Kurang lebih terjemahan bebasnya dalam Bahasa Indonesia adalah seperti ini,
Datang, o Tunas Isai,
Bebaskanlah, dari cengkeraman musuh,
dari lembah kekelaman,
dan dari lubang tirani,
bersoraklah, bersoraklah, Imanuel
akan datang kepada Israel.
Doa yang dipanjatkan, yang dalam tradisi gereja disebut juga Antifon O, berpadanan
dari nyanyian itu adalah:
1
O Radix Jesse, qui stas in signum populorum,
super quem continebunt reges os suum,
quem Gentes deprecabuntur:
veni ad liberandum nos, jam noli tardare.
Apabila merujuk kepada Kitab Suci, maka pendasarannya, sebagaimana bacaan kita,
adalah pada nubuat Yesaya tentang Mesias Yesaya 11:11, “Suatu tunas akan
keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah.”
Dan dalam relasinya dengan bangsa-bangsa, Yesaya 11:10 memberikan
penegasannya, “Maka pada waktu itu taruk dari pangkal Isai akan berdiri sebagai
panji-panji bagi bangsa-bangsa; dia akan dicari oleh suku-suku bangsa dan tempat
kediamannya akan menjadi mulia.”
Nubuat dalam Kitab Perjanjian Lama ini dipahami dengan sangat spesifik dalam
Perjanjian Baru, yang langsung merujuk kepada Yesus, Sang Tunas Daud,
sebagaimana kesaksian Wahyu 22:16, “Aku, Yesus, telah menyuruh malaikat-Ku
untuk bersaksi kepadamu tentang semuanya ini bagi jemaat-jemaat. Akulah tunas
dan keturunan Daud, Sang Bintang Timur yang benderang.”
Teks Yesaya 11 dalam Perjanjian Lama menunjukkan ciri kemanusiaan Sang Mesias.
Bahwa Ia adalah keturunan Daud. Bukan hanya sebatas itu, Yesaya menunjukkan
bahwa Sang Mesias memiliki hubungan yang sangat erat dengan Allah, bahkan Ia
akan dipimpin oleh Roh Allah dalam karya pelayanan-Nya.
Dalam sejarahnya, sebagaimana bacaan minggu lalu, alih-alih berharap kepada Allah,
Bangsa Israel justru meminta bantuan kepada Asyur dengan menyogok menggunakan
harta-harta emas dan perak dari Bait Allah (2 Raj. 16:7). Upaya sogokan itu adalah
dosa di hadapan Allah. Sikap pemimpin Israel seperti inilah yang nanti akan
2
menjerumuskan
3
bangsa itu ke dalam Pembuangan. Sejarah Bangsa Israel menunjukkan bahwa
akhirnya mereka mengalami Pembuangan ke Babilonia dan Kerajaan Israel
dihapuskan sama sekali dari muka bumi.
Menurut Yesaya, Kerajaan Israel, yang dahulu kala seperti pohon yang besar dan
indah, kini menjadi tunggul yang tak berarti. Hilanglah segala kemuliaan, kebesaran
dan kejayaannya. Akan tetapi justru dari tunggul itulah, Tuhan akan menumbuhkan
sutau Tunas, yaitu dari keluarga Daud dan Isai adalah ayah Daud. Dalam pandangan
manusia, mungkin Tunas itu dianggap sepele dan sederhana, tetapi karena dipelihara
oleh Roh Tuhan maka Ia akan menjadi besar dan jauh melebihi segala raja yang
pernah ada sebelumnya. Caranya memerintah sangat berbeda dengan cara raja-raja
Israel dan Yehuda yang membelakangi Tuhan dengan melakukan korupsi dan
ketidakadilan sosial. Perhatikan apa yang Yesaya katakan,
Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di
samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-
sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya. Lembu dan beruang akan
sama-sama makan rumput dan anaknya akan sama-sama berbaring, sedang
singa akan makan jerami seperti lembu. Anak yang menyusu akan bermain-
main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu akan mengulurkan
tangannya ke sarang ular beludak. Tidak ada yang akan berbuat jahat atau
yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus, sebab seluruh
bumi penuh dengan pengenalan akan TUHAN, seperti air laut yang menutupi
dasarnya. (Yes. 11:6-9).
4
Inilah yang dipandang oleh Yesaya di masa depan. Ia melihat dengan penuh
keyakinan, sebab telah melihat ke belakang dalam iman kepada Allah. Karena Allah
telah bertindak di masa lampau, maka Allah akan terus bertindak dan menyertai
umat-Nya di masa yang akan datang.
Harapan Yesaya, sebagaimana dicatat dalam Perjanjian Lama, adalah kisah yang
belum selesai. Kita diajak untuk melihat harapan di masa depan, kepada Perjanjian
Baru, bahwa Allah telah bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan. Penguasa
yang dirindukan itu sudah datang, sebab Perjanjian Baru telah dan sedang terbentuk
di dalam Yesus Kristus.
Inilah yang dicatat oleh bacaan kita yang kedua berdasarkan kesaksian penulis Kitab
Wahyu: “Aku, Yesus, telah mengutus malaikat-Ku untuk memberi kesaksian tentang
semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan
Daud, bintang timur yang gilang-gemilang.” (Why 22:16).
Situasi Kita
5
Di tengah-tengah situasi pandemi tapi juga even politik pemilihan kepala daerah yang
segera digelar, masyarakat merindu pemimpin yang yang bersedia dipimpin oleh Roh
Kudus agar dapat membawa negeri ini keluar dari krisis dan kemelut.
Tatkala dunia politik riuh dengan politik uang, pemimpin yang dikehendaki tentulah
pertama-tama membenci suap dan korupsi. Dari padanya muncul nilai kejujuran yang
membuat seorang pemimpin berjuang demi penegakan keadilan bagi masyarakat
kecil, lemah, tertindas dan terpinggirkan.
Pemimpin yang diidealkan tentu menaruh hormat kepada kesucian Allah dan cara-
Nya berelasi dengan manusia. Tuhan tak dapat dikurung sesuai demi pemuasan
maksud manusia, dan karena itu segala bidang kehidupan yang diatur dan dijalankan
dilakukan bukan berdasar kehendak sendiri, melainkan terus bertanya untuk
mendapatkan maksud Allah bagi manusia.
Oleh karena itu, jelas bahwa Allah sangat mengasihi dunia ini, dan Adventus
menunjukkan keluasan kasih Allah bagi dunia. Bahwa spiritualitas Adventus adalah
semangat untuk mewujudkan karya selamat Allah bagi dunia. Di sini terlihat bahwa
kehidupan sehari-hari dalam segala bidang merupakan ruang-ruang ibadah bagi
perwujudan kasih Allah untuk dunia.
Kerajaan Allah mesti mewujud dalam berbagai bidang kehidupan. Karena itu, segala
partisipasi kita pada berbagai bidang kehidupan mestinya mencerminkan kemuliaan
Allah dalam hidup bermasyarakat. Sekali lagi, semata-mata untuk kemuliaan Tuhan.
Segala perjuangan itu dilakukan sampai Kristus datang.
Seperti Bait Kedua dari KJ 81, pemimpin adalah dia yang mematahkan belenggu pedih
dan melepaskan dari lembah sengsara, bukan malah menjadi tirani yang justru
menindas.
6
7