagi pergi beribadah.
Membangun kububuran leluhur ada uangnya, tapi menyekolahkan anaknya tidak ada uangnya. Bagi
orang Yahudi, pada masa Yesus ada kebiasaan mengadakan acara berkaitan dengan penguburan sampai
70 hari 70 malam. Perhatian terhadap orang mati sedemikian besar. Akibatnya, waktu terkuras untuk
hal itu. Uang juga terkuras untuk hal itu. Dalam konteks seperti itulah, Yesus berkati : tetapi kamu,
beritakanlah Injil Kerajaan Sorga. Yesus mau tekankan. Kita harus berbeda dengan orang-orang dunia ini.
Dalam banyak hal. Orang Kristen harus berbeda dengan orang kebanyakan. Itu sebabnya Yesus katakana
: Biarkanlah orang lain melakukan itu. Tapi, kamu beritakanlah Injil Kerajaan Sorga. Kalau sudah dipilih
menjadi pelayan Tuhan, memang terkadang ada pilihan. Menomor satukan Tuhan atau menomor
duakan Tuhan. Menomorsatukan ulaon adat. Atau menomorsatukan pelayanan. Ada pilihan-pilihan.
Sekarang tergantung kita. Tidak ada paksaan. Pilihannya adalah diri kita sendiri.

Bapak-ibu, yang terakhir orang yang ketiga hendak mengikut Yesus berkata : “aku akan
mengikut Engkau, Tuhan”. Lalu dia melanjutkan, “Tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan
keluargaku. Lalu Yesus menjawab dia : “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh
kebelakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah”. Kelihatannya apa yang dikatakan oleh orang ketiga ini
adalah sesuatu yang masuk akal. Bagaimanapun pamitan dengan keluarga adalah sesuatu yang sangat
penting. Mengikut Yesus bukan berarti kita mengabaikan keluarga. Mengikut Yesus bukan berarti tidak
peduli kepada keluarga. Adalah sangat tidak bijaksana dengan alasan melayani, keluarga diabaikan. Lalu
apa yang salah dari perkataan orang ini. Yang salah adalah motivasinya. Yesus melihat ke dalam hati
orang tersebut. Yesus tahu : antara perkataan dan hatinya berbeda. Mulutnya mengatakan : “sekarang
akum au ikut Yesus”. Tapi hatinya berkata: “nantilah aku ikut Yesus”. Oleh karena itulah Yesus
menjawab dia : “Setiap orang yang siap membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk
kerajaan Allah”. Yesus mengingatkan orang itu untuk tetap bersemangat melayani dari awal hingga
akhir. Tidak hanya di awa saja bersemangat, tapi dipertengahan melempem atau pudar semangatnya.
Jangan terus menoleh-noleh kebelakang. Yesus mengatakan bahwa kalau ada orang yang membajak di
sawah, dan ia terus menoleh kebelakang. Maka pekerjaannya pasti akan berantakan. Banya yang terjadi
dibelakang, masa lalu. Tapi jangan terus pandang ke masa lalu. Pandanglah ke masa depan. Jangan
hidup dengan pikiran di masa lalu. Tapi hiduplah dengan pikiran Bersama dengan Tuhan, untuk masa
depan. Ada orang yang berkata, saya mau melayani Tuhan. Tapi masa lalu ku seperti ini. Aku melakukan
ini. Aku melakukan perbuatan yang tidak baik. Oleh karena pikiran seperti itu, akhirnya tidak pernah
sungguh-sungguh mempersembahkan dirinya untuk Tuhan. Selalu merasa tidak layak. Tidak mampu.
Yesus katakan, jangan lihat kebelakang, tapi lihatlah ke depan. Jangan lihat kepada kehidupanmu di
masa lalu. Tapi lihatlah kehidupanmu Bersama dengan Tuhan. Untuk itu, marilah kita tetap setia dan
sungguh-sungguh di dalam melayani Tuhan. Amin

Anda mungkin juga menyukai