”Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah
pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah, Allah yang kepadaNya nenek
moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang
negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah
kepada TUHAN”
“Hanya kepada Tuhan saja kami akan beribadah” dan Yosua katakanan kepada
mereka, kamu adalah saksi dari perjaian itu, bahwa kamu telah memilih Tuhan
untuk beribadah kepadanya dengan taat dan setia”
Kata pepatah kuno Hidup adalah sebuah pilihan. Yosua melontarkan sebuah
pilihan bagi bangsa Israel apakah mereka mau memilih beribadah kepada TUHAN
atau kepada allah-allah lain alias penyembahan berhala. Yosua tidak memaksa
kehendaknya kepada bangsa Israel bahwa mereka harus memilih beribadah kepada
Tuhan, tetapi Yosua mengingatkan bangsa itu untuk menentukan pilihannya yang
tepat, sebab ada konsekwensi atau akibat dari pilihan mereka yaitu apabila
memilih untuk menyembah allah lain diluar Allah bangsa Israel, maka Allah akan
menghardik mereka dengan berbagai bencana yang mengerikan termasuk
kehancuran mereka sebagai suatu bangsa.
Menjadi pertanyaaan bagi kita mengapa umat Israel perlu diingatkan, oleh Yosua,
jawabannya ialah Yosua paham betul tentang karakter umat Israel. Mereka adalah
umat yang keras tengkuk, kepala batu, terlalu mudah jatuh dalam penyembahan-
penyembahan berhala. Mereka adalah bangsa pilihan Allah tetapi karakter mereka
diluar kehendak Allah. Mereka adalah orang yang pintar berbicara tentang Firman
dan ketetapan Hukum Torat, tetapi yang keluar dari bibir mereka tidak searah
dengan perbuatan dan tingkah laku sehari-hari.
Yosua mau katakan kepada bangsa Israel, jangan hidup seperti kacang yang lupa
pada kulitnya. Jangan begitu mudahnya melupakan asal usul bangsamu, jangan
begitu mudahnya melupakan kebaikan dan kasih setia Tuhan dalam perjalanan
panjang dari Mesir sampai tiba di Tanah perjanjian, tanah Kanaan.
Sebagai umat yang percaya kepada Tuhan, kita diperhadapkan dengan sebuah
pilihan, apakah mau percaya dengan sepenuh hati dan beribadah dengan setia
kepada Allah kita di dalam Yesus Kristus, atau kita masih dibayang-banyangi
dengan penyembahan-penyembahan terhadap kuasa-kuasa kegelapan ? Ingatlah
bahwa pilihan kita hari ini menentukan jalan hidup kedepan. Pilihan yang benar
mengantarkan kita pada hidup yang diberkati, pilihan yang salah mengakibatkan
bencana yang mengerikan, sebuah kehidupan yang kacau balau, rumah tangga
tidak diberkati, harapan dan masa depan anak-anak menjadi tidak pasti, pekerjaan
kita tidak mendatangkan berkat, tidak tenang, selalu ada dalam persengutan dan
jauh dari kebahagiaan.
Sebagai manusia yang mau terus hidup kita diperhadapkan dengan sebuah pilihan:
bermalas-malasan atau bekerja keras dengan suatu motivasi bahwa apapun yang
kita kerjakan tidak jatuh percuma, karena setiap tetesan keringat yang jatuh dari
tubuh kita, upahnya selalu diperhitungkan oleh Tuhan.
Sebagai makluk social kita diperhadapkan dengan sebuah pilihan memisahkan diri
dari persekuatan atau tetap berada bersama dengan orang lain dalam sebuah
persekutuan, baik dalam lingkungan keluarga, masyakat, lingkungan berjemaat dan
lingkungan berbangsa dan bernegara.
Saat ini persekuatuan kita sebagai makluk social diperhadapkan dengan situasi dan
kodisi yang sangat memprihatinkan akibat mewabahnya pandemic covid 19. Oleh
karenanya kita dihimbau, kita dinasehati, kita dibimbing untuk memahami bahwa
hidup sehat adalah sebuah pilihan. Artinya kita harus menjaga keluarga kita
supaya tetap sehat, kita harus menjaga dilingkungan masyarakat, lingkungan
pergaulan kita, lingkungan kerja kita, lingkungan persekutuan jemaat kita untuk
tetap sehat.
Artinya kita harus memahami benar tentang pandemic covid 19. Dengan cara
berpartisipasi menyampaikan informasi dan edukasi yang benar tentang Covid 19,
tidak menyebarkan berita-berita hoak tentang covid 19, sehingga menghambat
program pemerintah untuk membebaskan bangsa Indonesia dari bencana Virus
Corano, memahami dengan benar bahwa seseorang yang terpapar sakit akibat
virus corona bukanlah sebuah aib yang perlu ditutupi, tetapi sebuah dampak dari
kehidupan yang tidak disiplin dalam menjalani Protokol kesehatan.
MARKUS 12 : 28 – 34
Saudaraku !
jerat kempat datanglah seorang ahli Torat dan bertanya “Hukum manakah yang
paling utama” dan setelah Yesus menjawab keempat pertanyaan jeratan tadi
dengan penuh hikmat maka tidak seorangpun diantara mereka berani bertanya lagi
kepada Yesus. (Markus 12:28-34).
Saudaraku !
Ahli Torat berkata “Guru, benar sekali kata-Mu itu, bahwa Allah itu esa, dan
bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. Memang mengasihi Allah dengan segenap
hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga
mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada
semua korban bakaran dan korban sembelihan.”
Saudaraku
Yesus melihat bahwa betapa bijaksananya jawab orang tsb, Yesus berkata
kepadanya: “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!” artinya Yesus mau katakana
bahwa ahli Torat yang bertanya tadi memiliki pengetahuan yang sempurna tentang
Firman lalu mengapa Yesus hanya mengatakan “engkau tidak jauh dari kerajaan
Allah, tidak seperti jawaban Yesus kepada seorang penjahat yang tersalib saat ia
berkata Yesus ingatlah Aku bila Engkau datang sebagai raja. Yesus katakana “hari
ini juga engkau ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus”
“Tidak jauh” artinya sudah dekat dengan kerajaan Allah, tetapi tetap saja masih
ada jarak, belum sampai pada tujuan utama. Mengapa Yesus katakan tidak jauh
atau sudah dekat bukan mengatakan hari ini juga engkau ada bersama-sama dengan
Aku di dalam Firdaus. Jawabnya ada dua:
1. ahli Taurat, hanya sebatas mengakui Yesus sebagai guru yang memberikan
jawaban yang tepat. Tidak lebih dari itu. Sebaliknya panyamun atau penjahat
yang ada disalib bersama Yesus, mengakui bahwa Yesus sebagai orang yang
tidak bersalah, dan sebagai raja yang akan datang untuk menghakimi
manusia (“Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja”).
2. pamahaman tentang mengasihi Tuhan dan sesama manusia dari seorang ahli
Torat baru sampai pada tahap pengetahuan, belum sampai pada penghayatan
dan pengamalan yang sesungguhnya.
Ahli Torat sudah dekat karena dia sudah memiliki pengetahuan yang benar tentang
Firman, tinggal dengan lidahnya, dia harus mengakui dengan penuh iman bahwa
Yesus adalah Tuhan dan Juruh seamat serta dilengkapi dengan perbuatan nyata
yang tidak hidup untuk diri sendiri. Dan itulah yang dikehendaki Tuhan untuk ada
dalam kerajaan Allah.Seperti dikatakan dalam Yakbus 2:26 “Sebab seperti tubuh
tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah
mati” .
Saudaraku !
Bercermin dari kasih Allah yang luar biasa kepada manusia, Yesus rela mati di
kayu salib untuk menebus dosa kita, maka kita pun dipanggil untuk mengasihi
Allah dengan sepenuh hati. Dan hukum untuk mengasihi Allah dengan sepenuh
hati berbanding lurus dengan hukum mengasihi sesame manusia seperti diri
sendiri. Artinya, semakin seseorang mengatakan bahwa dia mengasihi Allah, maka
sesungguhnya diapun harus semakin mengasihi sesama manusia. Sebab mustahil
orang bisa mengasihi Allah yang tidak kelihatan, padahal dia tidak menaruh kasih
sedikitpun kepada sesama manusia yang kelihatan.
Saudaraku !
Ketika mengasihi menjadi hukum yang terutama, maka kasih hendaknya menjadi
rujukan pokok dari setiap sikap, perilaku dan turur kata dari setiap orang percaya.
Artinya pola perilaku dan sikap hidup kita mesti berakar pada kasih dan
membuahkan kasih.
Di situ digambarkan dengan jelas bahwa orang yang mengasihi Tuhan, adalah
orang yang mengasihi sesama manusia seperti yang dikatakan Matius 25:35-36
Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu
memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan;
ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu
melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.
Saudaraku !
Kata Aku dicetak huruf besar dalam nats ini menggambarkan tentang kehadiran
Tuhan malalui orang-orang yang hidup dalam kehinaan dan penderitaan yakni :
orang yang lapar, orang yang haus, orang asing, orang telanjang, orang sakit, dan
orang didalam penjara. Oleh karena itu Alkitab mengatakan mengasihi Allah
berpadanan dengan mengasihi sesame manusia. Sesungguhnya segala sesuatu yang
kamu lakukan untuk salah seorang dari saydaraku yang paling hina ini, kamu telah
melakukannya untuk Aku (Matius 25:40)
Disisi lain ada begitu banyak orang Kristen berkata aku sangat mengasihi Tuhan,
rajin berdoa, rajin ke gereja, rajin baca Firman, suka memberi persembahan,
namun mereka tidak bisa hidup berdampingan dengan saudara-saudaranya, mereka
penuh dengan kebencian, dendam, suka bergosip tentang kejelekan orang lain,
saling sikut menyikut untuk sebuah jabatan dan lain-lain sebagainya. Ingat
saudaraku Yesus berkata: “ mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah
jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan. Artinya
mengasih tidak bisa tergantikan oleh korban bakaran, mengasihi tidak dapat
tergantikan oleh berapapun jumlah uang yang kita sumbangkan untuk membagun
sebuah gereja dan lain-lain.
Saudaraku
Tidak ada artinya kita berikan persembahan kepada Tuhan, tidak ada gunanya kita
menyumbangkan sebagian harta kita kita untuk membangun gereja, kalau hati kita
dipenuhi dengan kebencian, dendam, iri hati, dengki, terhadap sesame. 1 Korintus
13 : 3 berkata “sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku,
bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai
kasih, sedikitpun tidak ada faedanya”
Saudaraku !
Seperti yang kita ketahui bahwa Ahli taurat adalah orang-orang yang sangat
membenci Yesus. Mereka selalu berupaya untuk menjerumuskan dan menjatuhkan
Yesus. Yesus tahu bahwa mereka tidak menyukai apa yang Ia lakukan. Tapi Yesus
tidak pernah membenci dan dendam terhadap ahli taurat. Justru Yesus memandang
ahhli Torat dalam bacaan kita tadi sebagai seorang yang bijaksana, bahkan Yesus
mengatakan bahwa ia tidak jauh dari kerajaan Allah.
Saudaraku !
Yesus tidak membenci dan mendendam ahli taurat. Belajar dari sikap Yesus yang
tidak membenci dan mendendam mengharuskan kita untuk belajar mengampuni
dan tidak mendendam orang-orang yang mungkin membenci atau menaruh
dendam kepada kita. Sebab Kebencian dan dendam adalah dua hal yang dapat
menutup diri kita sehingga kita tidak mampu memberi cinta kasih kita pada sesama
kita. Kebencian dan dendam adalah dua hal yang merusak suasana batin kita
sehingga kita tidak nyaman tidak memiliki rasa damai dan suka cita, kebencian dan
dendam adalah dua hal yang bisa merusak imunitas kita sehingga mudah terserang
penyakit.
Saudaraku !
Tuntutan dan perintah untuk mengasihi sesame manusia dilakukan sama halnya
mengasihi diri sendiri. Siapapun manusia itu yang pasti dia ingin dihargai,
disayangi, dicintai, tidak dihina, tidak disakiti, tidak dibenci dan tidak didendam.
Perasaan yang samapun diinginkan oleh kita. Dan untuk mengimbangi perasaan
antar manusia ini Yesus katakana didalam Matius 7:12 “Segala sesuatu yang kamu
kehendaki supaya orang perbuat kepamu, perbuatlah demikian juga kepada
mereka” inilah yang disebut hokum kesamaan atau hokum keseimbangan, dalam
kehidupan antar sesame dalam lingkup bermasyarakat dan berjemaat.
Saudaraku !
Bertolak dari Tema, Hidup bersama dalam kepedulian, dan sub Tema bersatu
menjadi berkat, maka kita belajar menhormati kebersamaan kita dalam
mewujudkan kepedulian terhadap sesame. Kita belajar mewujudnyatakan sikap
mengasihi Tuhan melalui bagaimana cara kita mengasihi sesame manusia. Kita
belajar untuk menjadikan rumah tangga sebagai sebuah rumah kaca yang selalu
memantulkan cahaya kasih bagi banyak orang.,
Saudaraku !
Hari ini kita ada dalam perayaan hari Reformasi, kita diingatkan untuk selalu ada
dalam pembaharuan hidup kearah yang lebih baik yakni hidup bersama dalam
kepedulian, hidup bersama mengharuskan kita untuk bisa berdampingan dengan
orang dalam sikap saling mengasihi, saling menghormati dan saling menghargai.
Sama seperti Marthen Luther yang selalu peduli terhadap perkembangan
Kekristenan, yang berjuang dalam sebuah gerekan perubahan.
Saudaraku !
Bunda Theresa seorang wanita pejuang kemanusian yang menghabiskan waktu
lebih dari 47 tahun untuk melayani orang miskin, orang sakit dan anak-anak yatim
piatu, berkata demikian : “Jika anda tidak dapat berbagi dalam hal-hal yang besar,
lakukanlah dalam hal-hal yang kecil dengan cinta yang besar. Kalau anda tidak
dapat berbagi dalam hal-hal yang kecil masih ada hal sederhana yang dapat anda
lakukan untuk mengasihi, karena mengasihi bisa dimulai dengan senyum. Marilah
kita selalu saling bertemu dengan senyum, karena senyum adalah awal dari cinta
kasih.