Pembahasan ayat-ayat
Luk 19:1: Yesus masuk ke kota Yerikho dan
berjalan terus memasuki kota itu.
Yerikho adalah suatu kota di mana terletak di sebelah Timur dari Yerusalem, dan
dekat dengan sungai Yordan. Ditempat inilah tempat tembok yang terkenal, yaitu
tembok Yerikho yang dirubuhkan oleh Yosua, atas bantuan Tuhan. Ketika itu para
iman berjalan mengelilingi tembok dan pada hari ketujuh mereka mengeliliungi
tembok Yerikho dan bersorak sorai, dan tembok itu runtuh (Yos 6:13-16). Di
tempat ini juga yang menginspirasikan lagu “Dari Yerikho ke Yerusalem ada jalan
belas kasih ….). Ketika itu seorang Samaria menolong seorang yahudi, setelah dia
dirampok. Juga ada seorang buta, yang disembuhkan Yesus (Lukas 18:35-43). Dan
ditempat inilah terjadi suatu drama kehidupan, yang memberikan pengharapan
kepada semua pendosa, termasuk kita semua, yaitu drama kasih yang membawa
pertobatan yang sejati, kisah Zakheus.
Sebagai orangtua, apakah kita mengambil hak anak-anak, yang berhak untuk
bercanda, bercerita, dan bersukacita bersama-sama dengan orang tuanya?
Sebagai seorang guru, apakah kita memberikan yang menjadi hak bagi murid,
yaitu untuk mengetahui kebenaran, juga memberikan nilai-nilai moral yang
benar?
Sebagai seorang Katolik, apakah kita sudah memberikan hak kepada keluarga,
masyarakat, untuk membiarkan mereka mengetahui, bagaimana sebenarnya
iman Katolik yang benar, yang berdasarkan kasih yang sejati?
Sebagai umat Tuhan, apakah kita juga sudah memberikan apa yang menjadi hak
Tuhan, untuk disembah dan dimuliakan? Apakah kita juga seperti Zakheus, yang
“korupsi waktu”, waktu untuk pergi ke gereja, waktu berdoa, waktu membaca
alkitab, berkomunitas, dll?
Tuhan tidak menentang kita untuk menjadi kaya, namun Tuhan menentang, jika
kekayaan yang ada didapat dengan cara yang tidak halal, dan merugikan orang
lain.
Luk 19:3 Ia berusaha untuk melihat orang apakah
Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang
banyak, sebab badannya pendek.
Zakheus, tentu sudah mendengar tentang Yesus, dimana terlihat dari
keinginannya untuk melihat Yesus. Dia sudah mendengar, bagaimana Yesus sudah
menyembuhkan begitu banyak orang dari berbagai macam penyakit, juga
membuat begitu banyak mukjijat. Dia juga mungkin sudah mendengar,
bagaimana Yesus tidak pernah menolak seorangpun untuk datang kepada-Nya,
juga termasuk pendosa …..
Namun karena keterbatasannya, karena badannya pendek, dan juga ada begitu
banyak orang, maka kita dia tidak dapat melihat Yesus.
Permenungan: Apakah kita seperti Zakheus, yang juga mempunyai
keterbatasan untuk bertemu dengan Yesus?
Mungkin karena situasi pekerjaan kita, yang menuntut kita harus begitu sibuk,
kita tidak dapat meluangkan waktu untuk berdoa. Mungkin karena kesibukan
kita, sebagai seorang istri, begitu sibuk dengan melayani anak-anak, sehingga
tidak ada waktu untuk Tuhan. Juga sebagai aktifis di gereja, membuat kita
terlalu sibuk dengan urusan gereja, sehingga tidak dapat meluangkan waktu
untuk berdoa?
Apakah kita juga terhalang bertemu dengan Yesus, karena orang lain? Mungkin
kita takut ditertawakan ketika kita mau menunjukkan bahwa kita adalah murid
Yesus. Kita takut dianggap sok suci. Kita tidak mau korupsi, tapi semua orang
korupsi, sehingga kalau kita tidak ikut-ikut, maka kita takut dijauhi dan dibenci
rekan sekerja kita. Kalau kita tidak ikut nyontek, merokok, kita takut dianggap
banci oleh teman sekolah kita?
Bagaimana kita dapat bertemu dengan Yesus?
Berdoa: Yer 29:12-13 (Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa
kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu; apabila kamu mencari Aku,
kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap
hati).
Apakah kalau macet di jalan, menunggu anak di sekolah, pada saat mencuci
piring, dll, kita melakukannya dengan doa?
Membaca Firman Tuhan: 2Ti 3:15 (Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah
mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun
engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus).
Apakah kita benar-benar meluangkan waktu untuk membaca Firman-Nya, yang
sebenarnya adalah surat kasih dari pencipta kita?
Komunitas: Mat 18:20 (Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam
Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.”).
Apakah kita lebih suka berkumpul untuk memuji Tuhan, ataukah kita lebih suka
berkumpul untuk ke café, ngerumpi, belanja, dll?
Pelayanan Kasih: Mat 25:45 (Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah
seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku).
Apakah kita juga peka terhadap orang-orang di sekitar kita yang membutuhkan
kita? Mungkin tidak dalam bentuk uang, namun perhatian dan kasih.
Sakrament-sakrament, secara istimewa dalam Perayaan Ekaristi: 1 Kor 10:16
(Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah
persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan
adalah persekutuan dengan tubuh Kristus?).
Apakah kita benar-benar percaya, bahwa Yesus hadir dalam rupa roti dan
anggur dalam perayaan ekaristi? Kalau ya, apakah kita merasa cukup untuk
menerimanya seminggu sekali? Apakah kita menghadiri perayaan ekaristi setiap
Jum’at pertama? Misa harian? Adorasi di hari-hari tertentu?
Marilah kita lihat segala keterbatasan yang kita miliki. Mungkin kita terbatas
karena waktu luang yang kita miliki adalah sedikit. Kita tidak mempunyai waktu
untuk berdoa. Pertanyaannya adalah, apakah kalau kita diberi waktu lebih,
misal pada saat liburan, kita mau meluangkan waktu kita untuk berdoa? Kalau
kita mau menjawab dengan jujur, maka kita akan menjawab tidak. Apakah
ditengah keterbatasan kita, kita mau berdoa pada saat jalan macet, saat
mencuci piring, saat menyapu rumah, saat sebelum dan setelah makan,
sebelum dan setelah tidur, atau pada saat kita bermain dengan anak-anak kita?
Mungkin ada sebagian dari kita berkata “saya tidak pandai untuk bicara di
depan umum. Saya mau melayani, tapi saya tidak mampu”. Bagaimana kalau
kita melayani dengan senyuman kita, membawa damai di dalam kelompok atau
lingkungan kita? Melayani anggota keluarga dengan sukacita?
Kita punya banyak keterbatasan, namun kita juga punya kemampuan untuk
berkata “Di tengah keterbatasanku, aku mau seperti Zakheus, yang mau lari dan
memanjat pohon ara untuk bertemu dengan Yesus.”
Pada saat kita sakit, kita dapat mengalami Yesus yang begitu baik, yang
memberikan kekuatan kepada kita. Dimana Dia selalu memberikan kekuatan.
Pada saat kita menerima merayakan ekaristi, lihatlah Yesus yang merendahkan
diri-Nya dalam rupa roti dan anggur, supaya kita dapat menerima-Nya di dalam
keberadaan kita.
Pada saat kita menerima sakrament pengakuan dosa, alamilah Yesus yang
penuh belas kasih, dan mau menerima segala kekurangan kita, dan merangkul
kita kembali kepada-Nya dan gereja-Nya.
TURUN. Zakheus turun dari pohon untuk bertemu dengan Yesus secara pribadi.
Kita juga harus turun dari ketinggian pohon yang menghalangi kita untuk
berjumpa dengan Yesus lebih dekat lagi. Kita harus meninggalkan segala
kesombongan kita, masa lalu kita, ketakutan, kekuatiran, merasa sikap merasa
tidak dikasihi, kesendirian kita, untuk bertemu secara pribadi dengan Yesus.
MENERIMA. Sama seperti Zakheus, pada saat Yesus datang dan memanggil kita,
kita harus menerima-Nya. Adalah untuk kebaikan kita untuk menerima
panggilan-Nya, agar kita dapat merasakan damai sejahtera dan agar kita
mendapatkan kekuatan dalam mengarungi bahtera kehidupan ini yang penuh
tantangan.
SUKACITA. Sudah selayaknyalah, bahwa panggilan Tuhan, harus kita sambut
dengan sukacita.
Permenungan: Apakah kita seperti Zakheus yang bereaksi sama, yaitu menyambut
Yesus dengan penuh sukacita?
Pada saat kita menerima Yesus dalam ekaristi, apakah kita juga menyambut-Nya
dengan penuh sukacita dan penuh harap?
Pada saat kita melayani yang terkecil, anak-anak, saudara satu iman yang
membutuhkan bantuan kita, apakah kita melakukannya dengan penuh
sukacita? Bagaimana di dalam pelayanan kita, apakah kita melayani Tuhan
dengan hati yang bersuka dan gembira?
Apakah kita sering mengatakan dalam hati kita, bahwa kita lebih baik dari orang
lain? Bahwa kita lebih layak untuk melayani Tuhan daripada orang lain?
Ketika seorang bekas pemabuk, orang yang tidak pernah ke gereja, tiba-tiba
mengalami kasih Kristus, dan menjadi orang yang berubah, kita mungkin
mengatakan “Ah, dia khan dulu hidupnya nggak baik… kok sok-soknya melayani
begitu. Kalau aku sih memperbaiki hidup dulu, baru melayani.”
Kita semua adalah seperti orang banyak dalam cerita ini. Kita semua adalah
“orang-orang yang munafik”. Namun Tuhan mengerti segala kekurangan kita,
dan Dia yang secara terus-menerus menyempurnakan kita, hingga suatu saat
kita akan bertemu Dia, muka dengan muka. Dan pada saat itulah, kita
menyerupai Dia, dimana tidak ada selubung kemunafikan lagi, karena semua
yang terjadi di dalam kegelapan akan dibawa ke dalam terang.
Apakah kita sudah mengalami kasih yang seperti Zakheus alami, di mana
merubah seluruh kehidupan kita? Merubah cara pandang kita terhadap
kehidupan ini? Sampai kita mengalami kasih ini, maka kehidupan rohani kita
akan berhenti dan tidak bergerak…. Kecaplah dan lihatlah betapa baiknya
Tuhan itu… (Maz 34:8)
Apakah kita mengalami kasih yang Tuhan berikan adalah berlimpah dan tidak
mungkin kita simpan hanya untuk kita sendiri?
Kita mungkin sakit karena kurang kasih dan perhatian. Tersiksa karena masa lalu
kita, dan kuatir akan masa depan. Sakit, karena kurang peka terhadap
penderitaan sesama, terlalu egois, mengejar kesenangan sendiri. Mungkin kita
sakit, karena menganggap bahwa harta, karir adalah nomor satu dalam hidup
ini.
Mari pada saat ini kita mengundang Yesus untuk masuk dalam hidup kita, dalam
setiap sendi kehidupan kita, dan dalam keberadaan diri kita, sehingga kita dapat
menjadi bait suci-Nya yang kudus.