Nas kita ini sering disebut dengan “pengharapan Mesias” ditengah-tengah ketiadaan harapan. Bagaimana tidak, nas ini disuarakan oleh Nabi Zakharia kepada bangsa Israel yang sedang berada di pembuangan Babel. Bangsa Israel terbuang ke Babel selama 70 tahun. Keadaan bangsa Israel ini seperti yang dijelaskan oleh Nabi Yehezkiel itu sangat memprihatinkan mereka seperti tulang-tulang berserakan (Yeh. 37:1-4). Mereka hidup tetapi tidak punya pengharapan lagi karena mereka berpikir bahwa mereka tidak akan keluar lagi dari pembuangan Babel. Kalau mereka pun akan keluar juga, tanah mereka atau negara mereka, Yerusalem sudah rata dengan tanah, dan terbengkalai. Yerusalem, kota suci dan tempat Bait Suci berdiri sudah menjadi tanah tak bertuan lagi (Yeh. 33: 21-22). Di tengah ketiadaan pengharapan inilah, Firman Tuhan melalui Nabi Zakharia memberikan pengharapan kepada bangsa yang terbuang itu. Nas kita ini berkumandang di tengah bangsa Israel dan juga berkumandang dengan lantang kepada kita saat ini. Sedikit-banyak ada kemiripan situasi bangsa Israel di pembuangan itu dengan situasi kita saat ini. Mungkin kita merasa terbuang oleh karena keadaan yang kita hadapi pribadi lepas pribadi. Kita merasa terbuang oleh pergumulan ekonomi, keuangan, sekolah, dll. Kita merasa bahwa kita telah ditinggalkan oleh Tuhan karena masalah-masalah yang kita hadapi. Sepertinya kita hidup asal hidup saja, tidak ada pengharapan. Merasa sepertinya ditinggalkan Tuhan. atau sepertinya Tuhan tidak sanggup mengeluarkan kita dari pergumulan hidup kita. Mari kita uji melihat nas kita ini, apa yang hendak dikatakan kepada kita pada Minggu Adven II ini di bawah terang tema: Menyambut Raja Yang Adil dan Jaya. 1. Raja itu tidak pernah melupakan kita. Seperti telah disinggung di atas bahwa bangsa Israel di pembuangan Babel itu merasa bahwa mereka telah dilupakan, tidak lagi menjadi umat kesayangan Tuhan, dan ditinggalkan oleh Tuhan. Tetapi Tuhan menyapa mereka dengan lembut: “Bersorak- soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem. (Ay. 9a). “Sion dan Yerusalem” adalah kota kudus bagi bangsa Israel dan di Yerusalem itu ada satu gunung yang disebut dengan “Sion.” Gunung Sion adalah tempat berdirinya Bait Allah tempat Tuhan bersemayam menurut orang-orang Israel. Kota Yerusalem dan gunung Sion adalah tempat kesayangan atau kesukaan Allah. Nah, di tengah pembuangan itu, Tuhan menyapa bangsa Israel dengan panggilan sayang, Hai Putri Sion, putri Yerusalem. Sapaan ini menunjukkan bahwa Tuhan masih sayang dan mengasihi bangsa Israel dengan memanggil mereka dengan panggilan sayang-Nya. “putri” dalam bahasa Inggris = daughter = anak perempuan Sion. Artinya “hai anak yang dilahirkan oleh Sion dan Yerusalem.” Ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak pernah melupakan asal usul bangsa Israel yakni anak-anak kesayangan Tuhan. Panggilan ini juga merupakan panggilan “pengampunan” Tuhan kepada bangsa Israel. Ketika seseorang memanggil dengan panggilan “sayang” itu pertanda bahwa ada pengampunan dari dalam hatinya. Dalam bahasa Batak “marpangulahi do rohaNa, atau marpamuati do rohaNa” Artinya, walaupun bangsa Israel dibuang oleh Tuhan ke Babel, bukan berarti Tuhan tidak sayang atau tidak mengasihi mereka. Bukan berarti Tuhan melupakan mereka. Tuhan tetap sayang, mengasihi, mengingat mereka, bahkan menyediakan pengampunan kepada bangsa Israel. Firman ini berkumandang kepada kita, memberitahukan kepada kita bahwa Tuhan tidak pernah lupa, tidak pernah meninggalkan kita, dan Tuhan tetap sayang kepada kita. Di tengah banyaknya tantangan, sepertinya tidak ada pengharapan, tetapi Firman Tuhan menyuarakan dan mengingatkan kita bahwa Tuhan, ingat, dan tetap mengasihi orang-orang yang dipilih-Nya. 2. Raja itu Adil, Jaya dan Lemah lembut Ajakan bersorak-sorak kepada putri Sion dan Yerusalem bukan hanya karena Tuhan mengingat dan mengasihi bangsa itu. Tetapi “Raja itu” datang langsung kepada bangsa Israel. Nas kita berkata: “Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai” (Ay. 9b). Raja itu digambarkan sebagai raja yang adil. Kata adil ( ַצִּד יקtsadiq) = Adil, kata ini memiliki makna bahwa Raja yang datang itu bukan hanya menegakkan keadilan, memerintah dengan tetap, dan hidup penuh dengan integritas. Tetapi sang Raja itu mendukung dan memperhatikan orang yang lemah dan miskin. Raja yang adil juga merefleksikan keadilan dan kebaikan Tuhan. Apa itu kebaikan Tuhan yang akan diberikan kepada umat Israel? Ia adil dan jaya. Kata jaya ( נוָֹׁש עyasha’)= having salvation, free, succor = memberi keselamatan, memberi kejayaan, memberi kebebasan, dan pertolongan dalam kesusahan. Kebaikan Tuhan yang terpancar dari Raja yang akan datang itu adalah Dia memberi keselamatan, kejayaan, kebebasan, dan pertolongan dalam kesusahan bagi bangsa Israel. Keadilan dan kejayaan itu diberikan kepada bangsa Israel bukan dengan cara kekerasan atau perang. Tetapi Raja itu datang dengan menunggangi seekor keledai. Makna dari tunggangan-Nya ini menunjukkan siapa raja itu sesungguhnya. Raja yang akan datang itu berbeda dengan raja pada umumnya. Raja biasanya mengendarai kuda. Namun Raja yang akan datang itu mengendarai keledai. Kuda adalah hewan yang terlihat tangguh dan perkasa sedangkan keledai terlihat lebih lemah, namun dalam kelemahannya keledai menunjukkan kekuatan. Dikatakan dalam nas kita keledai beban yang muda. Artinya, keledai kuat dalam membawa beban. Kuda selalu memesona tetapi keledai selalu siap membawa beban. Keledai menjadi simbol kesediaan untuk berkorban. Sang Raja yang akan datang itu bukan mengendarai kuda, hewan yang dipakai untuk berperang. Namun Ia mengendarai keledai untuk membawa perdamaian. Nah, bagi kita di minggu Adven ini, Siapakah Raja yang dimaksud oleh nabi Zakaria ini? YESUS KRISTUS. Nubuat nabi Zakharia ini telah digenapi di dalam Yesus Kristus, dimana Yesus Kristus menunggangi seekor keledai muda memasuki Yerusalem (Matius 21:1-11; Markus 11:1-11; Yohanes 12:12-16). Dia datang untuk menyatakan keadilan Tuhan, memberi keselamatan, kebebasan, kejayaan, dan pertolongan kepada kita di dalam kesusahan-kesusahan hidup termasuk kesusahan karena dosa kita. Yesus adalah Raja yang dinubuatkan oleh nabi Zakharia. Yesus akan menjadi Juruselamat dan Raja. Nama Yesus berarti Juruselamat dan Dia membuktikan komitmen-Nya ketika Dia mati untuk umat-Nya 3. Raja itu akan memberitakan Damai Nabi Zakharia dengan jelas menggambarkan bahwa Raja itu sangat berbeda dengan raja-raja yang ada di dunia ini. “Ia akan melenyapkan kereta-kereta dari Efraim dan kuda-kuda dari Yerusalem; busur perang akan dilenyapkan, u dan ia akan memberitakan damai,” (Ay. 10). Kereta perang dan busur perang dilenyapkan sebab bukan genderang perang yang ditabuh oleh Raja Mesias itu tetapi damailah yang diberitakan. Raja yang akan datang itu juga sangat jelas digambarkan oleh Yesaya 2: 4: “Ia akan menjadi hakim antara bangsa-bangsa dan akan menjadi wasit bagi banyak suku bangsa; maka mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang.” Kerajaan dari Raja yang akan datang itu adalah kerajaan damai. Alat-alat yang menghilangkan kehidupan diubah menjadi alat yang memberi kehidupan. Nah bagaimana dengan masa kita saat ini? Masa adven yang menanti merayakan kelahiran Yesus Kristus sekaligus menanti kedatangan-Nya kembali kelak? Bagaimanakah pengharapan kita akan Raja dan kerajaan yang damai itu di saat ini. Kita harus pahami dulu, nubuat ini disampaikan pada orang-orang buangan. Damai itu diberitakan kepada mereka. Dari sini dapat kita lihat pengertian damai itu bukan berarti tidak ada konflik atau pergumulan, tetapi damai berarti lebih kuat menghadapi masalah, hidup di dalam harmoni. Hati yang ingin menghilangkan kehidupan diubah menjadi hati yang menghidupkan. Hati dan mulut yang ingin mengutuk dan memaki sesama diubah menjadi hati dan mulut yang memberkati. Hidup yang ingin bermusuhan diubah menjadi hidup yang bersahabat dengan semua orang. Inilah makna Adven yang sebenarnya. Menanti Sang Raja, Juruselamat itu, bukan hanya menanti begitu saja melainkan mengubah hati, pikiran, dan seluruh kehidupan kita kepada arah yang lebih baik dan memberi kehidupan. Jangan tabuh genderang permusuhan dan pertengkaran di dalam keluarga, masyarakat, dan kepada Siapapun, tetapi suarakan dan beritakanlah damai sejahtera sampai Tuhan datang kembali.