Anda di halaman 1dari 28

Celakalah kamu…..

(Luk 10:13-16)

Dikisahkan Yesus mengecam beberapa kota, Khorazim dan Betsaida karena meskipun
mereka melihat tanda-tanda yang dibuat Yesus dengan berbagai penyembuhan, tidak mampu
membuat mereka bertobat. Yesus membandingkan dengan kota lain, Tirus dan Sidon yang jahat
di hadapan Tuhan. Tetapi mereka masih ada kemungkinan bertobat jika Yesus melakukan
mukjizat di sana. Kebebalan Israel juga nampak dengan menolak para murid yang diutus Yesus.
Berhadapan dengan sikap semacam itu Yesus tidak serta merta langsung menghukum tetapi
masih memperingatkan mereka agar berubah dari kebebalan hati untuk bertobat

Jika mereka tetap pada sikapnya, maka pada saat penghakiman, saat dimana Allah akan
menghakimi seluruh umat manusia, orang-orang yang tidak mentaati kehendak Allah akan
mendapat hukuman. Yesus berharap agar mereka berubah; bertobat dan berkabung

Sebagai murid-murid Kristus senantiasa kita mengalami aneka perjumpaan dengan Tuhan,
dalam kerja, dalam kebersamaan dengan keluarga, sesama, dst. Dalam kacata mata iman
seharusnya perjumpaan dengan Tuhan semakin membuat kita dekat. Dan kedekatan itu juga
semakin membuat kita mengenal, mencintai dan tidak bisa tidak melakukan kehendakNya.
Semakin kita setia melakukan kehendakNya dengan sukacita, semakin banyak orang akan
merasakan nilai-nilai Kerajaan Allah.

Dalam perjumpaan dengan sesama tidak jarang kita juga melihat banyak hal baik, juga kasih
Tuhan yang luar biasa. Apakah perjumpaan itu juga mampu menggerakkan hati kita untuk
berubah, belajar menjadi lebih baik untuk memancarkan kasih Tuhan? Semoga!
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (10:13-16)

"Barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku."

Sekali peristiwa Yesus bersabda, "Celakalah engkau, Khorazim! Celakalah engkau,


Betsaida! Sebab seandainya di Tirus dan Sidon terjadi mukjizat-mukjizat yang telah terjadi di
tengah-tengahmu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. Maka pada waktu penghakiman
tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan daripada tanggunganmu. Dan engkau,
Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak! Engkau akan diturunkan
sampai ke dunia orang mati. Barangsiapa mendengarkan kalian, ia mendengarkan Daku; dan
barangsiapa menolak kalian, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia
yang mengutus Aku." Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun
melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.
Renungan
Jika kita mengubah tata letak perabot dalam rumah kita, segera kita akan melihat bahwa di
balik lemari atau di bawah rak buku masih ada lapisan debu tebal. Meskipun kita secara rutin
membersihkan lantai, kadang ada sudut-sudut tersembunyi yang tidak terjangkau. Kelak jika kita
mengubah kembali tata letak itu, hal yang sama akan kita jumpai. Bentuk perabot tertentu
memang memungkinkan adanya sudut-sudut tersembunyi yang tidak terjangkau, meskipun dari
luar semua tampak bersih.
Meskipun kita sudah memilih Yesus sebagai terang hidup kita, masih ada bagian-bagian
dalam diri kita yang tetap kita sembunyikan dalam gelap. Akan ada saat-saat menyakitkan ketika
kita diajak untuk membuat sebuah pilihan perubahan yang tidak mudah. Pewartaan kabar
gembira yang sudah menarik banyak orang mengajak kita untuk selalu masuk membersihkan
bagian-bagian gelap diri kita sendiri. Wilayah pewartaan sabda untuk tempat-tempat gelap dalam
diri kita mungkin justru lebih menakutkan.
Berlimpahnya mukjizat di Khorazim, Betsaida, dan Kapernaum masih belum cukup untuk
bisa meyakinkan penduduknya agar bertobat. Ketiga nama kota itu mungkin bisa menjadi simbol
“nama-nama” wilayah hidup kita yang masih belum mau sungguh percaya. Semua itu adalah
wilayah dalam diri kita di mana kita masih meragukan apakah wilayah itu bisa dijangkau oleh
cinta-Nya dan diubah sepenuhnya oleh Yesus. Akibatnya, di tengah berlimpahnya kebaikan
Tuhan, kita tetap mengajukan syarat: hanya kalau ada sesuatu yang lebih hebat lagi, aku akan
sungguh percaya!
Yesus, Engkau sungguh hidup. Segala bangsa bersyukur kepada-Mu. Terangilah sisi-sisi
gelapku yang ingin terus kusembunyikan dan bebaskanlah aku. Amin.

Luk 10:13-16
Sekali peristiwa Yesus bersabda,"Celakalah engkau, Khorazim! Celakalah engkau
Betsaida! Sebab seandainya di Tirus dan Sidon terjadi mukjizat-mukjizat yang telah terjadi di
tengah-tengahmu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. Maka pada waktu penghakiman,
tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan daripada tanggunganmu. Dan engkau Kapernaum,
apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit?
Tidak! Engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati. Barangsiapa mendengarkan kalian,
Ia mendengarkan Daku; dan barangsiapa menolak kalian, ia menolak Aku; dan barangsiapa
menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku."

TUGAS PERUTUSAN

Pada zaman ini hampir segalanya dihitung dengan uang. Uang seakan memainkan peranan
yang sangat penting. Maka memahami Sabda perutusan Yesus ini terasa amat sulit bila kita
berpikir dalam konteks uang. Namun, apa maksud sabda ini untuk kita? Artinya, tidak lain
adalah bahwa mengikuti Kristus secara konsekuen berarti berani berkorban, mengapa? Karena
mengikuti Kristus banyak tuntutannya. Tiada sesuatu pun yang boleh kita pilih di atas Dia. Kita
harus menaruh cinta kasih kepada-Nya melebihi keluarga, melebihi segala-galanya bahkan
melebihi hidup kita sendiri.

Dalam Injil hari ini tampak tuntutan Yesus yang begitu tegas bila mau mengikuti Dia.
Tuntutan yang tegas ini tidak lain adalah untuk meyakinkan para pengikutnya bahwa tak
mungkin bertemu Kristus tanpa mengangkat salibnya. Dan para murid pun dipilih untuk
menghadirkan Dia. Mereka itu diutus oleh-Nya dan Dia sendiri diutus oleh Bapa-Nya. Maka bila
kita menerima utusan-Nya kita menerima Dia dan dalam Dia kita menerima Bapa-Nya.
Terkadang dalam kehidupan kita mudah goyah karena bujukan atau pengaruh keyakinan lain.
Injil hari ini kembali menyegarkan kita bahwa sekali memilih Yesus mesti berani untuk
mempertahankan-Nya dan berani memberi kesaksian tentang Dia dengan menjadi utusan.
Utusan dalam arti mampu memberi teladan hidup yang berarti. Pada zaman ini teladan jauh
lebih dibutuhkan daripada berbicara muluk-muluk. Mengikuti Dia harus sebulat hati bukan
muluk-muluk (MES)
Pelita Hati: Kuakui dengan mulutku, "Ya Allah kekal, Kasih-Mu menciptakan surga, tetapi
kesetiaan-Mu kokoh melebihi langit."
(Mzm 88:2)

“Barangsiapa mendengarkan kamu ia mendengarkan Aku”


(Bar 1:15-22; Luk 10:13-16)

"Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! karena jika di Tirus dan di Sidon
terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat
dan berkabung. Akan tetapi pada waktu penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih
ringan dari pada tanggunganmu. Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan
sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Barangsiapa
mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku;
dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku."(Luk 10: 13-16), demikian
kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Hieronimus, imam dan pujangga
Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· St.Hieronimus dikenal sebagai penterjemah Kitab Suci dari bahasa Ibrani dan Yunani ke
dalam bahasa Latin, yang ia kerjakan kurang lebih selama 20 tahun, jangka waktu yang cukup
lama. Dari pengalaman membaca dan menterjemahkan kitab suci, yang berarti sungguh
memahami isi kitab suci, ia berpesan kepada kita semua :”Sekarang kita harus menterjemahkan
nas-nas Kitab Suci ke dalam perbuatan, daripada berbicara muluk-muluk perihal yang kudus,
lebih baik kita jabarkan dalam hidup sehari-hari”(Ensiklopedi Orang Kudus, Yayasan Cipta
Loka Caraka, Jakarta 1985/cetakan kelima, hal 150). Kitab Suci pertama-tama dan terutama
untuk ‘dibacakan dan didengarkan’, maka hendaknya mereka yang bertugas membacakan kitab
suci sungguh membacakan sedangkan yang mendengarkan sungguh mendengarkan.
Mayoritas dari kita kiranya lebih banyak mendengarkan daripada membacakan, maka
marilah kita hayati sabda Yesus “Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan
barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia
yang mengutus Aku.".
Mendengarkan hemat saya merupakan keutamaan yang harus diperdalam dan dihayati oleh
umat beriman atau beragama. Saya percaya jika kita memiliki kehendak baik, hati, jiwa dan akal
budi baik, maka apa yang kita dengarkan pasti mempengaruhi cara hidup dan cara bertindak kita,
maka jika kita mendengarkan sabda-sabda Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci
dengan demikian kita akan hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Marilah kita
perdalam dan teguhkan tugas dan panggilan kita sebagai pelaksana-pelaksana kehendak Tuhan
dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari.
· “Kami tidak mendengarkan suara Tuhan, Allah kami, sesuai dengan firman para nabi yang
telah Tuhan utus kepada kami.Bahkan kami telah pergi berbakti kepada allah lain, masing-
masing menurut angan-angan hati jahatnya, dan kami melakukan apa yang durjana dalam
pandangan Tuhan, Allah kami” (Bar 1:21-22).

Kutipan di atas ini mungkin menjadi nyata dalam diri kita semua, yaitu kurang atau tidak
mendengarkan suara Tuhan. Menurut penelitian kebanyakan orang hanya mampu paling besar
25% kebenaran informasi atau ajaran yang didengarkannya, dengan kata lain benarlah bahwa
kita kurang mendengarkan: anak-anak kurang atau tidak mendengarkan nasihat dan saran
orangtuanya, para peserta didik kurang atau tidak mendengarkan apa yang diajarkan atau
disampaikan oleh para guru atau pendidik, umat kurang atau mendengarkan kotbah
pastor/pendeta/kyai dst… dan mungkin antar kita sendiri juga kurang atau tidak saling
mendengarkan.

Karena kurang atau tidak mendengarkan itulah kita sering “melakukan apa yang durjana
dalam pandangan Tuhan” alias berbuat dosa atau berbuat jahat. Jika orang tidak atau kurang
mendengarkan sesamanya manusia, maka yang bersangkutan juga kurang atau tidak
mendengarkan suara Tuhan. Ingatlah dan sadari bahwa keutamaan mendengarkan merupakan
indera pertama kali yang kita hayati atau lakukan; ketika kita masih berada di dalam rahim ibu
kita masing-masing kita sudah dapat mendengarkan dan ketika kita masih bayi juga lebih banyak
mendengarkan daripada berbicara. Maka jika kita pada saat ini kurang atau tidak mendengarkan
berarti kita tidak setia pada diri kita masing-masing atau kita mencederai diri.
Marilah ‘back to basic”, bertobat dan memperbaharui diri untuk menjadi pendengar-
pendengar yang baik, sebagaimana telah kita hayati ketika kita masih berada di dalam rahim ibu
maupun masih bayi atau kanak-kanak. Sekali lagi kami berharap kepada orangtua untuk
mendidik dan membina anak-anaknya menjadi pendengar yang baik, sehingga juga menjadi
pelaksana-pelaksana yang baik juga.

“Ya Allah, bangsa-bangsa lain telah masuk ke dalam tanah milik-Mu, menajiskan bait kudus-
Mu, membuat Yerusalem menjadi timbunan puing.Mereka memberikan mayat hamba-hamba-Mu
sebagai makanan kepada burung-burung di udara, daging orang-orang yang Kaukasihi kepada
binatang-binatang liar di bumi. Mereka menumpahkan darah orang-orang itu seperti air
sekeliling Yerusalem, dan tidak ada yang menguburkan. Kami menjadi cela bagi tetangga-
tetangga kami, menjadi olok-olok dan cemooh bagi orang-orang sekeliling kami. Berapa lama
lagi, ya TUHAN, Engkau murka terus-menerus, dan cemburu-Mu berkobar-kobar seperti api?”
(Mzm 79:1-5)

“HIDUP YANG PENUH KASIH!” (Efesus 3:14-21)

Dalam pasal 3 kita menemukan doa Paulus. Apa yang menjadi isi dan pokok doa Paulus?
Paulus memulai doanya dengan kalimat, “Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa, yang dari
pada-Nya semua turunan yang di dalam sorga dan di atas bumi menerima namanya” (14-15).
Apa hubungan nama dengan doa? Paulus berkata, “Saya sujud kepada Bapa, karena dari Bapa
itulah semua orang menerima namanya”. Ini punya makna yang sangat dalam. Nama dalam
Alkitab bukan sekedar tanda kenal. Nama dalam Alkitab adalah cerminan hakikat pribadi..
Karena itu, dalam Alkitab, kalau nama orang sudah tidak cocok dengan kelakuannya, maka
namanya pun diganti.

Misalnya, Yakub yang arti namanya penipu, tetapi ketika ia bergumul dengan Allah di
sungai Yabok dan ia menang, lalu namanya diganti menjadi “Israel” yang berarti pahlawan Allah
yang menang. Waktu Abraham daru mulai dipanggil, ia bernama “Abram”. Namun setelah ia
ditetapkan menjadi berkat bagi banyak bangsa, namanya pun diganti menjadi “Abraham”. Apa
artinya perkataan Paulus ini? Artinya ketika Paulus mendoakan jemaat Efesus, maka Tuhan
memperhatikan jemaat Efesus itu satu demi satu. Itu berarti bahwa Tuhan mengenal setiap orang
percaya secara pribadi. Apa yang Paulus doakan? Ada tiga kali Paulus berkata, “Aku berdoa”
(16, 18, dan 19).
Jadi ada tiga hal yang Paulus minta dari Tuhan untuk jemaat di Efesus. Pertama, “Aku
berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh
Roh-Nya di dalam batinmu, sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu
berakar serta berdasar di dalam kasih”.

Kalimat Paulus ini seperti “kalimat Jerman”, kalimat yang beranak cucu. Intinya sederhana.
Paulus berdoa supaya hati orang-orang Efesus dikuatkan oleh Roh Kudus. Kalau hati mereka
sudah dikuatkan oleh Roh Kudus, apa yang terjadi? Imannya kuat. Kalau imannya kuat, mereka
pun berakar di dalam Kristus. Jadi, permintaan atau doa pertama adalah supaya iman orang
Efesus dikuatkan oleh Roh Kudus yang bekerja dalam hati orang-orang Efesus itu. Jadi, iman
mereka dikuatkan sehingga mereka berakar kokoh, kuat, di dalam Kristus. Kedua, “Aku berdoa,
supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan
panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun
ia melampaui segala pengetahuan”.

Apa maksudnya? Panjang kali lebar kali tinggi sama dengan isi atau volume. Untuk
memahami kalimat ini, coba kita bayangkan seekor ikan teri di Samudera Pasifik. Ikan teri itu
mau mengukur panjangnya Samudera Pasifik, dari Alaska sampai ke New Zealand, dan
lebarnya, dari Taiwan hingga pantai barat Amerika. Teri itu menyelam kira-kira 100 meter ke
dalam, dan kemudian ia mau mengukur air yang ada di atasnya dan dalamnya air yang ada di
bawahnya. Ternyata tidak bisa. Kasih Allah itu melampaui segala pengetahuan, tidak dapat
diukur. Coba kita bayangkan bagaimana ikan teri berenang dari Irian Jaya ke Hawai. Sampai
tidak? Baru melewati Irian, ikan teri itu sudah ditangkap orang Ambon. Begitu juga manusia
pada hakikatnya tidak dapat memahami kasih Allah. Kasih Allah yang selama ini kita rasakan itu
belum apa-apa.

Kemampuan ikan itu menjelajahi Samudera Pasifik itu paling-paling hanya mencapai radius
ratusan kilometer. Padahal, Samudera Pasifik masih jauh lebih luas dan lebih dalam dari itu.
Kasih Tuhan yang selama ini kita alami dan kita katakan, “Oh, kasih-Mu, Tuhan, sungguh
besar”, itu masih belum apa-apa dibandingkan dengan kasih Tuhan yang sesungguhnya, yang
jauh lebih tinggi, lebih luas, lebih dalam. Ketiga, “Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam
seluruh kepenuhan Allah”.
Untuk memahami kalimat ini mari kita mendengar illustrasi ini. Air di dalam bak mandi
tingginya 10 cm. Ambillah botol kosong ukuran 1 liter. Masukkan botol tersebut ke dalam bak
mandi yang airnya hanya 10 cm tadi. Pertanyaannya: Dapatkah botol itu dipenuhi oleh air di
dalam bak mandi? Tidak, bukan? Botol itu tidak dapat dipenuhi oleh air dalam bak itu karena
bak itu tidak penuh. Sekarang, isi bak mandi itu sampai penuh. Kemudian, masukkan botol
minuman tadi. Apa yang terjadi? Botol itu dipenuhi oleh “penuhnya” bak itu. Kalau botol itu
dimasukkan ke dalam bak yang penuh, botol itu pun menjadi penuh. Sekarang dibalik: Kalau
baknya kosong, botol pun tidak menjadi penuh.

Illustrasi kedua. Roti Oreo kalau dicelup setengah, maka basahnya setengah, kalau dicelup
semuanya, maka roti itu basah semuanya. Kalau kita secara “penuh-penuh” percaya kepada
Yesus Kristus yang “penuh-penuh” itu, maka kita akan mengalami Dia juga “penuh-penuh”.
Kalau kita percaya Yesus secara “tanggung-tanggung”, kita juga mengalami Dia “tanggung-
tanggung”.

Kita percaya Yesus setengah, dukun setengah, kita pun mengalami-Nya juga setengah.
Kalau kita “penuh-penuh” atau “tenggelam penuh” dalam Kristus yang penuh, kita mengalami
Dia “penuh-penuh”. Ketika Kristus memenuhi seluruh hati, pikiran dan perbuatan kita, maka kita
akan dipenuhi kekuatan untuk memahami (bersama dengan semua orang kudus) dimensi-dimensi
Kristus dan mengetahui kasih-Nya yang melampaui segala pengetahuan. Kepenuhan Allah
berdiam di dalam Kristus (Kol.1:19; 2:9). Kristus membagikan kepenuhan Allah itu ke dalam
diri kita sehingga kita dipenuhi bahkan ke dalam seluruh kepenuhan Allah untuk menjadi
manifestasi gereja yang praktis, yang di dalamnya Allah boleh dimuliakan dalam ekspresi-Nya.

Dalam Perjanjian Baru kepenuhan adalah ekspresi melalui kelengkapan kekayaan. Inilah
sebabnya dalam ayat 8 Paulus membicarakan kekayaan Kristus yang tidak terduga, dan dalam
1:23 dan 4:13 dia membicarakan kepenuhan Kristus. Kekayaan Kristus adalah segala apa adanya
Kristus dan segala yang Kristus miliki dan segala apa yang telah Dia genapkan, capai dan
dapatkan. Kepenuhan Kristus adalah hasil dan akibat dari kenikmatan kita atas kekayaan-
kekayaan kita. Saat ini kita sedang berada pada suasana “Hari Valentin” (Valentine`s Day) atau
“Hari Kasih Sayang”.
Hari Valentine, yang dirayakan pada tanggal 14 Februari adalah sebuah hari dimana para
kekasih dan mereka yang sedang jatuh cinta menyatakan cintanya. Dalam pengertian ini banyak
para anak muda/ gadis menyalah artikan hari kasih sayang ini dengan memberikan segala-
galanya kepada para pasangannya sebagai tanda kasih sayang. Sehingga orang tua dan para guru-
guru juga kewalahan memberikan pengertian kepada anak-anak mereka tentang hari kasih
sayang. Tokoh-tojoh agama juga sering mengingatkan, arti kasih sayang yang sebenarnya. Saat
ini makna "kasih" telah menjadi begitu sulit untuk dipahami karena pemahaman kita terhadap
kata itu terbatas pada kata-kata "kasih" atau "cinta", yang sebenarnya mempunyai cakupan
makna yang sangat luas. Contohnya, bila saya berkata, "Saya mengasihi istri saya", "saya
mengasihi anak saya"," saya mengasihi Yesus", dari kata ini pasti mempunyai pandangan makna
yang lain rasanya bila kita mengatakan Saya mencintai istri saya, saya mencintai anak saya, saya
mencintai Yesus.

Pada masa Perjanjian Baru, ada empat kata dalam bahasa Yunani yang dipakai untuk
menerangkan tentang "kasih" atau "cinta" ini. a) Eros. Eros berarti gairah secara seksual (birahi),
baik kenikmatan maupun pemuasannya. Eros merupakan acuan dari banyak penggambaran
tentang kasih. Kata ini tersirat dalam ayat dan adalah satu-satunya makna kasih yang terbatas
pada hubungan lelaki dan perempuan dalam suatu ikatan pernikahan. (Ibr. 13:4, Kid. 1:13; 4:5-6;
7:7-9; 8:10; 1Kor. 7:25; Ef. 5:31). b) Storge. Storge adalah ikatan alami antara ibu dan anak,
ayah, anak-anak, dan kerabat. c) Phileo/Filio, yaitu kasih persahabatan, kita berteman dengan
orang itu karena kita senang. Kasih phileo ini adalah kasih yang terpancar dalam perhatian.
Memang indah untuk bersama-sama dengan seseorang, sesuatu kehangatan yang datang dan
pergi yang lahir dari kebersamaan.

Allah tidak pernah memerintahkan kasih phileo karena kasih jenis ini semata-mata
berdasarkan atas perasaan. Allah sendiri tidak mengasihi dunia secara phileo tetapi bekerja
dalam kita dengan kasih agape. Saya tidak bisa memberikan kehangatan kepada seorang musuh
tetapi saya bisa memberikan kasih agape kepada mereka. d) Agape. Kasih agape adalah kasihnya
Allah. Kasih agape bekerja untuk memberikan kebaikan bagi orang lain tanpa memperdulikan
apa yang dirasakannya sendiri. Kasih agape tidak bisa diterjemahkan sebagai suatu perasaan atau
perhatian. Yesus menunjukkan kasih ini kita ia memikul salib dan mati bagi Anda dan saya tanpa
memperdulikan apa yang Ia sendiri rasakan saat itu.
Dalam kitab Injil Yesus berdoa, "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini
lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau
kehendaki." (Mat. 26:39; Mrk. 14:36; Luk. 22:41-43; Yoh. 18:11). Yesus berusaha bagi kebaikan
Anda dan saya, tanpa memperdulikan perasaan-perasaan-Nya sendiri. Matius 7:12 menyebutkan,
"Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian
juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." Pertanyaan kita
sekarang adalah, kasih manakah yang memenuhi hati dan pikiran kita sekarang? Apakah hanya
kasih eros, atau stroge, atau phileo, atau agape saja.

Sering orang berpikir bahwa manusia itu hanya menonjolkan satu kasih saja padahal yang
dituntut dari kita dipenuhi Kasih Kristus yang komplit. Artinya tidak ada berat sebelah. Kasih
kita tidak hanya menonjolkan eros tetapi kasih kita itu harus seimbang. Artinya, kita mengasihi
dengan kadar yang seimbang kepada orang yang kita kasihi. Jika kita misalnya punya sahabat,
maka kasih kita jangan terlampau menekankan kasih phileo dan mengabaikan kasih agape. Kita
bisa mengasihi musuh-musuh kita dengan kasih agape, tanpa memperdulikan perasaan kita
terhadap mereka. Jika mereka lapar, kita bisa memberi mereka makan; jika mereka haus, kita
bisa memberi mereka minum (Rm. 12:20-21). Kita bisa memilih untuk berusaha bagi kebaikan
orang lain tanpa memperdulikan perasaan kita sendiri.

SIKAP DOA

Efesus 3:14-21

Bagi Dia, yang dapat melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan,
seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita. (Efesus 3:20)

Bacaan Alkitab Setahun: Ester 4-7

Pada umumnya kecenderungan orang dalam berdoa adalah memohon agar segala keinginan
atau kerinduannya dikabulkan Tuhan. Kehendak dirinya lebih mengemuka di sini. Namun,
Paulus mendorong kita memiliki sikap doa yang berbeda, yaitu menjadikan kehendak Allah
sebagai landasannya.
Paulus berdoa agar jemaat Efesus dikuatkan dan diteguhkan oleh Roh Allah berdasarkan
kekayaan kemuliaan-Nya. Inilah kebutuhan mendasar orang beriman, yaitu kehadiran kuasa
Allah di dalam hidupnya. Paulus juga berdoa agar orang Kristen nonYahudi, sebagai bagian dari
keluarga Allah, memahami kasih Kristus yang multidimensi. Umat yang telah mengalami kasih
Kristus niscaya akan memahami kasih itu serta mau hidup dan berakar serta berdasar di
dalamnya. Tujuannya, agar jemaat Efesus dipenuhi oleh kepenuhan Allah. Doksologi (nyanyian
pujian) pada akhir doa Paulus memperlihatkan keyakinan Paulus akan kebesaran Allah. Dia
sanggup melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau kita pikirkan.

Doa Paulus ini menggarisbawahi kebutuhan utama umat Tuhan. Jemaat akan mengalami
hidup yang dinamis ketika mereka menyadari kehadiran Kristus di dalam hati mereka. Hidup
mereka akan efektif karena memiliki kualitas yang lahir dari kuasa Roh Kudus, pemahaman akan
kasih Kristus, serta dipenuhi oleh kepenuhan Allah. Inilah yang akan menolong jemaat dalam ber
doa. Mereka akan mempercayakan hidupnya pada kuasa dan kehendak-Nya. “Bukan
kehendakku, tapi kehendak-Mulah yang jadi.”—ENO

DOA BUKANLAH MENUNTUT KEHENDAK KITA DIKABULKAN, MELAINKAN


BERSERAH AGAR KEHENDAK-NYA TERJADI.

PAULUS DAN JEMAAT EFESUS


- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 April 2010 –

Baca: Efesus 3:14-21

“Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa
lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus,” Efesus 3:18

Hubungan rasul Paulus dengan jemaat Efesus sedikit berbeda bila dibandingkan dengan jemaat-
jemaat lain. Ia memiliki hubungan sangat dekat dengan jemaat Efesus. Mengapa? Mungkin
disebabkan karena jemaat Efesus pernah dilayani atau digembalakan Paulus sampai tiga tahun
lamanya seperti dikatakan, “Sebab itu berjaga-jagalah dan ingatlah, bahwa aku tiga tahun
lamanya, siang malam, dengan tiada berhenti-hentinya menasihati kamu masing-masing dengan
mencucurkan air mata.” (Kisah 20:31).
Jadi, Paulus mengenal betul keadaan mereka. Namun bukan berarti perjalanan pelayanan
Paulus di Efesus itu mulus tanpa halangan. Sebaliknya, Paulus melayani mereka dengn cucuran
air mata, menandakan betapa berat pergumulan yang harus ia hadapi. Paulus berkata, “Tetapi
aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan
menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian
tentang Injil kasih karunia Allah.

Perak atau emas atau pakaian tidak pernah aku ingini dari siapapun juga. Kamu sendiri tau,
bahwa dengan tanganku sendiri aku telah bekerja untuk memenuhi keperluanku dan keperluaan
kawan-kawan seperjalananku” (Kisah 20:24, 33, 34). Paulus telah meninggalkan teladan yang
baik bagi jemaat di Efesus, yang meski berada di tengah kesulitan, penganiayaan dan
penderitaan, tidak pernah mengeluh dan bersungut-sungut. Sebaliknya ia tetap bisa mengucap
syukur dan bisa berkata, “...bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi
jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah.” (Fiipi 1:21-22a).
Dan di dalam suratnya (surat Efesus) yang ia tulis, Paulus banyak mengungkapkan betapa
melimpahnya kekayaan Kristus yang hendak dilimpahkan kepada umatNya. Paulus berharap
agar jemaat di Efesus terbuka mata rohaninya, sehingga mereka “...dapat memahami, betapa
lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus,” (Efesus 3:18). Di tengah
kesulitan yang ada, kasihNya yang melampaui segala akal sanggup menopang kita.

KASIH TUHAN KEPADA KITA


Baca: Efesus 3 :14-21

“Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa
lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus,” Efesus 3:18

Sebelum melangkah lebih jauh hari ini coba renungkan betapa besar kasih Tuhan dalam
kehidupan kita! Detik demi detik, jam demi jam, hari demi hari, minggu demi minggu, bulan
demi bulan, bahkan tahun demi tahun kasih Tuhan kepada kita tidak pernah berubah. Sungguh,
kita tak dapat menghitung “…betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya
kasih Kristus,” (ayat nas). Banyak cerita tentang cinta kasih yang ada di dunia ini, namun
kesemuanya itu tidak bisa dibandingkan dengan kasih Tuhan. Kasih Tuhan itu sangat jauh
berbeda dari kasih lain yang ada di dunia ini.
Inilah garis besar karakteristik kasih Tuhan kepada umatNya: 1. Tak berubah. Artinya
kasih Tuhan mengalir terus-menerus tiada berhenti sampai selama-lamanya. “Sebab kasih-Nya
hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya!” (Mazmur 117:2).
Kasih manusia bersifat sementara, mudah sekali berubah, sangat bergantung pada situasi dan
kondisi; tetapi kasih Tuhan tidak dapat dipengaruhi oleh apa pun. Bahkan kita tidak dapat
mempengaruhi kasih Tuhan dengan perbuatan-perbuatan baik kita. Tuhan mengasihi kita
sebelum ada perbuatan baik yang kita lakukan bagiNya.

2. Sempurna. Artinya kasih Tuhan itu sepenuhnya, benar-benar, lengkap dan utuh. Karena itu
jangan sekali-kali kita mengukur besarnya kasih Tuhan dengan keadaan yang kita alami, namun
ingatlah dan renungkanlah pengorbanan Kristus di atas kayu salib. Salib adalah bukti nyata
betapa sempurnanya kasih Tuhan kepada kita.

3. Tak Bersyarat. “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.” (1 Yohanes
4:19), bahkan “…Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati
untuk kita, ketika kita masih berdosa.” (Roma 5:8). Ini sangat berbeda dengan kasih manusia
yang bersyarat. Seringkali kita hanya mau mengasihi orang-orang yang mengasihi kita, jika
tidak, kita pun tidak lagi mau mengasihi. Namun Tuhan sedemikian rupa mengasihi kita dengan
“…tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua,”
(Roma 8:32). Apa pun juga yang ada di dunia ini tidak ada yang sanggup memisahkan kita dari
kasih Tuhan.

Tidak alasan bagi kita untuk meragukan kasih Tuhan dalam hidup ini!
KEKUATAN DARI DALAM

Bacaan: Efesus 3:14-21 NATS: Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya,
menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu (Efesus 3:16)

Sebuah perusahaan besar menggunakan pompa penyedot untuk mengisap zat-zat pencemar
dari dalam beberapa drum baja. Pompa bertenaga raksasa itu akan menyedot keluar zat-zat
tersebut dari dalam drum-drum itu. Namun, para pekerja harus sangat berhati-hati dalam
menyetel kekuatan pompa tersebut, karena jika mereka menyedot udara terlalu banyak, maka
drum-drum itu akan mengempis bagaikan gelas-gelas kertas. Peristiwa itu terjadi karena tekanan
dari luar lebih besar daripada tekanan yang ada di dalam drum

Sama halnya ketika kesukaran dan kemalangan terjadi dalam hidup kita, Allah pasti
memberi kita kekuatan dari dalam. Jika tidak, kita tidak akan mampu menahan tekanan dari luar.
Kita memang memperoleh dukungan yang kuat dari orang-orang yang terkasih dan sahabat-
sahabat kristiani kita, tetapi manusia batiniah kita juga akan “dikuatkan dan diteguhkan oleh
Roh-Nya” (Efesus 3:16) sehingga mampu menahan dan menjaga kita agar tidak “mengempis”.

Roh Kudus bekerja untuk menguatkan dan memperbarui pikiran kita pada saat kita
membaca Alkitab dan berdoa. Jika kita melalaikan Kitab Suci, jarang bercakap-cakap dengan
Tuhan, dan menghentikan persekutuan dengan orang-orang percaya lainnya, kita akan menjadi
lemah dan rapuh, sehingga tidak mampu bertahan melawan tekanan pencobaan atau kesukaran.
Marilah kita memohon kepada Tuhan agar Dia dapat membangun kekuatan di dalam diri kita,
sehingga ketika hantaman dan beban kehidupan menekan, kita tidak akan hancur --Dave Egner

KEKUATAN KRISTUS DI DALAM DIRI ANDA LEBIH BESAR DARIPADA TEKANAN


KESUKARAN DI SEKELILING ANDA
Yeremia 33:14-26

Pemulihan kepemimpinan

Judul: Pemulihan kepemimpinan

Kita sungguh berharap bahwa dengan pemimpin yang baru, Indonesia dipulihkan dari
berbagai babak belur korupsi, ketidakadilan sosial, diskriminasi, dan berbagai masalah lainnya.
Pemimpin yang baru tentunya pemimpin yang benar-benar dipilih rakyat, dan direstui Tuhan.

Israel dan Yehuda, keseluruhan umat Tuhan telah mendapatkan janji pemulihan. Tuhan
sedang berkarya memulihkan mereka lewat api pemurnian pembuangan, dan dari dapur
pemurnian itu akan keluar umat yang dipulihkan. Kini Tuhan menjanjikan satu langkah lebih
maju lagi, yaitu pemurnian dan pemulihan para pemimpin umat.

Kedua jabatan yang akan dipulihkan ialah raja dan imam. Keduanya merupakan jabatan
resmi yang mendapatkan penunjukkan langsung dari Allah. Keduanya sudah pernah dikotori
oleh ambisi dan nafsu manusia. Raja-raja terakhir Yehuda jahat karena hanya peduli pada diri
sendiri, tidak peduli rakyat, serta tidak menghormati Tuhan. Para imam pun tidak berbeda. Maka,
penghukuman yang berlangsung selama pembuangan akan melucuti kedua jabatan ini dari
otoritas mereka. Pembuangan berfungsi memurnikan kembali kedua jabatan yang sudah
dinajiskan oleh dosa.

Pada waktu Allah memulihkan umat-Nya, kedua jabatan ini pun dipulihkan. Keturunan
Daud akan ada pada takhta Israel turun-temurun. Demikian juga dengan jabatan imam.
Jaminannya adalah Tuhan sendiri. Tuhan sudah menjanjikan kedua jabatan ini pada permulaan
Israel menjadi bangsa, untuk keimaman dan untuk jabatan raja, pada masa pemerintahan Daud!
Kalimat retoris, bahwa kalau perjanjian Tuhan dengan langit dan bumi bisa diubah, maka
perjanjian dengan Harun dan Daud pun bisa dibatalkan, menunjukkan bahwa perjanjian dengan
Harun dan Daud tidak dapat dibatalkan! Kita bersyukur, kedua jabatan imam dan raja yang
dipulihkan itu kini dipegang secara tunggal oleh Sang Mesias. Dengan Kristus sebagai imam
besar kita, keselamatan kita terjamin. Sebagai Raja, Kristus ialah pemimpin hidup kita untuk
sampai pada kekekalan.
Janji dan Pengharapan Orang Percaya (Yeremia 33:14-16)
33:14 “Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan
menepati janji yang telah Kukatakan kepada kaum Israel dan kaum Yehuda.
33:15 Pada waktu itu dan pada masa itu Aku akan menumbuhkan Tunas keadilan bagi Daud. Ia
akan melaksanakan keadilan dan kebenaran di negeri.

33:16 Pada waktu itu Yehuda akan dibebaskan, dan Yerusalem akan hidup dengan tenteram. Dan
dengan nama inilah mereka akan dipanggil: TUHAN keadilan kita!

Hari ini, tanggal 2 Desember 2012, kita mulai memasuki masa adven. Adven berasal dari
bahasa latin “adventus”, yang berarti kedatangan, dan dalam konteks kekristenan adven berarti
kedatangan Tuhan. Dalam hal ini, kita menantikan/merayakan kedatangan Tuhan Yesus yang
telah lahir di bumi ini sekaligus menantikan kedatangan-Nya yang kedua kali. Dalam penantian
itu kita mempersiapkan diri seutuhnya, merenungkan bagaimana kita telah diselamatkan oleh
kasih Tuhan, dan bagaimana kita menjalani kehidupan kita di dunia ini.

Untuk menolong kita melakukan perenungan itu, maka setiap minggu adven dilakukan
penyalaan lilin, dan hari ini adalah lilin pertama. Lilin pertama ini disebut sebagai Lilin
Pengharapan/Lilin Nubuat/Lilin Nabi (Minggu Pengharapan). Lilin Pengharapan ini mau
menyatakan bahwa kedatangan Tuhan Yesus, atau yang pada zaman perjanjian lama lebih
dikenal dengan sebutan Mesias, telah dinubuatkan oleh para nabi. Salah satu nabi yang
menubuatkan kedatangan Mesias itu adalah nabi Yeremia.

Ini adalah suatu janji pengharapan bagi Yeremia sendiri, dan bagi bangsa Israel, terutama
bangsa Yehuda, yang pada waktu itu sedang berada dalam situasi terpuruk, baik dalam aspek
ekonomi, hukum, sosial-budaya, fisik, psikis, mental bahkan spiritual. Keterpurukan ini
disebabkan oleh ketidakpedulian bangsa itu, terutama para pemimpinnya pada upaya perbaikan
kehidupan bangsa dalam berbagai aspek tadi. Mereka tidak peduli pada keadilan dan kebenaran,
bahkan tidak peduli pada teguran yang sering disampaikan oleh nabi Yeremia sendiri. Sementara
itu bangsa-bangsa lain di sekitar mereka datang menyerbu dan menguasai Yehuda.

Jadi, bangsa Yehuda pada zaman itu benar-benar bobrok, kesuraman menguasai mereka, dan
ancaman menghampiri mereka dari segala penjuru. Kita bisa membayangkan bagaimana keadaan
orang-orang yang hidup pada zaman itu.
Dalam situasi seperti itulah Tuhan melalui nabi-Nya Yeremia menjanjikan suatu harapan,
yaitu kehidupan masa depan yang jauh lebih baik, dan itu terjadi ketika Allah sendiri datang
memulihkan bangsa-Nya. Allah tahu bahwa bangsa Yehuda membutuhkan pemulihan, dan
pemulihan itu hanya dimungkinkan jika Allah sendiri yang mengerjakannya.

TUHAN dalam pemberitaan Yeremia ini menegaskan bahwa Ia pasti menepati janji-Nya.
Apa saja janji yang hendak ditepati-Nya itu? Pemulihan apa saja yang hendak dilakukan-Nya?

- Menumbuhkan Tunas keadilan bagi Daud  kepemimpinan bangsa Yehuda yang selama ini
sangat jauh dari prinsip-prinsip keadilan akan segera dipulihkan oleh Tuhan, dan itu berasal dari
keturunan raja Daud.
- Melaksanakan keadilan dan kebenaran di negeri (Yehuda)  apa yang dirindukan oleh rakyat
selama ini, yaitu keadilan dan kebenaran, akan dilaksanakan oleh Allah sendiri melalui
pemimpin yang ditumbuhkan-Nya itu.
- Membebaskan Yehuda  pembebasan dari penindasan para penguasa yang lalim, dari
penindasan bangsa lain, dan dari keterpurukan.
- Memberikan kehidupan yang tenteram bagi Yerusalem  tidak ada lagi ancaman, tidak ada
lagi intimidasi, tidak ada lagi kekuatiran, tidak ada lagi kegelisahan, tidak ada lagi keputusasaan;
sebaliknya yang adalah rasa aman, rasa nyaman, feel at home, dan rasa damai.
Atas dasar itulah kemudian kaum Israel dan Yehuda akan dipanggil “TUHAN keadilan kita”.

Kita tentunya sudah pernah mengalami masa-masa sulit: dalam keluarga, dalam studi, dalam
persahabatan, bahkan dalam kehidupan bergereja. Dalam kondisi yang sulit, dalam keadaan
terjepit, secara manusiawi apa pun bisa dilakukan; percaya atau tidak, banyak orang yang
berperilaku aneh akhir-akhir ini untuk menutupi suasana hatinya yang gundah-gulana, banyak
orang yang pura-pura gila atau sakit ketika masalah terasa begitu berat membebani, banyak juga
yang benaran gila ketika masalah datang silih berganti dan akhirnya membuatnya stres/depresi.
Banyak remaja/pemuda yang bunuh diri karena broken-heart, banyak anak yang tidak terurus
karena broken-home, banyak yang tidak fokus belajar lagi karena SMS-nya tidak dibalas oleh si-
dia atau pesan FB-nya tidak ditanggapi, atau mungkin karena uang belanja yang belum dikirim
oleh orangtua.
Pada saat-saat pencobaan, pada saat-saat adanya tekanan, kita biasanya merindukan
terjadinya hal-hal yang dahsyat atau pun mukjizat. Dalam situasi yang terjepit, kita kemungkinan
mau melakukan apa pun, bahkan sekalipun hal itu salah. Dalam keadaan darurat, segala
kemungkinan bisa saja kita lakukan, sekalipun mungkin membahayakan diri kita sendiri. Ketika
kita diperhadapkan pada situasi yang sulit, bukan tidak mungkin kita bisa kehilangan pegangan
dan harapan. Dalam situasi dan kondisi penyakit yang tidak menentu, kita bisa saja “kecewa”
dengan Tuhan, dan mungkin berkata: “apa lagi Tuhan yang Engkau inginkan dariku? Katanya
Engkau adalah Allah yang dahsyat, sumber mukjizat, tapi mana ….???”. Bukan tidak mungkin
kita bisa saja alergi dengan hal-hal yang rohani!

Di bawah tekanan, di bawah ancaman, di dalam kesulitan, di dalam penderitaan, di dalam


kesesakan, di dalam kekecewaan (patah hati), di dalam kebingungan, dan dalam situasi yang
tidak menentu, kita bisa saja menghalalkan segala cara, berbohong, pura-pura gila, tidak mau
makan, berontak, pesimis, bahkan menghujat Tuhan pun bisa saja terjadi. Sdra/i, orang yang
hidup tanpa pengharapan sesungguhnya sudah tidak memiliki hidup. Mereka yang sudah tidak
punya pengharapan adalah mereka yang hidup dalam kehampaan, tidak mempunyai tujuan
hidup, tidak memiliki semangat hidup, serta melihat hidup ini sebagai sesuatu yang membebani
dan tidak berguna.

Namun, pada hari ini kita disemangati oleh Firman Tuhan, bahwa seburuk dan separah
apapun kondisi dan situasi kita saat ini, Tuhan pasti mampu berkarya, Dia mampu memulihkan
kita. Itulah pengharapan kita, dan kita percaya bahwa Tuhan pasti menepati janji-Nya itu.
Pengharapan Kristen adalah sebuah pengharapan yang diletakkan kepada Tuhan, bahkan
walaupun segala sesuatunya sudah nampak mustahil bagi manusia. Oleh sebab itu, pengharapan
kita hanya ditujukan kepada Allah saja.

Segala sesuatu yang kita miliki saat ini tidak dapat menjanjikan pengharapan yang kekal
bagi kita. Pekerjaan atau jabatan apapun memang sangat penting, namun tidak dapat menjanjikan
kedamaian dan ketenteraman bagi kita, bahkan seringkali pekerjaan atau jabatan itu menjadi
masalah ketika kita menyalahgunakannya.
Institusi pemerintah dan swasta, termasuk institusi pendidikan dan penegak hukum, juga
tidak dapat memberi kita pengharapan yang sempurna dalam hal penegakkan kebenaran dan
keadilan, bahkan seringkali institusi itu menjadi sumber ketidakbenaran dan ketidakadilan.
Keluarga, teman-teman, rekan kerja, demikian juga kepandaian bahkan uang, tidak dapat
menjanjikan sesuatu yang pasti bagi kita. Oleh sebab itu kita tidak dapat menaruh pengharapan
kita sepenuhnya di atas semuanya itu. Tetapi Tuhan itu setia terhadap janji-Nya dan Dia
berkuasa melaksanakan janji-Nya.

Menantikan kedatangan Tuhan berarti menanti janji-Nya; menanti janji-Nya berarti hidup
dalam pengharapan, atau seperti judul salah satu buku: “bergumul dalam pengharapan”
(struggling in hope). Dan pengharapan kita ialah bahwa Tuhan akan melaksanakan kebenaran
dan keadilan di negara kita ini, secara khususnya di kota Gunungsitoli dan kepulauan Nias
tercinta (bnd. ay. 15b).

Yeremia 33:14-26 - Pemulihan kepemimpinan

Kita sungguh berharap bahwa dengan pemimpin yang baru, Indonesia dipulihkan dari
berbagai babak belur korupsi, ketidakadilan sosial, diskriminasi, dan berbagai masalah lainnya.
Pemimpin yang baru tentunya pemimpin yang benar-benar dipilih rakyat, dan
direstui Tuhan. Israel dan Yehuda, keseluruhan umat Tuhan telah mendapatkan janji
pemulihan. Tuhan sedang berkarya memulihkan mereka lewat api pemurnian pembuangan, dan
dari dapur pemurnian itu akan keluar umat yang dipulihkan. Kini Tuhan menjanjikan satu
langkah lebih maju lagi, yaitu pemurnian dan pemulihan para pemimpin umat.

Kedua jabatan yang akan dipulihkan ialah raja dan imam. Keduanya merupakan jabatan
resmi yang mendapatkan penunjukkan langsung dari Allah. Keduanya sudah pernah dikotori
oleh ambisi dan nafsu manusia. Raja-raja terakhir Yehuda jahat karena hanya peduli pada diri
sendiri, tidak peduli rakyat, serta tidak menghormati Tuhan. Para imam pun tidak berbeda.

Maka, penghukuman yang berlangsung selama pembuangan akan melucuti kedua jabatan ini
dari otoritas mereka. Pembuangan berfungsi memurnikan kembali kedua jabatan yang sudah
dinajiskan oleh dosa. Pada waktu Allah memulihkan umat-Nya, kedua jabatan ini pun
dipulihkan. Keturunan Daud akan ada pada takhta Israel turun-temurun. Demikian juga dengan
jabatan imam. Jaminannya adalah Tuhan sendiri.
Tuhan sudah menjanjikan kedua jabatan ini pada permulaan Israel menjadi bangsa, untuk
keimaman dan untuk jabatan raja, pada masa pemerintahan Daud! Kalimat retoris, bahwa kalau
perjanjian Tuhan dengan langit dan bumi bisa diubah, maka perjanjian dengan Harun dan Daud
pun bisa dibatalkan, menunjukkan bahwa perjanjian dengan Harun dan Daud tidak dapat
dibatalkan! Kita bersyukur, kedua jabatan imam dan raja yang dipulihkan itu kini dipegang
secara tunggal oleh Sang Mesias. Dengan Kristus sebagai imam besar kita, keselamatan kita
terjamin. Sebagai Raja, Kristus ialah pemimpin hidup kita untuk sampai pada kekekalan.

“Hati-Hati: Bahaya kepentingan-kepentingan duniawi!”

Yeremia 33:14-16, Mazmur 25:1-10, 1 Tesalonika 3:9-13, Lukas 21:25-36

Kita terus memohon kepada Allah, supaya diberikan hikmat dalam pertolongan Roh Kudus
agar hati-hati terhadap bahaya-bahaya kepentingan-kepentingan duniawi yang akan membuat
jiwa kita sesat dan hilang. Allah mempunyai tujuan yang jelas bagi manusia dan dunia ini, yaitu
keselamatan dan bukan kehancuran. Setiap proses yang terjadi dalam hidup kita selalu berujung
pada pemulihan hidup. Janji-Nya dalam kitab suci ialah bahwa ada saatnya keadilan dan
kebenaran itu dinyatakan. Dalam kepemimpinan Kristus, umat Tuhan akan hidup dalam damai
sejahtera yang dikaruniakan-Nya (Yer. 33:14-26).

“Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang
menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari” (Mzm. 25:5). Doa pemazmur ini
dapat menjadi doa kita juga. Sebab bukankah di dalam hari-hari yang kita lalui acapkali godaan
datang silih berganti yang dapat membuat kita kehilangan iman dan pengharapan kepada janji-
Nya?

Sebagai pengikut Kristus kita menantikan kegenapan kehadiran Kerajaan Allah. Artinya,
sebuah suasana di mana kuasa kasih Allah merajai seantero kehidupan kita. Mulai dari diri kita,
keluarga kita, Jemaat kita, masyarakat kita, dunia kita. Ada saatnya masa itu akan tiba! Ada
saatnya kita akan mengalami damai sejahtera yang tidak pernah hilang. Allah telah menyediakan
segala yang baik bagi mereka yang setia dan tekun memberlakukan apa yang diimaninya.
Berproses ke arah itu, pengendalian diri menjadi penting. Kita diundang Kristus untuk terus-
menerus menyatakan kepada dunia bahwa Allah sungguh merajai kehidupan kita.
Dalam Lukas 21:34-36 Kristus mengajak kita untuk menjaga diri supaya tetap ada dalam
kendali kuasa kasih Allah. Ini menjadi sebuah keharusan bagi pengikut Kristus! Tanpa usaha
yang tulus dalam berjaga-jaga dan berdoa, jerat kepentingan-kepentingan duniawi akan membuat
hidup kita menjadi hidup yang serampangan, sembarangan dan semau-maunya. Hidup kita
menjadi hidup yang tidak terkendali. Seperti seorang pemabuk, yang hanya kelihatannya saja
gagah, tetapi tidak pernah memiliki pijakan yang kuat. Ini tentu merugikan bagi kita.

Hari ini memulai masa-masa Adven, masa di mana penantian akan kedatangan Kristus
kembali mendapatkan tempat yang besar dalam hidup kita. Tentu juga kita mempersiapkan diri
dalam menyambut Natal, saat di mana kita mengingat kenyataan kehadiran Allah di dalam
Kristus di tengah dunia ini, sebagai Tuhan dan Juruselamat Dunia. Dalam masa-masa Adven ini,
nasihat Paulus kepada jemaat di Tesalonika ribuan tahun lalu, menjadi penting juga bagi kita saat
ini: “Dan kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih
seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang, sama seperti kami juga mengasihi kamu.
Kiranya Dia menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus, di hadapan Allah dan Bapa
kita pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan semua orang kudus-Nya.” (1 Tes. 3:12-
13).

KIRIMAN DARI SURGA

Ayat Emas
“Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menepati
janji yang telah Kukatakan kepada kaum Israel dan kaum Yehuda (Yer. 33:14)
Bacaan: Yeremia 33:14-26

Pak Andi seorang staf di sebuah perguruan tinggi, oleh karena beberapa dosen dan petinggi
melihat kemampuannya dalam hal mengajar, maka ia diangkat menjadi dosen dan mengajar
beberapa mata kuliah.

Semua dosen di kampus itu sudah mendapat gelar S2, kecuali Pak Andi yang masih bergelar S1.
Beberapa tahun lalu, pihak kampus menjanjikan akan memberi kesempatan kepadanya untuk
melanjutkan study S2 dengan biaya dari kampus.

Tahun demi tahun sudah lewat, namun janji itu belum juga ditepati. Pak Andi datang berdoa
kepada Tuhan, ”Tuhan kalau memang Engkau kehendaki untuk saya bisa bersekolah dan
menambah ilmu lagi, maka biaya itu biarlah datangnya langsung dari Engkau. Amin.”
Beberapa tahun kemudian, pihak kampus memberikan kabar jika Pak Andi harus kuliah lagi
dengan biaya dari pemerintah. “Puji Tuhan! Ini benar-benar kiriman dari Surga… Bila Tuhan
sudah berjanji, siapakah yang mampu menghalanginya?”

Kerygmers, jika seseorang mengingkari janjinya terhadapmu, janganlah lekas menjadi marah,
tetaplah mengasihi dia. Jangan berfokus pada janji manis manusia, tetapi berfokuslah untuk
menjalani hidupmu dengan janji-janji Tuhan. Dia pasti akan menepatinya!

Cepat atau lambat, meski musim telah berganti tapi janji-Nya selalu tergenapi.
Doaku:
“Tuhan Yesus, ajari aku untuk setia menanti janji-janjiMu digenapi dalam hidupku. Biarlah
berkat-Mu selalu menyertai, amin.”

ROH KUDUS: Mengalahkan Roh Jahat!-


Baca: 1 Yohanes 4:1-6
"Kamu berasal dari Allah, anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi palsu itu;
sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia." 1
Yohanes 4:4

Setiap orang percaya yang sudah lahir baru mempunyai Roh Tuhan atau Roh Kudus di
dalam hatinya. Tertulis demikian: "Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan
bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?" (1 Korintus 3:16). Roh Kudus yang ada di dalam diri
kita, anak-anak Tuhan, menjadi kunci kemenangan kita sehingga kita dapat mengalahkan nabi-
nabi palsu yang ada. Ini berarti kita dapat mengalahkan roh-roh jahat atau penghulu-penghulu di
udara, sebab di dalam diri nabi-nabi palsu berdiam roh-roh jahat. Namun mengapa masih
banyak di antara kita yang ternyata kalah dan tak berdaya ketika menghadapi tipu muslihat
Iblis? Ini disebabkan kita belum tahu bahwa kemenangan Tuhan Yesus atas kuasa dosa adalah
kemenangan kita juga. Kita tak berani sepenuhnya berdiri di atas kebenaran firman Tuhan untuk
melawan si Iblis, padahal kemenangan itu adalah hak setiap orang percaya.

Untuk dapat memperoleh apa yang telah menjadi hak kita (yaitu kemenangan) kita harus
percaya tentang kemenangan yang telah dibuat Tuhan Yesus dan kekalahan si Iblis. Jadi
sebetulnya kita tak peru berperang lagi melawan si Iblis sebab Alkitab sudah dengan tegas
menyatakan bahwa Iblis telah dikalahkan oleh Kristus. Meski demikian, setiap hari kehidupan
orang percaya tak pernah lepas dari peperangan rohani, tapi bukan peperangan mengalahkan
Iblis itu sendiri, tapi melawan tipu muslihatnya.

Oleh karena itu "Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat
bertahan melawan tipu muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanah melawan darah dan
daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah (kuasa kegelapan - Red), melawan penguasa-
penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara."
(Efesus 6:11-12). Roh-roh jahat ini berlagak seakan-akan masih berkuasa dan ingin menipu kita
dengan tipu muslihatnya. Sehingga seringkali tipu muslihat Iblis ini membuat anak-anak Tuhan
menjadi takut dan tawar hati. Kristus telah mengalahkan Iblis: "Maut telah ditelan dalam
kemenangan. Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?"
1 Korintus 15:54-55

Jangan mudah percaya.

1 Yohanes 4:1-6

Banyak penipuan terjadi dan terus berkembang dalam berbagai cara: mengaku petugas
telkom ternyata berniat merampok, mengaku seorang sales dari perusahaan tertentu ternyata
penjual barang tiruan, mengaku seorang pengasuh anak ternyata penculik anak, dan masih
banyak lagi bentuk lainnya. Untuk menghindarinya biasanya kita menanyakan kartu identitas
mereka, namun itu pun tidak menjamin terhindar dari penipuan. Kita harus menanyakan keaslian
tanda pengenal tersebut kepada instansi yang bersangkutan.

Betapa pun sulitnya menguji status dan identitas seseorang, masih lebih mudah
dibandingkan menguji roh, apakah seseorang berasal dari Allah atau bukan. Siapa saja yang
bukan dari Allah adalah nabi-nabi palsu yang tidak menyuarakan kebenaran, karena mereka
tidak mengakui Kristus. Mereka berbicara mengenai dunia kepada dunia dan dunia
mendengarkan mereka. Sebaliknya siapa yang berasal dari Allah pasti mengakui Yesus Kristus
dan menyuarakan kebenaran.
Dunia memang tidak mau mendengarkan, tetapi orang- orang yang mengenal Allah mau
mendengarkannya. Lalu bagaimana kita menguji seseorang dari Allah atau bukan? Seseorang
bukan dari Allah akan melakukan segala sesuatu untuk menyenangkan dunia: mengikuti cara
dunia, menceritakan yang enak didengar telinga, menjanjikan sesuatu kenikmatan dengan cara
mudah, memanipulasi kebahagiaan, mencemarkan hidup demi kepuasan, dan tidak menghargai
hidup pemberian Tuhan. Semuanya ini tidak mungkin dilakukan oleh anak-anak Allah, yang
senantiasa memikirkan, mendengarkan, mengajarkan, melakukan, dan mengatakan apa yang
benar.

Anak-anak Allah dan nabi-nabi palsu memang tidak pernah bersatu, keduanya akan selalu
berperang. Namun anak-anak Allah telah mengalahkan nabi-nabi palsu, karena Roh Allah lebih
berkuasa dari roh dunia. Anak-anak Allah tidak perlu takut menghadapi nabi-nabi palsu, bila
tetap memberitakan firman Tuhan dengan keberanian dan kekuatan Roh Kudus. Kemenangan
bukan berasal dari kekuatan diri dan bukan merupakan kemenangan fisik, tetapi kemenangan
rohani karena Allah sendiri yang telah, sedang, dan tetap berperang bagi kita.

Renungkan: Peperangan rohani melawan nabi-nabi palsu tak membutuhkan kekuatan fisik,
tetapi ketahanan iman dan keyakinan akan kuasa firman Tuhan dalam hidup anak-anak-Nya.

Roh Yang Menyesatkan

Baca: 1 Yohanes 4:1-6

“dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh
antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah
ada di dalam dunia.” 1 Yohanes 4:3

Seringkali kita diingatkan bahwa hari-hari adalah jahat. “Karena itu, perhatikanlah dengan
saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif,”
(Efesus 5:15). Terlebih lagi, ada bahaya terbesar yang mengancam gereja Tuhan akhir zaman ini
yaitu adanya roh penyesat yang sedang merajalela di mana-mana.Rasul Yohanes menyampaikan
sebagai berikut, “Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah
kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah
tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir.” (1 Yohanes 2:18.). Di sini
jelas dikatakan bahwa roh penyesat itu adalah roh antikristus.
Oleh karena itu, kita harus selalu berjaga-jaga dan waspada sebab orang-orang yang percaya
kepada Tuhan Yesus pun bisa jatuh karena penyesatan dari roh antikristus tersebut.

Perlu diketahui bahwa roh antikristus berasal dari iblis, yang berusaha untuk menyesatkan
dunia dan menyeret manusia semakin jauh dari Kristus. Dengan segala tipu dayanya iblis
berusaha membelokkan iman percaya orang Kristen dan seringkali apa yang dikerjakan oleh roh
penyesat itu nampak serupa dengan pekerjaan Tuhan, apabila kita tidak berjaga-jaga maka kita
akan terseret. Maka dari itu firman Tuhan menulis: “Saudara-saudaraku yang kekasih,
janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah;
sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia.” (1 Yohanes
4:1).Kita harus berhati-hati terhadap roh yang menyesatkan ini, sebab kata ‘sesat’ itu sendiri
dijelaskan sebagai sesuatu perbuatan atau kepercayaan yang tanpa disengaja menyimpang dari
apa yang benar, jadi suatu kesalahan yang kelihatannya tidak disengaja. Akibatnya banyak orang
terkecoh dan dikelabui, lalu secara perlahan mulai terjebak dan akhirnya terperangkap di
dalamnya. Jangan sampai kita lengah, sebab iblis sangat licik dan punya berbagai cara untuk
menanamkan pengaruhnya bagi manusia! Miliki iman yang teguh di dalam Kristus agar tak
mudah diombang-ambingkan!

Menghadapi Nabi Palsu dan Guru Palsu

[RENUNGAN PAGI] 1 Yohanes 4:1-6

Gereja menghadapi ancaman dari dalam maupun dari luar. Ancaman dari luar antara lain
berwujud intimidasi dan penganiayaan. Ancaman dari dalam dapat berupa menyusupnya ajaran-
ajaran sesat. Ancaman dari dalam jauh lebih berbahaya dibanding dengan ancaman dari
luar.Ancaman dari luar cenderung membuat kita lebih banyak berdoa, sehingga semakin dekat
dengan Allah dan bertambah teguh imannya.Ancaman dari dalam justru membuat kita lengah,
sehingga kita semakin menjauh dari Allah dan melenceng dari kebenaran-Nya.

Pada masa Rasul Yohanes, terlebih lagi saat ini, telah muncul banyak guru-guru dan nabi-
nabi palsu yang berkeliaran kemana-mana. Oleh karena itu umat Allah dinasihati : “Janganlah
percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah”(1 Yoh 4 :1).
Maksud nasihat itu adalah agar kita tidak gampang percaya pada setiap pengajaran baru yang
kita dengar. Terutama apabila si pengajar belum kita kenal dan pengajarannya tidak sama dengan
ajaran yang kita pegang.
Cara untuk menguji ajarannya adalah dengan firman Tuhan (1 Yoh. 1 :1 ; 2 :5). Alkitab menjadi
tolok ukur untuk menilai ajaran itu benar atau tidak.

Cara menguji si pengajar adalah dengan menguji:

1. Komitmennya terhadap tubuh Kristus, yaitu Gereja (1 Yoh. 2:19).

2. Gaya hidupnya: apakah seturut dengan perintah Allah atau tidak (1 Yoh. 3:23-24).

3. Buah dari pelayanannya: apakah membawa orang-orang hidup dalam kebenaran atau hidup
dalam dosa (1 Yoh. 3:7-8).

4. Ujian yang paling penting adalah berkenaan dengan kepercayaannya terhadap Yesus Kristus
yang adalah benar-benar Allah dan benar-benar manusia (1 Yoh. 4:2).

Saat berhadapan dengan nabi-nabi dan guru-guru palsu, janganlah gentar, sebab Roh yang ada
pada kita lebih berkuasa dari roh-roh yang ada pada mereka. Hadapilah dengan perisai iman
dan pedang roh, yaitu firman Tuhan.

Ingatlah perkataan Kitab Suci:

“Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu,
apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang muncul dan pergi ke
seluruh dunia.”

(1 Yohanes 4:1)

DI MANA ADA ROH ALLAH, DI SITU ADA KEMERDEKAAN


Diposkan oleh Pemulihan Seutuhnya

Bacaan Alkitab : I Yohanes 4 :1-6

"Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu,
apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi
ke seluruh dunia. Demikianlah kita mengenal Roh Allah; setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus
Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, dan setiap roh, yang tidak mengaku
Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu
dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia. Kamu berasal dari
Allah, anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi palsu itu; sebab Roh yang ada di
dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia. Kami berasal dari Allah:
barangsiapa mengenal Allah, ia mendengarkan kami; barangsiapa tidak berasal dari Allah, ia
tidak mendengarkan kami. Itulah tandanya Roh kebenaran dan roh yang menyesatkan."

Ayat Renungan : II Korintus 3 : 17B "di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan."

Tanggal 17 Agustus, di seluruh pelosok Tanah Air, Bangsa Indonesia memperingati


"Kemerdekaan dari penjajahan Belanda!" Hari ini, Firman Tuhan mengingatkan kita: "Di
mana ada Roh Kudus, di situ ada kemerdekaan." Ingat ini:

 Dalam Perjanjian Lama, Roh Kudus belum berdiam di dalam orang pilihan Tuhan! Ia
hanya bekerja atas orang pilihan itu - menguasai, memimpin, mengurapi!
 Dalam Perjanjian Baru, Roh Kudus berdiam di hati setiap anak Tuhan dan memimpin
(Baca lagi: Roma 8 : 14-16, "Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.
Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi,
tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita
berseru: "ya Abba, ya Bapa!" Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa
kita adalah anak-anak Allah."). Maka, seharusnyalah, anak-anak Tuhan Perjanjian Baru,
lebih mengalami kemerdekaan dibandingkan dengan orang-orang pilihan dalam
Perjanjian Lama! Amin?

ORANG PERCAYA: Harus Percaya Diri

Baca: 1 Yohanes 4:1-6

"Kamu berasal dari Allah, anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi palsu itu;
sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia." 1
Yohanes 4:4

Perasaan minder, tidak percaya diri, mengasihani diri sendiri, putus asa dan gampang
menyerah pada keadaan seringkali mewarnai perjalanan hidup orang percaya. Tidak seharusnya
kita bersikap demikian! Sebab sesungguhnya orang-orang percaya di tengah dunia ini bukanlah
orang-orang yang biasa; kita ini di atas rata-rata, bukan pecundang, melainkan pemenang.
Sejak awal kita diciptakan, Tuhan sudah memiliki rancangan yang luar biasa. "Baiklah Kita
menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di
laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala
binatang melata yang merayap di bumi." (Kejadian 1:26). Ini akan membangkitkan semangat
kita menjalani hidup jika menyadari bahwa kita ini diciptakan serupa dan segambar dengan
Allah. Tuhan pun menegaskan, "...Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada
pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan
bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."
(Yeremia 29:11).

Di dalam Roma 8:37 dikatakan: "...kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia
yang telah mengasihi kita." Orang-orang yang berhasil dan para pemenang adalah orang-orang
yang memiliki sikap percaya diri. Tanpa rasa percaya diri mustahil orang mampu meraih apa
yang menjadi impian dalam hidupnya.

Jadi memiliki rasa percaya diri yang berarti memiliki rasa optimis dan senantiasa berpikiran
positif adalah salah satu modal menggapai kesuksesan. Karena itu "...saudara-saudara, semua
yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua
yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya
itu." (Filipi 4:8). Dampak dari itu semua adalah membawa kita pada semangat untuk menjalani
hidup ini dalam situasi apa pun. Kita harus punya rasa percaya diri karena kita adalah
istimewa di pemandangan Tuhan!

Anda mungkin juga menyukai