Anda di halaman 1dari 9

1

TIMOTIUS 2:1-13

“PANGGILAN UNTUK IKUT MENDERITA”

Kata Pengantar

Saudara-saudaraku yang terkasih, sejatinya siapapun manusia pasti merindukan


kehidupan yang selalu berbahagia, penuh tawa dan ceria dan sedapat-dapatnya tidak
merasakan hal-hal yang dapat membuat kita susah dan menderita. Tetapi pada
hakikatnya, kebahagiaan dan penderitaan merupakan keadaan yang silih berganti
dialami manusia dalam perjalanan kehidupannya. Setiap kita pasti menyadari bahwa
penderitaan adalah sebuah realita yang harus siap dialami dan dihadapi oleh manusia.
Walaupun dengan berbagai cara, manusia selalu berusaha menghindarkan diri dari
penderitaan, tetapi penderitaan adalah bagian yang tidak pernah terpisahkan dari
kehidupan manusia. Pengikut Kristus (Orang Kristen) pun tidak pernah terhindar dari
penderitaan. Bahkan Alkitab pun dalam 2 Timotius 2:1-13 berbicara tentang salah
satu panggilan dalam hidup orang percaya, yaitu Panggilan untuk Ikut Menderita.
Namun, menderita seperti apa yang dimaksudkan oleh Paulus? Mari kita lihat
bersama apa yang dimaksudkan Paulus mengenai hal ini, khususnya ketika Paulus
menyampaikan hal ini sebagai sebuah nasihat tetapi juga sebagai bentuk pengajaran
dan perhatiannya kepada Timotius yang sudah dianggap seperti seorang anak (ayat 1).

 Pernyataan tobat
 Mazmur-mazmur
 Doa pemb.
 Bacaan 1. Tim.2:1-13
2. Injil Matius 4:18-22
Jika kita hubungkan dengan bagaimana kehidupan anak-anak laki-laki Yahudi pada
masa itu seperti yang saya bagikan di atas, orang-orang seperti Petrus, Andreas,
Yakobus dan Yohanes jelas bukan merupakan murid-murid pilihan. Karena itulah
mereka kemudian berprofesi sebagai nelayan melanjutkan usaha keluarga. Tapi
menariknya, lihatlah Yesus bukan mencari anak-anak terpilih yang sedang mengikuti
rabi mereka, tetapi justru mencari dan memilih mereka yang ternyata telah ditolak
oleh rabi setempat. Yesus tidak memilih mereka yang dianggap dunia sebagai yang
terbaik dan paling cemerlang, tapi justru menawarkan undanganNya dengan kata
yang sederhana, "Mari, ikutlah Aku" kepada para nelayan biasa yang tidak dipandang
istimewa bagi dunia. Lebih dari itu, Yesus mengatakan bahwa mereka akan Dia pakai
untuk menjadi "penjala manusia", sebagai orang-orang yang akan menjala dan
menarik manusia berdosa untuk keluar dari perangkap dan pusaran kegelapan. Itu
jelas sebuah kehormatan yang luar biasa. Mereka tidak mengikuti rabi setempat, tapi
justru kemudian menjadi pengikut Rabi yang terbaik, Raja diatas segala raja.

Yesus memberikan kehormatan yang sama bagi kita semua, termasuk anda dan saya. Bukan karena
kita paling hebat, yang terbaik, terkuat, terpintar atau paling cemerlang, tetapi karena Tuhan
memerlukan orang-orang biasa seperti kita untuk meneladaniNya dan menjangkau orang
lain di sekeliling kita untuk menyatakan kasih Kristus, demi namaNya. Apa yang Tuhan lihat
bukanlah apa yang dilihat dunia, melainkan hati. Dan Tuhan sudah menyatakan itu sejak lama
seperti yang Dia firmankan langsung kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau perawakan
yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia
melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." (1 Samuel 16:7). Sebuah hati yang
tulus, taat dan mengasihi Tuhan, sebuah hati yang akan tergerak ketika melihat kebutuhan atau juga
penderitaan orang-orang lain di sekitar kita. Tuhan bahkan menegaskan pula lewat Paulus
bahwa "apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak
berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti" (1 Korintus 1:28). Ini tentu bukan berarti
bahwa kita yang memang diberi kepintaran dan keahlian atau bakat-bakat khusus tidak akan pernah
terpilih, tetapi Tuhan ingin menyatakan bahwa siapapun, termasuk orang yang bagi dunia
dianggap tidak ada apa-apanya atau terbuang sekalipun sama berharganya di mata
Tuhan dan punya kesempatan yang sama untuk mendapatkan kehormatan daripadaNya
untuk menjadi pengikutNya. Justru kita harus mempergunakan segala yang Tuhan telah bekali
bagi kita untuk memuliakanNya lewat apapun yang kita perbuat.

Hari ini Tuhan memanggil kita dengan cara yang sama, sesuai dengan profesi kita masing-masing.
Misalnya, bagi yang berprofesi di dunia kesehatan, Tuhan berkata: "Mari, ikutlah Aku, kamu akan
kujadikan penyembuh luka batin orang lain." Kepada para insinyur Tuhan berkata: "Mari, ikutlah Aku,
kamu akan kujadikan pembangun orang-orang yang sudah sempat hancur akibat banyak hal di masa
lalu mereka." Dan sebagainya, sesuai dengan panggilan kita masing-masing. Lalu selain itu, kita pun
hendaknya meneladani respon dari Petrus, Andreas, Yakobus dan Yohanes dalam menyikapi
panggilan Tuhan. Jangan tunda, jangan ragu, jangan menolak, tetapi segeralah patuh dan ikuti Dia.
Disanalah Tuhan bisa menyatakan kuasaNya dalam merubah kita, orang-orang yang biasa untuk
menjadi luar biasa. Ikutlah Yesus sekarang juga, dan ijinkan Dia membentuk hidup anda.

Orang biasa atau yang terbuang sekalipun bisa menerima kehormatan yang sama untuk
menjadi murid Yesus

OUR STORY IN GOD

Mengikut Tuhan Yesus


MAY 20, 2013BY NUGROHO2014 IN FAITH

Banyak orang yang sering berpikir mengikut Tuhan Yesus itu adalah hal yang
sulit. Sulit karena banyak yang harus dikerjakan. Sulit karena harus menaati
seluruh perintah Tuhan. Inilah beberapa pendapat yang saya dapatkan, saat
bercengkrama dengan beberapa teman di gereja, yaitu para peserta magang
(kenshuusei). Memang sulit sih, tapi pernahkah teman-teman berpikir betapa
berharganya saya di mata Allah, sehingga Dia memilih saya menjadi murid-
Nya? Bagaimana saya dapat mengikut Tuhan Yesus?
Mari mengikut Tuhan Yesus

Mengikut Tuhan Yesus


Ya, kata dipilih atau terpilih adalah kata yang sungguh luar biasa bagi manusia.
Kita dipilih Allah menjadi umat dan murid-Nya. Kita dipilih Allah dan ditebus
dari dosa menuju kehidupan kekal oleh kematian Tuhan Yesus.

Saya jadi teringat mengenai kisah bagaimana Yesus memilih murid-muridnya


yang pertama, yang terdapat di Matius 4: 18-22. Perlu diketahui bahwa pada
masa Perjanjian Baru, anak laki-laki Yahudi akan menghadiri sekolah-sekolah
para rabi sampai berusia 13 tahun. Lalu, hanya yang terbaik dan
tercemerlanglah yang akan dipilih menjadi pengikut rabi setempat.
Sekumpulan kecil murid yang terpilih ini akan mengikuti kemanapun sang rabi
pergi dan makan apapun yang ia makan. Intinya mereka menjalani hidup
meneladi sang rabi. Sebaliknya mereka yang tidak terpilih akan membuka
usaha perdagangan, menjadi tukang kayu, peternak domba, atau nelayan.
Orang-orang seperti Simon, Andreas, Yakobus, dan Yohanes bukanlah murid
pilihan. Oleh karena itu, alih-alih mengikuti rabi setempat, mereka menjadi
nelayan, melanjutkan usaha keluarga. Menarik sekali bahwa Yesus malah
mencari para pria yang telah ditolak oleh rabi setempat. Yesus tidak memilih
murid yang terbaik dan tercemerlang, Yesus malah menawarkan undangan-
Nya, “Ikutlah Aku.” kepada para nelayan yang tidak istimewa ini. Sungguh
suatu kehormatan yang luar biasa! Mereka menjadi pengikut Rabi yang
terbaik.

Yesus juga memberikan kehormatan yang sama bagi kamu dan saya, bukan
karena kita yang terbaik atau tercemerlang, tapi karena Dia memang telah
memilih kita untuk meneladani hidup-Nya dan menjangkau banyak orang
dengan kasih demi nama Tuhan Yesus. Jadi ikutlah Yesus! Mari mengikut
Tuhan Yesus!

Ikut Dikau saja Tuhan,


jalan damai bagiku
Aku s’lamat dan sentosa
hanya oleh darahMu.

Aku ingin ikut Dikau


dan mengabdi padaMu
dalam Dikau, Jurus’lamat
‘ku bahagia penuh!

Luk 4:31-37
SEMUA orang takjub dan berkata satu sama lain: “Alangkah hebatnya perkataan ini. Dengan
penuh wibawa dan kuasa, Ia memberi perintah kepada roh-roh jahat, dan mereka pun keluar”
Maka tersiarlah berita tentang Yesus kemana-mana di daerah. Yesus dikatakan oleh orang-
orang penuh wibawa dan kuasa itu artinya dalam penampilan Yesus itu sangat meyakinkan;
perkataan dan ajarannya tidak menirukan orang lain, seperti kebanyakan orang.
AjaranNya selalu membawa kesegaran dan pengertian baru bagi Umat dan membawa
tantangan, muncul dari hati Yesus sendiri dan disampaikan dengan penuh kepastian.

Lebih-lebih Sabda yang penuh wibawa itu muncul kalau Yesus sedang menyembuhkan orang
sakit, mengusir roh-roh jahat. Bahkan roh-roh jahat pun mengenal kuasa Allah yang hadir
dalam diri Yesus, sehingga mereka amat ketakutan.

Selasa, 2 September 2014. Hari Biasa XXII


1Korintus 2:10b-16; Mazmur 145:8-14; Lukas 4:31-37

“Dan semua orang takjub, lalu berkata seorang kepada yang lain, katanya: ” Alangkah
hebatnya perkataan ini! Sebab dengan penuh wibawa dan kuasa Ia memberi perintah kepada
roh- roh jahat dan merekapun keluar” (Lukas 4:36).

Yesus memang menakjubkan!

Yesus tampil memukau di Nazareth, kampung halamanNya. Semua mata


tertuju padaNya, penuh keheranan karena melihat Dia sebagai figur yang
tampil, penuh kuasa dan wibawa dalam kata dan karya. Namun demikian
orang-orang di Nazareth sendiri mempertanyakan Yesus dan kuasa yang
dimilikiNya. Orang tua dan saudara-saudara Yesus dikenal di kalangan
mereka. Makanya ketika Ia tampil di Nazareth ada yang menerimaNya
dengan baik, ada yang menolak karena mereka heran dari mana kuasa itu
diterima Yesus.

Hari ini Penginjil Lukas coba membawa kita kapada Allah yang benar, kudus
dan penguasa segalanya di dalam diri Yesus. Lukas mengisahkan bahwa
Yesus meninggalkan Nazareth dan pergi ke Galilea, tepatnya di Kapernaun,
kampung halamannya Petrus. Di sana ia masuk di dalam sinagoga pada hari
Sabat untuk mengajar. Sekali lagi di tempat ini Yesus menunjukkan kuasa
dan wibawaNya dalam setiap perkataan yang keluar dari mulutNya. Semua
orang di dalam sinagoga itu takjub. Di dalam sinagoga juga terdapat seorang
yang kerasukan roh jahat. Roh jahat itu merasa tak berdaya di hadapan
Yesus. Roh itu berkata, “Apa urusanmu dengan kami hai Yesus orang
Nazaret? Engkau datang untuk membinasakan kami? Aku tahu, Engkau
adalah Yang Kudus dari Allah!” Yesus membentaknya dan mengusirnya dari
dalam diri orang tersebut. Ia pun keluar dan orang kerasukan itu menjadi
sembuh. Yesus dengan kekudusanNya mengalahkan roh jahat dengan
ketidakkudusannya.
Kuasa Yesus ini mulai terlihat di depan umum setelah dibaptis di Sungai
Yordan. Ia sempat digoda iblis di padang gurun tetapi Ia berhasil
mengalahkannya (Luk 4:1-13). Dengan pengalaman kemenangan di padang
gurun ini maka perlahan-lahan Yesus menunjukkan kuasaNya sebagai
Putera Allah yang dapat melenyapkan kuasa-kuasa jahat di dunia. Di dalam
sinagoga di Kapernaun, Yesus mengusir roh jahat yang merasuki seseorang
dan roh jahat itu taat kepada Yesus ketika diusir keluar. Hal ini menunjukkan
bahwa Yesus memang berbeda dengan para ahli taurat yang menganggap
diri bijaksana dalam mengajar Kitab Suci. Yesus punya kuasa lebih dari itu.
Ia mengajar dengan kuasaNya sebagai Putera Allah, Dia juga punya kuasa
untuk membebaskan manusia dari kuasa roh jahat.

Paulus dalam bacaan pertama juga membuat pemilahan jenis roh yang
diaplikasikan pada Allah dengan RohNya yang Kudus, pada manusia dan
dunia yang berdosa. Roh itu menunjukkan relasi yang intim menghasilkan
pilihan-pilihan hidup, kasih, dan pemikiran-pemikiran. Roh dunia dan si
pendosa tidak boleh menutup dirinya di hadirat Tuhan, justru dengan Sabda
Yesus akan mampu membukanya. Roh orang-orang yang beriman
seharusnya terbuka, siap untuk mempelajari pikiran-pikiran Tuhan. Roh
Tuhan akan merembes masuk dan menguasai hidup manusia. Disini terjadi
dialog penuh kasih antara Allah dan manusia. Roh Kudus menguduskan roh
manusia yang tidak sempurna menjadi sempurna. Roh Kudus menjadi
kuasa kasih yang mempersatukan manusia dengan Tuhan.

Sabda Tuhan pada hari ini mengantar kita untuk semakin percaya pada
Yesus dan kuasaNya. Dia seharusnya menjadi satu-satunya pribadi yang
membuat kita terpesona dan takjub kepadaNya. Mengapa? Karena di dalam
Yesus, semuanya kekal. Orang-orang yang mendengarnya saat itu
terpesona dan mengalami hidup yang sebenarnya. Kita juga hendaknya
memikirkan bahwa roh-roh jahat juga masih menguasai kehidupan kita.
Banyak kali kita memang mengakui diri sebagai pengikut Kristus tetapi hidup
kita masih diliputi oleh kuasa-kuasa kejahatan. Saudara-saudari, kita butuh
Yesus untuk melepaskan kita dari kuasa-kuasa roh jahat manapun. Yesus
tegas dan menghendaki para pengikutNya hidup sebagai orang-orang
merdeka.

Doa: Tuhan, Engkaulah Putera Allah yang berkuasa dalam diri kami. Amen

PJSDB
Share this:
Pada perjalanan penginjilan Paulus yang pertama, ia ditinggalkan oleh Markus Yohanes ,
tetapi ia kemudian mendapatkan Timotius sebagai pengganti yang cakap. Timotius adalah
anak seorang wanita Kristen Yahudi, yaitu Eunike dan ayahnya bukan Yahudi dari Listra.
Kemungkinan Timotius ini menjadi Kristen karena pengaruh Paulus. Dalam tugas ini, ia
dikirim untuk mengunjungi jemaat-jemaat di Tesalonika, Filipi, dan Korintus. Menurut
tradisi Gereja, Timotius belakangan menjadi Uskup di Efesus. Setelah bertahun-tahun,
hubungan Paulus dan Timotius menjadi seperti seorang ayah dan anak karena mereka teman
sekerja untuk membawa kabar Injil kepada dunia. 1 Timotius 1:2, 2 Timotius 1:2
memperlihatkan, Paulus seorang rasul Kristus Yesus menurut perintah Allah menyebut
Timotius sebagai anaknya yang sah dalam iman. Saat Paulus menulis suratnya kepada
Timotius, ia sedang berada dalam penjara Romawi yang keras dan dingin (2 Tim. 1:16).
Ketika Paulus menunggu hukuman mati atas dirinya, maka ia pun mempergunakan
kesempatan ini untuk menulis suratnya yang mungkin merupakan surat yang terakhir untuk
ditulis. Hal ini memperlihatkan, betapa Paulus tahu benar, mengalami, merasakan dan
memaknai penderitaan itu sendiri dalam hidupnya. Paulus menderita bahkan harus dipenjara
bukan karena kesalahan atau pelanggaran yang biasa dilakukan manusia pada umumnya,
tetapi Paulus dipenjara dan harus menderita karena melakukan kebenaran, memberitakan Injil
dan bersaksi tentang imannya kepada Kristus Yesus, Juruselamat. Bahkan dengan penuh
ucapan syukur seperti dalam 2 Timotius 1:8, Paulus menyebut dirinya “seorang hukuman
karena Dia” dan mengajak, menasihati Timotius untuk jangan malu bersaksi, melainkan
“Ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah.”
Inilah yang dimaksud Paulus dengan Panggilan untuk ikut menderita, yaitu sebuah panggilan
untuk ikut menderita bagi Injil Kristus Yesus, menderita karena menyampaikan kebenaran,
menjadi saksi tentang hidup dalam iman kepada Kristus Yesus. Bukan penderitaan yang
dibuat sendiri, akibat mengejar kesenangan yang bersifat sementara. Bukan penderitaan
karena berbuat kejahatan, bukan penderitaan karena hidup di luar kehendak Tuhan, tetapi
menderita karena berbuat kebenaran dan hidup sesuai kehendak Tuhan.
Oleh karena itulah, Paulus memberikan nasihat kepada Timotius untuk menjadi kuat bukan
karena kehebatan dan kekuatannya sendiri, tetapi kuat oleh kasih karunia dalam Kristus
Yesus. Seperti dalam 2 Timotius 1:7 “Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh
ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban”. Ketika
Timotius melaksanakan tugas penginjilan, maka Tuhan yang akan memampukannya. Karena
itu, Timotius harus berjuang dengan tekun dan setia menjalankan panggilannya menjadi saksi
tentang Injil Kristus Yesus, mengajar, mempersiapkan dan mengajar orang lain yang juga
nanti akan menjadi saksi-saksi Injil selanjutnya (ay. 2). Meskipun terkadang, harus
berhadapan dengan tantangan dari mereka yang tidak suka Injil disebarkan, mereka yang
menghalangi bahkan mencoba melukai Timotius, mereka yang menyesatkan dengan ajaran-
ajaran selain Injil Kristus Yesus, Timotius tidak boleh menyerah, ia harus menempuhnya
dengan baik laksana seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus. Karena menderita untuk
Injil adalah penderitaan yang membawa kepada keselamatan.
Dari hal di atas maka pertanyaannya adalah mengapa Timotius juga kita pengikut Kristus
harus ikut menderita seperti Dia untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah? Seorang teolog,
Kazoh Kitamori mengatakan bahwa “hakikat Allah adalah Penderitaan”. Tidak ada
keselamatan tanpa salib. Karena itu, mari mencoba melihat gaya hidup Yesus yang diteladani
oleh Paulus, yaitu meskipun mereka tahu ketika mengajarkan sesuatu yang benar, ada yang
menerima, ada juga yang tidak menerima bahkan menolak dan menentang dan sekalipun
resikonya adalah menderita bahkan mati, tetapi mereka tetap menyampaikan kebenaran.
Karena itu, Paulus juga mau Timotius menyadari konsekuensi ini. Bahkan Paulus justru
mendorong Timotius untuk menjadi kuat (ay. 1) dan ikut menderita (ay. 3) dalam pelayanan
pemberitaan Injil. Paulus bukan tanpa alasan mendorong Timotius untuk menderita. Dasar
alasan Paulus adalah kasih karunia Allah di dalam Yesus Kristus (ay. 1; 2 Tim. 1:9).
Paulus memberikan tiga gambaran kepada Timotius tentang bagaimana menjadi kuat dalam
penderitaan, yakni: Pertama, seperti seorang prajurit yang baik, yang berjuang dengan
komitmen penuh supaya berkenan kepada komandannya, dalam hal ini Timotius berjuang
untuk menyenangkan Kristus Yesus yang memilikinya (ay. 3-4). Kedua, seperti seorang
olahragawan yang bertanding sesuai aturan untuk memperoleh mahkota (ay. 5, band. 1 Kor.
9:24-25). Ketiga, seperti seorang petani yang bekerja keras dan menikmati hasilnya (ay. 6).
Berjuang, bertanding, dan bekerja keras merupakan tiga hal yang dinasihatkan Paulus kepada
Timotius untuk dilakukan agar ia menjadi pelayan Tuhan yang kuat dan tangguh menghadapi
penderitaan. Selain itu, Paulus menegaskan bahwa dalam segala sesuatu yang dialami
Timotius, Tuhan akan memberikan hikmat dan pengertian yang dibutuhkannya (ay. 7). Yesus
Kristus pernah menderita, tetapi kemudian menerima kemuliaan yang kekal (ay. 8). Paulus
adalah bukti nyata dari anugerah dan kekuatan Allah itu (ay. 8-10). Karena pemberitaan Injil
yang diberitakan, Paulus telah mengalami banyak penderitaan. Namun dengan anugerah dan
kekuatan Allah, ia sabar menanggung semua penderitaan itu. Pada bagian akhir dari perikop
ini, Paulus menguatkan Timotius dengan janji kesetiaan Tuhan yang tidak pernah berubah
(ay. 11-13).
Bagi kita pun saat ini, nasihat Paulus kepada Timotius masihlah sangat relevan. Seperti
Timotius, kita juga harus benar-benar menjadi prajurit-prajurit Kristus yang tangguh
menghadapi berbagai macam tantangan, persoalan dan masalah kehidupan dalam berbagai
hal. Seperti seorang prajurit yang berjuang melakukan yang terbaik untuk menyenangkan
tuannya, kitapun terpanggil untuk senantiasa fokus sepenuhnya kepada Tuhan. Di saat
mengalami pergumulan, jangan katakan, masalah saya teramat besat, tapi katakan Tuhan saya
lebih besar dari masalah saya. Banyak orang Kristen yang tidak lagi mengutamakan Tuhan
dalam hidupnya: jam-jam doanya berkurang, tidak lagi tekun membaca dan merenungkan
firman Tuhan dan mulai malas beribadah dengan alasan lelah atau sibuk bekerja sehingga
tidak punya waktu beribadah. Sangatlah berbahaya bila seorang prajurit telah kehilangan
fokus saat berperang meski itu hanya sesaat saja karena ia bisa kehilangan nyawanya. Tuhan
adalah komandan kita, dan sebagai prajurit kita harus taat kepada-Nya. Apa pun yang
diperintahkan komandan kita harus kerjakan dengan sepenuh hati tanpa ada perbantahan.
Seperti seorang olahragawan, secara rohani kita juga dilatih mengenal Tuhan dengan baik
dan benar, apa rencana dan kehendak-Nya untuk kita jalani dan lakukan. Sebagai seorang
petani yang bekerja keras mulai dari mempersiapkan lahan sebelum ditanami hingga menuai
hasil, maka kita pun diajak untuk bekerja keras agar boleh menerima hasil yang diinginkan.
Seperti sebuah pepatah mengatakan “berakit-rakit dahulu, berenang-renang ke tepian;
bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.” Sungguh, hidup kekristenan
membutuhkan perjuangan dan kerja keras! Tetapi apapun penderitaan, tantangan dan
pergumulan, jangan takut menghadapinya, asalkan penderitaan karena Kristus. Tetaplah kuat
dan ikutlah berbagian dalam penderitaan karena pemberitaan Injil-Nya. Penderitaan yang kita
alami karena nama-Nya tidak akan sia-sia. Tuhan menjamin dengan kesetiaan-Nya, Ia akan
menyertai kita.
Jaminan dari Tuhan ini jugalah yang akan terus memampukan kita dalam penghayatan
Minggu-Minggu Sengsara Yesus Kristus. Di mana saat ini, kita mulai memasuki penghayatan
Minggu sengsara yang pertama. Banyak hal yang akan menantang kehidupan beriman kita,
termasuk tantangan yang lahir dari diri sendiri, yaitu keinginan untuk hidup sesuai
kedagingan kita. Salah satu bentuk panggilan untuk ikut menderita bersama Kristus yang
perlu kita nyatakan dalam hidup ini, yaitu melawan keinginan daging dan sebaliknya
berusaha dalam tuntunan Roh Kudus hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Memang tidaklah
mudah, tetapi teruslah berjuang, berlatih dan bekerja keras dan Tuhan akan memberi
kepadamu pengertian dalam segala sesuatu. Tuhan beserta kita. Amin.

Anda mungkin juga menyukai