Anda di halaman 1dari 23

HARMONI SEBUAH KOMUNITAS (Kisah Para Rasul 2: 41 - 47)

oleh Jean Lawalata: 12-12-2011, Dibaca: 6202kali

Kisah Para Rasul 2: 41 - 47

Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah
mereka dengan orang yang diselamatkan. (Kis 2: 47)
Satu di dalam rohHu, dalam Roh-Hu Oh bahagia

Di dalam hatiku, di dalam hatimu berpadu jadi Satu

Memuji bersama, berdoa bersama,sekutu dan sehati

Oh indahnya, satu dalam kasih Yesus

Penggalan pujian yang begitu indah ini menggambarkan bahwa kehidupan


memang ada untuk dibagikan.

Jemaat mula-mula dalam Kisah Para Rasul 2: 41-47, adalah orang-orang yang
merespons Kotbah Petrus. Setelah mereka menjadi percaya, mereka
mengembangkan sebuah komunitas persekutuan yang berpusat pada Kristus.
Mereka memberi diri mereka dibaptis sebagai tanda bahwa mereka
diselamatkan, mendasari komunitas mereka di dalam doa dan firman (ay. 41).
Kebiasaan mereka belajar Firman dan doa menjadi landasan dalam
persekutuan mereka, serta mengupayakan yang terbaik bagi sesama anggota
komunitas yang lain (ay. 42). Mereka memberikan apa yang mereka punya
untuk memastikan bahwa anggota lain dalam komunitas mereka tercukupi
kebutuhannya (ay. 45). Komunitas ini melakukan semua hal diatas dengan
gembira dan tulus hati, artinya bahwa tidak ada keterpaksaan dan keegoisan,
yang ada adalah kebaikan hati yang muncul sebagai respons mereka kepada
Kristus. Hal inilah yang membuat mereka bertumbuh secara pribadi juga
secara komunitas, disukai banyak orang, bertambah jumlahnya, dan menjadi
sarana orang-orang lain datang mengenal Kristus.

Marilah kita bercermin melihat komunitas kita? Apakah komunitas kita


adalah komunitas yang bertumbuh dengan sehat di dalam Firman dan doa?
Apakah komunitas kita menjadi komunitas yang mengupayakan yang terbaik
bagi setiap anggota komunitas ataukah komunitas kita justru melukai orang-
orang yang terlibat di dalamnya? Dibutuhkan kuasa Allah maupun usaha kita
untuk menghasilkan komunitas Kristen yang sehat. Marilah kita terus
meminta Yesus menolong kita menjadi pribadi-pribadi yang mencintai Tuhan
dan jalan-jalan-Nya sehingga komunitas kita sungguh menyatakan Kristus
dan setiap orang yang bersentuhan dengan komunitas kita mengenal Kristus.
Ya Yesus, jadikanlah komunitasku sebagai komunitas yang memulihkan luka dan
bukan pemberi luka.

Topik Terkait :
Sejauh Mana Perkantas Telah Menjadi Komunitas yang Radikal? Sebuah refleksi berdasarkan Markus
10:29-30
KOMUNITAS ALTERNATIF ALA YESUS SEBAGAI JAWABAN TERHADAP BENTUK-BENTUK KETIDAKADILAN
SOSIA

p"Kita tidak dapat maju menyerang bangsa itu, karena mereka lebih
kuat dari pada kita." Bilangan 13:31
Sebelum menduduki Tanah Perjanjian Tuhan memerintahkan Musa
mengirimkan beberapa orang untuk menyelidiki tanah tersebut, "Suruhlah
beberapa orang mengintai tanah Kanaan, yang akan Kuberikan kepada
orang Israel; dari setiap suku nenek moyang mereka haruslah kausuruh
seorang, semuanya pemimpin-pemimpin di antara mereka." (Bilangan
13:2). Akhirnya Musa pun menyuruh orang-orang sesuai dengan perintah
Tuhan, dan orang-orang itu adalah kepala-kepala di antara orang Israel.
Jumlah mereka ada 12 orang banyaknya, dan "Sesudah lewat empat puluh
hari pulanglah mereka dari pengintaian negeri itu," (Bilangan 13:25).
Masing-masing dari mereka memberikan laporan hasil investigasi selama 40
hari tersebut.

Inilah laporan mereka: sepuluh orang memberikan laporan yang


membuat banyak orang merinding mendengarnya. Apa yang disampaikan
mereka itu benar-benar membuat ciut nyali, mematahkan semangat dan
menciptakan ketakutan yang luar biasa. "Kita tidak dapat maju menyerang
bangsa itu, karena mereka lebih kuat dari pada kita." (Bilangan 13:31).
Mengapa mereka berkata demikian? Inilah alasannya: "Negeri yang telah
kami lalui untuk diintai adalah suatu negeri yang memakan penduduknya,
dan semua orang yang kami lihat di sana adalah orang-orang yang tinggi-
tinggi perawakannya. Juga kami lihat di sana orang-orang raksasa, orang
Enak yang berasal dari orang-orang raksasa, dan kami lihat diri kami seperti
belalang, dan demikian juga mereka terhadap kami." (Bilangan 13:32-33).
Sepuluh orang begitu membesar-besarkan masalah dan kesulitan yang
sedang dihadapi sehingga fokus mereka hanya tertuju kepada
ketidakberdayaan, ketidakmampuan, keterbatasan dan kemustahilan.
Mereka tidak mampu melihat sedikitpun kesempatan di balik kesukaran.
Bagi mereka kesukaran adalah bencana dan akhir dari segalanya. Hal ini
berdampak buruk bagi orang-orang yang mendengarnya.
Sebagian besar umat Israel turut terintimidasi perkataan-perkataan
negatif yang ke luar dari mulut sepuluh orang pengintai itu. Padahal "Jika
engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu." (Amsal
24:10). Kita harus menyadari bahwa selama kaki kita masih menginjak
bumi, masalah dan kesukaran selalu ada di mana saja dan kapan saja. Itu
bisa menimpa siapa saja tanpa memandang bulu. Akankah kita terus larut
dalam masalah dan kesukaran yang ada? Tawar hati hanya akan membuat
semangat hidup kita padam dan iman menjadi lemah. Mata rohani pun
menjadi buta sehingga kita tak mampu melihat kebesaran kuasa Tuhan.
Tuhan menjadi tampak kecil sedangkan persoalan kian menjadi besar.

Inilah yang terjadi pada bangsa Israel ketika mendengar laporan negatif
dari sepuluh orang pengintai. Bangsa Israel menangis dengan suara
nyaring, menyesali diri, menyalahkan pemimpin, bahkan menyalahkan
Tuhan dan meminta untuk kembali ke Mesir (baca Bilangan 14:1-4).
Namun Kaleb dan Yosua tampil sebagai pribadi yang berbeda. Keduanya
memiliki Roh yang berbeda, di mana mereka mampu melihat kesempatan di
balik kesukaran yang ada meskipun secara kasat mata mustahil bisa
mengalahkan musuh, karena penduduk Kanaan memiliki perawakan tinggi-
tinggi seperti raksasa. Namun Kaleb dan Yosua tidak terbawa arus,
keduanya tetap menguatkan hati dan tidak memusatkan perhatian pada
masalah dan kesukaran, tapi mengarahkan mata rohaninya kepada Tuhan
yang hidup, yang memiliki rencana yang indah bagi kehidupan mereka. Visi
inilah yang membuat keduanya mampu menguasai keadaan dan bersikap
tenang. Mereka sangat percaya akan rencana Tuhan membawa bangsa
Israel ke luar dari Mesir ke "...suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan
madunya, ke tempat orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris,
orang Hewi dan orang Yebus." (Keluaran 3:8); bukan untuk mati di padang
gurun, tetapi mewarisi tanah Kanaan, tanah Perjanjian.

Dalam kesukaran selalu ada kesempatan yang terbuka ketika kita


menaruh pengharapan kepada Tuhan, bukan mengandalkan kekuatan dan
kemampuan manusia, karena kuasa Tuhan sangat tak terbatas, sementara
kekuatan manusia sangatlah terbatas!
sumber:renungan harian air hidup
"Sesungguhnya, Akulah TUHAN, Allah segala makhluk; adakah
sesuatu apapun yang mustahil untuk-Ku?" Yeremia 32:27

acaan dari Ayub 32:6-9,

Lalu berbicaralah Elihu bin Barakheel, orang Bus itu: Aku masih muda dan kamu sudah
berumur tinggi; oleh sebab itu aku malu dan takut mengemukakan pendapatku kepadamu.
Pikirku: Biarlah yang sudah lanjut usianya berbicara,dan yang sudah banyak jumlah tahunnya
memaparkan hikmat. Tetapi roh yang di dalam manusia, dan nafas Yang Mahakuasa, itulah yang
memberi kepadanya pengertian. Bukan orang yang lanjut umurnya yang mempunyai hikmat,
bukan orang yang sudah tua yang mengerti keadilan.

Seorang berusia 18 tahun memasang sebuah tato naga pada tubuhnya. Ia merasa bangga dan
dikagumi teman-temannya karena tato itu. Tapi 5 tahun kemudian ia malah kesulitan
mendapatkan pekerjaan karena tatonya itu terletak pada leher bagian atas yang sulit
disembunyikan. Tidak ada perusahaan yang bersedia menerimanya.

Orang muda cenderung mudah membuat kesalahan. Itu alasan utama kenapa semua Iklan Anti-
Narkoba dibuat, untuk mencegah orang muda jatuh kedalamnya. Begitu juga tulisan gede-gede
di bungkus rokok ditujukan untuk orang muda. Kenapa orang pada masa muda (youth) bisa
dengan mudahnya membuat kekeliruan yang terkadang akibatnya fatal?

Karena masa muda adalah suatu masa yang memang sifatnya sementara. Masa muda adalah
sebuah Jembatan.

Jembatan?

Ya, youth adalah masa yang menjembatani antara dua masa, yaitu masa anak-anak dengan masa
dewasa. Ensiklopedia online Wikipedia mendefinisikan kisaran umur 16-24 tahun sebagai
youth. Masa Youth adalah masa dimana kita melihat bayang-bayang kedewasaan, tapi tidak
pernah secara penuh dan cenderung berubah-ubah.

Berada disebuah jembatan mempunyai banyak arti :


Arti yang pertama, kita tidak akan
selamanya berada disana.
Kita gak akan selamanya di youth. Cepat atau lambat kita akan meninggalkan tempat ini dan
kemana? Belum tentu masuk ke kedewasaan, seperti tadi dikatakan, jembatan terletak diantara 2
masa, yaitu anak-anak dan masa dewasa. Bisa saja kita takut melihat masa kedewasaan, putar
balik dan kembali ke masa anak-anak. Itu sebabnya kita sering menemui orang-orang yang usia
diatas 30 tahun tapi kelakuannya seperti anak-anak. Tidak semua orang berhasil menyeberang ke
kedewasaan, itu faktanya.

Sebenarnya patokannya seseorang berada di youth atau tidak bukanlah dari umurnya, tapi dari
seberapa dewasanya dia. Ketika seseorang sudah mencapai titik kedewasaan tertentu, dia akan
menyadari bahwa dirinya tidak bisa lagi berada di komunitas Youth. Dia akan keluar dan
bergabung dengan komunitas yang lebih dewasa untuk lebih lanjut lagi masuk dalam sisi
kedewasaan. Hal ini, bisa terjadi entah di umur 13 atau 33.

Yes, ada orang-orang tertentu yang menjadi dewasa lebih cepat dari rata-rata. Apa
penyebabnya ?

Pertama, dapat disebabkan karena kondisi kehidupan yang menuntutnya untuk menjadi dewasa
lebih cepat. Misalnya seorang anak yang terpaksa menggantikan peran ayahnya yang meninggal
diusia muda. Contoh Alkitab seseorang yang seperti ini adalah Yeremia. Ketika Tuhan
memanggilnya, ia sebetulnya masih belum dewasa, maka ia berkata di Yeremia 1:6, Maka aku
menjawab: Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih
muda.

Tapi seseorang juga bisa menjadi dewasa lebih cepat karena


keinginannya sendiri.
Kesaksian : saya ingat dulu waktu masih SMU kelas dua, saya ingin cepat-cepat kuliah karena
capek terus dianggap seperti anak kecil. Karena begitu inginnya menjadi dewasa cepat, pada
masa SMU saya sudah membaca buku-buku psikologi, marketing dan bisnis. Pas sudah kuliah,
saya masih belum puas dan ingin cepat cari uang sendiri supaya resmi menjadi dewasa. Saya
akhirnya berhasil mencari uang sendiri sejak usia 18 tahun dan menjadi manager sebuah bank
asing pada usia 22 tahun. Semua itu saya lakukan karena saya tidak sabar ingin menjadi dewasa.

Elihu dan Daud kemungkinan adalah contoh-contoh orang seperti ini di Alkitab. Mereka sedari
muda mengambil jalan-jalan yang tidak umumnya diambil oleh orang seusia mereka. Daud

Bagaimana dengan kalian teman-teman? Seberapa ingin kalian untuk diterima sebagai orang
dewasa, bukan anak kecil lagi ?

Arti arti jembatan yang kedua adalah tentang otoritas.


jembatan berarti sesuatu yang sifatnya sementara, dan sesuatu yang sementara tidak pernah
diberikan otoritas dan hak yang penuh.

Contoh kalau dikantor, seorang pegawai divisi keuangan jatuh sakit dan perusahaan merekrut
karyawan sementara untuk menggantikan, kira-kira apakah si pegawai sementara ini akan
diberikan akses penuh ke keuangan perusahaan? Tidak. Sesuatu yang sementara tidak pernah
diberikan otoritas dan hak yang penuh.

Masa Youth bukanlah masa dimana kita menerima berkat yang penuh dan menjadi maksimal
didalam Tuhan. Asumsi kebanyakan orang melihat komunitas Youth sebagai tempat cari jodoh.
Tidak salah, karena memang banyak anak muda jadian ketika di youth, tapi hanya karena
banyak yang jadian, tidak berarti benar disitu tempat untuk menemukan pasangan hidup dari
Tuhan. Sebenarnya pasangan hidup adalah sesuatu yang diberikan ketika kita akan, atau sedang
memulai perjalanan ke sisi kedewasaan. Masa kedewasaan memang lebih berat, makanya
diperlukan seorang penolong.

Di sisi kedewasaan ditemukan kemaksimalan. Dalam berkat, panggilan hidup, karunia, talenta,
urapan dan segala hal yang lain. Kalian semua sedang berlari dalam sebuah perlombaan menuju
kedewasaan, jangan puas dengan yang sementara di Youth, kejarlah kedewasaan dan raih hidup
yang penuh!

Bagaimana cara menyeberang ke sisi kedewasaan? Tunggu Part 2 dari khotbah ini. Coming soon.
(maap terlalu panjang kalau dltulis semua di satu posting)

Selamat Natal
Selamat hari Natal, 25 Des 2009, bagi kita yang
merayakan. Semoga semakin dewasa dalam iman dan pelayanan hidup di hari hari yang Dia
akan berikan lagi. Amin.

Renungan Natal:
Memahami makna Natal bukan hal sederhana. Tetapi fenomena Natal, itulah yang hidup
sekarang. Apa beda makna dengan fenomena? Istilah makna adalah memahami kedalaman
daripada Natal, memahami pesan yang ingin Tuhan sampaikan. Sementara fenomena adalah
sebuah gejala yang ditangkap oleh indra manusia lalu dijadikan semacam satu ukuran.

Fenomena menyebabkan seluruh atribut Natal mewarnai dan menguasai, bahkan


menenggelamkan makna Natal, sehingga boleh dikatakan, gereja kehilangan arah itu. Gereja
mengidentikkan Natal dengan damai, artinya tidak ada perang, tidak ada kesulitan, tidak ada
pertikaian. Gereja mengidentikkan Natal dengan sukacita, artinya bahwa apa yang kita mau, ada.
Gereja mengidentikkan Natal dengan kebahagiaan,artinya seluruhnya menjadi lain dari hari yang
lain.Semua kesalahpahaman ini sudah berlanjut, sehingga Natal lebih banyak menjadi penantian
para bisnismen, industri-industri, daripada penantian akan Tuhan. Gereja pun terjerumus ke
dalam perkara yang lebih menakutkan lagi. Natal identik dengan semacam showbiz.

Sekarang Natal dipergelarkan dalam bentuk wah. Itu tidak salah, yang menjadi salah jika hal itu
diwujudkan dengan biaya yang luar biasa. Pada saat bersamaan, berapa banyak orang menanti
maut karena kelaparan? Berapa banyak orang meratap dan merintih? Damai hanya ada di dalam
gedung gereja. Pengharapan hanya ada di dalam khotbah, bukan dalam kenyataan. Bukankah itu
suatu kegentingan di mana orang Kristen perlu merenung ulang, apa itu Natal?

Coba kita renungkan. Apakah kita harus kasihan kepada orang-orang yang tidak bisa merayakan
Natal seperti kita karena mengalami banyak kendala? Mungkin perayaan Natal kita akan
membawa kita ke neraka, tetapi mungkin Natal yang dirayakan dalam keprihatinan akan
membawa mereka ke sorga. Natal yang serba kecukupan dan luar biasa mungkin membuat kita
lupa sungguh-sungguh berdoa. Tetapi Natal penuh tangisan dan airmata, doa yang dinaikkan bisa
menjadi gegap gempita di dalam sorga.

Bagaimana dengan Natal pertama? Natal yang sangat simbolik dengan kehancuran, Di sana
muncul tokoh bernama Herodes. Dia memerintahkan sesuatu yang sangat menakutkan dan
mengerikan dan tidak pernah terbayangkan, dan menjadi satu noda yang menyakitkan bagi
Betlehem: membunuh anak-anak di bawah usia dua tahun!

Kehancuran di Natal pertama itu apa? Yang pertama adalah banjir darah, kematian anak-anak di
bawah usia 2 tahun. Mereka harus mengalami pembunuhan, mati demi ambisi Herodes yang
tidak ingin ada saingan. Menakutkan dan mengerikan. Natal pertama harus dibayar dengan
darah.

Bagaimana jika sekarang ada bom? Marilah berdoa, kalaupun bom itu meledak semoga kita
masuk sorga. Kenapa mesti pusing? Kita toh tidak bisa melarang, kita tidak bisa marah. Orang
mau marah silakan, itu urusan mereka. Tetapi bagaimana menyatakan cinta kasih, itu tanggung
jawab kita. Itu sebab bagi saya tidak terlalu masalah ketika menyikapi apa yang sedang terjadi.
Bagi saya, tidak terlalu penting apa yang sedang terjadi di dunia, tetapi bagaimana kita berjalan
dan bekerja melakukan apa yang Tuhan mau.

Air mata suka cita


Yang kedua, banjir air mata. Di sana ada hawa nafsu. Darah tumpah di mana-mana, maka air
mata mengalir pula di mana-mana. Bahwa Natal suka cita itu betul, tetapi sukacita yang belum
titik, tapi koma. Tidak mungkin orang Kristen bersuka cita waktu Natal, tanpa mengeluarkan
air mata. Tidak mungkin orang Kristen bersuka cita waktu Natal tanpa menangis. Kenapa?
Karena begitu Anda suka cita merenungkan kasih Tuhan, bisakah Anda merenungkan dan
merasakan itu tanpa menangis? Tidak mungkin engkau tidak akan menangis di dalam suka cita,
Tuhan, kenapa Kau pilih aku? Kenapa Kau cintai aku? Maka keluarlah air mata penuh suka
cita. Kalau suka cita lalu mabok, itu orang sekarang.

Orang-orang Barat sangat sentimen romantis waktu memanfaatkan Natal. Bagi mereka, itu
malam yang sangat indah. Tetapi karena sudah bercampur dengan budaya maka mabuk karena
minuman keras menjadi hal yang biasa. Jika itu terjadi di malam Natal tentu sangat
menyedihkan. Di Barat, orang sudah biasa mengekspresikan suka cita di dalam emosi yang
sering kali salah.

Natal, adalah saat kita diam dan bertanya, Tuhan, sebenarnya waktu saya mau percaya sama
Tuhan, cari kesenangan buat saya, atau saya mau menyenangkan Tuhan? Jika memang mau
menyenangkan Tuhan, susah pun kau bahagia.

Ketiga, banjir amarah. Karena Herodes sudah gelap mata tidak tahu lagi kawan atau lawan.
Karena gelap mata, dia tidak berhitung lagi. Baginya, yang penting tidak boleh ada orang lain
menjadi raja, sekalipun dia tidak mengerti apa yang dimaksud orang Majus sebagai Raja Orang
Yahudi.

Maka Natal pertama memang porak poranda, hancur berantakan, tetapi justru di situlah
paradosks daripada Natal itu. Justru di kehancuran itulah damai bersemi. Justru di kehancuran
itulah damai dinyatakan bagi orang yang diperkenannya. Anugerah Natal bukan murahan. Tidak
semua orang bisa berbahagia karena Natal kecuali yang diperkenan Tuhan. Anda berhak atas
kebahagiaan Natal jika hidup berkenan dan diperkenan Tuhan. Kebahagiaan itu menjadi milik
orang yang kuat, sehingga Natal membuat dia teguh di tengah kepahitan. Natal membuat dia
teguh di tengah ancaman.

Kehancuran memang ada dan tidak terhindarkan. Jangan pernah mimpi akan ada saat di mana
tidak ada kehancuran. Itu nanti di sorga. Jangan pernah mimpi akan ada saat tidak ada kesusahan,
lalu kita menjadi orang Kristen yang begitu mulus. Kitab Wahyu mengatakan: Makin lama
manusia makin jahat, makin lama manusia makin memberontak. Itu gambarannya. Tetapi
berbahagialah mereka yang teguh berharap kepada Dia, karena di antara puing-puing kehancuran
itu muncul pengharapan yang luar biasa dari Yesus, simbol pengharapan.

Anak yang hilang


LUKAS 15:11-32
I) Anak bun
Anak bungsu ini menggambarkan orang berdosa.

1) Dosa anak bungsu.

a) Minta bagian harta / warisan selagi ayahnya masih hidup (ay 12)

Hukum Yahudi mengharuskan orang tua mewariskan kekayaannya kepada anak-


anaknya. Anak sulung selalu mendapat dua bagian / dua kali lipat dari anak-anak
yang lain. Jadi, dalam kasus ini, karena bapa itu mempunyai dua anak, maka anak
sulung mendapat 2/3 bagian, sedang anak bungsu mendapat 1/3 bagian. Jadi, ia
memang seharusnya mempunyai bagian warisan, tetapi hal yang kurang ajar dari anak
bungsu itu adalah bahwa ia memintanya selagi ayahnya masih hidup. Seakan-akan ia
berkata: Kalau kamu mati, itu toh menjadi milikkku, jadi berikan sekarang saja,
seakan-akan kamu sudah mati!.

b) Setelah ayahnya menuruti permintaannya, anak bungsu itu menjual segala miliknya /
warisannya, lalu pergi meninggalkan ayahnya ke negeri yang jauh, dan berfoya-foya
(ay 13 bdk. ay 30). Ia tidak merampok, menyakiti, atau membunuh bapanya; ia hanya
menjauhinya dan tidak mempedulikannya! Sebetulnya dari semula inilah tujuannya.
Inti dari keinginannya adalah bahwa ia tidak mau hidup dikuasai / diatur ayahnya. Ia
ingin bebas, sehingga bisa berfoya-foya dan mencari kesenangan sesuka hatinya.

Penerapan:

Apakah saudara juga tidak ingin dikuasai / diatur oleh Allah? Allah memang
mempunyai banyak peraturan, seperti:
tidak boleh bekerja pada hari Minggu, tetapi harus menggunakan hari itu untuk
berbakti dan melayani Tuhan.

harus memberikan persembahan persepuluhan.

jangan berdusta, harus bekerja dengan jujur.

jangan berzinah, dilarang mempunyai PIL atau WIL, istri lebih dari satu, dsb.

jangan mencari pasangan yang tidak seiman.

Apakah saudara senang berada di bawah peraturan-peraturan itu atau apakah saudara
ingin bebas dari padanya? Kalau saudara ingin bebas, maka saudara sama seperti
anak bungsu itu. Dan perhatikan bahwa dalam ay 32 anak bungsu itu digambarkan
sebagai:

mati (secara rohani).

hilang.

Jangan anggap enteng kondisi mati rohani dan terhilang ini, karena kalau saudara
biarkan, ini membawa saudara ke neraka! Bandingkan juga dengan Yes 53:6a yang
berbunyi: Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil
jalannya sendiri.

2) Akibat dosa anak bungsu (ay 14-16)

a) Ia menghabiskan harta miliknya

b) Pada waktu ada bencana kelaparan, ia menjadi melarat / miskin

c) Ia terpaksa menjadi penjaga babi

Perlu diingat bahwa babi adalah binatang haram bagi orang Yahudi, sehingga ini jelas
adalah pekerjaan yang hina.

d) Pada waktu ia lapar dan ingin mengisi perutnya dengan makanan babi, tidak
seorangpun mau memberikannya kepadanya.

Dosa memang mula-mula menawarkan / menjanjikan dan bahkan memberikan


kesenangan, tetapi pada akhirnya pasti membawa penderitaan dan kehinaan.

Penderitaan dan kehinaan akibat dosa itu bisa terjadi dalam dunia ini, misalnya:
orang mencuri lalu masuk penjara

orang yang mempunyai PIL / WIL lalu keluarganya berantakan

orang yang menimbun harta, tetapi hatinya tidak damai.

orang yang menggunakan ecstasy, lalu kecanduan, sehingga menghabiskan uangnya.

dsb.

Kalau tidak terjadi dalam dunia ini, maka pasti akan terjadi dalam kekekalan nanti
(bandingkan dengan Maz 73, atau dengan cerita Lazarus dan orang kaya dalam Luk
16:19-31)!

3) Pertobatan anak bungsu (ay 17-21)

a) Ia merenung (ay 17), dan lalu sadar akan dosanya (ay 18-19)

Untuk bisa bertobat dari dosa, kita perlu menggunakan otak (bukan perasaan tok!)
untuk merenung! Keduniawian dan dosa sering membuat kita lupa daratan. Karena
itu berilah waktu untuk merenungkan hal-hal ini

Apakah selama ini saudara sudah hidup sesuai kehendak Tuhan

Apakah saudara mendekat kepada Tuhan atau menjauh dari Tuhan / tidak
mempedulikan Tuhan

Apakah hidup saudara memuliakan Tuhan atau sebaliknya memalukan Tuhan?

Apakah saudara makin mengasihi Tuhan atau mempunyai hati yang hambar
terhadap Tuhan

Apakah saudara menyenangkan Tuhan atau diri saudara sendiri?

b) Ia mengambil keputusan (ay 18-19).

Tidak ada gunanya saudara sadar dosa, kalau saudara tidak mau mengambil
keputusan untuk meninggalkan dosa itu dan kembali kepada Tuhan

c) Ia melakukan keputusannya, dan kembali kepada bapanya (ay 20).

Ada orang yang setelah mengambil keputusan untuk bertobat, lalu ditarik kembali
oleh dosa / hal-hal duniawi, sehingga tidak jadi melakukan keputusannya
(bandingkan dengan istri Lot)! Tetapi anak bungsu ini tidak demikian. Ia melakukan
keputusannya.

Catatan: ini adalah perumpamaan, sehingga tidak menjelaskan segala sesuatu. Tetapi
Kitab Suci jelas mengatakan bahwa kalau saudara adalah orang berdosa yang mau
kembali kepada Tuhan, saudara harus datang kepada Yesus, yang adalah satu-satunya
Penebus, Pengantara, dan jalan kepada Bapa (Yoh 14:6 1Tim 2:5).

d) Ia mengakui dosanya (ay 21).

Ia tidak mencari kambing hitam, seperti Adam yang menyalahkan Hawa, dan Hawa
yang menyalahkan ular (Kej 3:12-13). Ia juga tidak menyalahkan roh foya-foya, roh
zinah, dsb. Sebaliknya ia mengakui bahwa dirinya telah berdosa.

Dalam Kitab Suci ada orang-orang yang mengaku dosa, tetapi tetap binasa, seperti:

1. Firaun (Kel 9:27 10:16). Ia memang mengaku dosa, tetapi itu hanya disebabkan
karena hukuman dosa, dan begitu hukumannya hilang, ia kembali kepada
dosanya.

2. Raja Saul (1Sam 15:24-25). Ia mengaku dosa dan bahkan minta ampun dosa,
tetapi hanya karena alasan egois, yaitu karena ia tidak ingin kehilangan
mahkotanya!

3. Yudas Iskariot (Mat 27:4). Ia mengaku dosa, tetapi tidak bertoba

Kalau saudara meniru orang-orang ini, saudara tetap binasa sekalipun mengaku dosa

Tetapi anak bungsu ini betul-betul sadar akan dosanya, menyesalinya dengan
sungguh-sungguh, kembali kepada bapanya, dan mengakui dosanya. Orang semacam
ini tidak mungkin ditolak oleh Allah.

Maz 51:19 - Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati
yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.

II) Bapanya
Satu pendeta pada waktu memimpin Pemahaman Alkitab tentang Luk 15:11-32 ini, pernah
menanyakan: Siapa lakon dalam cerita ini? Anak bungsu atau anak sulung?. Ia
membenarkan jawaban yang saya berikan: Bapanya.Memang, bapa itulah yang merupakan
lakon dalam perumpamaan ini, karena penekanan utama dari perumpamaan ini adalah untuk
menunjukkan sikap Allah kepada orang berdosa yang bertobat. Karena itu mari kita sekarang
menyoroti sikap bapa ini.
1) Bapa ini menunggu-nunggu

Dari mana kita bisa melihat hal itu? Dari ay 20 yang mengatakan: Ketika ia masih
jauh, ayahnya telah melihatnya. ... Ayahnya itu berlari mendapatkan dia.Di surat
kabar kita sering membaca ada orang tua, yang karena anaknya yang kurang ajar /
meninggalkannya, lalu menulis bahwa mulai hari itu mereka tidak bertanggung jawab
atas perbuatan anak itu

Tetapi bapa dalam perumpamaan ini tidaklah demikian. Bahkan mungkin sekali sejak
kepergian anak bungsunya itu, bapa ini sering melihat ke arah jalanan, sambil mengharap
kembalinya anak bungsunya ini. Karena itu pada waktu anak bungsu itu masih jauh, bapa
itu telah melihatnya, dan lalu lari mendapatkannya.

Penerapan:

Apakah saudara adalah orang berdosa yang belum pernah sungguh-sungguh


percaya kepada Yesus, atau apakah saudara adalah orang kristen sejati yang telah
menjauhkan diri dari Tuhan, ingatlah bahwa Bapa yang mencintai saudara itu
menunggu-nunggu kedatangan / pertobatan saudara! Ia ingin saudara datang /
kembali kepada Dia. Maukah saudara mengecewakan Dia, atau maukah saudara
datang / kembali kepada Dia

2) Bapa ini tergerak oleh belas kasihan (ay 20a).

Ia melihat keadaan anaknya, yang mungkin sekali kurus, kotor, berpakaian compang
camping, dan hatinya tergerak oleh belas kasihan. Puji Tuhan bahwa Allah itu
mempunyai belas kasihan kepada manusia berdosa. Ini menyebabkan Ia memberikan
kasih karunia, yaitu hal baik yang sama sekali tidak layak kita dapatkan, kepada kita yang
adalah manusia berdosa. Andaikata Allah selalu menemui orang berdosa dengan keadilan,
celakalah kita! Tetapi Dia tidak demikian! Karena itu janganlah takut untuk bertobat dan
datang / kembali kepada Dia.

Maz 103:8-9 - TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan
berlimpah kasih setia. Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak selama-lamanya Ia
mendendam. Tidak dilakukanNya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak
dibalasNya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita.

Catatan: Kata-kata yang saya garisbawahi itu akan menunjukkan bahwa Allah tidak adil,
andaikata Yesus tidak pernah menderita dan mati untuk menebus dosa kita! Tetapi dengan
adanya penebusan Kristus terhadap dosa-dosa kita, Allah bisa melakukan hal itu dan tetap
adil! Allah bisa mengampuni / tidak menghukum orang berdosa karena Yesus sudah
membayar hutang dosa itu

3) Bapa itu lari mendapatkan anaknya, merangkul dan mencium dia (ay 20b).
a) Lari. Ia tidak berjalan perlahan-lahan atau menunggu anaknya yang datang kepadanya,
tetapi ia lari kepada anaknya. Ini menunjukkan kerinduan yang luar biasa kepada
anaknya.

b) Merangkul dan mencium anaknya.

padahal anaknya mungkin sekali berbau babi.

kata Yunani yang diterjemahkan mencium sebetulnya berarti kissed fervently


(= mencium dengan keras / sunguh-sungguh). Jadi bapa itu tidak mencium asal-
asalan (seperti ciuman antara suami istri yang sudah saling bosan), tetapi
mencium dengan sungguh-sungguh, dengan hati yang penuh kasih.

Dari semua ini jelas terlihat bahwa bapa itu

a. Tidak jual mahal dalam menerima anaknya kembali

b. Tidak memberikan persyaratan-persyaratan lebih dahulu sebelum menerima kembali


anaknya. Bandingkan ini dengan ajaran Roma Katolik, yang kalau pastornya
memberikan pengampunan dosa, selalu memberikan semacam hukuman (acts of
penance) yang harus dilakukan lebih dulu oleh orang yang minta ampun dosa.

c. Menerima kembali anaknya dengan tangan terbuka, padahal anaknya ragu-ragu


apakah bapanya mau menerimanya kembali atau tidak (ia minta diterima sebagai
hamba, karena merasa tidak layak menjadi anak - ay 19,21).

Penerapan:

Kalau saudara ragu-ragu apakah Allah mau menerima saudara atau tidak,
maka sadarilah bahwa semua keraguan itu datang dari setan! Allah pasti mau
menerima semua orang yang bertobat / datang kepadaNya melalui Kristus

Yoh 6:37 - Semua yang diberikan Bapa kepadaKu akan datang kepadaKu, dan
barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan Kubuang.

4) Bapa itu tidak lagi mengingat-ingat dosa anak bungsu itu.

Dalam ay 21 anak bungsu itu mengakui dosa, tetapi jawaban bapa dalam ay 22 sama
sekali tidak menyinggung-nyinggung dosa anak bungsu itu. Di sinilah terletak keindahan
kasih Allah! Kalau kita manusia mengampuni seseorang, kita masih mengingat kesalahan
orang itu. Tetapi kalau Bapa mengampuni kesalahan kita, Ia tidak mengingat-ingatnya
lagi!

Yes 43:25 - Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena
Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu.
Mikha 7:19 - Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kembali
kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir
laut

5) Bapa itu menerima anak bungsu itu sebagai anak.

Ini terlihat dari

a) Dalam ay 18b-19 anak itu merencanakan untuk berkata: Bapa, aku telah berdosa
terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa;
jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa, tetapi dalam ay 21 ia baru
mengucapkan Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku
tidak layak lagi disebutkan anak bapa. Sebelum ia mengucapkan kata-kata
jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa, bapanya sudah memotong
kata-katanya! Bapanya tidak mau mendengarkan kata-kata yang berhubungan dengan
ketidaklayakan anak itu menjadi anak! Mengapa? Jelas karena ia mau menerimanya
sebagai anak!

Bdk. Yoh 1:12 - Tetapi semua orang yang menerimaNya diberiNya kuasa
supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya.

b) Bapa itu memerintahkan supaya anak itu diberi jubah, cincin dan sepatu (ay 22).

1. Bapa itu menyuruh memberi jubah (bukan koteka!) yang adalah tanda
kehormatan (Ester 6:8-9).

2. Bapa itu menyuruh memberi cincin, yang merupakan pemberian otoritas (Ester
3:10 8:2).

3. Bapa itu menyuruh memberi sepatu (ini seharusnya adalah sandal). Perlu
diketahui bahwa seorang hamba selalu telanjang kaki!

Semua pemberian ini menunjukkan secara jelas bahwa Bapa itu menerima anak itu
sebagai anak!

6) Bapa itu mengadakan pesta (ay 23-24 bdk. Luk 15:7,10).

Kalau saudara adalah orang berdosa yang belum pernah datang kepada Kristus, datanglah
sekarang juga kepada Bapa melalui Yesus Kristus yang adalah satu-satunya Penebus,
Juruselamat dan Pengantara antara Allah dan manusia! Dia pasti menerima saudara!

Kalau saudara adalah orang kristen yang sudah menjauh dari Tuhan, bertobatlah dan
kembalilah kepadaNya. Ia pasti mau menerima saudara!

III) Anak sulung


Cerita / perumpamaan ini belum selesai. Ada anak sulung yang belum dibahas. Apa yang
terjadi dengan anak sulung pada waktu ia tahu bahwa bapanya mengadakan pesta untuk
menyambut adiknya yang kembali

1) Ia menjadi marah dan tidak mau ikut pesta (ay 28).

Anak sulung ini merupakan gambaran orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang
bersungut-sungut melihat para pemungut cukai dan orang berdosa datang kepada Yesus
dan mendengarkan Dia (ay 1-2). Ingat bahwa untuk menangani orang-orang Farisi dan
ahli-ahli Taurat inilah Yesus lalu memberikan 3 perumpamaan berturut-turut dalam Luk
15:3-32 ini.

Anak sulung ini juga bisa menggambarkan orang kristen yang sok suci, yang tidak
senang melihat orang berdosa datang kepada Tuhan.

Penerapan:

Apakah saudara adalah orang kristen seperti itu? Kalau ada seorang pelacur bertobat dan
datang ke gereja saudara, apakah saudara senang atau jengkel?

2) Ia iri hati (ay 29-30).

Anak sulung berkata: untuk anak bungsu bapanya menyembelih anak lembu tambun,
sedangkan untuknya bapanya tidak pernah menyembelih seekor anak kambing sekalipun.
Saya berpendapat bahwa kata-kata anak sulung ini belum tentu benar. Adalah biasa orang
merasa dirinya tidak diberkati pada waktu iri hati melihat orang lain diberkati!

3) Ia meninggikan dirinya sendiri dan menjelek-jelekkan adiknya (ay 29-30). Tindakan


seperti ini memang ciri khas orang Farisi (bdk. Luk 18:11-12)

a) Ia meninggikan dirinya sendiri (ay 29).

Ia mengaku bertahun-tahun melayani bapanya (ay 29a).

Sesuatu yang menarik di sini adalah bahwa kata melayani dalam bahasa
Yunaninya tidak menggunakan kata DIAKONEO, yang artinya adalah I serve (=
aku melayani), tetapi menggunakan DOULEUO, yang artinya adalah I serve as a
slave (= aku melayani sebagai hamba / aku menghambakan diri). Bandingkan
kata DOULEUO ini dengan kata DOULOS yang berarti hamba / budak. Jadi anak
sulung ini tidak melayani dengan kasih / sukacita, karena ia melayani sebagai
budak / hamba

Ia mengaku tidak pernah melanggar perintah bapanya (ay 29b).

Orang yang bersifat self-righteous (= orang yang merasa diri sendiri benar) selalu
berpikir demikian (Luk 18:11-12 Luk 18:21).
Tentu saja kata-kata ini tidak bisa dipercaya

b) Ia menjelek-jelekkan adiknya (ay 30).

ia berkata bahwa adiknya memboroskan harta kekayaan bapa, padahal adiknya


memboroskan kekayaannya sendiri

bersama-sama dengan pelacur-pelacur.

Sekalipun ini mungkin saja benar, tetapi juga belum tentu benar. Dari mana ia
tahu bahwa adiknya melakukan itu?

4) Ia tidak mengakui adiknya sebagai saudara / adik (ay 30).

Dalam ay 30 ia menyebut adiknya bukan dengan sebutan saudaraku atau adikku tetapi
anak bapa!

Penutup:
Kalau saudara adalah orang berdosa yang mau bertobat seperti anak bungsu, dan lalu saudara
menjumpai bahwa dalam gereja ada banyak orang kristen seperti anak sulung, yang tidak mau
menerima saudara, janganlah kecewa, karena yang penting adalah bahwa Bapa menerima
saudara

Kalau saudara adalah orang dalam gereja yang seperti anak sulung, sadarilah bahwa sebetulnya
saudara lebih terhilang dari anak bungsu itu! Sekalipun anak bungsu itu berdosa, tetapi
setidaknya ia sadar akan dosanya dan kembali kepada bapanya. Tetapi saudara tidak pernah sadar
akan dosa apalagi bertobat, dan sekalipun terhadap Bapa saudara itu dekat di mata, tetapi
sebetulnya jauh di hati! Sadarilah bahwa saudara juga adalah orang berdosa dan datanglah
sungguh-sungguh kepada Bapa melalui Yesus Kristus sebagai Penebus / Juruselamat saudara,
karena kalau tidak kata-kata Yesus di bawah ini akan menjadi kenyataan dalam diri saudara

Mat 8:11-12: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan
bersama-sama dengan Abraham, Ishak, dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga,
sedangkan anak-anak kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling
gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.

Mat 21:28-32 - Tetapi apa pendapatmu tentang ini: Seorang mempunyai dua anak
laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah
hari ini dalam kebun anggur. Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi. Lalu orang
itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab:
Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal dan pergi juga. Siapakah di antara kedua
orang itu yang melakukan kehendak ayahnya? Jawab mereka: Yang terakhir. Kata Yesus
kepada mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan
perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, tetapi kamu tidak
percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal
percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak
menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya.

Maukah saudara bertobat dan datang kepada Yesus?

- AMIN -

Khotbah Minggu 29 Juli 2012


Minggu Kesembilan Setelah Pentakosta
MENJADI BERKAT DALAM KEKURANGAN
1 Raja-Raja 17 : 7 - 24

Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang
dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia.

Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan
meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan.

(II Kor.8:1-2)

PENDAHULUAN

Menjadi berkat dalam kelebihan kemungkinan besar dapat dilakukan oleh banyak orang, tetapi
menjadi berkat dalam kekurangan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.

Janda Sarfat dalam bacaan Firman Tuhan di atas memberikan teladan bagi kita bahwa di
tengah keadaan yang sulit atau berkekurangan sekalipun ternyata masih dapat menjadi berkat
bagi orang lain. Pertanyaannya adalah mengapa janda Sarfat ini bisa dan mau menjadi berkat?

PERTAMA: KEADAAN JANDA SARFAT

Sarfat adalah sebuah kota kecil antara Sidon dan Tirus. Pada zaman Ahab (raja Yehuda)
memerintah dunia sedang dilanda musibah kekeringan dan kelaparan yang hebat dan dahsyat
selama 3 tahun (bnd.Luk.4:25-26). Sebuah bencana yang cukup berkepanjangan.
Kenyataan demikianpun juga dialami oleh janda yang berada di kota Sarfat. Pada ayat 12,
Alkitab memberi kesaksian bahwa janda ini mengalami kenyataan hidup yang cukup pahit dan
sangat berkekurangan. Ia hanya memiliki segenggam tepung dan sedikit minyak dalam sebuah
buli-buli (botol berukuran kecil). Ia tidak memiliki harta kekayaan yang cukup untuk membeli
makanan dan kebutuhan hidup lainnya, bahkan dalam kalimat terakhir ia mengatakan Dan
sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang
dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan
mati. arti bahwa ia sudah mulai putus asa akan keberadaan hidupnya, tidak memiliki
pengharapan lagi karena setelah makan roti dari tepung dan minyak yang terakhir ia dan
anaknya akan mati.

KEDUA: MENJADI BERKAT DALAM KEKURANGAN - PENYEBAB

Walaupun keadaan janda Sarfat serba berkekurangan dan bahkan nyaris putus asa, ia tetap
dapat dan mau menjadi berkat bagi Elia, Sang hamba Tuhan yang diutus Allah kepadanya.
Memang dalam ayat 9, Alkitab mengatakan bahwa TUHAN telah memerintahkan seorang janda
untuk memeliharan hidup nabi Elia, tetapi justru di sinilah terletak ujian iman dan pengharapan
bagi janda ini. Ia ditantang oleh TUHAN apakah dalam keadaan kekurangan ia masih dapat dan
mau menjadi berkat bagi Elia.

Ada 2 hal yang membuat janda Sarfat ini dapat dan mau menjadi berkat bagi Elia:

1. Memiliki iman yang didasarkan pada janji TUHAN yang disampaikan oleh nabi Elia dalam ayat
13-14. Sebab ada kemungkinan bahwa janda ini adalah salah seorang dari 7000 orang yang
tidak menyembah berhala yang dilindungi oleh TUHAN dari kejaran Izebel yang
memerintahkan untuk membunuh mereka(bnd.19:18). Tantangan iman untuk lebih
mengutamakan Tuhan menjadi bagian janda Sarfat ini.

2. Memiliki ketaatan kepada apa yang dikatakan TUHAN (ayat 15). Dalam ayat ini tidak
sedikitpun perkataan TUHAN melalui nabi Elia dibantah oleh sang janda. Ia berbuat seperti
yang dikatakan Elia. Inilah bagian dari iman, sebuah ketaatan tanpa memikirkan untung
ruginya. Ia percaya bahwa perkataan seorang nabi adalah benar dan jika berbuat seperti yang ia
katakana pasti akan diberkati Tuhan.

KETIGA: MENJADI BERKAT DALAM KEKURANGAN - AKIBAT

Iman dan ketaatan sang janda membawanya kepada berkat-berkat yang disediakan oleh
TUHAN. Dalam ayat selanjutnya secara jelas Alkitab memberi kesaksian bahwa ada 3 berkat
yang diterimanya karena ia telah menjadi berkat dalam kekurangan:

1. Dalam hal makanan. Ayat 15b, ia dipeliharan oleh TUHAN melalui sebuah mujizat
segenggam tepung dan sedikit minyak dalam sebuah buli-buli yang tidak pernah habis.
2. Kebutuhan hidup jangka panjang tercukupi. Dalam kurun waktu yang ditentukan TUHAN, ia
dipelihara kebutuhan hidupnya.

3. Anaknya perempuan yang semata wayang, satu-satunya pengharapan hidupnya dibangkitkan


dari kematian oleh TUHAN melalui nabi Elia.(23)

APLIKASI!

Pelajaran yang sangat berharga kita lihat dari kehidupan janda Sarfat, dalam keadaan yang
sangat kekurangan bahkan kritis, ia tetap mengutamakan kehendak Tuhan. Harta terakhir yang
dimilikinya (sedikit tepung dan minyak) sebagai penyambung nyawa, dia berikan untuk Elia,
sebagai bukti dari iman dan ketaatan yang luar biasa. Ketika ia bisa menjadi berkat dalam
kekurangan, Tuhan memberkati dia secara luar biasa. Bisakah kita menjadi berkat dalam
kekuarangan kita? Suatu hal yang tidak mudah, iman dan ketaatan kita akan menentukan, dan
ketika kita menjadi berkat dalam kekurangan, Tuhan pasti memlihara kita.

(Pdt. Nuh Ruku, M.Th Anggota Badan Pertimbangan BPS GKSI)

Sarfat adalah suatu tempat yang panas dan kering di daerah Phoenicia. Saat ini
dikenal sebagai Libanon. Di sana tampak seorang janda muda berjalan menuju keluar kota
hendak mengumpulkan ranting-ranting kering yang jatuh dari pepohonan hutan yang kala
itu sudah mengering. Daerah Sarfat sudah mengalami kekeringan yang cukup lama, langit
yang tampak cerah dan biru tak berawan seakan menghapus harapan akan turunnya hujan,
walaupun hujan turun tetapi barang kali sudah terlambat bagi si janda Sarfat.

Kota ini sudah tidak mengalami musim hujan sudah kurang lebih 2 tahun. Sebelumnya
tidak ada seorang pun yang menyukai kelembapan yang menusuk tulang sepanjang
minggu-minggu yang diguyur hujan pada musim semi, akan tetapi hujan sekarang sangat
ditunggu-tunggu. Tanam-tanaman dan rumput liar dipadang saat itu sudah menjadi
kecoklatan dan dedaunan hutan sudah banyak yang berguguran seolah-olah ikut mengalami
penderitaan si janda. Imam baal dikawasan itu sudah di minta untuk menenangkan
kemurkaan dewa kota, agar hujan dapat mengembalikan kehidupan di bumi, beberapa
upacara ritual sudah diadakan, tetapi dewa kota itu yaitu dewa Phoenicia seolah-olah
masih tetap menahan turunnya hujan.

Semua daerah dekat Phoenicia mengalami kekeringan. Pada saat itu rupanya ALLAH
telah mendengar doa dari seorang Nabi besar yaitu Nabi Elia: Elia telah bersunggu-sunggu
berdoa supaya hujan jangan turun dan hujanpun tidak turun di bumi selama 3 tahun dan 6
bulan (Yak 5:17). Dalam ceritera kitab suci tidak dirincikan dengan jelas siapa nama si
janda itu, dari keturunan siapa dan golongan mana tetapi yang pasti Tuhan ingin
menyelamatkannya. Hidup si janda memang sangat sulit dan ia tidak dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya sebelum kekeringan melanda daerahnya, dan sekarang rasanya
hampir mustahil untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokoknya.

Matahari membakar dengan teriknya memenuhi seluruh wilayah phoenicia, akan


tetapi bagi si janda, masalah utamanya bahwa ia hanya mempunyai sedikit makanan untuk
dapat menopang hidup selama masa kekeringan yang belum pasti kapan berakhirnya.
Dalam benaknya muncul pikiran untuk berpasrah pada nasib yang dideritanya. Ia
mengambil kayu bakar dua tiga potong untuk membuat perapiannya yang terakhir, dan
kemudian seperti para pendahulunya mereka akan mencari tempat yang tenang untuk
menunggu kematian, karena kelaparan hebat semakin menggerogoti mereka.

Ditengah derap langkah kakinya dibawa panasnya terik matahari terdengar suara
lemah tetapi pasti yakni suara seorang lakil-aki dibelakangnya: Cobalah ambil bagiku
sedikit air dalam kendi supaya aku minum (1raja-raja 17;10). Janda itu sedikit tersentak
ketika mendengar suara itu, lalu memalingkan wajahnya ke arah dari mana suara itu
berasal dan ketika dilihatnya orang tersebut ia pun menaruh belaskasihan padanya dan
menuangkan air dalam kendi untuk diberikan kepadanya dan ketika ia menuangkan air,
laki-laki itu kembali berkata: cobalah ambil juga bagiku sepotong roti (1 Raja - Raja
17:11).

Membantu dan merawat orang asing adalah sifat umum yang di miliki oleh rakyat
dalam kota itu. Tetapi sekarang bagi si janda, tidak ada makanan untuk di makan, apa yang
ia miliki tidak cukup untuk membuat dirinya dan anaknya untuk tetap hidup. Bagaimana ia
dapat memberikan yang sedikit itu kepada orang yang dihadapannya ? Tetapi ia dengan
suara yang lembut dan ramah mulai menjelaskan kepada orang asing itu bahwa ia tidak
mempunyai roti, tetapi yang ia punyai hanyalah sedikit tepung dalam tempayan dan sedikit
minyak dalam buli-buli (1 Raja-Raja 17:12a). Ia sedang menyiapkan makanan terakhir
untuknya dan anak kesayangannya. Saat si janda mencoba meyakinkan orang asing itu,
dari dirinya seolah-olah ada dorongan untuk harus melakukan sesuatu bagi orang asing itu.

Penampilan orang itu meyakinkan kesadarannya bahwa orang itu lebih membutuhkan
makanan dari pada dirinya saat itu. Ia sungguh tidak menyadari bahwa orang yang di
hadapannya telah tinggal di sebuah aliran sungai yang telah mengering, dan ia bertahan
hidup dari daging dan roti yang dibawa oleh burung-burung gagak (1 Raja-Raja 17:6).
Orang asing itupun kembali berkata: Janganlah takut, pulanglah buatlah seperti yang
engkau katakan, tetapi buatlah lebi dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya
dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kau buat bagimu dan bagi anakmu. (1 Raja-
Raja 17;13).

Dan untuk memotivasi si janda sang Nabi kembali meyakinkannya dengan


mengutarakan janji ALLAH: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak
dalam buli-buli pun tidak akan berkurang sampai pada waktu Tuhan memberikan hujan ke
atas muka bumi (1 Raja-Raja 17:14). Janda itu mungkin tertawa dalam hati mendengar
janji dari orang asing itu yang kelaparan dihadapannya. Tetapi ia mempunyai suatu
keyakinan bahwa ia nantinya toh akan mati baik dengan adanya makanan atau tidak saat
itu. Jadi mengapa ia tidak membagikannya kepada orang lain yang sangat kelaparan
kendatipun sedikit?

Ketika ia berjalan pulang dengan susah paya kerumahnya bersama orang asing itu,
janda yang baik hati itu masih belum mengetahui bahwa tamunya adalah seorang nabi
ALLAH. Ia hanya mengetahui bahwa orang asing itu kelaparan dan membutuhkan
pertolongan. Nabi Elia pun tinggal di rumah si janda untuk beberapa waktu lamanya:
Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang
seperti firman Tuhan . (1 Raj 17;1). Rencana Tuhan terlaksana atas diri si janda dan
anaknya yang sakit keras dan hampir mati, tetapi nabi Elia kembali berseru kapada ALLAH
dan anak itu pun menjadi sembuh (1 Raj 17;20-22). Atas segala mujizat ALLAH yang terjadi
membuat mata hati Si janda terbuka dan mengakui sungguh bahwa Elia adalah benar-
benar Nabi Allah dan bahwa Tuhan yang Nabi Elia katakan itu adalah benar (1 Raja-Raja
17:24).

Anda mungkin juga menyukai