Anda di halaman 1dari 3

“Perayaan Yang Tak Berarti”

Pa’pakarayan Tae” Gai’na


Mzm. 78:1-7; Amos 5:18-27; 1 Tes. 4:13-18; dan Injil Matius 25:1-13

Pendahuluan:
- Meakini bahwa kita memiliki jiwa penyembah, saya adalah penyembah, BIS adalah
penyembah, yang kemudian hal mendorong kita untuk datang menyembah Tuhan.
- Pertanyaan : sdhkah kita menjadi penyembah yg benar di hadapan Tuhan? sudahkah
kita menyembah Tuhan dengan benar sebagai bentuk perayaan iman kita kepadaNya?
Jgn kita hanya menjadi penyembah Tuhan saat berada di dalam ruangan” ibadah,
ruangan persekutuan, selebihnya hidup kita tidak lagi menyembah Tuhan. yg artinya,
saat berada diluar kehidupan kita lebih mementingkan nafsu duniawi, keegoisan,
memegahkan diri kita, merampas hak org lain, berlaku tidak adil, dan lain sebagainya....
- Jgn sampai Allah mendaptkan kita melakukan penyembahan yang sia-sia, penyembahan
yg tdk berarti...
- Karena itu kita harus mengerti bagaimana penyembahan yg benar yang berkenan di
hadapan Tuhan yang mensukacitakan Tuhan...
- Ketiga bacaan berbicara tentang hari Tuhan, apa hubungan hari Tuhan dengan
perayaan?

Isi :

BIS, bagi umat Israel hari Tuhan : hari yg sangat dirindukan, hari yg membawa sukacita...

Namun berbeda bagi Amos: hari Tuhan : adalah hari penghakiman bagi umat Israel, hari
dimana mereka akan mengalami hal-hal yg buruk, sebab hari Tuhan adlah hari kegelapan bai
mereka (ucap nabi Amos).
Mengapa demikian? Padahal jika kita melihat ay. 21-27: kita akan mengetahui bahwa bangsa
Israel pada saat itu telah melakukan perayaan peribadahan dengan sempurna... Melakukan
kewajiban beribadah denga ritus yang ketat; melakukan perkumpulan raya;
mempersembahkan korban-korban bakaran, sajian, keselmatan, memuji Allah dengan semarak
kemeriahan musik (ay.23) yg sdh dilakukan selama berpuluh-puluh tahun (ay. 25). Tapi ternyata
semua perayaan itu dibenci oleh Tuhan.

Bukan tanpa alasan Tuhan membenci perayaan dan persembahan bangsa Israel pada
saat itu...
Pada zaman nabi Amos, bangsa Israel pada saat itu dipimpin oleh raja Yerobeam II,
bangsa Israel mengalami kemakmuran yang luar biasa, sitem masyarakat yang baik, dari sisi
ekonomi terlihat bahwa masyarakat mengalami kemakmuran, bahkan dari sisi keaaman terlihat
bahwa mereka menglami pertumbuhan dan perkembangan, banyak rumah ibadah dbangun,
dsb. Namun ternyata dibalik itu semua, nabi Amos menyaksikan adanya ketidakadilan sebab
kemakmuran sangat tidak merata, banyak pemimpin yang hidup dalam ketidakjujuran, org-org
kaya yang memeras dan menindas org miskin, bahkan adanya nabi/rohaniawan pada zaman itu
yg menyalahgunakan kedudukan dan kekuasaannya demi memperkaya diri sendiri, bahkan
mereka membiarkan penyembahan berhala yang dilakukan pada zaman itu. Oleh sebab itulah,
Allah sungguh menolak segala praktek keagamaan yang tidak disertai dengan kehidupan
ketaatan kepada-Nya.
Bahwa ternyata, perayaan peribadahan yang dilakukan dengan terstruktur, dengan
ramai, semarak, dan persembahan yang megah pun dapat dibenci oleh Allah, ketika hal itu
hanya dilakukan untuk menutupi kemunafikan sebab tidak disertai dengan kehidupan yang
benar dihadapan Tuhan.
BIS, Paulus mengatakan bahwa dalam kitab roma: persembahkanlah tubuhmu sebagai
persembahan yang hidup, yg kudus, yg berkenan kepada Allah: itulah ibadahmu yang sejati.
Yang artinya, Allah merindukan umat-Nya untuk membaharui motif beribadah.
Perayanaan peribadahan yang berkenan kepada Allah, bukan tentang perayaan ibadah
yang meriah, penampilan yang wow, persembahan yang berpuluh kali lipat, tetapi tentang
bagaimana semua perayaan itu disertai dengan memberi kehidupan kita sebagai persembahan
yang hidup kepada Allah, dengan menyatakan tindakan iman melalui kehidupan sehari-hari,
yang hidup dalam kebenaran, menegakkan keadilan, dan kepedulian terhadap sesama kita.
Dimana, Tuhan menghendaki agar kita menyatakan keadilan bergulung-gulung seperti
air dan menyatakan kebenaran seprti aliran sungai yang selalu mengalir. Dan Tuhan Yesus
Kristus telah memberi teladan kepada kita, sekalipun mendapat fitnahan, dan tantangan Ia
tidak berhenti untuk menyatakan keadilan dan kebenaran.
BIS, saya pun menyadari bahwa adakalanya kita berada pada situasi yang sulit untuk
mengontrol diri dan menghindari diri kita melakukan dosa. Namun firman Tuhan pada saat ini,
kembali mengingatkan kepada saya dan kepada bpk/ibu/saudara sekalian bahwa Tuhan
menginginkan agar kita tetap setia dan berpegang teguh pada kebenaranNya, dengan terus
menyatakan keadilan dan kebenaranNya sampai Ia datang kembali. Sebab kedatangan Yesus
kembali menjadi hakim untuk memisahkan orang yang bijaksana dari orang yang bodoh.
“Perayaan Yang Tak Berarti”

Anda mungkin juga menyukai