Anda di halaman 1dari 19

JALAN SALIB :

JALAN PEMBEBASAN DAN PEMBERDAYAAN


Lagu Pembuka : yub 253;do=G 3 / 1 2 3 4 5 / 4 .3 ‘ 3 4 /
O Yesus Putra Bapa, mulia sejak semula, sehakikat Allah
Engkau dengan rendah hati, rela menjadi abdi, setara dengan
manusia
Demi cinta sejati, Kristus serahkan diri, tiada batasnya.
Engkau yang patuh taat, setia sampai wafat, di kayu salib yang
hina.

Tanda Salib
P : Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus.
U : Amin.

Ajakan Pembuka
P : Saudara saudari terkasih, Keadaan masyarakat zaman Yesus
penuh dengan ketidakadilan. Strukur sosial, ekonomi dan
budaya telah menciptakan masyarakat tertindas dan
terpinggirkan. Dari injil, kita mengetahui, bahwa Yesus
memilih keberpihakannya kepada kaum lemah dan tertindas. Ia
menentang struktur sosial, ekonomi dan budaya yang ada. Ia
menentang kelompok yang berkuasa dan membebaskan kaum
tertindas. Cara yang ditempuh Yesus mulai dari proses
penyadaran samapi pada pembebasan dan pemberdayaan.
Dengan mengikuti cara Yesus, Musyawarah Pastoral
Keuskupan Agung Ende menempuh proses yang sama untuk
umat dan fungsionaris pastoral. Sampai dengan saat ini,
hasilnya cukup menggembirakan. Namun masih ada yang
belum memuaskan karena ganjalan-ganjalan terntentu yang
kita ciptakan sendiri. Kini kita hendak merenungkan jalan salib
Tuhan yang adalah puncak karya pembebasan dan
pemberdayaan. Kita mau merenungkan sengsara Tuhan sambil
melihat usaha kita bersama dalam karya pembebasan dan
pemberdayaan diri dan hidup.
U Tuhan, semoga jalan sengsara-Mu yang kami renungkan ini
mengajak kami untuk menilai hidup dan karya kami serta
membangkitkan pembaharuan hidup baru dalam diri kami,
untuk memulai membangun kerajaan-Mu di Komunita Umat
Basis, Lingkungan dan Paroki kami.
Lagu Selingan : MB 382; do=Bes 6 7 / I 7 6 5 / 6 3
Mari kita merenungkan, penebusan umat Tuhan,
resapkanlah dalam hati, cinta kasih ilahi.

Perhentian 1
Yesus Dijatuhi Hukuman Mati

P : Kami menyembah sujud Dikau, ya Kristus, dan memuji


Dikau.
U : Sebab dengan salib suci-Mu, Engkau telah menebus dunia.
P Yesus rela menerima hukuman mati oleh pengadilan hukum
Yahudi. Ia menjadi kurban permusuhan, kecemburuan dan
kesaksian palsu para pemimpin itu (Mrk 14:1.55-56; Luk.
23:5.35). Para pemimpin yang sebelumnya bermusuhan,
berdamai untuk suatu tujuan jahat bersama (Luk 23:12).
Mereka menghasut rayat untuk memusuhi Yesus dan
menjatuhkan hukuman mati atas-Nya (Mat 27:20; Mrk 15:11).
Mereka tidak mendidik umat dan rakyatnya untuk menjunjung
tinggi nilai-nilai cinta kasih, keadilan dan kebenaran, tetapi
justru mengabaikannnya. Mentalitas rakyat dibentuk menurut
kehendak mereka yang korup, suka menindas dan memeras,
demi kekuasaan dan jabatannya. Dalam masyarakat kita pun
nasib Yesus masih dialami oleh orang-orang yang
memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Mereka menjadi
sasaran kebencian bahkan kurban dari persekongkolan dan
permainan kotor para penguasa. Mentalitas rakyat sederhana
dibentuk menurut pola pikir dan pola kerja mereka. Rakyat
bukannya diberdayakan untuk mengamalkan cinta kasih,
keadilan dan kebenaran, tetapi justru dibodohi, ditindas dan
diintimidasi untuk mengikuti kehendak mereka yang sarat
dengan korupsi, kolusi dan nepotisme. Pembebasan dan
pemberdayaan bagi pemimpin dan rakyat yang menjadi visi
dan misi bersama masih tetap merupakan sebuah kerinduan.
(Hening) Marilah berdoa:
U Tuhan Yesus, sengsara-Mu merupakan buah dari iri hati dan
persekongkolan kotor para pemimpin Yahudi. Hal ini masih
juga terjadi dalam masyarakat kami. Para pejuang kebenaran
dan keadilan masih menjadi sasaran kebencian persekongkolan
kotor. Rakyat sering menjadi korban pola pikir dan gerak
tindak mereka. Pembebasan dan pemberdayaan yang menjadi
visi dan misi kami bersama dalam keuskupan ini belum
terwujud. Semoga oleh sengsara-Mu kami dibebaskan dan
diberdayakan sehingga mampu mewujudkan visi dan misi
keuskupan kami, dan dengan demikian kami selalu hidup
dalam cinta kasih, keadilan dan kebenaran.
p : Kasihanilah, ya Tuhan, kasihanilah kami.
U : (Sambil menebah dada) Ya Allah, ampunilah kami orang
berdosa.

Perhentian 2
Yesus Memanggul Salib-Nya
P : Kami menyembah sujud Dikau, ya Kristus, dan memuji
Dikau.
U : Sebab dengan salib suci-Mu, Engkau telah menebus dunia.
P : Setelah palu rekayasa pengadilan Yahudi dijatuhkan, Yesus
digiring sambil memanggul salib menuju Kalvari. Suatu
perjalanan yang jauh dibawah terik matahari, ditempuh Yesus
seorang diri. Orang-orang dekat yang Dia didik dan latih untuk
bekerja sama menjalankan misi bersama-Nya, semua lari
menghilang menghindari salib. Akhirnya, Yesus menanggung
seorang diri.
Keprihatinan terhadap gaya kepemimpinan dari atas dengan
komando tunggal diganti dengan gaya kepemimpinan yang
mengutamakan kebersamaan. Para pemimpin kita dilatih untuk
mampu bekerja sama dan saling menyokong sebagai sebuah
tim. Dalam perjalanan waktu, seperti para murid Yesus,
mereka pun menghilang satu persatu. Banyak yang enggan
bahkan takut berkurban. Para ketua KUB,L ingkungan
terpaksa menanggung beban seorang diri seperti Yesus. Kita
belum dibebaskan dan diberdayakan dari cara pikir dan pola
kerja lama, bermental enak dan cari gampang. (Hening)
Marilah berdoa:
U : Tuhan Yesus,kami Kauajar dan Kau didik untuk bekerja
sama bahu-membahu membangun kerajaan-Mu di dalam
KUB, Lingkungan dan paroki kami. Namun, kami tidak
mampu menghadapi tantangan dalam tugas pelayanan itu. Satu
per satu di antara kami lari menghilang, meninggalkan saudara
kami bekerja sendirian. Kami enggan berkurban dan hanya
tenggelam dalam urusan pribadi kami sendiri. Semoga
sengsara-Mu membebaskan sifat ingat diri dan
memberdayakan kami untuk mampu bekerja sama
membangun kerjaan-Mu di KUB, Lingkungan dan Paroki
kami.
p : Kasihanilah, ya Tuhan, kasihanilah kami.
U : (Sambil menebah dada) Ya Allah, ampunilah kami orang
berdosa.

Perhentian 3
Yesus Jatuh Pertama Kali di bawah Salib

P : Kami menyembah sujud Dikau, ya Kristus, dan memuji


Dikau.
U : Sebab dengan salib suci-Mu, Engkau telah menebus dunia.
P : Salib yang dipikul itu sangat berat. Sementara secara fisik,
Yesus lemah akibat siksaan para serdadu. Itulah sebabnya Dia
jatuh. Namun Ia harus bangkit meneruskan perjalanan salib-
Nya. Tidak ada pilihan lain. Sengsara dan salib merupakan
jalan hidup yang harus ditempuh dan diselesaikan-Nya.
Terbanyak umat di wilayah keuskupan kita ini adalah petani
sederhana, yang memikul beban hidup sangat berat. Mereka
tidak memiliki tanah Garapan sendiri. Ada yang tanahnya
dicaplok untuk kepentingan lain. Ditambah lagi keadaan
topografis yang tidak memungkinkan dan keadaan musim
yang tidak menentu. Banyak pula kaum ibu yang harus
berperan ganda karena ditinggalkan suami. Mereka pun
“jatuh”. Jatuh miskin, sakit sengsara, bahkan ada yang mati.
(Hening) Marilah berdoa:
U : Tuhan Yesus bukalah mata kami, bangkitkan perasaan iba
dalam hati kami, dan terutama gerakkan kaki dan tangan kami
untuk membantu membebaskan sesama yang “jatuh” karena
berbagai tindak ketidakadilan dari orang-orang yang tidak
mempunyai cinta kasih dan perikemanusiaan.
p : Kasihanilah, ya Tuhan, kasihanilah kami.
U : (Sambil menebah dada) Ya Allah, ampunilah kami orang
berdosa.

Perhentian 4
Yesus Berjumpa dengan Ibu-Nya

P : Kami menyembah sujud Dikau, ya Kristus, dan memuji


Dikau.
U : Sebab dengan salib suci-Mu, Engkau telah menebus dunia.
P : Setelah bangkit dari kejatuhan, secara tak terduga Yesus
berjumpa dengan Ibunda terkasih. Setelah mendengar
puteranya dijatuhi hukuman mati, Ibu Maria berusaha mencari
jalan untuk mendampingi putranya di jalan kesengsaraan itu.
Keduanya beradu pandang. Ibu Maria melihat semuanya itu,
merenungkannya dan menyimpannya di dalam hati (bdk. Luk
2:19.51).
Ibu adalah tanda “cinta” dan “pengorbanan”. Mereka
mengandung, melahirkan, menyusui, mendidik dan
membesarkan. Ikatan emosional setiap anak dengan ibunya
lebih besar daripada dengan sang ayah. Namun sekarang ini
para ibu kita kurang dihargai peran dan kedudukannya.
Mereka diperlakukan sebagai pengasuh anak, pekerja dapur,
dikasari oleh suami, ditinggalkan oleh lelaki yang tidak
bertanggung jawab. Mereka juga harus menanggung derita
karena ulah tingkah anak-anaknya. (Hening) Marilah berdoa:
U : Tuhan Yesus, kami berdoa bagi para ibu, semoga mereka
mengalami cinta kasih dan keadilan dari anggota keluarganya
dan dari sesama disekitarnya.
p : Kasihanilah, ya Tuhan, kasihanilah kami.
U : (Sambil menebah dada) Ya Allah, ampunilah kami orang
berdosa.

Lagu Selingan:
Yesus Kristus raja sakti, pengemban amanat suci,
Penyembuh segala luka, penegak hukum cinta

Perhentian 5
Simon dari Kirene Dipaksa Memanggul Salib Yesus

P : Kami menyembah sujud Dikau, ya Kristus, dan memuji


Dikau.
U : Sebab dengan salib suci-Mu, Engkau telah menebus dunia.
P Simon Dari Kirene pasti sangat kesal dan jengkel karena
dipaksa memikul salib dari orang yang dinilai penjahat. Sangat
terpaksa ia memikul salib itu “sambil mengikuti Yesus“(Luk
23:26). Meskipun terpaksa tetapi pada akhirnya Simon
sungguh menjadi seorang pengikut Yesus yang setia.
Berbeda dengan Simon yang terpaksa membantu Yesus
sebelum menjadi seorang pengikut setia, kita adalah pengikut
Yesus yang dengan bebas menerima tawaran melalui KUB,
Lingkungan, atau Paroki untuk memikul salib tugas perutusan
bersama Yesus. Namun sering kita menerimanya dengan
menggerutu bahkan jengkel. Kita lupa bahwa beban salib yang
kita pikulkan itu akan mendatangkan kebahagiaan sejati bagi
hidup kita. (Hening) Marilah berdoa:
U : Tuhan Yesus semoga kisah Simon dari Kirene memberi
kesadaran kepada kami bahwa Engkau tetap memberkati dan
menganugerahkan kami rahmat-Mu yang memampukan kami
untuk mengemban tugas pelayanan yang dipercayakan kepada
kami, sekalipun mungkin kami menerimanya dengan terpaksa
dan menggerutu. Bahkan mungkin yang kami terima dengan
senang hati tapi tidak kami laksanakan.
p : Kasihanilah, ya Tuhan, kasihanilah kami.
U : (Sambil menebah dada) Ya Allah, ampunilah kami orang
berdosa.

Perhentian 6
Veronika Mengusapi Wajah Yesus

P : Kami menyembah sujud Dikau, ya Kristus, dan memuji


Dikau.
U : Sebab dengan salib suci-Mu, Engkau telah menebus dunia.
P : Dari tradisi Kristen diceritakan keberanian seorang
perempuan yang Bernama Veronika yang menyerobot masuk
kawalan serdadu, dan dengan lembut mengusapi wajah Tuhan
dengan sehelai kain. Ia ingin membersihkan peluh bercampur
darah di wajah Yesus. Namun apa yang tertinggal pada
sepotong kain itu, ternyata wajah Tuhan yang terlukis di sana.
Tuhan meninggalkan bagi Veronika sebuah kenangan indah,
wajah-Nya sendiri. Itulah terimakasih Tuhan pada kelembutan
kasih dan keberanian seorang perempuan Bernama Veronika.
Veronika sesungguhnya mewakili banyak perempuan
pemberani di seluruh dunia. Namun situasi zaman kita justru
lebih banyak melecehkan kaum perempuan, memandang
mereka sebagai”pembantu” dan bagian dari “harta milik”
kaum lelaki. Mendiang Paus Yohanes Paulus II Dalam Surat
Apostoliknya mulieris Dignitatem mengatakan, “kaum
perempuan, penuh dengan semangat injil, dapat berbuat
banyak untuk menolong manusia agar tidak jatuh.” Federasi
Konverensi Para Uskup se-Asia Ke-4 di Tokyo pada tahun
1986 juga mengakui peran perempuan. Bahwa “…bukanlah
melulu keharusan manusiawi, melainkan perintah injil, supaya
separoh penghuni dunia yang terdiri dari kaum perempuan
diakui dan martabatnya dipulihkan, dan supaya mereka
diperbolehkan memainkan peran mereka yang selayaknya di
dunia dan dalam Gereja. “
Gereja tidak dapat menjadi tanda kerajaan Allah dan
persekutuan akhir zaman, kalau karunia-karunia Roh kepada
kaum perempuan tidak diakui semestinya, dan kalau kaum
perempuan tidak ikut menikmati “kebebasan anak-anak
Allah”. (Hening) Marilah berdoa:
U : Tuhan Yesus, kami berdoa untuk kaum perempuan, terutama
mereka yang berjuang dengan gagah berani untuk melayani
sesama yang menderita. Dampingilah mereka agar kobaran api
cinta kasih dan roh keberanian tetap bernyala demi
pembebasan sesama walau menghadapi banyak tantangan.
p : Kasihanilah, ya Tuhan, kasihanilah kami.
U : (Sambil menebah dada) Ya Allah, ampunilah kami orang
berdosa.

Perhentian 7
Yesus Jatuh Kedua Kali di bawah Salib

P : Kami menyembah sujud Dikau, ya Kristus, dan memuji


Dikau.
U : Sebab dengan salib suci-Mu, Engkau telah menebus dunia.
P : Perjalanan memanggul salib sudah sekian jauh. Kelelahan
kian meningkat. Kondisi fisik semakin merosot. Untuk kedua
kalinya Yesus jatuh di bawah tindihan salib yang berat. Tetapi
Yesus tidak menyerah. Tekadnya hanya satu. Ia sudah berjanji
kepada Bapanya, “…… bukan kehendakku,melainkan
kehendakmulah yang terjadi” (Mat 26:39.42.44; Mrk
14:36.39.41). Yesus mau menegaskan, bahwa salib dan
penderitaan akan Ia jalani sampai pada kesudahannya.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita setia menjalankan tugas
pelayanan yang dipercayakan kepada kita di KUB,
Lingkungan, dan Paroki? Bersediakah kita mengikuti Dia
dalam hal pengorbanan? Kita sering lalai melaksanakan tugas
kita. Kita sering tidak hadir dalam berbagai pertemuan umat
(Hening) Marilah berdoa:
U : Tuhan Yesus, pembebasan dan pemberdayaan menjadi pokok
pembicaraan kami tetapi secara nyata belum terwujud dalam
sikap dan perbuatan kami, sehingga cita-cita karya pastoral
kami terus mengalami hambatan. Bangkitkan pertobatan dalam
hati kami, dan baharuilah semangat kami untuk benar-benar
tampil sebagai anggota Gereja Umat Allah yang hidup.
p : Kasihanilah, ya Tuhan, kasihanilah kami.
U : (Sambil menebah dada) Ya Allah, ampunilah kami orang
berdosa.

Perhentian 8
Yesus Menghibur Wanita-Wanita yang Menangisi Dia
P : Kami menyembah sujud Dikau, ya Kristus, dan memuji
Dikau.
U : Sebab dengan salib suci-Mu, Engkau telah menebus dunia.
P : Kekuatan Yesus sesungguhnya sudah habis. Sementara kayu
palang itu masih bertengger di Pundak-Nya. Berat, capai,
Lelah,haus, dan lapar. Perjalanan terasa sangat jauh. Di antara
sejumlah besar orang yang mengikuti Dia, terdapat banyak
wanita yang menangisi dan meratapinya (Luk 23:27).
Menyaksikan wanita-wanita yang menangisi Dia, Yesus tidak
berjalan lewat. Ia berhenti sejenak dan menghibur mereka.
(Luk 23:28). Sepertinya ia tidak peduli dengan penderitaan
yang dialami-Nya.
Kita coba bertanya: Berapa orang dari antara kita, Ketika
mengalami kesulitan masih mau menghibur orang lain? Kita
tidak peduli. Malah di tengah kesulitan orang lain kita terus
memburu tidak hanya kesenangan tetapi keuntungan bagi diri
sendiri. (Hening) Marilah berdoa:
U : Tuhan Yesus, sifat ingat diri telah menutup mata dan telinga
kami untuk melihat sesama yang menderita dan mendengar
jeritan mereka yang tertindas. Semoga kekuatan salib dapat
meruntuhkan tembok dan Menara egoisme yang menjulang
dalam diri kami agar terbangun kepedulian yang dilandasi
cinta kasih yang membebaskan.
p : Kasihanilah, ya Tuhan, kasihanilah kami.
U : (Sambil menebah dada) Ya Allah, ampunilah kami orang
berdosa.
Lagu Selingan:
Diutus sebagai abdi Yesus taat sampai mati
Diperolok dan disiksa, dibunuh dengan hina
Perhentian 9
Yesus Jatuh Ketiga Kali di bawah Salib

P : Kami menyembah sujud Dikau, ya Kristus, dan memuji


Dikau.
U : Sebab dengan salib suci-Mu, Engkau telah menebus dunia.
P : Memang memikul dosa seluruh dunia yang begitu berat
bukan perkara mudah. Yesus Kembali tersungkur jatuh. Hal
ini menjadi tanda bahwa manusia berulang-ulang jatuh dalam
dosa dan kesalahan yang lebih berat. Secara jasmaniah kita
kelihatan tegap, rapi, tetapi sesungguhnya secara rohaniah
lusuh dan rapuh. Apa saja dosa dan kelemahan kita? Dalam
kehidupan ber-KUB dan berparoki kita sering bermusyawarah
dalam menyikapi kebijakan Keuskupan hasil Muspas. Tetapi
kelemahan kita yang paling utama adalah tidak konsekuen
dengan apa yang sudah menjadi kesepakatan bersama.
Kehadiran kita memprihatinkan, kerja kita mencemaskan. Kita
belum dibebaskan dan diberdayakan secara sungguh-sungguh.
Sengsara dan pengorbanan Kristus belum menjadi sengsara
dan pengurbanan kita. Kita malahan sering menghindari salib
dalam pelayanan kita. (Hening) Marilah berdoa:
U : Tuhan Yesus kami manusia lemah yang belum dibebaskan
dari dosa dan kelemahan yang sama serta belum sungguh-
sungguh diberdayakan untuk bangkit dari kelesuan. Semoga
sengsara dan salib-Mu dapat mengubah pola pikir dan cara
kerja kami, sehingga membebaskan kami dari kelesuan dan
memberdayakan kami untuk melayani tanpa pamrih.
p : Kasihanilah, ya Tuhan, kasihanilah kami.
U : (Sambil menebah dada) Ya Allah, ampunilah kami orang
berdosa.

Perhentian 10
Pakaian Yesus Ditanggalkan

P : Kami menyembah sujud Dikau, ya Kristus, dan memuji


Dikau.
U : Sebab dengan salib suci-Mu, Engkau telah menebus dunia.
P : Yesus Tuhan rela menanggalkan kemuliaan ke-Allahannya,
mengosongkan diri-Nya dan menjadi serupa dengan kita
manusia dalam segala hal, kecuali dosa. Untuk para pemimpin
Yahudi, Yesus adalah seorang pendosa berat karena menghujat
Allah dan menganggap diri-Nya sama dengan Allah. Makai Ia
patut dihukum mati Di Kalvari, martabat kemanusiaan Yesus
dan keallahannya dilucuti sehabis-habisnya. Penghinaan itu
tidak hanya menimpa tubuh, tetapi juga menimpa inti terdalam
pribadi manusia yang menyimpan nilai-nilai suci, dan
kehormatan yang tidak dapat diganggu gugat. Dalam
masyarakat kita, banyak yang “dilucuti” dan “melucuti
sendiri” martabat kemanusiaannya. Seperti: ketidaksetiaan
suami-istri dalam hidup perkawinan, hidup bersama sebelum
nikah, cinta bebas, dan banyak kaum muda kita tidak gigih
mempertahankan kemurnian dirinya. Cara-cara inilah yang
merendahkan martabat luhur manusia. Inilah tantangan bagi
Gereja kita yang tengah melaksanakan karya pembebasan dan
pemberdayaan kehidupan perkawinan dan keluarga serta
pembinaan kaum muda. (Hening) Marilah berdoa:
U : Tuhan Yesus, di salib Engkau merelakan martabat,
kemanusiaanmu dilucuti untuk memulihkan martabat
kemanusiaan kami yang rusak akibat dosa. Namun banyak dari
antara kami sendiri yang masih terus merendahkan martabat
kemanusiaannya karena gagal mempertahankan keutuhan
kehidupan perkawinan, cinta bebas dan gagal mempertahankan
kemurnian diri. Kami mohon, semoga rahmat salibmu
membangkitkan kekuatan dalam diri kami untuk setia menjaga
kemurnian budi dan Nurani kami.
p : Kasihanilah, ya Tuhan, kasihanilah kami.
U : (Sambil menebah dada) Ya Allah, ampunilah kami orang
berdosa.

Perhentian 11
Yesus Dipaku pada Salib

P : Kami menyembah sujud Dikau, ya Kristus, dan memuji


Dikau.
U : Sebab dengan salib suci-Mu, Engkau telah menebus dunia.
P : Di atas palang penghinaan Yesus dihajar dengan paku-paku
tajam yang menembus tangan dan kaki-Nya. Yesus pasrah. Ia
menyerahkan diri secara total kepada Allah dan dunia. Itulah
pelayanan Yesus yang tanpa pamrih. Bagi Yesus yang paling
utama adalah bahwa kehendak Allah Bapa terlaksana dan
manusia tertebus. Bagaimanakah pelayanan kita? Apakah kita
melaksanakan dengan sepenuh hati? Ataukah mungkin kita
justru mempertimbangkan untung rugi bagi diri sendiri?
Seringkali pelayanan kita asal-asalan. Kita enggan berkurban.
Kita lebih ingin dilayani dan bukannya melayani. Pengorbanan
Tuhan belum membebaskan dan memberdayakan kita dari
ikatan dan kepentingan diri. (Hening) Marilah berdoa:
U Tuhan Yesus, Engkau telah menyerahkan diri-Mu secara total
kepada kehendak Bapa demi keselamatan kami umat-Mu.
Sebaliknya, kami penuh dengan pertimbangan dalam tugas
pelayanan yang seharusnya kami laksanakan sebagai ungkapan
terima kasih kami kepada-Mu. Semoga korban salib-Mu
membebaskan dan memberdayakan kami untuk tahu mengabdi
dan melayani sepenuh hati.
p : Kasihanilah, ya Tuhan, kasihanilah kami.
U : (Sambil menebah dada) Ya Allah, ampunilah kami orang
berdosa.

Lagu Selingan:
Lihatlah raja sengsara, duri jadikan mahkota
Darah-Nya mutu permata, dan saliblah takhta-Nya.
Perhentian 12
Yesus Wafat di Salib
(Umat berlutut)

P : Kami menyembah sujud Dikau, ya Kristus, dan memuji


Dikau.
U : Sebab dengan salib suci-Mu, Engkau telah menebus dunia.
P : Di puncak Kalvari itu, di atas salib, dengan napas yang
tersisa, Yesus berseru, “Sudah selesai” (Yoh 19:30). “Ya Bapa,
ke dalam tangan-Mu, Kuserahkan nyawa-Ku” (Luk 23:46). Di
Kalvari tugas yang berat ini ‘selesai”. Semuanya Ia “serahkan
ke dalam tangan Bapa-Nya”. Semuanya! Bukan hanya Roh-
Nya Di Kalvari, Yesus membiarkan Allah, Bapa-Nya
memulihkan segalanya. Di sana, di puncak Kalvari, Terjadi
peristiwa puncak “pembebasan” . Bukan saja pembebasan diri-
Nya dari penderitaan beban salib, tetapi serentak pembebasan
umat-Nya dari segala macam penderitaan beban dosa. Dari
keheningan dukacita dan kegelapan Kalvari terbersit secercah
sinar terang benderang, suatu isyarat bahwa sinar sejati bakal
muncul dari sana, yaitu cahaya kebangkitan yang menghalau
kegelapan dosa. Perjalanan memperjuangkan visi dan misi
umat Allah di Keuskupan ini sudah sekian jauh. Namun,
tampaknya kita belum mencapai puncak Kalvari pembebasan,
di mana kita dilepas-bebaskan dari rupa-rupa ketergantungan
yang melilit kita. Apakah ada secercah sinar terang yang
membawa harapan kebangkitan dan pembebasan bagi kita
umat? (Hening) Marilah berdoa:
U : Tuhan Yesus, Engkau rela wafat di kayu salib untuk
membebaskan dan memberdayakan kami dari segala
ketergantungan yang tidak sehat. Semoga karena sengsara-Mu
kami mendapat kelepasan dari segala hal yang menekan dan
membelenggu hidup kami.
p : Kasihanilah, ya Tuhan, kasihanilah kami.
U : (Sambil menebah dada) Ya Allah, ampunilah kami orang
berdosa.

Perhentian 13
Jenazah Yesus Diturunkan dari Salib

P : Kami menyembah sujud Dikau, ya Kristus, dan memuji


Dikau.
U : Sebab dengan salib suci-Mu, Engkau telah menebus dunia.
P : Yosef dari Arimatea dan Nikodemus menurunkan jenazah
Yesus dari salib. Maria ada disana dan di dekatnya, berdiri
saudari ibunya, lalu Maria istri Kleopas, dan Maria
Magdalena, juga putri-putri yang selalu setia mendampingi
kegiatan Yesus selama pelayanannya dalam masyarakat. Hati
Maria remuk menyaksikan keadaan anaknya. Ia sungguh
berdukacita. Dukacita Maria merupakan gambaran dukacita
kaum perempuan dalam masyarakat dewasa ini. Mereka sering
menjadi korban struktur sosial budaya yang tidak adil.
Kehadiran dan peran mereka sering dilecehkan. Mereka
terpaksa diam menanggung dukacita yang teramat dalam.
(Hening) Marilah berdoa:
U Tuhan Yesus, bunda-Mu Maria berdukacita atas kematian-Mu.
Karena struktur sosial masyarakat Yahudi yang tidak adil dan
menindas. Dalam masyarakat kami pun bunda-Mu masih
berdukacita karena banyak perlakuan kami yang tidak adil
terhadap sesama kami, khususnya terhadap kaum perempuan.
Kami.kurang berani melawan struktur sosial dan adat-istiadat
dalam masyarakat kami yang tidak adil, yang membuat
Engkau dan bunda-Mu terus menderita dan menangis.
p : Kasihanilah, ya Tuhan, kasihanilah kami.
U : (Sambil menebah dada) Ya Allah, ampunilah kami orang
berdosa.

Lagu Selingan :
Hati Yesus yang terluka, kurban cinta tak terhingga,
Jadikanlah kami mampu, mengikuti cintamu.

Perhentian 14
Jenazah Yesus Dimakamkan

P : Kami menyembah sujud Dikau, ya Kristus, dan memuji


Dikau.
U : Sebab dengan salib suci-Mu, Engkau telah menebus dunia.
P : Melalui peristiwa inkarnasi, Putra Allah menyesuaikan diri
seluruhnya dengan manusia, termasuk kematian-Nya,
walaupun bukan akibat dosa. Ia pun mengalami kegelapan
makam seperti kita. Ini merupakan totalitas pemberian diri
Putra Allah dengan peristiwa hidup manusia. Keberadaan
jenazah Yesus dalam makam,hanyalah sebagai “tempat
penantian” , pada hari yang ketiga Ia akan dibangkitkan oleh
kekuatan Allah. Badan Yesus tidak hancur tetapi dibangkitkan
dan diberi “kualitas” baru, mengatasi yang kodrati-manusiawi.
Oleh kelemahan-kelemahan kita, misi pembebasan dan
pemberdayaan umat mengalami banyak tantangan, hambatan,
dan kegagalan. Sekaranglah saatnya, kita persatukan dengan
“kekalahan” Yesus dalam penderitaan dan kematiannya. Kita
kuburkan semuanya bersama dengan kematian Yesus. Karena
hanya demikian, kita akan ikut serta dalam “ kemenangan”
Kristus dan Tuhan yang mulia dalam kebangkitan dan menjadi
manusia baru yang penuh pengabdian dan pengorbanan untuk
membangun diri dan Komunitas Umat Basis kita (Hening)
Marilah berdoa:
U Tuhan Yesus, kami ingin menguburkan manusia lama kami
dalam kematian -Mu, supaya nanti kami dapat bangkit
Kembali sebagai manusia baru bersama Dikau, yang penuh
dedikasi dan pengorbanan membangun diri sendiri dan
Komunitas Umat Basis Kami
p : Kasihanilah, ya Tuhan, kasihanilah kami.
U : (Sambil menebah dada) Ya Allah, ampunilah kami orang
berdosa.
Penutup

P : Marilah kita berdoa:


Tuhan Yesus, Engkau telah menjalankan misi Allah secara
sempurna sampai pada puncak Kalvari pembebasan. Kami
mohon, dampingilah kami umat-Mu di Keuskupan ini dalam
menapaki hidup dan perjuangan demi terwujudnya
pembebasan dan permberdayaan.
U : Dan semoga berkat rahmat yang kami peroleh dari perjalanan
sengsara-Mu, kami pun dapat mencapai puncak Kalvari
pembebasan itu, sekaligus memberdayakan kami untuk
menjadi umat-Mu yang setia dan bertanggung jawab. Karena
engkaulah Tuhan dan Penebus kami, yang hidup dan berkuasa
sepanjang segala masa. Amin

Lagu Penutup: Yub 260 do=D 3 / 3 . 2 . /1 . . 5 /


- O Tuhanku, tubuh-Mu yang kudus berlumur darah, dan
mata-Mu
Tak pancarkan marah biar sengsara
Ref. Yesus kutanya: Apa sebabnya , Engkau mau mati di
Golgota
- Air mata-Mu, bercucuran membasahi wajah-Mu. Salah
apa, sampai harus Kau bayar dengan nyawa
- Ref. Yesus kutanya: Apa sebabnya , Engkau mau mati di
Golgota

Anda mungkin juga menyukai