Anda di halaman 1dari 9

Khotbah Minggu, 23 Januari 2022

Khadim : Diaken. Eveline Velany Karongkong, SP (Ny. Unsulangi)

Pembacaan Alkitab : Injil Lukas 14 : 25 - 35

Tema Mingguan : "Komitmen dan Konsistensi Melayani"

Syalom......

Jemaat yang dikasihi dan mengasihi Tuhan kita Yesus Kristus....

Ketika seseorang yang merupakan anggota prajurit atau anggota TNI, tentu
yang merupakan tugasnya adalah mengabdi kepada bangsa dan Negara. Bukan
hal yang mudah ketika seseorang menjadi anggota TNI apalagi dia sudah
memiliki keluarga, tentunya ada beberapa hal yang harus dia korbankan untuk
mengabdi kepada bangsa dan Negara. Hal yang harus dia lakukan adalah :

1. Meninggalkan keluarganya.

2. meninggalkan segala miliknya atau harta bendanya.

3. mengutamakan orang lain dari pada diri sendiri.

Dia harus melakukan ketiga hal tersebut, jika dia mau sungguh-sungguh
mengabdikan dirinya kepada bangsa dan Negara. Itulah resiko atau tanggung
jawab yang harus dia lakukan agar menjadi seorang prajurit yang sejati.

Perenungan sebagai warga GMIM di sepanjang Minggu yang berjalan ini,


mengangkat satu pembacaan Alkitab dalam Injil Lukas 14 : 25 - 35 dengan
perikop Segala Sesuatau harus dilepaskan untuk mengikut Yesus, sehingga di
tarik lagi menjadi tema mingguan yaitu "Komitmen dan Konsistensi Melayani".
Mengapa hal ini diangkat dan ingin direnungkan? Sebab kehidupan dunia saat
ini dipenuhi dengan ketidakadilan, penyimpangan, kekerasan dan hidup yang
mementingkan diri sendiri. Manusia lebih memilih berjalan menurut
kehendaknya sendiri, tidak lagi peduli apakah itu sesat dan merugikan orang lain.
1
Ketika dihadapkan pada fenomena yang sangat kacau dan tidak berarti,
haruskah orang yang telah mengaku percaya Kristus mengikuti jejak orang yang
terikat pada duniawi dengan pola hidupnya yang bertentangan dengan
kebenaran, dan tidak meneladani Kristus atau memilih rela menderita untuk
hidup bersama Kristus? Sudah pasti yang harus dipilih ialah umat manusia,
harus melepaskan segala sesuatu di dunia ini untuk mengikuti Tuhan Yesus
adalah sebagai pilihan yang benar.

Injil Lukas sebagai perenungan kita saaat ini merupakan kitab paling unik,
Injil Lukas ditulis untuk orang non-Yahudi. Kitab Lukas ditujukan kepada seorang
yang bernama Teofilus, yaitu seorang Romawi yang terpandang. Lukas ingin
menunjukkan kepada Teofilus dan warga Romawi lain seperti dirinya,
kebenaran tentang Yesus dan pelayanan-Nya dan mereka yang sudah menjadi
pengikut - pengikut-Nya. Lukas seorang tabib dan rekan misi Rasul Paulus.
Lukas bukanlah saksi mata pelayanan Yesus. Namun, ia memberi tahu dalam
kata - kata pembuka Injil Lukas bahwa ia mempunyai akses langsung dari pada
saksi mata. Injil Lukas adalah satu - satunya Injil yang mengisahkan kepada kita
hal berbeda tentang kelahiran Yesus. Kita juga belajar hanya dalam Injil Lukas -
lah Yesus sadar tentang misi unik-Nya sebagai Anak Allah ketika Dia berusia 12
tahun. Lukas juga paling terbuka dari semua Injil. Ia menggambarkan Yesus
berhubungan dengan orang - orang dari berbagai golongan orang miskin,
terbuang, para pendosa, perempuan, pemungut cukai. Dan salah satu pahlawan
dalam perumpamaan Yesus bahkan adalah seorang Samaria yang baik hati
anggota dari bangsa campuran yang dipandang hina oleh orang Yahudi. Lebih
dari Injil lain, Lukas juga menekankan Roh Kudus ke dalam kehidupan dan
pelayanan Yesus dan memotret Yesus sebagai seorang pendoa.

Secara khusus dalam pembacaan dan perenungan kita saat ini yakni Injil Lukas
14 : 25 - 35,

Di kisah ketika TUHAN YESUS melihat bahwa berduyun-duyun orang


mengikuti Dia maka saatnyalah TUHAN YESUS menyelidiki motivasi hati
mereka mengikuti Dia. Yesus tidak mau lagi ada orang-orang yang mengikuti Dia
2
dengan motivasi ingin melihat mukjizatNya saja, atau bahkan hanya menikmati
roti yang pernah Dia berikan kepada 5000 ribu di perjalanan hidupNya
sebelumnya. Maka saat inilah kita akan belajar dan mengetahui pemahaman
serta perintah lewat perumpamaan bagaimana cara mengikut Yesus dengan
menuntut banyak pengorbanan dalam hidup ini :

1. Dalam Ayat 25 - 27 : Perintah Yesus untuk memikul Salib supaya menjadi


Murid-Nya.

Dalam bagian ini terlebih ayat 26, banyak dari orang Kristen termasuk saya
yang bisa dikatakan sulit memahami ucapan Yesus yang mengatakan “Jikalau
seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya,
anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya
sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku”. Banyak yang bertanya apakah
demikian adanya untuk mengikut Yesus? Menjadi muridNya harus membenci
bapa, ibu, anak, istri dan saudara-saudaranya, bahkan nyawanya
sendiri?Persoalan pertama dalam pernyataan Yesus ini adalah apakah benar,
bahwa syarat pertama bagi seseorang yang mau menjadi murid Yesus adalah
adalah harus membenci? Kalau kita melakukan hal ini secara hurufiah, tentulah
hal ini bertentangan dengan FirmanNya mengenai hal kasih. Tidaklah mungkin
Yesus memberi perintah yang bertentangan dengan Firman-Nya sendiri:
“Hormatilah ayah dan ibumu, suami kasihilah isterimu, isteri hormati suamimu,
orangtua kasihilah anak-anakmu”. Itu berarti bahwa ayat ini punya makna lain.
Kalau dilihat dari segi bahasanya, ini disebut gaya bahasa Hyperbola. Gaya
bahasa Hyperbola adalah gaya bahasa yang menghyperkan atau melebih-
lebihkan suatu pernyataan untuk menekankan suatu makna yang penting.
Contohnya : Kalau pipi kananmu ditampar berikan juga pipi kirimu. Itu adalah
gaya bahasa hyperbola untuk menegaskan bahwa kita tidak boleh membalas hal
jahat dengan kejahatan.

Maka dari konteks ayat ini melatarbelakangi apa yang disampaikan oleh
Yesus pada zaman itu , bahwa banyak orang yang tertarik dan takjub akan
perbuatan dan pengajaran Yesus adalah orang-orang yang masih terikat oleh
3
agama dan adat Yahudi. Sebagaimana kita mengetahui bahwa Yesus sudah
melihat bagaimana kebencian dan penolakan para pemuka Yahudi kepada
Yesus. System kekerabatan keluarga dan agama yang mengitu kental dalam diri
orang Yahudi akan menjadi tantangan tersendiri bagi orang yang mau mengikut
Yesus. Jika siap mengikut Yesus menjadi muridNya berarti siap untuk dikucilkan
dan di singkirkan dari komunitas kekerabatan keluarga dan juga agama.
Bagaimana seorang pengikut siap untuk tidak lagi di anggap sebagai bapa, ibu,
anak ataupun sebagai saudara. Maka seorang pengikut Yesus harus siap untuk
mengacuhkan itu semua.

Namun dalam konteks hidup kita saat ini, dapat dikatakan bahwa kita yang
sudah lahir dari keluarga yang sudah percaya kepada Yesus bukanlah
maksudnya kita harus membenci keluarga kita. Tetapi kita dapat memahami
ucapan Yesus ini dalam hal kesungguhan menjadi seorang Kristen. Bahwa
Yesus sedang menguji umat manusia, sampai dimana kesetiaan kita untuk
menjadi murid-Nya. Sebagai contohnya: bagaimana kita siap untuk dikatakan
tidak ‘gaul’ ataupun kita siap untuk di ejek atau di lecehkan bahkan siap untuk di
rendahkan ketika kita memiliki komitmen untuk tidak ikut melakukan perbuatan
yang melanggar firman Tuhan. Atau contoh lain bisa juga kita siap menjadi
“pejabat miskin” karena kita tidak mau untuk korupsi, atau kita siap meninggalkan
kekasih atau “pacar” jika harus meninggalkan iman kita kepada Yesus.

2. Ayat 28 - 30 : Perintah Yesus menjalankan komitmen dan janji sebagai murid


Yesus, yang mau memikul Salib dan menyangkal diri bahwa ada harga yang
harus dibayar.

Ketika Yesus melontarkan perumpamaan mengikuti Dia itu ibarat


mendirikan menara, perumpamaan tersebut tidaklah asing untuk orang-orang
Israel saat itu. Mendirikan sebuah menara adalah sebuah proyek besar.Yesus
Kristus ingin mengumpamakan mengikuti Dia adalah sebuah proyek besar. Tidak
hanya besar, tapi juga bermanfaat ! Tentu saja jika dikatakan proyek besar, maka
pengorbanan dan harga yang dibutuhkan juga besar bukan? Kesungguhan harus
besar, dana harus besar, pertimbangan harus matang, bukan hanya sekedar
4
lontaran kata-kata dari emosi sesaat, resiko juga besar. Di dalam membangun
menara tidak boleh setengah-setengah, harus kelar sampai total. Jika tidak,
maka menara itu tidak bisa berfungsi sebagaimana seharusnya. Pernahkah kita
melihat bangunan besar yang setengah jadi? Proyek gagal ? Tentu pernah.
Keadaan memprihatinkan. Bangunan yang setengah jadi, tapi atapnya bolong.
Kalau tidak cepat diselesaikan, atap yang bocor tetsebut akan membuat air hujan
masuk dan merusakkan seluruh bangunan yang ada. Membangun sebuah
menara harus dikerjakan juga dari dasar. Memilih tanah yang tepat, memilih
bahan yang bagus, memilih musim yang tepat (adalah syarat-syarat cerdik
memulai proyek ini. Setelah itu, memiliki pekerja-pekerja yang
bertanggungjawab, dana yang cukup, bahkan harus siap malu ketika proyek
tersebut gagal. Di dalam proses mendirikan menara tersebut, pastilah
menemukan kendala-kendala yang ada. Mungkin cuaca yang tidak bersahabat,
pekerja yang tidak komitmen, bencana alam, dll. Semua aspek tersebut sudah
harus diperhitungkan. Yang paling penting di sini adalah dananya cukup.

Tuhan Yesus di dalam perumpamaan ini sengaja menitikberatkan pada


dana yang cukup yang mengartikan adalah untuk menekankan sebuah
kesungguhan hati dan segala aspek yang mengikutinya, bukan dengan maksud
bahwa mengikuti TUHAN harus mempunyai uang yang banyak. Mengikuti Kristus
adalah sesuatu yang serius. TUHAN tidak ingin kita mengikuti Dia setengah-
setengah. Harus dengan komitmen serta janji, harus dengan memikul salib,
harus setia dan taat, harus membayar harga. Dia juga tidak ingin kita
mengikutiNya dengan modal emosi ataupun iman buta. Segala sesuatu harus
dipertimbangkan dengan matang dan komitmen yang jelas pula. Terlebih lagi,
Dia ingin kita mempunyai motivasi yang benar untuk melayani.

3. Ayat 31 - 33 : Perintah Yesus tentang mempertimbangkan segala persoalan,


pergumulan dengan benar, adil, dan tepat. Serta penegasan Yesus untuk tidak
ragu - ragu menjadi murid-Nya.

Mengikut Yesus adalah seperti prajurit yang harus berperang. Ketika kita
mengikut Yesus, kita sebagai murid diumpamakan seperti prajurit yang harus
5
berperang dengan musuh, musuh kita adalah dunia hawa nafsu, dan iblis. Sebab
kita harus mempertimbangkan dengan cermat siapa lawan dan musuh dari yang
terkecil sampai musuh terbesar kita. Apakah kita siap untuk menghadapi
mereka? Yesus memberikan perumpamaan bahwa kekuatan musuh dua kali
lebih besar dari kekuatan kita. Kalau kita tidak siap lebih baik kita berdamai
dengan mereka. Tapi satu hal yang perlu kita ingat ketika memutuskan apakah
kita akan berdamai dengan dunia, dan Iblis yaitu perdamaian dengan dunia
adalah permusuhan dengan Allah (Yakobus 4:4). Pikirkan baik-baik, manakah
yang lebih kuat untuk kita jadikan sekutu apakah Yesus atau dunia? Dari
perumpamaan di ini Tuhan mengingatkan bahwa ketika mengikut Yesus kita
harus membuat perencanaan dan pertimbangan segala hal supaya kita bisa
menyelesaikan tugas dengan baik dan memperoleh kemenangan. Sehingga
tidak ragu - ragu untuk menjadi murid-Nya.

4. Ayat 34 - 35 : Perintah Yesus tentang seorang murid harus memberi pengaruh


dan rasa seperti garam dan selalu mendengarkan apa perintah Yesus.

Yesus menyebut garam untuk memberi rasa berupa pengaruh yang baik
kepada manusia disekitarnya. Fungsi garam berguna untuk pupuk, menyuburkan
tanaman, menetralkan pH tanah, membasmi bakteri atau jamur, memperkuat
akar, dan batang. Mengusir hama pada media tanam, pengganti unsur hara,
mencegah kekeringan, dan meningkatkan kualitas buah pada tanaman. Dari
fungsi garam untuk menyedapkan makanan, mencegah proses pembusukan,
dan memulihkan fungsi tanah, serta memberi kesuburan maka dari sini kita bisa
melihat dengan jelas bahwa Yesus menginginkan Murid - Murid yang Mengikut
Dia, untuk menjadi garam dunia. Perintah ini tentulah penting karena itu Yesus
katakan siapa yang bertelinga hendaknya ia mendengar.

Jemaat yang dikasihi dan mengasihi Tuhan....

Perintah ini sungguh tidak mudah bagi kita untuk menjalaninya, sebab
masih banyak sikap dan tindakan kita yang sejujurnya belum siap dan sanggup
karena kedagingan dan hasrat duniawi yang begitu lebih besar masih mengikat

6
kita, sehingga kita tidak berani, masih setengah - setengah hati dan tidak
sungguh - sungguh berkomitmen dan mempertahankan konsistensi hidup ini
untuk memikul salib dan mengikut Yesus menjadi murid-Nya. Kita masih seperti
seorang pecundang yang tidak tau terima kasih dan munafik. Karena sudah dan
selalu mengaku percaya kepada Kristus tapi pada kenyataannya kita tidak rela
untuk melepaskan segala sesuatu yang bukan dengan sesuai perintah Allah. Kita
tidak rela menanggung beban untuk melakukan pelayanan karena masih ada
kebencian, sulit untuk menerima, dan mengampuni, iri hati, tinggi hati, sampai
menjadi penyakit hati.

Sebagai jemaat Tuhan yang telah mengaku percaya, Seringkali kita begitu
senang dan bangga untuk memberi diri dalam pelayanan, tetapi sayangnya
pelayanan yang ingin dilakukan bukan untuk betul - betul sungguh mengikut
Tuhan dan memikul salib tetapi hanya sebagai batu loncatan supaya
mendapatkan jabatan di gereja dan dipandang orang, serta mempamerkan
bahwa dia yang berkuasa ataupan sebagai jabatan pencitraan sebagai jabatan
duniawi. Hal ini tentu sangat - sangat bertengangan dengan panggilan untuk
mengikut Yesus yang betul - betul memikul Salib dalam kerendahan hati dan diri.
Adapun jemaat yang telah mengaku percaya, tetapi tidak suka bersekutu, ada
yang tidak mau menjawab panggilan serta diberi kepercayaan, karena "merajuk",
bersungut - sungut, keras hati, dan tidak mau berdamai dengan yang lain
sehingga mengancam keutuhan persekutuan berjemaat.

Jemaat yang diberkati Tuhan....

Sekali lagi perintah mengikut Yesus, memikul salib, dan ingin menjadi
Murid-Nya tidaklah mudah, harus dilepaskan segala kepahitan, harus
mengikhlaskan segalanya, dan kita harus membiarkan, memberanikan hidup kita
ini dipakai Tuhan untuk menjadi alat-Nya. Biarkanlah dan percayalah kepada Roh
Kudus dalam doa bahwa hidup kita ini tidak akan berkekurangan karena
mengikut Dia. Kita juga dituntut dan diberi perintah untuk berjuang dalam
memenangkan iman kita, berjuang untuk menerima karya keselamatan dari
Allah. Kenapa demikian? Karena kita harus Menyadari bahwa untuk Menjadi
7
Anak-Anak Allah itu Tidak Instant, tidak secara otomatis. Menjadi anak-anak
Allah itu butuh proses, bahkan prosesnya sangat panjang. Dapat dikatakan
bahwa proses untuk menjadi anak-anak Allah itu sepanjang umur hidup kita.

Maka kita harus memberi pengaruh yang baik, memberi dampak yang baik,
memberi manfaat yang baik untuk menunjukan betapa hebat dan dahsyatnya
Tuhan kita yang selalu memakai kita, mengasihi kita, baik sebagai Pendeta,
pelayan khusus komisi - komisi kerja yang ada kostor pegawai gereja, bahkan
seluruh jemaat. Sebab satu - satunya cara yang dapat kita lakukan dan
membalas kasih dan kebaikan-Nya yaitu berani Memikul Salib dengan Komitmen
dan Konsistensi Melayani selurug umat manusia. Tuhan Yesus memberkati
Firman-Nya yang hidup. Amin.

8
9

Anda mungkin juga menyukai