Anda di halaman 1dari 24

Pekerjaan menanti atau menunggu, bagi sebagian orang, sungguh amat menjengkelkan,

membuat gundah, resah, dan bahkan menyesakkan. Apalagi bila yang ditunggu-tunggu itu
tidak juga datang-datang. Sebagian orang yang lain lagi menanti dengan penuh harapan dan
sukacita, misalnya ibu hamil yang menantikan kelahiran anaknya. Tetapi, ada juga yang
menanti dengan tanpa antusiasme sedikit pun karena entah yang dinantikan itu datang atau
tidak, hal itu tidak ada artinya bagi dia. Seperti apa pun penantian setiap orang, Tuhan
menunjukkan bahwa kehadiran-Nya bukanlah janji yang PHP (Pemberi Harapan Palsu).

Yesus menegaskan bahwa kehadiran Allah telah dinyatakan dalam tanda-tanda, orang buta
melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati
dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Yesus sendirilah kehadiran
nyata Allah yang menghadirkan semua tanda keselamatan itu.

Yesus menegaskan kepada kita untuk tak pernah putus harapan dalam menanti sukacita yang
datang dari Allah, sebab janji Allah itu nyata. Santo Yakobus pun mengajak kita menanti janji
Tuhan bak seorang petani; penantian yang tidak hanya menunggu, melainkan terus bekerja
menggarap tanah dan percaya akan berkat Tuhan yang menghadirkan kelimpahan panenan.

Ya Tuhan, tidak jarang aku ragu akan janji-Mu. Kuatkanlah aku untuk selalu percaya
bahwa janji-Mu seindah fajar pagi yang setia menghantarkan hidup baru kepadaku.
Amin.

Senin, 12 Desember 2016

PEKAN Adven III (U)


Sta. Yohanna Fransiska de Chantal;
SP Maria dr Guadalupe

Bacaan I : Bil. 24: 2-7.15-17a


Mazmur : 25: 4bc-5ab.6-7c.8-9; R: 4b
Bacaan Injil : Mat. 21: 23-27

Pada suatu hari Yesus masuk ke bait Allah. Ketika Ia sedang mengajar di situ, datanglah
imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi kepada-Nya, dan bertanya: Dengan kuasa
manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-
Mu? Jawab Yesus kepada mereka: Aku juga akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu
dan jikalau kamu memberi jawabnya kepada-Ku, Aku akan mengatakan juga kepadamu
dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. Dari manakah baptisan Yohanes? Dari
sorga atau dari manusia? Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata:
Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata kepada kita: Kalau begitu, mengapakah
kamu tidak percaya kepadanya? Tetapi jikalau kita katakan: Dari manusia, kita takut kepada
orang banyak, sebab semua orang menganggap Yohanes ini nabi. Lalu mereka menjawab
Yesus: Kami tidak tahu. Dan Yesus pun berkata kepada mereka: Jika demikian, Aku juga
tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.

Renungan

Kuasa Allah atau kuasa Iblis? Kisah Bileam menunjukkan betapa kuasa Allah melampaui
segala kuasa. Seorang tukang tenung sakti dengan mudahnya diubah menjadi pengucap
berkat bagi Israel. Menentukan dari mana sebuah kuasa datang bukan perkara mudah. Tetapi
dari kisah Bileam dan Yesus, ada sebuah benang merah yang menegaskan bahwa kuasa Allah
itu menghadirkan berkat, kesembuhan, dan pembebasan. Itulah karakter kuasa Allah, yang
membedakan dari kuasa jahat.

Pohon dikenal dari buahnya. Buah yang muncul dari Allah adalah berkat dan keselamatan.
Buah yang sama pula yang mestinya lahir dari anak-anak Allah. Kuasa dan kemampuan, apa
pun itu, bukan sebuah sarana untuk kemuliaan dan kepentingan diri sendiri, bukan pula untuk
mencari sensasi, melainkan karunia untuk menghadirkan berkat dan keselamatan kepada
sesama.

Tuhan Yesus, runtuhkanlah gunung kesombonganku dan bantulah aku menjadi anak-
anak Allah yang rendah hati supaya aku tidak mencari kemegahan diri sendiri. Amin.

Selasa, 13 Desember 2016

Pekan Adven III


Sta. Lusia, PrwMrt (M);
Sta. Odilla

Bacaan I : Zef. 3: 1-2.9-13


Mazmur : 34: 2-3.6-7.17-18.19.23; R: 7a
Bacaan Injil : Mat. 21: 28-32

Yesus berkata kepada imam-imam kepala dan pemuka-pemuka Yahudi: Apakah pendapatmu
tentang ini: Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan
berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur. Jawab anak itu: Baik,
bapa. Tetapi ia tidak pergi. Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata
demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu
pergi juga. Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya? Jawab
mereka: Yang terakhir. Kata Yesus kepada mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk
ke dalam Kerajaan Allah. Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran
kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan
perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi
kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya.

Renungan

Bangsa Israel adalah bangsa terpilih, putra sulung keselamatan. Wajar bila orang Israel begitu
bangga akan status ini, yang sudah terbukti dan teruji selama ratusan tahun sejarah bangsa
mereka. Tetapi, status itu bukan jaminan. Nabi Zefanya melontarkan kritik, bahkan kecaman
pedas kepada bangsa pilihan Allah ini, yang tenggelam dalam kesombongannya dan tidak
mau mendengarkan Allah. Keselamatan dari Tuhan akan diperuntukkan kepada bangsa lain.

Kritik senada dilontarkan oleh Yesus dengan perumpamaan tentang anak sulung dan anak
bungsu. Perumpaan ini tampak satu pola dengan kisah anak yang hilang dalam Injil
Lukas.Perumpamaan ini menjadi cara Yesus untuk menegaskan bahwa bukan status atau
posisi yang menentukan. Dalam kisah keselamatan, Allah lebih berkenan kepada mereka
yang telinganya terbuka pada Sabda-Nya, yang hatinya terbuka untuk menjadi tempat tinggal
Allah, dan yang kesukaannya adalah melakukan kehendak Allah. Dengan menyebut
pemungut cukai dan pelacur, Yesus tentu saja tidak mengatakan bahwa perbuatan dosa
mereka adalah hal yang benar, melainkan yang menjadi penekanan Yesus di sini adalah unsur
pertobatan, bahwa mereka justru orang seperti inilah yang lebih mudah ingat akan Tuhan dan
mau mendengarkan suara Tuhan. Ketika hati dipenuhi kesombongan, tiada ruang bagi siapa
pun untuk terlibat dan membawakan berkat. Sebaliknya, hati yang tak punya sandaran dan
kebanggaan apa-apa merupakan ruang terbuka yang dapat dipenuhi oleh kuasa Allah.

Ya Tuhan, sering aku tenggelam dalam kesombongan dan rasa bangga diri yang
berlebihan, bahwa aku adalah orang yang baik dan saleh, tanpa cela. Anugerahkanlah
aku kerendahan hati untuk menyadari bahwa aku lemah dan tak berdaya bila tanpa belas
kasih-Mu. Amin.

Rabu,14 Desember 2016

PEKAN Adven III


Pw St. Yohanes dr Salib, ImPujG. (P)
St. Venantius Fortunatus; St. Spiridion

Bacaan I : Yes. 45: 6b-8.18.21b-25


Mazmur : 85: 9ab-10.11-12.13-14; R: Yes. 45:8
Bacaan Injil : Luk. 7:19-23
Ia memanggil dua orang dari antaranya dan menyuruh mereka bertanya kepada Tuhan:
Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain? Ketika
kedua orang itu sampai kepada Yesus, mereka berkata: Yohanes Pembaptis menyuruh kami
bertanya kepada-Mu: Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan
seorang lain? Pada saat itu Yesus menyembuhkan banyak orang dari segala penyakit dan
penderitaan dan dari roh-roh jahat, dan Ia mengaruniakan penglihatan kepada banyak orang
buta. Dan Yesus menjawab mereka: Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang
kamu lihat dan kamu dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta
menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin
diberitakan kabar baik. Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak
Aku.

Renungan

Akulah TUHAN. Kalimat seruan ini dinyatakan berulang-ulang dalam bacaan pertama.
Ketika Tuhan menyatakan identitas-Nya berulang kali, apa maknanya? Kita bisa
menghubungkan pernyataan identitas diri Allah ini dengan pertanyaan para murid Yohanes
tentang Dia yang dinantikan. Mereka menantikan kepastian akan kehadiran Mesias, the Man
of God, dan bertanya-tanya, Apakah betul Dia sudah datang? Apa betul Tuhan sudah
datang? Kalimat Akulah Tuhan merupakan pernyataan bahwa Tuhan sungguh ada dan
hadir dalam hidup manusia.

Menjawab pertanyaan para murid Yohanes, Yesus menyadur sabda kepada Nabi Yesaya
tentang tanda-tanda kehadiran Allah: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang
kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin
diberitakan kabar baik. Ini adalah cara halus untuk mengulangi pernyataan Akulah
TUHAN. Penginjil Lukas mengajak kita untuk menyadari betul bahwa Yesus adalah
sungguh Allah yang hadir di dalam dunia. Menyandarkan hidup pada-Nya adalah satu-
satunya jaminan sukacita berlimpah bagi kita. Sebagaimana Yesus sendiri berkata:
Berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku.

Tuhan Yesus, Putra Allah yang Mahaagung, penuhilah kerinduanku akan kehadiran-Mu
dalam hidupku dan tuntunlah aku agar berani menyandarkan hidupku pada-Mu, Tuhan
dan Allahku. Amin.

Kamis, 15 Desember 2016

PEKAN Adven III (U)


Sta. Kristiana
Bacaan I : Yes. 54:1-10
Mazmur : 30:2.4-6.11-12a.13b; R: 2a
Bacaan Injil : Luk. 7:24-30

Setelah suruhan Yohanes itu pergi, mulailah Yesus berbicara kepada orang banyak itu tentang
Yohanes: Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun? Melihat buluh yang digoyangkan
angin kian ke mari? Atau untuk apakah kamu pergi? Melihat orang yang berpakaian halus?
Orang yang berpakaian indah dan yang hidup mewah, tempatnya di istana raja. Jadi untuk
apakah kamu pergi? Melihat nabi? Benar, dan Aku berkata kepadamu, bahkan lebih dari pada
nabi. Karena tentang dia ada tertulis: Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului
Engkau, ia akan mempersiapkan jalan-Mu di hadapan-Mu.Aku berkata kepadamu: Di antara
mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak ada seorang pun yang lebih besar daripada
Yohanes, namun yang terkecil dalam Kerajaan Allah lebih besar daripadanya. Seluruh orang
banyak yang mendengar perkataan-Nya, termasuk para pemungut cukai, mengakui kebenaran
Allah, karena mereka telah memberi diri dibaptis oleh Yohanes. Tetapi orang-orang Farisi dan
ahli-ahli Taurat menolak maksud Allah terhadap diri mereka, karena mereka tidak mau
dibaptis oleh Yohanes.

Renungan

Sesaat saja Aku meninggalkan dikau, tetapi karena kasih sayang yang besar Aku mengambil
engkau kembali (Yes. 54:7). Sabda Tuhan yang disampaikan Nabi Yesaya itu cukup untuk
mengungkapkan betapa Allah menyayangi manusia. Di sisi lain, manusia pun berada dalam
situasi menantikan pemenuhan harapan. Manusia merindukan karya ajaib yang
melepaskannya dari segala belenggu dan duka kehidupan. Pertanyaannya, apakah manusia
sadar akan makna dari pembebasan yang dirindukannya?

Ayat terakhir dari perikop Injil Lukas hari ini menghadirkan ironi, Tetapi orang-orang Farisi
dan ahli-ahli Taurat menolak maksud Allah terhadap diri mereka (Luk. 7:30). Mungkin yang
diinginkan manusia adalah pembebasan dan keselamatan seperti yang mereka mau atau
mereka pikirkan. Sementara Allah melakukan segala upaya untuk menuntun manusia ke jalan
keselamatan, manusia hanya berpikir tentang ide, kepentingan, dan kebutuhannya sendiri.
Tidak jarang rasanya kebutuhan kita memang hanya supaya semua masalah berlalu atau
diatasi.

Sabda Tuhan hari ini mengingatkan kita bahwa menggapai keselamatan dimulai dari
kemauan memasukkan diri kita dalam irama gerakan Allah sendiri. Untuk itu, kita perlu
membuka diri menyambut Tuhan di dalam hati kita, merenungkan sabda-Nya di dalam Kitab
Suci, dan mendengarkan suara-Nya dalam jeritan sesama kita dan rintihan alam semesta.
Dengan demikian, hidup kita menjadi seirama langkah Tuhan.

Tuhan, tidak jarang aku begitu picik dan mengimani Engkau sejauh kebutuhanku saja.
Bantulah aku untuk bertolak lebih dalam, ke dalam samudera kasih-Mu, tempat aku
menyelami betapa dalamnya cinta-Mu kepadaku. Dengan demikian, hidupku benar-benar
selaras dengan kehendak-Mu. Amin.

Jumat, 16 Desember 2016

PEKAN Adven III (U)


St. Sturminus; Sta. Teofanu;
B. Maria dr Malaikat Novena Natal Hari ke-1

Bacaan I : Yes. 56: 1-3.6-8


Mazmur : 67:2-3.5.7-8; R:4a
Bacaan Injil : Yoh. 5:33-36

Yesus berkata kepada orang-orang Yahudi: Kamu telah mengirim utusan kepada Yohanes
dan ia telah bersaksi tentang kebenaran; tetapi Aku tidak memerlukan kesaksian dari
manusia, namun Aku mengatakan hal ini, supaya kamu diselamatkan. Yohanes itu adalah
pelita yang menyala dan yang bercahaya, dan kamu hanya mau menikmati seketika saja
cahayanya itu. Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting daripada kesaksian
Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku
melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi
kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku.

Renungan

Injil Yohanes dengan indah menampilkan Kristus sebagai pemenuhan harapan manusia. Allah
yang dulu berjanji memberikan segala kelimpahan dan kebebasan serta sukacita mengutus
Yesus Sang Terurapi untuk melaksanakan pekerjaan-Nya. Bila Yohanes Pembaptis adalah
pelita menyala yang cahayanya hanya dinikmati seketika, Yesus adalah Sang Cahaya itu
sendiri yang mengundang semua manusia untuk berpaling kepada terang-Nya dan memasuki
rumah cahaya di dalam-Nya.

Pernyataan Yesus akan kesaksian dan pekerjaan-Nya merupakan sebuah undangan bagi kita
untuk membiarkan Kristus menjadi cahaya satu-satunya dalam hidup kita. Kita akan
senantiasa menjadi pemantul dan pemancar cahaya-Nya, bukan cahaya itu sendiri. Dengan
demikian, setiap orang yang berjumpa dengan kita, dan menerima sentuhan kasih kita, akan
merasakan kehadiran Allah yang menyelamatkan melalui perbuatan baik kita. Maukah kita
menjadi pancaran cahaya Tuhan sendiri?

Ya Tuhan, Allahku, tolonglah aku menyebarkan keharuman-Mu ke mana saja aku pergi.
Penuhilah jiwaku dengan semangat dan hidup-Mu. Resapilah dan kuasailah sekluruh
pribadiku sedemikian rupa, sehingga setiap jiwa yang berhubungan denganku dapat
merasakan kehadiran-Mu di dalam diriku. Apa pun yang kulakukan, semoga menjadi
bukti nyata kebulatan cinta kasihku kepada-Mu, O Tuhanku. Amin.

Sabtu,17 Desember 2016

HARI BIASA KHUSUS Adven III (U)


Novena Natal hari ke-2 Lazarus (Sahabat Yesus)
St. Olympias

Bacaan I : Kej. 49:2.8-10


Mazmur : 72:1-2.3-4b.7-8.17; R:7
Bacaan Injil : Mat. 1:1-17

Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham. Abraham memperanakkan Ishak,
Ishak memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yehuda dan saudara-saudaranya,
Yehuda memperanakkan Peres dan Zerah dari Tamar, Peres memperanakkan Hezron, Hezron
memperanakkan Ram, Ram memperanakkan Aminadab, Aminadab memperanakkan
Nahason, Nahason memperanakkan Salmon, Salmon memperanakkan Boas dari Rahab, Boas
memperanakkan Obed dari Rut, Obed memperanakkan Isai, Isai memperanakkan raja Daud.
Daud memperanakkan Salomo dari istri Uria, Salomo memperanakkan Rehabeam, Rehabeam
memperanakkan Abia, Abia memperanakkan Asa, Asa memperanakkan Yosafat, Yosafat
memperanakkan Yoram, Yoram memperanakkan Uzia, Uzia memperanakkan Yotam, Yotam
memperanakkan Ahas, Ahas memperanakkan Hizkia, Hizkia memperanakkan Manasye,
Manasye memperanakkan Amon, Amon memperanakkan Yosia, Yosia memperanakkan
Yekhonya dan saudara-saudaranya pada waktu pembuangan ke Babel. Sesudah pembuangan
ke Babel, Yekhonya memperanakkan Sealtiel, Sealtiel memperanakkan Zerubabel, Zerubabel
memperanakkan Abihud, Abihud memperanakkan Elyakim, Elyakim memperanakkan Azor,
Azor memperanakkan Zadok, Zadok memperanakkan Akhim, Akhim memperanakkan Eliud,
Eliud memperanakkan Eleazar, Eleazar memperanakkan Matan, Matan memperanakkan
Yakub, Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut
Kristus. Jadi seluruhnya ada: empat belas keturunan dari Abraham sampai Daud, empat belas
keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan empat belas keturunan dari
pembuangan ke Babel sampai Kristus.

Renungan

Di masa kampanye Pilpres 2014, ada ungkapan Jokowi adalah kita. Ungkapan serupa bisa
kita sematkan pada Yesus. Yesus adalah kita. Yesus adalah anak manusia, anak sejarah,
anak sebuah bangsa seperti kita.
Pembukaan Injil Matius menegaskan realita Inkarnasi, Allah yang sungguh menjadi manusia.
Ia tidak menjelma sebagai makhluk yang langsung turun dari langit, melainkan menjadi
seorang manusia yang sungguh mengakar dalam sejarah. Sejarah kemanusiaan Yesus ini
merupakan refleksi indah tentang karya kasih Allah, bahwa Yang Ilahi sungguh bersama kita,
ada di antara kita, dan menjadi satu di antara kita.

Inkarnasi bukan hanya menyampaikan pesan bahwa kita dicintai, tetapi juga bahwa hidup ini
sangat berharga. Bukan karena apa yang kita miliki, melainkan karena hidup kita disertai dan
dialami oleh Allah sendiri. Bila Allah sungguh menghormati hidup manusia, tentunya kita
sendiri mempunyai tanggung jawab untuk menghormati hidup kita dan hak hidup setiap
orang. Maka, apa saja yang menghalangi kehidupan, harus dilawan dan ditolak.

Tuhan Yesus, karena kasih-Mu Engkau berkenan menjadi manusia seperti aku. Bantulah
aku untuk selalu menyadari bahwa hidup ini sungguh berharga. Semoga aku mampu
menjadi rasul kehidupan dan menolak setiap upaya untuk mengenyahkan hidup. Amin.

Minggu, 18 Desember 2016

PEKAN Adven IV (U)


Sta. Makrina Muda Novena Natal hari ke-3

Bacaan I : Yes. 7:10-14


Mazmur : 24:1-2.3-4ab.5-6; R:7c.10b
Bacaan II : Rm. 1:1-7
Bacaan Injil : Mat. 1:18-24

Kelahiran Yesus Kristus adalah sebagai berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan
dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami
istri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama
istrinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia
mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan
berkata: Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab
anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki
dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya
dari dosa mereka. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi:
Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan
mereka akan menamakan Dia Imanuel -yang berarti: Allah menyertai kita. Sesudah bangun
dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia
mengambil Maria sebagai istrinya.

Renungan
Belum cukupkah engkau melelahkan orang sehingga melelahkan Allah juga? (Yes. 7:13).
Keluhan Nabi Yesaya atas sikap Raja Ahas yang pengecut dan tidak percaya pada firman
Tuhan, merupakan sebuah pertanyaan yang juga menarik untuk kita. Permintaan akan
pertanda dan isyarat, yang tidak pernah disertai keterbukaan hati untuk percaya, tak ubahnya
membuat Allah sebuah boneka yang dimainkan sesuka hati. Di sisi lain, kelelahan Allah
menjadi titik mula dari hadirnya keselamatan kita, karena Allah mengutus Putra-Nya ke
dunia. Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-
laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel (Yes. 7:14; Mat. 1:23). Bukan hanya Allah
menjadi manusia, tetapi Allah beserta kita.

Berhadapan dengan misteri iman yang agung ini, kita dipertemukan pada dua sikap, Ahas dan
Yusuf. Yang pertama terus-menerus memeras Allah untuk memuaskan diri, sedangkan yang
kedua taat dalam diam dan percaya akan karya besar Allah. Ada begitu banyak tuntutatn
dalam diri kita yang siap kita luncurkan kepada Allah. Tetapi, teladan Yusuf mengingatkan
bahwa karya Allah adalah jalan misteri yang membutuhkan kepercayaan, ketaatan, dan
keterlibatan kita; bukan sebaliknya, permintaan dan keluhan tanpa henti yang ujungnya
selalu untuk memuaskan diri sendiri.

Tuhan Yesus, semoga kerendahan hati-Mu tertanam dalam diriku dan menjadi tanah yang
subur bagi pertumbuhan imanku, agar aku selalu terbuka dan berani percaya pada setiap
karya-Mu dalam hidupku. Amin.

Senin, 19 Desember 2016

HARI BIASA KHUSUS Adven IV (U)


Novena Natal hari ke-4 St. Nemesio

Bacaan I : Hak. 13:2-7.24-25


Mazmur : 71:3-4a.5-6b.16-17; R:8ab
Bacaan Injil : Luk. 1:5-25

Pada zaman Herodes, raja Yudea, adalah seorang imam yang bernama Zakharia dari
rombongan Abia. Istrinya juga berasal dari keturunan Harun, namanya Elisabet. Keduanya
adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan
dengan tidak bercacat. Tetapi mereka tidak mempunyai anak, sebab Elisabet mandul dan
keduanya telah lanjut umurnya. Pada suatu kali, waktu tiba giliran rombongannya, Zakharia
melakukan tugas keimaman di hadapan Tuhan. Sebab ketika diundi, sebagaimana lazimnya,
untuk menentukan imam yang bertugas, dialah yang ditunjuk untuk masuk ke dalam Bait
Suci dan membakar ukupan di situ. Sementara itu seluruh umat berkumpul di luar dan
sembahyang. Waktu itu adalah waktu pembakaran ukupan. Maka tampaklah kepada Zakharia
seorang malaikat Tuhan berdiri di sebelah kanan mezbah pembakaran ukupan. Melihat hal itu
ia terkejut dan menjadi takut. Tetapi malaikat itu berkata kepadanya: Jangan takut, hai
Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, istrimu, akan melahirkan seorang anak
laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes. Engkau akan bersukacita dan
bergembira, bahkan banyak orang akan bersukacita atas kelahirannya itu. Sebab ia akan besar
di hadapan Tuhan dan ia tidak akan minum anggur atau minuman keras dan ia akan penuh
dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya; ia akan membuat banyak orang Israel berbalik
kepada Tuhan, Allah mereka, dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa
Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang
durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan
suatu umat yang layak bagi-Nya. Lalu kata Zakharia kepada malaikat itu: Bagaimanakah
aku tahu, bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan istriku sudah lanjut umurnya.
Jawab malaikat itu kepadanya: Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus
untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan kabar baik ini kepadamu.Sesung-
guhnya engkau akan menjadi bisu dan tidak dapat berkata-kata sampai kepada hari, di mana
semuanya ini terjadi, karena engkau tidak percaya akan perkataanku yang akan nyata
kebenarannya pada waktunya. Sementara itu orang banyak menanti-nantikan Zakharia.
Mereka menjadi heran, bahwa ia begitu lama berada dalam Bait Suci. Ketika ia keluar, ia
tidak dapat berkata-kata kepada mereka dan mengertilah mereka, bahwa ia telah melihat
suatu penglihatan di dalam Bait Suci. Lalu ia memberi isyarat kepada mereka, sebab ia tetap
bisu. Ketika selesai jangka waktu tugas jabatannya, ia pulang ke rumah. Beberapa lama
kemudian Elisabet, isterinya, mengandung dan selama lima bulan ia tidak menampakkan diri,
katanya: "Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, dan sekarang Ia berkenan menghapuskan
aibku di depan orang."

Renungan

Dalam bacaan-bacaan di hari-hari sebelumnya, kita mendengar janji keselamatan dari Allah,
salah satunya orang yang mandul akan melahirkan tujuh kali. Janji itu digenapi Allah. Istri
Manoah dan Elisabet, istri Zakharia, yang mandul, dianugerahi keajaiban sehingga mereka
mengandung. Reaksi Elisabet sungguh menarik. Ia tidak larut dalam kegembiraan semata.
Lebih dari itu, ia larut dalam pujian atas kuasa Allah, bahwa semua yang terjadi merupakan
suatu perbuatan Tuhan bagiku.

Jika kita benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan-Nya
dengan tidak bercacat, kita pun akan mengalami keajaiban dalam hidup, sebab tidak ada
yang mustahil bagi Tuhan.

Ya Tuhan, karya-Mu begitu agung sekaligus tak terselami. Ajarilah aku untuk berani
berserah meski aku tidak mengerti misteri kasih-Mu dalam hidupku. Amin.
Selasa, 20 Desember 2016

HARI BIASA KHUSUS Adven IV (U)


St. Filigon Novena Natal hari ke-5

Bacaan I : Yes. 7:10-14


Mazmur : 24:1-2.3-4b.5-6; R:lh.7c.10b
Bacaan Injil : Luk. 1:26-38

Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh Malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea
bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf
dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia
berkata: Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau. Maria terkejut
mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat
itu kepadanya: Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan
Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki
dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak
Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud,
bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-
lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan. Kata Maria kepada malaikat itu:
Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami? Jawab malaikat itu
kepadanya: Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi
engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan
sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada
hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi
Allah tidak ada yang mustahil. Kata Maria: Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan;
jadilah padaku menurut perkataanmu itu. Lalu malaikat itu meninggalkan dia.

Renungan

Bila dalam Injil Matius, sabda Allah datang kepada Yusuf bak sebuah perintah yang magis
dan harus ditaati, kisah perjumpaan Malaikat Gabriel dan Maria menghadirkan cerita yang
lebih manusiawi. Allah berdialog dengan manusia tentang rencana dan kehendak-Nya. Ia
ingin melibatkan manusia dalam cerita keselamatan manusia sendiri.

Dalam bacaan pertama, dialog ini juga terjadi. Namun di sana komunikasi tak berjalan baik.
Pasalnya adalah sikap Ahas yang tidak selaras dengan irama kehendak Allah. Ahas terkesan
baik dengan keengganan untuk menyusahkan Allah, tetapi ia justru tidak nyambung dengan
Allah. Berbeda dengan sikap Maria. Ecce Ancilla Domini-Aku ini hamba Tuhan, dengan
kerendahan hatinya ini Maria nyambung dengan kehendak Allah sehingga terselenggaralah
karya keselamatan. Allah tahu apa yang terbaik bagi keselamatan manusia dan oleh
karenanya keterlibatan yang lahir dari kerendahan hati yang taat menjadi jawaban terbaik
bagi kehendak Allah.
Komunikasi kita dengan Allah dan juga dengan sesama terkadang tidak nyambung, tidak
berdampak, oleh karena sikap kita yang sombong, egois, suka menuntut, dan mau menang
sendiri. Dalam masa Adven ini mari kita memperbaiki komunikasi kita dengan menghayati
semangat kerendahan hati Maria, agar Yesus yang kita rindukan berkenan hadir di dalam diri
kita dan di tengah keluarga kita.

Tuhan Yesus, bantulah aku meneladani sikap Bunda Maria agar aku pantas menyambut
hadir-Mu dan hidupku boleh menjadi tanda kasih Allah yang menyelamatkan. Amin.

Rabu, 21 Desember 2016

HARI BIASA KHUSUS Adven IV (U)


Novena Natal hari ke-6 St. Petrus Kanisius

Bacaan I : Kid. 2:8-14 atau Zef. 3:14-18a


Mazmur : 33:2-3.11-12.20-21; R:1a.3a
Bacaan Injil : Luk. 1:39-45

Beberapa waktu sesudah kedatangan Malaikat Gabriel, berangkatlah Maria dan langsung
berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. Di situ ia masuk ke rumah Zakharia
dan memberi salam kepada Elisabet. Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria,
melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu
berseru dengan suara nyaring: Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan
diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?
Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku
melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan
kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.

Renungan

Bersorak-sorailah, hai putri Sion! Sebuah seruan indah yang menyuarakan saat
keselamatan sudah tiba. Sorak gembira yang sama terungkap dari seorang Elisabet. Dua
orang terberkati berjumpa dan sukacita pun merebak. Sungguh sebuah perjumpaan yang
menarik. Bukan hanya bahwa Elisabet lalu bersorak girang dan memuji Maria, tetapi ini
adalah perjumpaan dua orang yang berbagi sukacita. Keduanya adalah manusia yang
mengalami misteri ilahi dan sejatinya mereka pun tidak tahu akan bagaimana nasib mereka
di dalam pusaran misteri itu. Tetapi kedua perempuan senasib itu saling berbagi kekuatan,
saling meneguhkan dalam iman bahwa apa yang mereka alami sungguh karya indah dari
Allah, sebagaimana dikatakan Elisabet, berbahagialah ia yang telah percaya!
Kita semua juga orang terberkati yang sering kali tidak mampu memahami misteri Allah
dalam hidup kita. Oleh karenanya, bukankah perjumpaan Elisabet dan Maria merupakan
teladan yang menarik? Dalam ketidakmampuan kita mengerti rencana Allah, kita bisa saling
meneguhkan dengan berjumpa, saling berbagi cerita, saling menguatkan, dan memuji karya
agung Allah dalam hidup kita.

Ya Tuhan, bukalah hatiku kepada kehadiran-Mu dalam diri sesama, supaya aku bersama
semua orang yang aku jumpai, membangun persekutuan iman yang sejati dan saling
mendukung dalam peziarahan hidup ini. Amin.

Kamis, 22 Desember 2016

HARI BIASA KHUSUS Adven IV (U)


St. Teodorus ; St. Yosef Moscati
Novena Natal hari ke-7

Bacaan I : 1Sam. 1:24-28


Mazmur : 1Sam. 2:1.4-5.6-7.8abcd; R:1a
Bacaan Injil : Luk. 1:46-56

Dalam kunjungannya kepada Elisabet, ketika dipuji bahagia, Maria memuliakan Allah dan
berkata: Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku,
sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang
segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan
perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. Dan rahmat-Nya turun-
temurun atas orang yang takut akan Dia. Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan
tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan
orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia
melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya
pergi dengan tangan hampa; Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-
Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan
keturunannya untuk selama-lamanya. Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya
bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya.

Renungan

Anak adalah harta yang sangat berharga. Begitu banyak pasangan suami-istri yang
mendambakan anak dan melakukan segala upaya untuk mendapatkan keturunan. Latar
belakang persembahan anak dalam bacaan pertama adalah pengharapan Hana yang mandul
supaya dikaruniai keturunan. Ia berdoa tak kunjung putus dengan kesedihan seorang wanita
yang terluka karena kemandulan dan penghinaan. Doanya dikabulkan Allah dan lahirlah
Samuel dari rahimnya.

Dalam situasi seperti ini, sangat mungkin orang tua tak akan mau melepaskan dan terpisah
dari anak mereka yang didapat dengan susah payah. Tidak demikian halnya dengan Hana. Ia
sadar bahwa anaknya adalah anugerah Allah dan sudah sepantasnya anugerah itu
dipersembahkan kepada Allah untuk dijadikan anugerah bagi banyak orang.

Kesadaran yang sama ditampilkan oleh Maria melalui kidungnya yang indah. Bagi Maria,
apa yang dialami bukan sebuah anugerah untuk diri sendiri. Ia menyadari bahwa melalui
putra yang dikandungnya, seluruh dunia akan memperoleh kelimpahan anugerah ilahi. Anak
adalah anugerah, tetapi bukan hanya untuk dimiliki orang tua semata, melainkan untuk
dipersembahkan agar menjadi berkat bagi seluruh dunia.

Tuhan Yesus Kristus, ajarilah aku untuk mampu menerima hidup ini sebagai anugerah,
yang bukan hanya untuk dinikmati sendiri, melainkan kupersembahkan kepada-Mu
untuk kemuliaan-Mu dan kebaikan sesamaku. Amin.

Jumat, 23 Desember 2016

HARI BIASA KHUSUS Adven IV (U)


Novena Natal hari ke-8 St. Yohanes dr Kety; St. Servulus

Bacaan I : Mal. 3:1-4; 4:5-6


Mazmur : 25:4-5b.8-9.10.14 R: Luk. 21:28
Bacaan Injil : Luk. 1:57-66

Genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin dan ia pun melahirkan seorang anak laki-
laki. Ketika tetangga-tetangganya serta sanak saudaranya mendengar, bahwa Tuhan telah
menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepadanya, bersukacitalah mereka bersama-
sama dengan dia. Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak
itu dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya, tetapi ibunya berkata:
Jangan, ia harus dinamai Yohanes.Kata mereka kepadanya: Tidak ada di antara sanak
saudaramu yang bernama demikian. Lalu mereka memberi isyarat kepada bapanya untuk
bertanya nama apa yang hendak diberikannya kepada anaknya itu. Ia meminta batu tulis, lalu
menuliskan kata-kata ini: Namanya adalah Yohanes. Dan mereka pun heran semuanya. Dan
seketika itu juga terbukalah mulutnya dan terlepaslah lidahnya, lalu ia berkata-kata dan
memuji Allah. Maka ketakutanlah semua orang yang tinggal di sekitarnya, dan segala
peristiwa itu menjadi buah tutur di seluruh pegunungan Yudea. Dan semua orang, yang
mendengarnya, merenungkannya dan berkata: Menjadi apakah anak ini nanti? Sebab
tangan Tuhan menyertai dia.
Renungan

Menjadi apakah anak ini nanti? Ketika seorang anak lahir, orang di sekitarnya diliputi
harapan, berharap akan masa depan yang baik bagi anak itu dan berkat yang akan dibawanya
bagi orang-orang terdekat. Pengharapan yang sama kiranya hidup di antara keluarga maupun
kerabat Zakharia. Nama Yohanes, yang berarti Allah merahmati, sudah menubuatkan
masa depan sang bayi bahwa ia akan menjadi tangan Allah untuk menaburkan rahmat bagi
dunia. Penginjil Lukas sendiri menambahkan bahwa Tangan Tuhan menyertai dia.

Melalui seorang anak, Allah hendak mencurahkan rahmat-Nya bagi manusia. Di sini peran
keluarga sangat besar untuk membuat berkat Allah itu sungguh nyata. Keluarga yang penuh
kasih dan terbuka pada sabda Allah memberi ruang tumbuh kembang yang sehat bagi anak
sehingga kelak sungguh menjadi penyalur berkat. Kelahiran anak adalah sebuah petunjuk
akan karya kasih Allah bagi keluarga. Misteri kasih itu perlu disambut dengan keterlibatan
semua orang untuk menuntun tiap manusia pada perutusannya, yaitu membawa rahmat Allah
kepada sesama.

Ya Tuhan, Yohanes membuka jalan bagi-Mu melalui kesetiaan dan kerendahan hatinya.
Jadikanlah aku rasul yang setia pada tugas perutusan-Mu di dunia, dalam keluarga dan
lingkungan hidupku, sehingga melalui karyaku, kasih-Mu semakin dikenal oleh setiap
manusia. Amin.

Sabtu, 24 Desember 2016

HARI BIASA KHUSUS Adven IV (U)


Adam dan Hawa (Manusia Pertama)
Novena Natal hari ke-9

Bacaan I : 2Sam. 7:1-5.8b-12.16


Mazmur : 89:2-3.4-5.27.29; R:2a
Bacaan Injil : Luk. 1:67-79

Zakharia, ayah Yohanes, penuh dengan Roh Kudus, lalu bernubuat, katanya: Terpujilah
Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat umat-Nya dan membawa kelepasan baginya, Ia
menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud, hamba-Nya
itu,-seperti yang telah difirmankan-Nya sejak purbakala oleh mulut nabi-nabi-Nya yang
kudus -untuk melepaskan kita dari musuh-musuh kita dan dari tangan semua orang yang
membenci kita,untuk menunjukkan rahmat-Nya kepada nenek moyang kita dan mengingat
akan perjanjian-Nya yang kudus, yaitu sumpah yang diucapkan-Nya kepada Abraham, bapa
leluhur kita, bahwa Ia mengaruniai kita, supaya kita, terlepas dari tangan musuh, dapat
beribadah kepada-Nya tanpa takut, dalam kekudusan dan kebenaran di hadapan-Nya seumur
hidup kita. Dan engkau, hai anakku, akan disebut nabi Allah Yang Mahatinggi; karena engkau
akan berjalan mendahului Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagi-Nya, untuk memberikan
kepada umat-Nya pengertian akan keselamatan yang berdasarkan pengampunan dosa-dosa
mereka, oleh rahmat dan belas kasihan dari Allah kita, dengan mana Ia akan melawat kita,
Surya pagi dari tempat yang tinggi, untuk menyinari mereka yang diam dalam kegelapan dan
dalam naungan maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera.

Renungan

Kidung pujian Zakharia menutup rangkaian kisah persiapan kelahiran Yesus. Rasa
syukur dan kekaguman akan karya Allah mendorong Zakharia menyatakan kidung yang
sekaligus nubuat bagi putranya. Pesan pujian Zakharia sangat indah: Allah telah mengunjungi
dan membebaskan umat-Nya. Zakharia begitu percaya bahwa janji Allah telah dipenuhi dan
saat keselamatan sudah tiba. Sebuah iman yang melihat bahwa Allah setia dan tak pernah
ingkar janji. Lebih lagi, kasih-Nya selalu menyertai semua anak-Nya di setiap jalan hidup
mereka.

Pujian Zakharia mengundang kita untuk sungguh percaya akan kesetiaan Allah serta
menemukan kisah iman dan berkat dalam setiap peristiwa hidup. Karena di sana, Allah hadir
dan menunjukkan karya-Nya yang agung kepada kita.

Tuhan Yesus pelindungku, tumbuhkanlah imanku supaya aku dapat selalu percaya dan
melihat jejak berkat-Mu dalam setiap peristiwa hidupku. Amin.

Minggu, 25 Desember 2016

HARI RAYA NATAL (P)

Bacaan I : Malam: Yes. 9:1-6/Fajar: Yes 62:11-12


Mazmur : Malam: Mzm. 96:1-2a.2b-3.11-12.13;R: Luk. 2:11/ Fajar: Mzm. 97: 1.6.11-12
Bacaan II : Malam:Tit 2:11-14/Fajar: Tit 3:4-7
Bacaan Injil : Malam: Luk. 2:1-14/Fajar: Luk. 2:15-20

Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua
orang di seluruh dunia. Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius
menjadi wali negeri di Siria. Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing
di kotanya sendiri. Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota
Daud yang bernama Betlehem,- karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud-supaya
didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung. Ketika
mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak
laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di
dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan. Di daerah itu ada
gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu
malam. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan
bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan.Lalu kata malaikat itu kepada mereka:
Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk
seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.
Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin
dan terbaring di dalam palungan. Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat
itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: Kemuliaan bagi Allah di
tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan
kepada-Nya.

Renungan

Telah nyata kemurahan Allah bagi kita! Seruan penulis surat kepada Titus menegaskan apa
yang kita rayakan pada hari ini: Kemurahan dan cinta Tuhan. Cinta itu berwujud seorang
manusia dan tinggal di antara kita.

Kisah kelahiran Yesus menyampaikan satu pesan kepada kita bahwa Allah selalu menepati
janji-Nya dan Ia selalu menyertai kita. Mungkin pesan semacam ini terasa klise karena sudah
sering kita dengar. Tetapi di zaman kita, saat kita terus digoda untuk melihat dunia sebagai
tempat yang memprihatinkan dan penuh cacat-cela, Natal menggemakan pesan Allah kepada
kita bahwa justru di dunia yang penuh cacat-cela inilah Allah berkenan untuk tinggal dan
menunjukkan cinta-Nya pada kita. Ketika kenyataan hidup mungkin menggoyahkan iman
dan harapan, Natal mengingatkan kita bahwa ada cinta yang tak pernah berakhir bagi kita,
cinta Sang Immanuel, Allah beserta kita, yang mengajak kita melihat dunia sebagai tempat
yang diberkati. Semoga cinta Natal ini menjadi cinta kita semua dan bergema dalam hidup
harian kita. Selamat Natal.

Tuhan Yesus Kristus, Sang Emmanuel, aku bersyukur kepada-Mu atas kemurahan dan
cinta-Mu yang Kaunyatakan melalui kedatangan-Mu ke dalam dunia. Ingatkanlah aku
bahwa Engkau selalu menyertai dan mencurahkan kasih-Mu dalam hidupku, agar di saat
suka maupun duka, hidupku bagaikan banteng kokoh yang tegak berdiri di atas batu
karang kasih-Mu. Amin.

Senin, 26 Desember 2016

Hari Ke-2 Oktaf Natal


Pesta St. Stefanus, Mrt. Pertama (M)
Bacaan I : Kis. 6:8-10; 7:54-59
Mazmur : 31:3c-4.6.8a.16b.17; R:6a
Bacaan Injil : Mat. 10:17-22

Pada waktu mengutus murid-murid-Nya, Yesus berkata: Waspadalah terhadap semua orang;
karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah
kamu di rumah ibadatnya. Dan karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa
dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal
Allah. Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan
apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat
itu juga. Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan
berkata-kata di dalam kamu. Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian
juga seorang ayah akan anaknya. Dan anak-anak akan memberontak terhadap orang tuanya
dan akan membunuh mereka. Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku;
tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.

Renungan

Menjadi murid itu penuh risiko yang sekaligus merupakan konsekuensi yang harus
ditanggung. Yesus sendiri sudah menegaskan bahwa jalan kemuridan adalah menyangkal diri
dan memikul salib setiap hari. Kisah Stefanus menunjukkan risiko kemuridan itu: penolakan
dan kematian.

Setiap hari kita berhadapan dan bergulat dengan begitu banyak persoalan dan godaan, realitas
masyarakat dan dosa sosial yang mengusik hati nurani. Dilema sering menghinggapi kita,
antara menghadirkan suara kenabian atau diam karena takut atau malah ikut terlibat. Idealnya
memang berani menjadi nabi, tetapi risikonya terlalu besar dan mengerikan. Tak jarang
akhirnya kita memilih diam saja.

Yesus mengingatkan kita agar tidak khawatir, sebab jalan hidup seorang murid selalu disertai
gurunya. Ia berjanji kepada kita untuk selalu memberi karunia yang kita butuhkan dalam
menghadapi setiap risiko pewartaan Injil. Beranikah kita menjadi murid sejati yang mau
menghadapi segala risiko? Pada pesta Santo Stefanus martir ini kita mohon semangat
kemartirannya agar juga bertumbuh di dalam diri kita, menjadi martir cinta kasih bagi
sesama.

Ya Tuhan, jadikanlah aku murid yang berani untuk setia dan konsekuen dalam
menghidupi iman akan Dikau, berani memikul salib setiap hari, dan berani menjadi saksi
cinta-Mu bagi dunia. Amin.

Selasa, 27 Desember 2016


Hari Ke-3 Oktaf Natal
Pesta St. Yoh. Rasul & Peng. Injil (P)

Bacaan I : 1Yoh. 1:1-4


Mazmur : 97:1-2.5-6.11-12 Ref: 12a
Bacaan Injil : Yoh. 20:2-8

Pada hari Minggu Paskah, setelah mendapati makam Yesus kosong, Maria Magdalena berlari-
lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada
mereka: Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia
diletakkan. Maka berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur.Keduanya berlari
bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih
dahulu sampai di kubur.Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah;
akan tetapi ia tidak masuk ke dalam. Maka datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan
masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kapan terletak di tanah, sedang kain peluh yang
tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di
tempat yang lain dan sudah tergulung. Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih
dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya.

Renungan

Peristiwa kepergian kedua murid ke makam terasa ironis. Mereka telah mendengar
pengajaran Yesus semasa hidup tentang kematian dan kebangkitan-Nya. Namun demikian,
dalam situasi duka karena kematian Yesus, fokus mereka terpusat pada makam. Dengan kata
lain, mereka berpusat pada kematian, dan dalam hal ini, bagi mereka, Yesus adalah Dia yang
sudah mati. Betapa kuatnya daya kesedihan dan kedukaan menyirnakan ingatan,
pengharapan, dan iman mereka akan janji kebangkitan dan kehidupan kekal.

Di saat sulit, seperti para murid, manusia cenderung menatap ke arah kegelapan. Ketika warta
kebangkitan mereka dengar, reaksi pertama mereka pun berlari ke makam, mendatangi
tempat kematian. Tetapi di sanalah akhirnya mereka mengalami pencerahan dan kembali
ingat akan sabda Yesus. Kesadaran dan ingatan ini menghantar pada kepercayaan bahwa di
dalam Allah tiada kematian, melainkan hanya hidup. Allah kita adalah Allah yang hidup dan
selalu menuntun kita pada kehidupan. Kehidupan di dalam dan bersama Allah inilah yang
mendorong Santo Yohanes Penginjil untuk bersaksi, melalui pewartaan lisan dan tulisan-
tulisannya. Berkat kesaksiannya, kita pun boleh menemukan kesadaran iman yang sama
bahwa Allah kita selalu hidup dan hadir bersama kita dalam kehidupan kita.

Tuhan Yesus, kasih-Mu aku kenal melalui kesaksian para penginjil. Jadikanlah aku
pewarta-pewarta Injil yang rendah hati dan penuh sukacita bagi dunia. Amin.
Rabu, 28 Desember 2016

Hari ke-4 Oktaf Natal


Pesta Kanak-kanak Suci (M)

Bacaan I : 1Yoh. 1:52:2


Mazmur : 124:2-3.4-5.7b-8; R:7a
Bacaan Injil : Mat. 2:13-18

Setelah orang-orang majus itu berangkat, tampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam
mimpi dan berkata: Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan
tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu
untuk membunuh Dia. Maka Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya
malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir, dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu
terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: Dari Mesir Kupanggil Anak-
Ku. Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat
marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-
anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari
orang-orang majus itu. Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi
Yeremia: Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi
anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi.

Renungan

Allah adalah Terang dan Ia menghendaki semua manusia hidup dalam terang-Nya. Demikian
tesis iman yang dinyatakan oleh penulis surat Yohanes. Perjalanan manusia menuju terang
tidak pernah mudah. Kekuatan kegelapan tidak pernah berhenti untuk menjauhkan manusia
dari terang. Jalan masuk kepada kegelapan sering kali begitu sederhana dan tampak benar.
Salah satunya adalah keinginan mempertahankan eksistensi diri. Herodes terganggu oleh
berita tentang kelahiran Raja baru. Merasa terancam, ia mengusahakan segala upaya untuk
mempertahankan eksistensi kekuasaannya. Kematian bayi-bayi di Betlehem menjadi tak
terelakkan sebagai akibat fatal dari kehendak Herodes tersebut.

Dinamika mempertahankan eksistensi, pengaruh, kuasa, harta, kehormatan, sering kali


membuat hati dan pikiran manusia menjadi gelap dan tak jarang mengorbankan orang lain
menjadi terasa wajar. Mempertahankan gengsi, kenyaman diri, kekuasaan dan kehormatan
pribadi, tak jarang membuat orang kalap, lupa diri, lupa Tuhan, dan akhirnya banyak nyawa
manusia yang tak bersalah menjadi korbannya. Sifat Herodes seperti ini ada baiknya kita
singkirkan segera dari diri kita, agar hidup kita penuh kedamaian, dan darah orang yang tak
bersalah tidak menjerit menghantui kita. Keterbukaan pada terang Allah dan keberanian
untuk melangkah keluar dari kebutuhan-kebutuhan egosentris memberi kita jalan lapang
menuju hidup dalam terang Allah.
Ya Tuhan, di dalam Engkau aku menemukan cahaya. Semoga jalan hidupku selalu
diterangi oleh cahaya-Mu agar aku tidak berpusat pada diri sendiri dan biarlah hidupku
menjadi lentera sederhana yang memancarkan cahaya-Mu kepada dunia. Amin.

Kamis, 29 Desember 2016


Hari ke-5 Oktaf Natal

St. Thomas Becket dr Canterbury;


St. Kaspar Del Bufalo; Daud (Raja Israel)

Bacaan I : 1Yoh. 2:3-11


Mazmur : 96:1-2a.2b-3.5b-6; R:11a
Bacaan Injil : Luk. 2:22-35

Ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke
Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan:
Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah, dan untuk mempersembahkan
korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur
atau dua ekor anak burung merpati. Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia
seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di
atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum
ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus.
Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa
yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji
Allah, katanya: Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera,
sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang
telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi
bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel. Dan bapa serta ibu-Nya
amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka
dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk men-
jatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang
menimbulkan perbantahan-dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri-, supaya
menjadi nyata pikiran hati banyak orang.

Renungan

Kata aku mengasihimu atau aku mencintaimu bisa terasa usang dan tak bermakna ketika
manusia menjadikannya sebuah ungkapan manis demi kepentingan sendiri. Ketika
kepentingan menjadi dasar, cinta berhenti pada kata dan tiada relasi. Akibatnya, manusia
tidak mampu menemukan keindahan dan rahmat yang ada dalam relasi kasih. Demikian pula
dalam dinamika relasi dengan Allah, ketika unsur kasih tidak ada, maka manusia semakin
kesulitan untuk melihat dan mengenal Allah. Dan itulah kegelapan, ketika manusia tidak
melihat sama sekali terang yang dipancarkan oleh Allah.

Kasih membuka mata dan memampukan manusia melihat dengan terang benderang
keindahan berkat Allah dalam hidupnya. Terang itulah juga yang menaungi Simeon.
Kasihnya yang besar dan setia pada Allah akhirnya memampukan dirinya melihat cahaya
para bangsa dan mengalami sukacita besar.

Ketika kegelapan menyelimuti kehidupan, bantulah aku untuk selalu percaya pada kasih-
Mu, ya Tuhan. Semoga seperti Simeon, mataku terbuka dan melihat terang-Mu, terang
kasih abadi, yang membebaskan dan menyelamatkan. Amin.

Jumat, 30 Desember 2016

Hari ke-6 Oktaf Natal (P)

Pesta Keluarga Kudus


St. Sabinus

Bacaan I : Sir. 3:2-6.12-14


Mazmur : 128:1-2.3.4-5
Bacaan Injil : Mat. 2:13-15.19-23

Setelah orang-orang majus itu berangkat, tampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam
mimpi dan berkata: Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan
tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu
untuk membunuh Dia. Maka Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya
malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir, dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu
terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: Dari Mesir Kupanggil Anak-
Ku.

Setelah Herodes mati, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi di Mesir,
katanya: Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya dan berangkatlah ke tanah Israel,
karena mereka yang hendak membunuh Anak itu, sudah mati. Lalu Yusuf pun bangunlah,
diambilnya Anak itu serta ibu-Nya dan pergi ke tanah Israel. Tetapi setelah didengarnya,
bahwa Arkhelaus menjadi raja di Yudea menggantikan Herodes, ayahnya, ia takut ke sana.
Karena dinasihati dalam mimpi, pergilah Yusuf ke daerah Galilea. Setibanya di sana ia pun
tinggal di sebuah kota yang bernama Nazaret. Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang
disampaikan oleh nabi-nabi, bahwa Ia akan disebut: Orang Nazaret.

Renungan
Muder Teresa dari Kalkuta mengatakan,Keluarga merupakan rumah kasih sejati. Sepanjang
tahun kita diajak merenungkan kasih Allah dan bagaimana menghidupi kasih itu dalam hidup.
Kasih tidak pernah abstrak dan harus dibangun dari wilayah terdekat hidup kita, yaitu
keluarga. Di penghujung tahun ini kita bisa mengevaluasi, Apakah kasih sungguh hadir
dalam keluarga kita? Akhir tahun juga adalah saat bersyukur dan membangun niat. Ada
banyak alasan untuk bersyukur pada Tuhan atas tahun yang akan kita akhiri. Alasan yang
paling utama kiranya adalah syukur atas keluarga yang selalu menyertai kita dan segala
berkat dan kasih yang dibagikan antaranggota keluarga. Begitu pula, ada banyak niatan untuk
tahun mendatang. Niatan yang utama kiranya adalah membangun keluarga dengan lebih baik,
supaya kasih sungguh dialami oleh setiap anggotanya.

Pesan bacaan-bacaan hari ini mengingatkan kita akan tanggung jawab kita terhadap setiap
anggota dalam keluarga kita. Kasih dan hormat menjadi kata kunci bagi relasi harmonis
dalam keluarga. Fondasinya adalah sabda Allah. Keluarga kudus menjadi bagi kita teladan
keluarga ideal, yaitu yang selalu mendengarkan sabda Allah dan melaksanakannya.

Tuhan Yesus Raja cinta, hadirlah dalam keluargaku dan bimbinglah keluargaku agar
dapat meneladani Keluarga Kudus Nazaret dalam membangun semangat saling
mengasihi dan menghormati dalam keluarga. Amin.

Sabtu, 31 Desember 2016

Hari ke-7 Oktaf Natal (P)


Sta. Melania; St. Silvester I, Paus

Bacaan I : 1Yoh. 2:18-21


Mazmur : 96:1-2,11-12,13
Bacaan Injil : Yoh. 1:1-18

Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah
Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan
tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada
hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan
kegelapan itu tidak menguasainya. Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes;
ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua
orang menjadi percaya. Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang
itu. Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.
Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya.
Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak
menerima-Nya. Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi
anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang
diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan
seorang laki-laki, melainkan dari Allah. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara
kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya
sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. Yohanes memberi kesaksian
tentang Dia dan berseru, katanya: Inilah Dia, yang kumaksudkan ketika aku berkata:
Kemudian dari padaku akan datang Dia yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada
sebelum aku.

Renungan

Siapakah Yesus bagi Anda? Ketika pertanyaan ini ditujukan kepada seorang anak yang
ayahnya berprofesi hakim, ia menjawab: Yesus adalah hakim yang adil. Anak seorang dokter
menjawab: Yesus adalah penyembuh ajaib. Anak seorang konglomerat menjawab: Yesus
adalah orang kaya yang murah hati dan suka berbagi. Dan seorang anak karyawan PLN
menjawab: Yesus adalah terang dunia!

Semua jawaban tentu benar. Tetapi, jawaban anak karyawan PLN lebih mengena dengan Injil
hari ini. Yesus adalah terang dunia. Terang-Nya menghalau kegelapan dan menyinari lubuk
hati sang hakim yang sok adil, yang mencari cela-cela hukum untuk membenarkan yang salah
dan menyalahkan yang benar. Yesus adalah terang yang menyinari hati para dokter untuk
tidak pilih kasih dalam melayani yang miskin maupun yang kaya. Yesus adalah terang yang
menyingkap kepentingan terselubung dari aksi murah hati dan dermawan para konglomerat
dan orang kaya agar berhenti mempraktikkan cinta murahan. Yesus adalah terang bagi kita
juga agar ikhlas dalam berbagi kasih, jujur dan adil dalam membuat keputusan tanpa pilih
kasih, dan membuka mata hati kita yang sakit dan buta terhadap penderitaan sesama. Inilah
Yesus yang akan kita bawa memasuki tahun yang baru. Yesus yang menerangi jalan-jalan kita
menuju kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Selamat memasuki tahun yang baru dalam
terang Kristus.

Ketika kegelapan menyelimuti aku, bantulah aku untuk selalu percaya pada kasih-Mu,
Tuhan. Semoga aku dapat menjadi pancaran sinar terang-Mu di sepanjang jalanku.
Amin.

Anda mungkin juga menyukai