Anda di halaman 1dari 6

KEWAJIBAN UMAT ISLAM TERHADAP PALESTINA

DAN MASJIDIL ALQSA

Iman Santsoso, Lc

“ Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari al-
Masjid al-Haram menuju al-Masjid al-Aqsa yang Kami berkahi sekelilingnya”
(QS al-Israa 1).

A. Palestina Masalah Utama Umat


Tidak ada tanah yang lebih bergolak selain Palestina. Sejarah palestina adalah
sejarah panjang peperangan, the history of war. Pusat tiga agama dan peradaban besar
Islam, Kristen, dan Yahudi saling mempertahankan eksistensinya atas tanah suci.
Tempat bertemunya bangsa-bangsa di satu titik konflik dalam kurun waktu yang sangat
panjang. Tapi satu hal yang pasti, Palestina bukanlah tanah kosong tanpa bangsa (the
land without nation), bukan pula milik Zionis Israel, sebuah bangsa yang tidak memiliki
tanah (the nation without land).
Bagi umat Islam Palestina adalah masalah utama, karena Palestina merupakan
tanah waqaf umat Islam, di sana terdapat Al-Masjid Al-Aqsa, tempat para nabi dan rasul,
tempat Isra’ Rasulullah saw. dan tempat yang sangat diberkahi.

A.1. Palestina dalam Perspektif Syari’ah


Palestina yang di dalamnya terdapat Al Quds adalah tanah waqaf umat Islam,
yang telah mereka warisi semenjak lebih dari 6000 tahun. Hal ini karena Ibrahim as,
bukanlah seorang Yahudi dan bukan pula Nashrani, tetapi seorang yang hanif dan muslim
dan beliau tidak musyrik pada Allah (QS Ali Imran: 67).
Dari ayat tersebut sangat jelas disebutkan bahwa Palestina adalah warisan
ideologis, bukan warisan genetis. Masuknya Musa ke tanah Palestina bukan karena
nenek moyangnya orang Palestina, melainkan perintah keimanan dari Allah s.w.t
“Musa berkata, hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah
ditentukan bagimu (selama kamu beriman). Dan janganlah kalian lari ke belakang
(karena takut kepada musuh), maka kalian akan menjadi orang-orang yang merugi.” (Q.S
Al Maidah: 21).
Dari sudut pandang ideologis, bangsa mana pun berhak atas pengelolaan Palestina
selama memiliki akar ideologi yang sama dengan ideologi yang diimani Musa juga
nenek moyangnya Ibrahim.
“Katakanlah, kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami,
dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, dan
apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa-apa yang diberikan kepada nabi-nabi
dan tuhannya…” (Q.S Al Baqarah: 136)
Karena itu, Zionis Israel Yahudi tidak memiliki hak waris atas tanah Palestina
baik dari Ibrahim, Musa, atau Ya’kub (Israel) yang merupakan nenek moyang mereka.
Sebab, Palestina adalah warisan keimanan dan Zionis Israel Yahudi saat ini berada dalam
ruang keimanan yang berbeda, bahkan bertentangan dengan pendahulu mereka.
“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula
Ya’kub. “Hai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka
janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk Islam.” (Q.S Al Baqarah: 132)
Bahkan, lebih tegas lagi pernyataan putusnya hubungan (bara’ah) dengan orang-
orang yang tidak satu jalan keimanan dinyatakan oleh Musa ketika terjadi pembangkan
dari bangsa Israel.
“Berkata Musa, ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan
saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara aku dan orang-orang yang fasik itu.”(Q.S Al
Maidah; 25)
Dari sudut pandang keimanan, Palestina adalah warisan Islam. Bukan warisan
tiga agama dan peradaban; Islam, Kristen, serta Yahudi yang sering disebutkan
mempunyai akar yang sama, yaitu agama Ibrahim. Sebab, Ibrahim hanya memiliki satu
agama, agama Islam.
“Ataukah kalian, (orang-orang Yahudi dan Nasrani) megatakan bahwa Ibrahim,
Isma’il, Ishaq, Ya’kub dan anak cucunya adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani?
Katakanlah, apakah kalian yang lebih mengetahui atau Allah?...” (Q.S Al Baqarah: 140)
“Ibrahim, bukanlah seorang Yahudi dan bukan pula Nashrani, tetapi seorang yang
hanif dan muslim dan dia tidak musyrik pada Allah.” (QS Ali Imran: 67).

A.2. Palestina dalam Perspektif Sejarah


Dilihat dari sudut pandang sejarah, Zionis Israel Yahudi tidak memiliki akar
sejarah sebagai penduduk asli Palestina. Kedatangan mereka ke tanah Palestina pada
permulaan akhir periode sebelum lahirnya Isa bin Maryam sampai permulaan masehi
bukanlah sebagai pemilik, tetapi sebagai imigran dari Mesir, begitu juga kedatangan
mereka ke tanah Palestina saat ini yang berujung pada kolonialisasi. Sebelum masuknya
bangsa Israel, Palestina telah dihuni oleh bangsa Kanaan yang merupakan nenek moyang
bangsa Arab Palestina saat ini. Ini disebutkan dalam Kitab Bilangan XIII ayat 17-18,
“Maka Musa menyuruh mereka mengintai tanah Kanaan… dan mengamat-amati
keadaaan negeri itu; apakah bangsa yang mendiaminya kuat atau lemah, apakah mereka
sedikit atau banyak.”
Pernyataan serupa juga diceritakan dalam Al-Qur’an. Bahkan Al Qur’an
menyebutkan bahwa bangsa Israel itu tidak layak atas tanah Palestina karena perilaku
mereka sendiri.
“Musa berkata, hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah
ditentukan bagimu (selama kamu beriman). Dan janganlah kalian lari ke belakang
(karena takut kepada musuh) , maka kalian akan menjadi orang-orang yang merugi..
Mereka berkata, hai Musa, sesungguhnya di dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah
perkasa (bangsa kanaan). Sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya
sebelum mereka keluar. Jika mereka keluar, pasti kami akan memasukinya. Berkatalah
dua orang di antara orang-orang yang takut kepada Allah yang Allah telah memberi
nikmat atas keduanya; serbulah mereka melalui pintu gerbang kota ini. Maka bila kalian
memasukinya, niscaya kalian akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kalian
bertawakkal jika kalian benar-benar beriman. Mereka berkata, hai Musa, sekali-kali kami
tidak akan memasukinya selamanya selagi mereka ada di dalamnya. Karena itu, pergilah
kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya akan
duduk menanti di sini saja. Berkata Musa, ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali
diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara aku dan orang-orang yang
fasik itu. Allah berfirman (jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan
atas mereka selama empat puluh tahun. Lalu, selama itu mereka berputar-putar
kebingungan di bumi (padang Tiih) itu, maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan
nasib) orang-orang fasik itu. (Q.S Al Maidah: 21-26)
Dalam sejarah Palestina, negeri itu pernah jatuh ke tangan Bangsa Israel pada
permulaan Masehi. Pertempuran mereka dengan penduduk asli Palestina tercatat dalam
kitab Samuel I, bab 13 dan 14 yang mengisahkan strategi Saul dan Yonatan yang
menyerbu Michmas
“…Orang Filistin berkemah di Micmash…dan di antara pelintasan bukit-bukit
yang dicoba Yonatan menyeberanginya ke arah pasukan pengawal Filistin… dan
kekalahan yang ditimbulkan Yonatan dan pembawa senjatanya, besarnya kira-kira dua
puluh orang dalam jarak kira-kira setengah alur dari pembajakan ladang.”
Namun, pada tahun 70 M, kekuasan bangsa Israel itu runtuh seiring kematian
Herodes dan masuknya kekuatan Romawi menguasai seluruh Palestina. Sejak itu bangsa
Israel menjadi bangsa yang tidak memiliki tanah air dan tersebar di berbagai negara
sampai mereka melakukan kolonialisasi kembali atas Palestina pada tahun 1967 M. 1
Sementara itu, tanah Palestina menjadi tanah wakaf umat Islam pada masa pemerintahan
Umar bin Khattab pada abad 7 M setelah Romawi ditaklukkan tentara Islam.
Dalam hukum internasional dinyatakan bahwa yang berdaulat atas suatu wilayah
adalah mereka yang pertama kali mendiami wilayah tersebut dan menunjukkan bukti
eksistensi mereka atas wilayah tersebut berupa aktivitas dan bukti-bukti fisik yang
menunjukkan kedaulatan mereka atas wilayah tersebut. Karena itu, bangsa Kanaan yang
merupakan nenek moyang Arab Palestina saat ini adalah pemilik sah tanah Palestina.

B. Keistimewaan Palestina (Al Quds) di Mata Umat Islam


Umat Islam memandang Palestina sesuai dengan pandangan ajaran Islam dan
sejarahnya yang sangat panjang. Palestina adalah bumi para nabi dimana mereka
mengajarkan risalah tauhid kepada umatnya. Tidak ada sejengkal tanah di Palestina,
kecuali di sana ada nabi yang shalat menyembah pada Allah dan menyampaikan
ajarannya kepada umat. Dari mulai nabi Ibrahim as. dan keturunannya nabi Ishak as,
Ya’qub as, Yusuf as dan saudara-saudaranya. Kemudian nabi Daud as dan Sulaiman as.
Seterusnya, nabi Musa as., Harun as, Zakariya as, Yahya as. dan Isa as.
Palestina dimana masjidil Aqsa ada di sana merupakan kiblat pertama umat Islam.
Ini adalah penghormatan Islam pada Palestina yang memiliki sejarah panjang tempat para
nabi dan tempat turunnya wahyu. Rasulullah saw. dan sahabatnya pernah shalat
menghadap al-Masjid al- Aqsa selama sekitar 16 bulan. Kemudian Allah SWT. merubah
kiblat umat Islam ke Masjidil Haram. Dan perubahan itu diabadikan Al-Qur’an.
Perpindahan kiblat ini sendiri memiliki banyak hikmah yang banyak dirasakan umat
Islam sampai sekarang.
Allah memuliakan Palestina dengan al-Masjid al-Aqsa. Masjid ini disamping
kiblat pertama umat Islam, juga masjid kedua yang dimuliakan Allah SWT. Dan tanah
suci ketiga setelah Makkah dan Madinah. Rasulullah saw. bersabda,

1
Deason, Richard., Dinas Rahasia Israel, Jakarta, Yayasan Widya Pustaka: 1986.(hal 3-4)
“ Kalian tidak boleh mempersiapkan untuk melakukan perjalanan ziarah, kecuali
pada tiga masjid; al-Masjid al-Haram, Masjid Rasul saw dan al-Masjid al-Aqsa”
(Muttafaqun ‘alaihi).
Di dimasjid al-Aqsa ini pula Rasulullah saw. melakukan isra dan disini beliau
memimpin shalat bagi para nabi dan rasul, suatu simbol bahwa Rasulullah saw. adalah
pemimpin mereka. Kemudian dari masjid al-Aqsa, Rasulullah saw. melanjutkan
perjalanannya menuju Sidratil Muntaha untuk menerina kewajiban yang paling agung
yaitu shalat lima waktu.
Disamping tempat ini disucikan oleh Allah SWT, tempat ini juga tempat yang
diberkahi oleh Allah SWT. Keberkahan dari nilai-nilai spiritual karena para nabi
menyampaikan risalah di tempat ini dan keberkahan materi karena kekayaan alam,
kesuburan, letaknya yang sangat strategis dan keindahan alamnya. “ Maha Suci Allah
yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari al-Masjid al-Haram
menuju al-Masjid al-Aqsa yang Kami berkahi sekelilingnya” (QS al-Israa 1).
Demikianlah keistimewaan al-Masjid al-Aqsa, Baitul Maqdis, al-Quds di
Palestina ini. Maka sudah merupakan kewajiban seluruh umat Islam bahkan seluruh
manusia untuk menjaga dan menyelamatkannya dari berbagai macam penjajahan bangsa-
bangsa yang terkutuk, utamanya bangsa Yahudi.

C. Kewajiban Umat terhadap Palestina

1. Memahami Kondisi dan Problematika Palestina


Kewajiban pertama yang paling fundamental bagi seorang muslim adalah
memahami akar masalah Palestina (Al Quds) bahwa masalah Palestina adalah masalah
umat Islam. Perebutan kekuasaan yang terjadi di tanah suci itu bukan perebutan antara
dua bangsa, Arab dan Israel. Tetapi, perang agama antara Islam dan Yahudi.
“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya
terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang
musyrik”(QS Al-Maa-idah 82).
“Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda: Tidak akan terjadi kiamat
sehingga kaum muslimin berperang dengan yahudi. Maka kaum muslimin membunuh
mereka sampai ada seorang yahudi bersembunyi dibelakang batu-batuan dan pohon-
pohonan. Dan berkatalah batu dan pohon, wahai muslim wahai hamba Allah ini yahudi
dibelakangku, kemari dan bunuhlah ia kecuali pohon Gorqhod karena ia adalah pohon
Yahudi.” (HR Muslim).
Masalah Palestina bukan hanya masalah bangsa Palestina dan bangsa Arab saja.
Tetapi masalah seluruh umat Islam, bahkan masalah kemanusiaan secara keseluruhan.
Atas dasar pandangan aqidah inilah seluruh umat Islam wajib memahami kondisi dan
permasalahan Palestina.

2. Mensosialisasikan Kondisi dan Problematika Palestina kepada yang lain.


Setelah umat Islam dan para da’i memahami permasalahan dan kondisi Palestina,
maka mereka harus mensosialisasikan pemahaman ini kepada seluruh umat Islam. Masih
banyak umat Islam yang belum memahami kondisi dan permasalahan Palestina. Hal ini
terjadi karena banyak sebab, diantaranya faktor lemahnya keimanan dan problematika
yang dihadapi oleh umat Islam itu sendiri di seluruh dunia.
Oleh karena itu para da’i harus memahamkan pada umat Islam di seluruh dunia,
bahwa masalah Palestina adalah masalah utama umat, dan masa depan umat akan sangat
terkait dengan perjuangannya terhadap Palestina. Bahwa di Palestina ada al-Masjid al-
Aqsa kiblat pertama umat Islam yang sedang terancam. Bahwa Rasulullah saw.
memimpin shalat berjama’ah yang diikuti oleh para nabi dan rasul saw. pada peristiwa
Isra’ yang merupakan pewarisan tanah Palestina pada umat Islam. Bahwa Umar bin
Khattab ra. menerima penyerahan kunci langsung kota Palestina (Al-Quds).

3. Jihad dengan Harta


Kewajiban selanjutnya bagi umat Islam adalah berjihad dengan harta mereka.
Umat Islam harus menyisihkan sebagian rejekinya minimal 1 % untuk perjuangan
Palestina. Karena jihad di Palestina sangat membutuhkan harta. Dan disana juga banyak
janda, anak yatim, anak sekolah, mahasiswa, orang yang kehilangan rumah dan
pencaharian akibat konflik dan perang yang belum diketahui akhirnya. Semua itu sangat
membutuhkan uluran tangan umat Islam lainnya yang mampu.

4. Jihad dengan Jiwa


Terdapat perbedaan mendasar dalam sifat perang di Palestina. Bila perang di
Palestina dinyatakan sebagai perang antara dua bangsa atau dua negara, maka tidak boleh
ada keterlibatan pihak lain di luar dua pihak yang bertikai tanpa ada permintaan untuk
terlibat dari salah satu pihak yang berperang. Keterlibatan tanpa ada permintaan untuk
terlibat berarti pelanggaran kedaulatan sebuah negara yang bertentangan dengan hukum
internasional. Kenyataan yang terjadi adalah bahwa perang di Palestina adalah perang
agama antara Islam dan Yahudi yang mengundang keterlibatan semua umat Islam dan
kaum Yahudi di seluruh dunia, di setiap bangsa dan negara mana pun.
Maka, hukum perang di Palestina adalah jihad fi sabilillah yang diwajibkan atas
setiap umat Islam di seluruh dunia sesuai dengan kondisi mereka di setiap tempat.
“Diwajibkan atas kalian berperang sedangkan kalian membencinya. Barangkali
kalian membenci sesuatu, tetapi itu baik bagi kalian. Dan barangkali kalian menyukai
sesuatu sedangkan itu buruk bagi kalian. Dan Allah maha mengetahui apa yang kalian
tidak ketahui.” (Q.S Al-Baqarah 216)
“Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta
izin kepadamu untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah
mengetahui orang-orang yang bertakwa.” (Q.S At Taubah: 44)
Palestina adalah tanah waqaf umat Islam yang harus dipertahankan sampai kapan
pun. Pembelaan kita terhadap Palestina bukan karena mereka orang-orang Arab,
melainkan karena mereka adalah muslim dan karena Palestina adalah salah satu dari tiga
tempat suci umat Islam yang dimuliakan Allah. Karena itu, permasalahan Palestina harus
dijadikan konsentrasi utama umat Islam.

5. Do’a
Dan kewajiban yang paling minimal yang harus terus dilakukan oleh umat Islam
adalah do’a. Do’a orang beriman kepada lainnya tanpa sepengetahuan mereka adalah
maqbul. Wallahu a’lam bi sh showab.
‫فهم القضية‬
‫نظرة شرعية‬ ‫تفهيمها لألخرين‬
‫واجب األمة جتاه القدس‬ ‫مركزية القضية‬ ‫واجب األمة‬ ‫اجلهاد باملال‬
‫نظرة تارخيية‬ ‫اجلهاد بالنفس‬
‫الدعاء‬

Anda mungkin juga menyukai