Anda di halaman 1dari 2

 

BERSORAK-SORAKLAH

Zakharia 9:9-10

Bersorak-sorak tentu adalah ungkapan rasa bahagia dan syukur atas sesuatu peristiwa atau sesuatu yang kita
dapatkan. Kedaangan raja kepada kita adalah sukacita besar, sebab sorang raja mau menjumpai kita. Apalagi
yang datang itu adalah Raja Kekal yang adil dan jaya. Kitab Zakharia mengatakan, “Bersorak-soraklah dengan
nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat rajamu datang kepadamu; ia adil dan
jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda. … busur perang akan
dilenyapkan, dan ia akan memberitakan damai kepada bangsa-bangsa. Wilayah kekuasaannya … sampai ke
ujung-ujung bumi” (Zak. 9:9-10). Itulah nubuat yang digenapi ketika Tuhan Yesus dielu-elukan di Yerusalem
dan orang banyak berseru, “Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosanna
di tempat yang mahatinggi” (Mat. 21:9).

Tuhan Yesus datang sebagai raja Israel. Bagaikan seorang raja yang begitu mencintai rakyatnya sampai ia rela
mengorbankan dirinya sendiri agar rakyatnya beroleh keselamatan. Sudah pasti rakyatnya akan menaati sang
raja dengan kecintaan. Kita, dahulu pelanggar-pelanggar hukum Allah, yang seharusnya mati tetapi telah
beroleh keselamatan karena pengorbanan Tuhan Yesus. Ketika kita masih berdosa, Tuhan Yesus mati bagi kita.
Dia yang tidak berdosa rela dijadikan dosa untuk menerima hukuman kita dan sebaliknya kita dijadikan benar
oleh karena kesalehan- Nya. Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk
kita, ketika kita masih berdosa (Rm. 5:8). Allah membuat Yesus yang tidak berdosa menjadi dosa karena kita,
supaya kita dibenarkan oleh Allah (2Kor. 5:21).  

Kehadiran Allah dan Mesias membuat umat-Nya bersorak sukacita. Yesus hadir sebagai Raja yang lemah
lembut. Pada khotbah di bukit, Yesus berkata: “Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan
memiliki bumi. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah”
(Mat. 5:5, 9). Sebagai Raja lemah lembut, Yesus mewarisi dan bertakhta atas Yerusalem Baru yang mewakili
keseluruhan umat-Nya yang tinggal di bumi yang akan diperbarui oleh Sang Mesias sendiri. Kristus sebagai
Raja Damai hendak memerintah atas umat-Nya sebagai anggota Kerajaan Allah dalam damai sejahtera,
keadilan, dan kebenaran. Ia yang mengajar orang2 untuk lemah lembut, dan kini Ia sendiri menunjukkan apa arti
kelemahlembutan sebagai Mesias yang menderita.

Kelemahlembutan Yesus membuat orang-orang heran.  Kalau Dia Tuhan, mengapa Ia tidak menghancurkan saja
kerajaan Romawi yg menindas Israel? Kalau Ia berkuasa, kenapa Ia menahan diri dan tidak melawan saat
pasukan Romawi hendak menangkap-Nya? Kalau Dia Tuhan, kenapa Ia tidak menyelamatkan diri dari hukuman
salib? Kalau Dia Anak Allah, mengapa tidak turun dari salib dan menyelamatkan diri? Kelemahlembutan Yesus
justru adalah kekuatan di dalam derita salib. Jalan yang Yesus pilih bukan agresi militer. Ia memilih jalan taat
menderita untuk mengorbankan diri, padahal Ia punya kekuatan untuk menaklukkan semua kuasa Romawi, tapi
memilih tetap tekun memikul salib. 

Maukah kita mengikuti jejak yang ditinggalkan Kristus bagi kita? Menjadi lemah lembut bukan-lah pamer
kekuatan ataupun kegemulaian, tetapi kekuatan yang terkendali untuk taat menggenapi maksud Ilahi. Ini bukan
tentang pencapaian diri, melainkan menggenapi rencana Ilahi. Bukan pula pencitraan yg palsu, tetapi menjadi
citra Allah yang dipulihkan serupa dengan Kristus. Bahkan jika jalan yg dipilih mesti menyangkal diri, memikul
salib, dan mengikut Yesus sebagai murid sejati, maukah engkau dan saya mengikut Dia? Maukah menjadi murid
Tuhan yang bergantung pada anugrah-Nya yg lemah lembut daripada bersandar pada kekuatan diri yang rapuh
nan angkuh?

Marilah kita taat kepada Tuhan bukan karena takut hukuman melainkan karena kita mencintai- Nya.  Biarlah
kita juga boleh meneladani pola yang sama ketika kita menjalankan otoritas kita terhadap orang lain. Karena itu,
bersorak-soraklah karena Dia telah datang menjadi Raja yang adil dan jaya serta penuh dengan
kelemahlembutan.
LIHAT, RAJAMU DATANG!!!
Bacaan Firman Tuhan: Zakharia 9:9-10
Nubuatan yang disampaikan dalam kitab Zakharia ini mengarahkan kita tentang Yesus yang dielu-elukan di
Yerusalem. Nubuatan akan kedatangan Yesus yang pertama telah terjadi, dan kita juga percaya bahwa
pengharapan akan penantian akan kedatangan Yesus kembali juga pasti akan digenapi. 
Melalui kitab Zakharia ini kita dapat melihat bahwa sejarah kehidupan manusia tidak terlepas dari pengetahuan
Allah dan Ia akan berkarya dalam kehidupan manusia. Hal ini juga merupakan tanggapan kepada umat Allah
yang hidup dalam keputusasaan yang mempertanyakan keberadaan Tuhan pada masa sulit yang mereka hadapi.
Dalam kitab ini dapat dilihat bagaimana Allah akan melakukan prakarsa dan akan muncul raja mesias yang
menunjukkan bagaimana Allah akan berkarya ditengah-tengah kehidupan umatNya.
Bersorak-soraklah....! Lihat Rajamu datang kepadamu! Ini adalah seruan yang mengarahkan hidup umat
Allah kepada sukacita. Namun kita mengetahui dalam kitab Injil bagaimana Herodes sungguh sangat takut dan
gusar mendengar kabar tentang kelahiran Raja Damai itu. Demikian pula dengan para Imam, ahli taurat dan
orang-orang farisi sangat terusik akan kehadiran sosok Yesus. Raja yang adil dan jaya yang lemah lembut yang
memberitakan damai telah menjadi penghalang bagi mereka yang mencintai hidup yang duniawi.
Raja itu datang bukan dengan dengan kereta-kereta kuda namun dengan keledai, busur perang akan
dilenyapkannya dan akan memperluas pemerintahannya sampai ke ujung bumi dengan berita perdamaian. Raja
itu telah datang dan berkarya ditengah-tengah kehidupan manusia dan untuk selama-lamanya akan menjadi
hakim yang adil. Kuasa damai sejahtera itulah yang dibawa oleh Allah kepada umatNya agar melaluinya kita
hidup dalam kasih.
Saat ini kita memiliki iman kepada Yesus Kristus bukan lagi umat yang hidup dalam keputusasaan, namun
Allah menyuarakan agar kita hidup dengan sorak-sorai menyambut kuasa Allah. Ia hadir dengan mengarahkan
kita pada pimpinanNya yang memimpin pada hidup damai sejahtera. Dari nas ini kita mengetahui
bagaimana ‘gaya kepemimpinan’ Tuhan bukanlah kepemimpinan seperti yang dibayangkan oleh Herodes yang
membuat dia gusar dan takut karena menganggap dapat mengusik kekuasaan yang dimilikinya. 
Jika kita telah memiliki iman kepercayaan kepada Yesus Kristus, apakah kita mau hidup dalam ‘gaya
kepemimpinan’ Tuhan? Untuk mengarahkan kita pada hidup dalam perdamaian? Kepemimpinan Tuhan dalam
hidup kita itulah yang membuat kedamaian dalam hati dan pikiran kita yang membawa sukacita dan semangat
dalam hidup ini yang walaupun banyak tantangan kehidupan, namun kuasa damai Allah akan mengalahkan
semuanya itu. Biarlah Tuhan selamaya menuntun hidup kita.
Selamat natal bagi kita semua!!!

Persembahan Syukur

Nama KK : ..........................
Jumlah Jiwa : L = .........; P = ........... ; J = ..............
Rayon : .................
No. Amplop : .................
Jumlah Kolekte : Rp.................................

Anda mungkin juga menyukai