Anda di halaman 1dari 59

PERADABAN BARAT

dan Dampaknya terhadap


Pendidikan dan Pemikiran
Oleh:
DR. ADIAN HUSAINI
Pendiri Pesantren at-Taqwa Depok/
Ketua Program Doktor Pendidikan Islam—
Universitas Ibn Khaldun Bogor
• MENGAPA PERLU MEMAHAMI
PERADABAN BARAT?
• All of us who live in western and
central Europe, Canada, and the
United States are the direct heirs of
that culture, and move within it as do
fish in water. But the non-Western
world has been powerfully influenced
and shaped by this culture as well.
Through colonialism, trade, and the
export of ideology, the modern West
has injected components of its own
civilization into the indigenous
cultures of non-Western
societies…Most of the people of this
earth are born into the world as
children or step children of modernity,
whether they like it or not.” (Lawrence
E. Cahoone, in The Dilemma of Modernity,
New York, State University of New York
Press, 1988,)
“Today the most difficult
challenge comes from the
West, and Benedict XVI is a
man who comes from the
West, who understands the
history and the culture of
the West”.

“Battling dictatorship of relativism”


Delapan Peradaban Besar
Eksis Pasca Perang Dingin
PENGARUH TERHADAP
PENGAJARAN SAINS
DI SEKOLAH
Buku Sejarah Indonesia, Kelas X SMA/MA, SMK/MAK,
Kurikulum 2103, Kemendikbud, hlm. 31-32

“Dalam publikasinya itu, Dubois menyatakan bahwa


menurut teori evolusi Darwin,Pithecanthropus
erectus adalah peralihan dari kera ke manusia. Kera
merupakan moyang manusia… Saat ini
Pythecanthropus diterima sebagai hominid dari
Jawa, bagian dari homo erectus.”
“Sejarah Indonesia untuk SMA/MA Kelas X”,
berdasarkan Kurikulum 2013
• “Manusia sekarang adalah bentuk sempurna dari sisa-
sisa kehidupan purbakala yang berkembang dari jenis
hominid, bangsa kera.”
“... pendekatan agama dan pendekatan sains (ilmu
pengetahuan) dalam upaya memahami realitas alam
semesta adalah berbeda. “Agama berada dalam tingkat
eksistensial dan transendental (soal rasa, soal hati),
sedangkan sains berada dalam tingkat faktual (soal
pembuktian empiris). Dengan kata lain, agama dan sains
memiliki otonomi masing-masing. Itu tidak berarti
keyakinan keagamaan tidak rasional. Perasaan
keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa itu tetap
dapat dijelaskan secara rasional. Singkatnya, agama
dan sains (ilmu pengetahuan) tidak perlu
“Kebutuhan manusia menurut tingkat kepentingannya
dibedakan atas kebutuhan primer, kebutuhan
sekunder, dan kebutuhan tersier.... Kebutuhan
primer adalah kebutuhan yang harus segera dipenuhi
pemuasannya agar manusia dapat menjaga
kelangsungan hidupnya dengan baik... Adalah makan
dan minum (pangan), pakaian (sandang), dan
perumahan (papan). Kebutuhan sekunder adalah
kebutuhan tambahan atau pelengkap yang
pemuasannya dapat ditunda...adalah olah raga,
hiburan, radio, dan televisi... Kebutuhan tersier
adalah kebutuhan yang hanya bisa dipenuhi dengan
mengonsumsi benda mewah atau luks... (Ibid, hal.
14).
• Negara Maju dan Negara Berkembang
• A. Pengertian
• Negara maju adalah negara yang rakyatnya memiliki kesejahteraan
atau kualitas hidup yang tinggi. Sedangkan negara berkembang adalah
negara yang rakyatnya memiliki tingkat kesejahteraan atau kualitas
hidup taraf sedang atau dalam perkembangan.

• C. Ciri-Ciri Negara Maju


• Ø Tingkat pertumbuhan penduduk rendah
• Ø Kualitas penduduk tinggi dan bersifat merata (pendidikan, kesehatan)
• Ø Teknologi berkembang baik dan memiliki kemajuan pesat
• Ø Pengolahan sumber daya alam dilakukan secara maksimal
• Ø Produktivitas Masyarakat Didominasi Barang-Barang Hasil Produksi
dan Jasa
• Ø Tercukupinya Penyediaan Fasilitas Umum
• Ø Kesadaran Hukum, Kesetaraan Gender, dan Penghormatan terhadap
HAM Dijunjung Tinggi
• Ø Tingkat Pendapatan Penduduk Relatif Tinggi
• FENOMENA
HAKIKAT PERADABAN BARAT
Dan Tantangan Modernitas
“…so characteristic of modern
Western Civilization, is as
unacceptable to Christianity as it is
to Islam or any other religion,
because it is irreligious in its very
essence.” (Leopold Weiss)

“Her eyes
lack of the
tears of
humanity,
because of
the love of
gold and
silver.” (M.
Iqbal)
BARAT ADALAH PERADABAN
YANG TRAUMATIK TERHADAP
AGAMA, SEHINGGA MENJADI
SEKULAR-LIBERAL
Most of us would agree that one of the most evil
of all Christian institutions was the Inquisition,
which was an instrument of terror in the Catholic
Church until the end of seventeenth century.
Its methods were also used by Protestants
to persecute and control the Catholics in their countries.
(Karen Armstrong)
Alat Inkuisisi ini terkadang disebut dengan
Vaginal Pear. Alat ini berfungsi untuk
mengebor vagina sang korban, setelah dibor
maka di dalam vagina tersebut alat tersebut
akan terbuka. Jika alat ini dimasukkan ke
dalam mulut maka namanya menjadi The
Oral, sedangkan jika dimasukkan ke dalam
dubur menjadi Rectal
• Brenda Ralph Lewis, Dark History of the
Popes – Vice Murder and Corruption in the
Vatican. (“Sejarah Gelap Para Paus –
Kejahatan, Pembunuhan, dan Korupsi di
Vatikan” (Penerbit: PT Gramedia):
“Benediktus IX, salah satu paus abad ke-
11 yang paling hebat berskandal, yang
dideskripsikan sebagai seorang yang keji,
curang, buruk dan digambarkan sebagai
‘iblis dari neraka yang menyamar sebagai
pendeta’. (hal.9)
“Beware of a
woman if you are in
front of her, a mule
if you are behind it,
anti- and a priest
clericalism: whether you are in
front or behind”.
Tuhan Di Era
Modern
• Jean-Paul Sartre (1905-
1980): “even if God
existed, it will still
necessary to reject him,
since the idea of God
negates our freedom.”
(History of God,
1993:378)
Nicolo Machiavelli (1469-1527)
• “It is necessary for a prince, who wishes
to maintain himself, to learn how not to be
good, and to use this knowledge or not
use it, according to the necessity of the
case.” (The Prince)
Liberal theology in USA 1910-1930:
Paduan dari gagasan: “Political progressivism,
confidence in reason, science and democracy,
and a reconstructed Christian faith. The key to
their reconstruction was the ‘socio-historical
method. Sceptical in varying degrees about
abstract speculation, these theologians
interpreted Christianity as a socio historical
movement the beliefs of which were to be
understood and evaluated pragmatically.” (Alister
E. McGrath, The Blackwell Encyclopedia of Modern Christian
Thought, (Oxford: Blackwell, 1993), hal. 327.)
Abdullah Cevdet:

• “There is only one


civilization, and
that is European
civilization.
Therefore, we must
borrow western
civilization with
both its rose and its
thorn.”
The Imitation –
individually and
socially – of the
Western mode of life
by Muslims is
undoubtedly the
greatest danger for the
existence – or rather ,
the revival – of Islamic
civilization. (Muhammad
Asad/Leopold Weiss,
Islam at the Crossroads).
LIBERALISASI
ISLAM DI INDONESIA
• Fatwa MUI 29 Juli 2005: Sekularisme,
Pluralisme Agama, Liberalisme
(‘sipilis’) bertentangan dengan Islam
dan haram bagi umat Islam untuk
memeluk paham tersebut.
PROGRAM LIBERALISASI ISLAM di
INDONESIA SEJAK AWAL 1970-AN:

(a) Pentingnya konstekstualisasi


ijtihad.
(b) Komitmen terhadap
rasionalitas dan pembaruan.
(c) Penerimaan terhadap
pluralisme sosial dan pluralisme
agama-agama
(d) Pemisahan agama dari partai
politik dan adanya posisi non-
sektarian negara. (Dr. Greg Barton, Gagasan
Islam Liberal di Indonesia, Paramadina, Jakarta, 1999):
WESTERNISASI/LIBERALISASI
AGAMA KRISTEN
LIBERAL JUDAISM

Sinagog Yahudi Liberal

Dr. Abraham Geiger

Simbol
Gay Yahudi Liberal

Gay Yahudi
Pastor Gene Robinson (tengah) bersama
Pasangan homonya, Mark Andrew (Kanan)
Mahkamah Agung AS
Legalkan Pernikahan
Sesama Jenis
Pernikahan gay akan
menjadi legal di semua 50
negara bagian AS.
Jum'at, 26 Juni 2015 |
23:21 WIB
• Jewish
Supremacists,
Homosexuality
and Divide and
Conquer david
duke.com/jewis
h-supremacists-
homosexuality-
and-divi...
Liberal Catholic Church
On Stanley St
"University Baptist: A Liberal Church"
Satanic Church
Dampak WESTERNISASI Kristen di Barat:
• . Di Amsterdam, 200 tahun lalu 99 persen penduduknya Kristen.
Kini, tinggal 10 persen saja yang dibaptis dan ke gereja.
Kebanyakan mereka sudah tidak terikat lagi dalam agama atau
sudah menjadi sekuler. Di Perancis, yang 95 persen penduduknya
tercatat beragama Katolik, hanya 13 persennya saja yang
menghadiri kebaktian di gereja seminggu sekali.
• Pada 1987, di Jerman, menurut laporan Institute for Public Opinian
Research, 46 persen penduduknya mengatakan, bahwa “agama
sudah tidak diperlukan lagi.” Di Finlandia, yang 97 persen Kristen,
hanya 3 persen saja yang pergi ke gereja tiap minggu. Di Norwegia,
yang 90 persen Kristen, hanya setengahnya saja yang percaya pada
dasar-dasar kepercayaan Kristen. Juga, hanya sekitar 3 persen saja
yang rutin ke gereja tiap minggu.
• Masyarakat Kristen Eropa juga tergila-gila pada paranormal,
mengalahkan kepercayaan mereka pada pendeta atau imam Katolik.
Di Jerman Barat – sebelum bersatu dengan Jerman Timur --
terdapat 30.000 pendeta. Tetapi jumlah peramal (dukun
klenik/witchcraft) mencapai 90.000 orang. Di Perancis terdapat
26.000 imam Katolik, tetapi jumlah peramal bintang (astrolog) yang
terdaftar mencapai 40.000 orang.
(Herlianto, Gereja Modern, Mau Kemana?, 1995)
Church For Sale
• In Christian tradition there are now three
theological approaches from which the Christian
look at other religion. The first of these is called
exclusivism, which holds that only those who
hear and respond to the Christian gospel are
entitled to salvation. Second, inclusivism,
which argues that although Christianity
represents the normative revelation of God,
salvation is also possible for adherents of other
religious tradition. Third, pluralism, which holds
that all religious traditions of humanity are
equally valid paths to the same core of religious
reality. In pluralism, no one religion is superior to
any other; each and every religion is equally
valid way to truth and God.” (Alister E. Mcgrath,
Christian Theology: an Introduction, (Oxford:
Blackwell Publisher, 1994).
“Dengan kata lain, semua agama adalah
sama, dalam arti sama-sama
mengandung kebenaran yang terbatas.
Tidak ada yang lebih baik atau lebih
sempurna antara satu dengan yang lain.
Tuhan Yang Mahabenar secara mutlak –
meminjam ungkapan Schuon – tidak
mungkin kebenaran-Nya secara
sempurna dikandung hanya oleh satu
agama atau berapa agama, bahkan
jutaan agama sekali pun.” (hal. 380).
“Agama tidak bisa “seenak
udelnya” sendiri masuk ke
dalam bidang-bidang itu
(kesenian dan kebebasan
berekspresi) dan
memaksakan sendiri
standarnya kepada
masyarakat…Agama
hendaknya tahu batas-
batasnya.” (Epilog buku “Mengebor
Kemunafikan”, karya FX Rudi Gunawan)
“Hanya orang primitif saja yang melihat
perkawinan sejenis sebagai sesuatu yang
abnormal dan berbahaya. Bagi kami, tiada
alasan kuat bagi siapapun dengan dalih
apapun, untuk melarang perkawinan sejenis.
Sebab, Tuhan pun sudah maklum, bahwa
proyeknya menciptakan manusia sudah
berhasil bahkan kebablasan. Jika dulu Tuhan
mengutus Luth untuk menumpas kaum homo
karena mungkin bisa menggagalkan proyek
Tuhan dalam penciptaan manusia (karena
Ijin Terbit:
Dekan Fakultas
waktu itu manusia masih sedikit), maka
Syariah IAIN sekarang Tuhan perlu mengutus “Nabi” untuk
Walisongo membolehkan kawin sejenis supaya
Semarang. mengurangi sedikit proyek Tuhan tersebut. Itu
Alamat Redaksi: kalau Tuhan masih peduli dengan alam-Nya.
Gedung H.I
Lantai I Kampus
Bagi kami, jalan terus kaum homoseks. Anda
III IAIN Walisongo di jalan yang benar. (Redaksi Justisia).
• “All human beings are born
free and equal in dignity
and rights. All human
rights are universal,
interdependent, indivisible
and interrelated. Sexual
orientation and gender
identity are integral to
every person’s dignity and
humanity and must not be
the basis for discrimination
or abuse.”
(http://www.yogyakartapri
Feminisme & Kesetaraan
Gender: Kenapa?!

Presented by Henri
Gender dalam Kurikulum Sekolah
• ”Teks-teks keagamaan bukanlah sesuatu
yang berdiri sendiri dan terlepas dari
konteksnya. Oleh karena itu, ia juga tidak
bisa dipahami, kecuali dalam relasinya
dengan entitas lainnya. Pada tataran inilah
pentingnya kita melihat kembali teks dan
pemahaman serta penafsirannya secara
epistemologis dan hermeneutis. Bila ini
sudah dilakukan, maka penafsiran dan
pemahaman ulang terhadap al-Quran dan
hadis, terasa bukan sebagai sesuatu yang
tidak normal, tapi malah sebagai
keniscayaan. Mengapa menjadi niscaya,
karena pola pemahaman keagamaan itu
melibatkan dimensi kreatif manusia, maka
tidak ada yang ”tabu” dalam pemahaman
keagamaan untuk ditelaah ulang, karena
siapa tahu jika yang selama ini kita anggap
sebagai kebenaran dogma agama itu –
dalam istilah Peter L. Berger dan
Luckmann – adalah sesuatu yang bersifat
socially constructed belaka.”
• Pada 5 Mei 2006, Sulhawi
Ruba, 51 tahun, dosen mata
kuliah Sejarah Peradaban
Islam, di hadapan 20
mahasiswa Fakultas Dakwah,
menerangkan posisi Al-Quran
sebagai hasil budaya
manusia.
•"Sebagai budaya,
posisi Al-Quran
tidak berbeda
dengan rumput." "Sebagai budaya,
Al-Quran tidak sakral.
Yang sakral
adalah kalamullah
secara substantif.”
• Ia lalu menuliskan lafaz Allah
pada secarik kertas sebesar
telapak tangan dan menginjaknya
dengan sepatu. "Al-Quran
dipandang sakral secara
substansi, tapi tulisannya tidak
sakral," katanya setengah
berteriak, dengan mata yang
sedikit membelalak.
Depok, 29 Maret 2021

Anda mungkin juga menyukai