Anda di halaman 1dari 2

cKHOTBAH IBADAH HARI MINGGU, 4 DESEMBER 2016

YESAYA 52:1-6 “KABARKANLAH BERITA DAMAI”

Salam sejahtera Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

Saat gempa mengguncang Yogyakarta pada 2006, ada saja oknum tidak bertanggung
jawab yang memperkeruh suasana. Tersebar isu bahwa tsunami segera menyusul. Seketika
orang-orang yang ada di selatan jogja melarikan diri ke utara jogja. Sebaliknya, orang-orang
yang di utara jogja (dekat dengan merai) berhembus kabar bahwa merapi akan meletus.
Seketika juga orang-orang yang diutara berlarian ke selatan. Bingung, cemas, takut.
Sungguh ironis, ketika orang tengah ditimpa musibah dan memerlukan uluran
tangan, ada oknum yang malah meniupkan kabar simpang-siur. Bukannya mendatangkan
penghiburan dan ketenangan, kabar ini jelas membuat warga yang sudah kalut menjadi
semakin panik karena ingin menyelamatkan diri. Bahkan ada yang mengambil kesempatan
dalam kesempitan dengan mencuri/merampok di rumah-rumah yang ditinggalkan kosong.
Demikian pula dengan kehidupan bermasyarakat dan bernegara, ada yang
mengambil kesempatan di tengah kesempitan dengan mengabarkan kabar bohong yang
mencemaskan dan menakutkan. Ada yang menghembuskan isu “Rush Money” atau isu
“Makar, “ rusuh” dsb. Begitu pula di gereja juga terdapat bak perbedaan sehingga juga
dapat memunculkan konflik.
Jika kita memahami, bahwa orang kristen adalah anak-anak Tuhan yang
mengamalkan ajaran sang Jurudamai dan Juruselamat dalam diri Yesus Kristus maka kita
juga harus menjadi pembawa kabar damai di dunia dan itu harus dimulai di tengah-tengah
persekutuan.
Persekutun yang terdiri dari berbagai macam perbedaan suku, pikiran/pandangan,
latar belakang tentunnya rentan untuk terjadi konflik, perselisihan dan perpecahan. Hal itu
dapat terjadi jika masing-masing anggota didalamnya tidak menydari peranannya sebagai
agen perdamaian yang menyatakan kasih, kita sepatutnya menyadari bahwa kita peranan di
dalam persektuan bahwa kita sama di dalam Tuhan!

Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

Firman Tuhan hari ini, sebaliknya, berbicara tentang seorang pembawa kabar damai,
kabar baik, dan kabar keselamatan bagi Sion (merujuk pada kota Allah dan jemaat pilihan
Allah). Waktu itu, umat Allah sedang tertekan karena runtuhnya Yerusalem berarti simbol
runtuhnya sosial dan penindasan Babel. Di tengah tekanan tersebut, Tuhan menyapa dan
menenteramkan mereka melalui Nabi Yesaya. Dia memberi janji tentang datangnya
pembawa damai dan keselamatan sejati, yakni Yesus Kristus. Dan, itu sungguh benar.
Lihatlah bagaimana si lumpuh, si buta, si bisu, si tuli, si kusta, dan orang yang kerasukan
setan disembuhkan-Nya. Lihatlah bagaimana Dia memberikan nyawa-Nya, agar setiap
pendosa yang menerima-Nya mendapati jalan pendamaian dengan Allah (bandingkan
dengan Roma 10:4-15).
Anda dan saya adalah pendosa yang sudah ditebus oleh-Nya. Maka, kita diutus untuk
menjadi saksi yang meneruskan berita damai ke seluruh dunia. Di mana saja kita berada,
biarlah berita damai itu diberitakan. Baik melalui tutur kata, terlebih melalui tindakan nyata
dalam kasih, hingga Kabar Baik Injil pun menyejukkan dan mengubah hidup mereka yang
gerah akan dosa.
Pada pembacaan kita, umat Israel diminta "terjagalah." Yesaya ingin membukakan
mata hati mereka yang ada di pembuangan, bahwa Tuhan pasti memenuhi janji-Nya, yaitu
menyelamatkan mereka. Bukan hanya menyelamatkan mereka, melalui mereka Tuhan
menyelamatkan seluruh isi dunia. Bagaimana sih caranya?
Umat Israel harus bangun untuk bersiap menerima keselamatan dari Tuhan. Mari
kita lihat ke ayat pembacaan kita, Mereka akan dikuduskan dan siap untuk dibebaskan (1-2).
Mereka akan ditebus Tuhan tanpa pembayaran (3). Walaupun mereka telah dibuang ke
negara asing, menjadi budak, dan Allah Israel dihujat, tetapi umat Israel akan mengenal
Tuhan yang memanggil mereka (4-6). Tuhan sendiri siap untuk membawa mereka keluar
dari tanah pembuangan dan kembali ke tanah perjanjian (11-12). Mereka tidak perlu takut
karena Tuhan sendiri yang membimbing dan melindungi keluarnya mereka.
Umat Tuhan juga dipersiapkan untuk mengemban tanggungjawab menjadi pembawa
berita baik bagi semua bangsa. Mereka akan diberkati (7) dan mereka akan didukung oleh
banyak orang yang kemungkinan besar orang-orang yang tidak mengenal Allah Israel (8).
Mereka telah melihat betapa kuat dan perkasa Tuhan yang telah kembali bertakhta di Sion
(10), telah mengembalikan reruntuhan Yerusalem, memberikan penghiburan, dan menebus
mereka (8b-9).

Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,


Bagaimana kita memberitakan damai sejahtera nyata di dalam kehidupan kita. Apakah
cukup dengan mengatakan shaloom dngan suara yg nyaring atau apkh cukup sering2
mengatakan shaloom. Kita harus memahami bahwa didlm kata shaloom alaichem
maksudnya adalah damai sejahtera memalui kebenaran, keadilan, kejujuran itu berarti kata
aktif bukan pasif. Damai sejahtera tdk dapat dibentuk dan dibangun jika kita hy memikirkan
sj atau kita hy ngomomg belaka maka klo dipikir begitu damai sejahtera hy angan2 sj.
Bagaikan seseorang yang ingin ikut persekutuan ibadah tapi tetap duduk menonton dirumah
tdk beranjak dr kursinya.
Lalu apakah kita untuk menciptakan pendamaian di dunia apakah kita perlu ikut organisasi
spt PBB, atau ormas masyarakat yg besar atau mendunia atau nasional?? Mother Theresa
py jawaban sederhana akan hal itu jika engkau ingin menciptakan damai sejahtera di dunia
ini mulai lah dikeluargamu, ajar dan biasakan mereka untuk memahami tentang kasih yang
nyata pula dalam tingkah lakumu para orangtua. Berdasarkan perkataan mother Theresa itu
maka perdamaina pertama kali musti diaajarkan di tengah keluarga bukan hy sebatas kata,
bibir dan pikiran tetapi nyata dalam contoh teladan mereka, jangan buat rumah keluarga
kita menjadi rumah yang sangat menakutkan untuk ditinggali. Banyak pada saat ini org2,
anak, suami atau istri tidak mendapatkan kedamaian ditengah2 keluarga mereka. Mari
mulailah sekarang menyatakan damai sejahteera itu di tengah keluarga kita dengan
menjadkan suami istri dan anak2 kita sebagai agen kedamaian bukan agen kecemasan,
ketaktan. Amin

Anda mungkin juga menyukai