Anda di halaman 1dari 55

ajaran sosial gereja

Mengapa kita perlu belajar Ajaran Sosial Gereja?


Apa itu Ajaran Sosial Gereja?

Kalau ditanya orang, kita semua mengakui bahwa


kita punya agama dan agama kita adalah KATOLIK!
Bobot jawaban kita macam apa? Secara jujur,
apakah kita menjawabnya dengan suatu sikap
bertanggungjawab? Atau sekedar basa-basi.
Beragama Katolik, apa artinya? Coba bandingkan
dengan Kelompok fundamentalis (FPI, misalnya),
mengapa mereka sampai sefanatik itu? Dengan
garang dijiwai keyakinan keagamaan dalam tafsiran
tertentu, menyikat tempat-tempat maksiat. Lepas
dari benar atau salah yang dilakukan/diyakininya,
yang jelas mereka beragama secara sangat serius
dan bertanggunjawab (menurut versi mereka
sendiri).
• Memeluk agama berarti meyakini ajaran
‘guru’nya; mengemban suatu tanggungjawab
yang harus diwujudkan.
• Dan beragama berarti mendengarkan ajaran,
meyakini dan menaatinya dengan total.
• Bagi mereka, itulah yang harus dibayarkan untuk
memperoleh sorganya.
• Kalau tidak memenuhi kewajiban itu secara
konsekuen, mereka merasa berdosa.
• Demikian juga dengan dunia industri, kita dapat amat
bagaimana banyak orang berusaha merebut pasar.
• Mati-matian, bahkan menghalalkan segala cara untuk
meraih keuntungan/ kesuksesan financial sebesar-
besarnya.
• Ada juga semacam fanatisme yang demi suatu politik
ekonomi, tega membabat hutan dan mengeruk kulit
bumi.
Dalam dunia politik juga demikian.
Demi suatu ideology jutaan orang dibunuh.
Orang bisa mati-matian membela kepentingan suatu
partai dan mengorbankan rakyat untuk
mempertahankan kekuasaan.
Namun tidak sedikit juga, orang yang apatis/ acuh
tak acuh terhadap situasi ketidak adilan
disekitarnya.
Entah itu politik, entah itu budaya, entah itu
penindasan, entah itu kekerasan, entah itu
pembodohan… aku tak peduli yang penting tidak
mengena aku. Masa bodo. Yang penting aku enjoy.
Mereka fanatik dengan kemasabodohannya.
“Jika kita benar-
benar Katolik
sejati sekaligus
kita juga patriot
sejati, karenanya
kita adalah 100%
patriot, karena
kita adalah 100%
( M g r. A . S u g i j a p r a n a t a S J , Katolik”.
9 Februari 1953)
• Gereja Katolik, bukanlah Gereja
Katolik di Indonesia, tetapi Gereja
Katolik Indonesia.
• Maka umat Katolik menjadi bagian
tak terpisahkan dari masyarakat
dengan berbagai masalah yang
sedang dihadapi.
• Oleh karena itu, umat Katolik
dituntut dari imannya untuk
memberikan diri bagi usaha
perwujudan kesejahteraan
masyarakat dalam segala aspeknya.
• Dengan demikian umat Katolik
melaksanakan perutusannya
sebagai Garam dan Terang
Masyarakat. “Jika garam menjadi
tawar, dengan apakah dia
diasinkan? Tidak ada lagi
gunanya selain dibuang dan
diinjak orang … Orang tidak
menyalakan pelita, lalu
meletakkannya di bawah
gantang, melainkan di atas kaki
dian sehingga menerangi semua
orang di dalam rumah itu”.
(Matius 5: 13-15)
Belajar dari Yesus
1. Penghormatan Terhadap Martabat
Manusia
2. Pembelaan Terhadap Yang Miskin, Lemah,
Tidak Berdaya dan Menderita
3. Kritik Terhadap Agama Yang Legalistik
4. Pembongkaran Kolusi Ekonomik
5. Penghargaan Terhadap Martabat
Perempuan
6. Berhadapan Dengan Kekuasaan Politik
Penghargaan
Martabat Manusia

•Hukum utama: cinta


kepada Allah dan
sesama seperti dirimu
sendiri (Mark 12: 30-31)
• "Kamu telah mendengar firman:
Kasihilah sesamamu manusia dan
bencilah musuhmu. Tetapi Aku
berkata kepadamu: Kasihilah
musuhmu dan berdoalah bagi
mereka yang menganiaya kamu.
Karena dengan demikianlah kamu
menjadi anak-anak Bapamu yang di
sorga, yang menerbitkan matahari
bagi orang jahat dan orang yang
baik dan menurunkan hujan bagi
orang yang benar dan orang yang
tidak benar" (Mat 5:43-45).
• Penghargaan terhadap martabat
manusia: Perumpamaan orang
Samaria yang baik hati (Luk 10:27-
37). Menolak diskriminasi
• Penghargaan terhadap martabat
manusia: tidak ada tempat bagi
kebencian dan permusuhan →
Pengampunan yang tanpa batas
pula (Mat 18:21).
Membela yang Miskin
Tidak Berdaya
Seluruh hidup Yesus mengungkapkan
pembelaan terhadap mereka yang
miskin lemah tak berdaya: miskin,
buta, lumpuh, pincang, kusta, lapar,
sengsara (mereka yang menangis),
pendosa, pelacur, pemungut cukai,
kerasukan setan (dikuasai oleh roh
najis), teraniaya, terinjak, terpenjara,
orang kecil, anak-anak.
Pembelaan ini sangat radikal sampai
Yesus menginditifikasikan DiriNya
dengan kaum miskin lemah tak
berdaya dan sikap terhadap kaum
miskin lemah tak berdaya merupakan
tolok ukur penghakiman terakhir (Mat
25:31-46).
Yang dimaksud dengan
penghayatan agama yang
legalistik adalah
penghayatan agama hanya
sejauh pelaksanaan hukum-
hukum yang kaku. Oleh
karena itu Yesus membela
martabat manusia di atas
hukum:"Hari Sabat
diadakan untuk manusia,
bukan manusia untuk hari
Kritik Terhadap Sabat" (Mrk 2:27). Salah
satu akibat dari
Agama Legalistik penghayatan agama yang
legalistik adalah
kemunafikan.
Oleh karena itu dengan keras Yesus mengecam kemunafikan ahli-ahli Taurat
dan orang-orang Farisi (Mat 23:1-36). Yesus mengembalikan hakekat agama
yaitu kasih kepada Allah dan kepada sesama. Akibat lain dari penghayatan
agama yang legalistik adalah ekslusivitas dan kesombongan spiritual.
Secara eksternal, sikap eksklusif dan
kesombongan spiritual ini nampak dari
sikap orang Yahudi yangmenganggap kafir
orang yang bukan Yahudi.
Secara internal, sikap eksklusif dan
kesombongan spiritual nampak dalam
kehidupan agama yang elitis. Yaitu bahwa
pemuka agama: kaum ahli Taurat, para
imam, kaum farisi merasa dirinya lebih
baik, lebih suci, lebih selamat dari kaum
bukan agamawan atau kaum awam.
Yohanes 2: 13-25
Yesus menyucikan Bait
Allah

Pembongkaran Kolusi
Ekonomik
Penghargaan Terhadap Perempuan

"Setiap orang yang menceraikan


istrinya, lalu kawin dengan perempuan
lain, berbuat zinah; dan barang-siapa
kawin dengan perempuan yang
diceraikan suaminya, ia berbuat zinah"
(Luk 16:18).

Pembelaan Yesus terhadap


perempuan yang kedapatan berzinah
Yoh 8: 1-11
Berhadapan Dengan
Kekuasaan Politik
“Pada waktu itu datanglah beberapa
orang Farisi dan berkata kepada
Yesus: "Pergilah, tinggalkanlah
tempat ini, karena Herodes hendak
membunuh Engkau. Jawab Yesus
kepada mereka: "Pergilah dan
katakanlah kepada si serigala itu: Aku
mengusir setan dan menyembuhkan
orang, pada hari ini dan besok, dan
pada hari yang ketiga Aku akan
selesai” (Lukas 13: 31-32)
Mengapa Yesus
menyatakan Herodes
sebagai serigala? Karena
sebagai raja, Herodes
memang telah
menyengsarakan bangsa
Yahudi, menjadi penindas
haus darah yang lebih
kejam daripada penjajah
Romawi sendiri.
Berhadapan Dengan
Kekuasaan Politik
Dalam masyarakat Yahudi
antara agama dan politik
tidak dapat dipisahkan,
maka Yesus berhadapan
dengan para imam dan
imam kepala untuk diadili.
Pada akhirnya Yesus
dihadapkan pada
kekuasaan politik Romawi,
yaitu Pontius Pilatus dan
Berhadapan Dengan dihukum mati disalib.
Kekuasaan Politik
Ajaran Sosial Gereja
• Gereja sebagai persekutuan murid Yesus
hidup di tengah masyarakat dengan segala
perkembangan dan problem yang dihadapi
selama sejarah perjalanannya.
• Maka dengan tetap bersumber dan
berpegang pada ajaran dan teladan sang
Guru Utama, Gereja sebagai bagian dari
masyarakat ikut bertanggungjawab
memberikan jawaban terhadap persoalan-
persoalan yang dihadapi masyarakat di
sekitarnya.
•Ungkapan keprihatinan
gereja atas persoalan
sosial pada jamannya
•ASG = Kumpulan Jawaban-
jawaban Gereja
Dokumen Ajaran Sosial Gereja
Ensiklik Rerum Novarum,
1891, Paus LEO XIII

Gereja berpihak pada buruh/


pekerja (menolak perlawanan
kelas, mendukung serikat
pekerja)
Ensklik Quadragesimo
Anno (Tahun ke 40),
1931, Paus PIUS XI

Menentang konsentrasi
kekayaan/ ekonomi.
Prinsip subsidiaritas
Ensiklik Mater et Magistra
(Ibu dan Guru), 1961,
Paus YOHANES XXIII

Mengkritik kesenjangan negara kaya dan


miskin, perlombaan senjata,
Perdamaian, pelucutan
Ensiklik Pacem in Terris (Damai senjata, penghormatan HAM,
di Bumi), 1963,
Paus YOHANES XXIII

Konstitusi Pastoral Gaudium et


Spes (Kegembiraan dan
Harapan), 1965,
KONSILI VATIKAN II

Pembangunan manusia yang


Ensiklik Populorum Progressio integral, kritik struktur
(Perkembangan Bangsa- ekonomi yg tidak adil,
hubungan ekonomi
Bangsa), 1967, internasional.
Paus PAULUS VI
Surat Apostolik Octogesima
Adveniens (Ulang Tahun ke
80), 1971,
Paus PAULUS VI

Amanat Sinode Para Uskup


Convenientes Ex Universo
(Berhimpun dari Seluruh
Dunia), 1971

Anjuran Apostolik Evangelii


Nuntiandi (Mewartaan Injil),
1975,
Paus PAULUS VI
Ensiklik Redemptor Hominis
(Penebus Umat Manusia, 1979,
Paus YOHANES PAULUS II

Ensiklik Laborem Excercens (Dengan


Bekerja –tahun ke 90), 1981
Paus YOHANES PAULUS II

Ensiklik Sollicitudo Rei Socialis


(Keprihatinan Sosial), 1987
Paus YOHANES PAULUS II
Ensiklik Centesimus Annus (Tahun
ke 100), 1991,
Paus YOHANES PAULUS II

Ensiklik Laudato Si,


Paus Fransiskus, 2015
Dokumen-dokumen ini
memberikan jawaban
nyata atas problem
sosial yang terjadi di
masyarakat manusia
pada zamannya.
KONSILI VATIKAN II (1962-1965)

KEGEMBIRAAN DAN HARAPAN, duka


dan kecemasan orang-orang zaman
sekarang, terutama kaum miskin dan
siapa saja yang menderita,
merupakan kegembiraan dan
harapan, duka dan kecemasan para
murid Kristus juga.
(Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes,
artikel 1)
Nilai-Nilai Yang Diperjuangan Ajaran Sosial Gereja

Penghormatan Martabat Manusia

Kesejahteraan Umum

Solidaritas

Subsidiaritas

Pemihakan Terhadap Yang Miskin Lemah Tidak Berdaya


1. Manusia adalah CITRA
ALLAH, yang
dianugerahi Allah akal
budi, kehendak bebas
dan hati nurani.
2. Sebagai CITRA ALLAH,
manusia memiliki
martabat lebih tinggi
dari segala ciptaan lain
di bumi. Maka manusia
tidak boleh ditunduk
Penghormatan Martabat kan di bawah ciptaan
Manusia lain.
3. Sebagai CITRA ALLAH,
memiliki nilai yang
tinggi karena dia
manusia; bukan karena
kedudukan, harta yang
dimiliki, pangkat, suku,
agama, dll.
1. Penghormatan Martabat
Manusia
Sebagai CITRA ALLAH, manusia
dianugerahi Allah hak-hak asasi.
Hak asasi yang diperjuangkan
perlidungannya oleh Ajaran Sosial
Gereja:

1. Hak hidup
2. Hak hidup layak sebagai manusia
3. Hak untuk bebas memilik cara hidup
sendiri dan membangun keluarga.
4. Hak atas pendidikan
5. Hak atas pekerjaan
6. Hak atas nama baik, hak untuk
dihormati dan hak atas penerangan
yang semestinya (hak atas nilai-nilai
susila)
7. Hak untuk bertindak sesuai hati nurani
8. Hak atas perlindungan milik dan
kebebasan pribadi
2. Kesejahteraan Umum

a) Manusia diciptakan bersama manusia lain. Dia tidak dapat hidup


sendirian. Kodrat sosial ini membawa manusia membentuk
masyarakat. Melalui dan dalam masyarakat ini manusia mencukupi
kebutuhan yang tidak dapat diusahakan sendirian. Melalui dan
dalam masyarakat manusia mengembangkan dan
menyempurnakan dirinya. Maka antara masyarakat dan manusia
sebagai pribadi tidak dapat dipisahkan: perkembangan masing-
masing anggota masyarakat tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan masyarakat sebagai suatu keseluruhan.
2. Kesejahteraan Umum

b) Oleh karena itu masyarakat bertujuan mewujudkan


kesejahteraan bersama atau kesejahteraan umum.
c) Dalam abad modern ini, masyarakat dilembagakan dalam
bentuk NEGARA dengan segala macam bentuknya. Tugas
negara: MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN UMUM.
2. Kesejahteraan Umum

d) Kesejahteraan umum adalah kondisi-kondisi kehidupan sosial yang


memungkinkan setiap dan semua orang dapat mencapai
kesempurnaannya dengan cara yang relatif lebih mudah dan
menyeluruh. Ini berarti, setiap warga masyarakat memiliki hak atas
kesejahteraan umum. Oleh karena itu, anggota masyarakat tidak
boleh dikurbankan demi kesejahteraan umum (atau atas nama).
Dan sebaliknya, masing-masing anggota masyarakat dan kelompok
ikut bertanggungjawab terhadap usaha perwujudan kesejahteraan
umum.
3. Solidaritas
1. Secara sederhana SOLIDARITAS berarti kesediaan
untuk berada dekat dengan saudara yang
membutuhkan (miskin lemah tidak berdaya),
untuk membantunya sejauh kita dapat, tetapi
sekaligus tetap menghormati martabatnya,
kedaulatannya. Jadi tidak menjadikan obyek,
meski obyek perbuatan baik sekali pun.
2. Solider: berada di dekat orang yang dalam situasi
tidak berdaya lemah miskin dengan cinta, dengan
perhatian, dengan hormat, dengan kesediaan
untuk tidak meninggalkannya, untuk membantu
mengubah situasinya yang buruk.
4. Subsidiaritas
1. Subsidiaritas: apa saja yang dapat
dilaksanakan oleh orang perorangan atas
prakarsa dan tenaga sendiri, sekali-kali tidak
boleh dirampas lalu diserahkan kepada
masyarakat.
2. Tidaklah adil, jika sesuatu yang dapat
dikerjakan dan diusahakan oleh kelompok
yang lebih kecil dan bawahan, dirampas oleh
kelompok yang lebih besar dan tinggi.
3. Prinsip dasar subsidiaritas:
1. Menghargai kebebasan dan martabat
manusia
2. Menghargai pluralitas dalam masyarakat
yang harus dilindungi dari penyeragaman
3. Ada tugas yang dapat dipenuhi lebih baik
oleh individu atau kelompok lebih kecil.
4. Inisiatif dari bawah
5. Mendahulukan
Kaum Miskin
1. Mendahulukan berarti mengambil sikap memilih dan
mendukung.
2. Siapa orang miskin? Mereka yang tidak berdaya, lemah,
lapar, difable, marginal, yang memerlukan perhatian dan
bantuan.
3. Dalam wajah kaum miskin Gereja melihat wajah Kristus
sendiri. Dalam diri kaum miskin, Kristus berjumpa dengan
kita, GerejaNya.
5. Mendahulukan
Kaum Miskin
4. Keterbukaan hati yang melahirkan tindakan kongkrit bagi
dan bersama orang miskin merupakan tolok ukur kesetiaan
Gereja terhadap Kristus dan InjilNya.
5. Mendahulukan bukan berarti memusuhi yang lain. Namun
juga tidak berarti tidak berpihak. Sikap netral dalam situasi
penindasan dan ketidakadilan berarti mendukung
penindasan dan ketidakadilan itu.
KEGEMBIRAAN DAN HARAPAN, duka dan kecemasan
orang-orang zaman sekarang, terutama kaum miskin
dan siapa saja yang menderita, merupakan
kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para
murid Kristus juga.
(Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes, artikel 1)
Keterlibatan Dalam
Masyarakat Melalui
Lingkungan
Pedoman Pastoral Pengurus Lingkungan
Keuskupan Surabaya, Pasal 10
Setiap lingkungan merupakan kehadiran Gereja di
tengah masyarakat, maka baik secara pribadi
maupun sebagai persekutuan, hendaknya warga
lingkungan peduli dan mengambil bagian secara
nyata dalam kehidupan masyarakat di RT, RW,
Kampung, Desa atau Kelurahan.
Dengan demikian setiap warga lingkungan
diharapkan:
a. Membawa wajah dan nama baik Gereja
b. Mengusahakan kebaikan bersama dan
menghormati martabat manusia.
c. Berpihak pada yang miskin, lemah,
tertindas, sakit, lansia dan difabel.
d. Memperjuangkan kelestarian lingkungan
hidup dan keutuhan ciptaan.
Pasal 27
TUGAS SEKSI PENGABDIAN MASYARAKAT
1. Bersama ketua lingkungan dan pengurus
lainnya menggembalakan umat
lingkungan agar 5 (lima) aspek hidup
menggereja: pewartaan, persekutuan,
peribadatan, kesaksian dan pelayanan
masyarakat berjalan sesuai Arah Dasar
keuskupan Surabaya.
2. Bersama pengurus lingkungan lainnya,
memikirkan, merencanakan dan
menemukan bentuk-bentuk program dan
kegiatan pengabdian masyarakat.
3. Mencari, menemukan dan mendata
warga yang terlibat sebagai aktivis dan
fungsionaris kemasyarakatan (RT, RW,
Karang Taruna, Dasa Wisma, dll) dan
melaporkan kepada seksi Kerawam
Paroki.
4. Mendata tempat ibadah non Katolik,
aliran-aliran kepercayaan/keagamaan
dan tokoh-tokoh agama serta tokoh-
tokoh masyarakat yang berada di
lingkungannya dan melaporkan
kepada seksi HAK paroki.
5. Menumbuhkan semangat warga lingkungan
untuk menjalin relasi dan membangun
persaudaraan lintas iman di masyarakat
sekitar.
6. Mendorong tumbuhnya solidaritas warga
lingkungan maupun warga masyarakat
sekitar bagi mereka yang miskin, lemah,
lansia, tak berdaya dan difabel.
7. Mendorong tumbuhnya gerakan mencintai
lingkungan hidup bagi warga lingkungan
maupun masyarakat dengan mengusahakan
kebersihan, keindahan, pelestarian dan sikap
hidup ekologis.
8. Mengembangkan semangat warga
lingkungan untuk peka dan tanggap
dalam menyikapi persoalan warga dalam
bermasyarakat.
9. Menghadiri pertemuan, pembinaan dan
pembekalan yang dilaksanakan oleh
seksi Kerawam dan HAK paroki serta
mengambil bagian atau mewakili
lingkungan dalam pertemuan-
pertemuan/kegiatan kemasyarakatan.

Anda mungkin juga menyukai