Anda di halaman 1dari 19

1

Nama : Janri Simanjuntak, Iman Harefa dan Jekson Ambarita


Mata Kuliah : Etika Terapan
Dosen Pengampu : Pdt. Dr Janhotner Saragih

ETIKA TERAPAN TERHADAP MASALAH EKONOMI


AKSI TUTUP PT TOBA PULB LESTARI (TPL)
DALAM PANDANGAN ETIS TEOLOGIS KRISTEN DIPERHADAPKAN DENGAN
KEHIDUPAN EKONOMI MASYARAKAT/KARYAWAN

I. Pendahuluan/Latar Belakang Masalah


Masalah Ekonomi tidak akan pernah bisa terlepas dari kehidupan masyarakat. Seperti halnya
Dalam sebuah rumah tangga akan selalu diperhadapkan dengan beragam keputusan, siapa yang
melakukan, pekerjaan apa dan apa yang didapatkannya sebagai imbalan dalam hal makan dan siapa
yang memasak, mencuci pakaian, merapikan rumah, dan sebagainya. Artinya, rumah tangga
memerlukan alokasi sumber daya yang terbatas (memasak, mencuci pakaian dan merapikan rumah)
di antara berbagai anggotanya, dengan mempertimbangkan kemampuan, usaha, dan keinginan
masing-masing. Tentu bukan hanya dalam konteks rumah tangga, melainkan juga dalam komunitas
masyarakat. Karakteristik terhadap pengambilan berbagai keputusan juga dilakukan, baik
menyangkut keputusan akan pekerjaan-pekerjaan yang bisa dikerjakan dan siapa yang akan
mengerjakannya hingga cara mengalokasikan sumbar daya yang dimilikinya. 1 Melihat pemahaman
ekonomi secara individual dalam lingkup rumah tangga maupun masyarakat, menunjukkan manusia
merupakan makhluk ekonomi (homo economicus). Salah satu bukti adalah keterlibatan manusia
dalam memperjuangkan eksistensi hidupnya selama dirinya ada dan berada. Walaupun eksistensi
yang diperjuangkannya sangat beragam, namun pada hakikatnya manusia bertindak untuk
memenuhi apa yang menjadi kebutuhan akan hidupnya.2
Namun tidak kita pungkiri, demi pemenuhan kebutuhan ekonominya manusia tidak jarang
melakukan hal-hal yang menciderai satu sama lain. Ketamakan dan kerakusan manusia itu membuat
dirinya mengeksploitasi alam dengan cara yang berlebihan hingga menimbulkan dampak yang luar
bisa kepada keberlangsungan kehidupan manusia itu sendiri dan kepada kelangsungan
1
N. Gregory Mankiw, Pengantar Ekonomi Mikro, (Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2018), 3
2
Michelle Baddley, Behavioural Economics and Finance, (New York: Routledge, 2019), 1.
2

mikroorganisme lainya serta juga kepada Alam yang merupakan tempat tinggal atau rumah bagi
manusia itu sendiri. Dan jika kita merunut dalam catatan Alkitab, manusia menjadi semakin rakus
dan tamak sejak kejatuhannya ke dalam dosa.

II. Pembahasan/Isi
II.1. Defenisi Ekonomi
Istilah "ekonomi" berasal dari bahasa Yunani, yaitu οἶκος (oikos) yang artinya "keluarga,
rumah tangga" dan νόμος (nomos) yang artinya "peraturan, aturan, hukum3". Secara garis besar,
ekonomi diartikan sebagai "aturan rumah tangga" atau "manajemen rumah tangga".
Ekonomi adalah ilmu sosial yang mempelajari perilaku manusia dalam mengelola sumber daya
yang terbatas dan menyalurkannya kedalam berbagai individu atau kelompok yang ada dalam
suatu masyarakat. Yang artinya bahwa berbicara ekonomi bukan berbicara pribadi, namun
sekelompok orang banyak. Secara sederhana berbicara ekonomi menyangkut pengelolaan,
diatur sebaik mungkin supaya mendapat kesejahteraan. Di Indonesia juga memberikan
penjelasan yang begitu konkrit perihal ini yaitu yang tercantum dalam UUD. Undang-Undang
Dasar 1945 Pasal 33 Ayat (1) menyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai
usaha bersama atas azas kekeluargaan. Dengan demikian perekonomian Indonesia disusun
sebaik mungkin dan sebagai usaha yang dilakukan bersama untuk mewujudkan kesejahtaraan
bersama juga. Dalam penjelasannya antara lain dinyatakan bahwa kemakmuran masyarakatlah
yang diutamakan bukan kemakmuran orang seorang dan bangun perusahaan.4
Dalam bukunya Denni Pinontoan juga mencantumkan arti kata ekonomi yang berarti
pengaturan. Istilah "ekonomi" berasal dari dua kata Yunani, yaitu "oikos" (otxog) dan "nomos"
(vopos). "Oikos" artinya "rumah' atau "rumah tangga", dan "nomos" artinya "aturan" atau
"adat". Oikonomia berarti "penatalayanan" atau "stewardship", atau manajemen suatu rumah
tangga.5Dalam pengertiannya yang lebih luas, ekonomi sering diartikan sebagai sistem
hubungan-hubungan yang menentukan alokasi sumber-sumber daya yang terbatas atau yang

3
Linda Woodhead, R, Kendall Soulen, God And Human Dignity, (Amerika Serikat: Eerdmans Publishing
Company,2001), 80
4
Hendar, Ekonomi Koperasi, (Jakarta: Lembaga Penerbit UI,2001)3
5
Denni H.R. Pinontoan, Gereja Yang berpijak Dan Berpihak, (Yogyakarta: Lintang Rasi Aksara Books,2013)61
3

langka." Dahlan dalam bukunya yang berjudul Kamus Sosialogi Antropologi menjelaskan
paling tidak ada 3 hal yang mencakup pengertian dari ekonomi yaitu:6
1. Dipakai sebagai motif-motif yang menyangkut usaha mencari nafkah, akumulasi
kekayaan, dan sebagainya;
2. Menyelidiki alam, produksi, kosumsi, distribusi dan pertukaran kekayaan;
3. Dipakai secara khusus untuk produksi, distribusi dan konsumsi dari energi manusia
sesuai dengan asas kegunaan (utilty) yang setinggi-tingginya mengorbankan biaya
dan upaya yang sekecil-kecilnya.
Dari pengertian awalnya, jelas bahwa ekonomi terkait erat dengan bagaimana upaya
manusia meneruskan hidupnya. Kebutuhan sandang, papan dan pangan, didapat dari sebuah
proses yang harus diatur dan ditata. Dari pengertian awalnya, jelas bahwa ekonomi terkait erat
dengan bagaimana upaya manusia meneruskan hidupnya. Kebutuhan sandang, papan dan
pangan, didapat dari sebuah proses yang harus diatur dan ditata. Istilah "ekonomi” itu sendiri
mengambarkan betapa sesuatu yang dapat membantu manusia meneruskan kehidupannya yang
tidak diperoleh begitu saja, tetapi harus diatur dan diolah.
Kemudian dari penjelasan di atas menggambarkan seberapa banyak hal berekonomi tidak
terlepas dari hal kebutuhan untuk tetap hidup, dan untuk mendapatnya harus melalui sebuah
proses yang aktif, yaitu kerja. Dalam pengertian yang lebih modern, ekonomi kemudian
menjadi sebuah sistem dan metode. Ekonomi bukan lagi tindakan yang hanya berdasar pada
naluri manusia untuk tetap hidup melainkan telah berkembang menjadi sebuah tindakan yang
sadar dan disengaja oleh manusia untuk mengolah dan mengatur hubungan-hubungan yang
terjadi antara sumber daya alam dan sumber daya manusia. Bahkan, karena hal ekonomi adalah
sesuatu yang mutlak harus dilakukan oleh manusia. Maka kemudian ekonomi bahkan menjadi
sebuah disiplin ilmu. Ekonomi lebih dipahami sebagai tindakan sadar manusia atau sekelompok
manusia dalam menata dan mengolah sumber-sumber daya yang ada untuk pemenuhan
kebutuhan jasmani dan rohaninya. Dalam bahasa agama, sumber daya alam dan sumber daya
manusia, samasama adalah ciptaan Allah. Hubungan antara kedua sumber daya itu, pada banyak
hal memang terjadi secara simbiosis mutualis. 7

6
Dahlan, Kamus Sosilogi Antropologi, (Surabaya:Indah, 2001)72
7
Judo Poerwowidagdo, Ekonomi dan Teologi, (Jakarta: BPK, 2002)33
4

Alam memberikan hasilnya, manusia mengolahnya dan dari pengelohaan itu manusia
mendapat untung. Selain itu ekonomi juga adalah soal hubungan-hubungan yang saling
menguntungkan antar manusia atau kelompok manusia yang satu dengan manusia atau
kelompok manusia yang lain. Relasi atau kerjasama yang saling memberi untung dan diatur
atau ditata secara sistematis dan metodis itu biasanya terjadi dalam tiga rangkaian yang tak
terpisahkan, yaitu produksi, distribusi dan konsumsi. Judo Poerwowidagdo mengatakan,
ekonomi tidaklah berdiri sendiri. Ia adalah realitas yang kompleks, yang mengatur dan menata
hubungan-hubungan kelangsungan hidup dalam masyarakat8, Sehingga pada akhirnya ekonomi
adalah juga soal hubungan antara penguasa dan yang dikuasai. Bahwa dalam perkembangan
sejarah, ada orang atau sekelompok orang yang kemudian memiliki akumulasi keuntungan yang
lebih ketimbang manusia yang lain. Padahal, semua manusia, pada dasarnya ada dalam
kepentingan ekonominya masing-masing.

II.2. Ekonomi Dalam Sudut Pandang Alkitab


Dalam Kitab Suci, tema-tema ekonomi juga membeicarakan masalah ekonomi. Dalam
mengatur kegiatan tentang pembatasan pembelian dan penjualan barang-barang
pembudidayaan lahan (harta tak bergerak berupa tanah) dan peternakan, Kitab Taurat
menempatkan semua kegiatan ekonomi dalam kerangka hubungan perjanjian (covenant)
umat Israel dengan Allah. Dalam beberapa Nats Alkitab yang membicarakan tentang
ekonomi menyangkut berbagai aspek hal ini termasuk perhatian terhadap mereka yang
miskin (Keluaran 23: 6; Ulangan 15: 7-11), untuk orang asing (Keluaran 21: 21-24), untuk
anak-anak, yatim piatu dan janda-janda (Ulangan 24: 19-22). serta untuk lingkungan hidup
(Imamat 25: 1-8). 9
II.2.1. Ekonomi Dalam Sudut Pandang Perjanjian Lama
Dalam Teks kitab Perjanjian Lama praktik usaha ekonomi banyak ditekankan oleh
Alkitab karena berkaitan dengan pemberian mandat Allah bagi manusia sebagai ciptaanNya.
sejak pada masa penciptaan sangat jelas bahwa Allah menciptakan segala materi dan
makhluk yang ada di dunia ini (Kej. 1:1-31). Sebagian besar materi ciptaan tersebut bisa
menjadi materi Ekonomi (bisnis). Manusia tercipta sebagai “makhluk sosial” yang terkait

8
Ibid 34
9
Ibid, 39
5

dengan masalah ekonomi untuk hidup. Dalam arti bahwa manusia harus berjuang untuk
“kehidupannya” melalui bidang pertanian maupun perdagangan. Akibat dosa maka
manusia akan banyak menghadapi tantangan dalam mencari makanan atau mencukupkan
kebutuhan ekonomi, terjadinya persaingan jutaan manusia di suatu daerah (Kej. 3:17-19).
Karena itulah perlu ada norma untuk menata dan mengatur perekonomian untuk
kesejahteraan manusia bersama.10 Dari sini terdapat sebuah penugasan Allah atas manusia
dalam melakukan fungsi-fungsinya dalam berusaha sekaligus berekonomi. Dalam Kejadian
1:26 bahwa bumi diciptakan Tuhan untuk dimanfaatkan oleh manusia dengan maksud untuk
melakukan praktik ekonomi dan bisnis menjadi salah satu cara untuk melaksanakan
kehendak Allah dalam menguasai, memenuhi dan menaklukkan bumi secara
bertanggungjawab. Allah melakukan peran pendelegasian kepada Adam dengan maksud
supaya dapat menjalankan peran dan fungsinya. Dari sini dapat dilihat bagaimana Allah
melakukan proses transaksional secara sederhana dengan manusia. Dari sinilah terjadi
tindakan ekonomi dan usaha yang muncul sejak manusia ada di muka bumi.11
Melalui kisah Nuh, manusia memulai membuat bahtera dan Allah bertindak sebagai
pemesan untuk selanjutnya digunakan oleh manusia yang ingin diselamatkan Allah dari
peristiwa air Bah (Kejadian 6:14). Setelah peristiwan air Bah tersebut, ada peran Allah dalam
memberikan berkat bagi bumi kembali dan inilah yang telah memberikan sebuah gambaran
tentang perkembangan ekonomi dan bisnis yang terlihat dan daapt dicapai oleh anak-anak
manusia hingga saat ini termasuk dalam pemanfaatan dan budidaya lahan pertanian dan
perkebunan atau yang biasa disebut sebagai agrobisnis.12
Mengacu pada praktik ekonomi, keluarga melakukan pemenuhan produksi dan
kebutuhan sendiri. Sistem ini dibangun bukan berdasarkan hak kepemilikan melainkan
karena hak penggunanaan bersama atau biasa disebut dengan ekonomi penunjang kebutuan
hidup bersama (subsistensi) yang berarti produksi barangbarang untuk digunakan mereka
sendiri dan untuk saling menolong. Ini menunjukkan bahwa pola ekonomi kepada Abram
dan keturunannya, yaitu janji berkat kekayaan yang melimpah dengan konsekuensi kesetiaan
dirinya kepada YHWH (Kejadian 12:1). Setelah Israel memasuki tanah Kanaan, budidaya

10
Karel Sosiopater, Etika Bisnis (Jakarta: Suara Harapan Bangsa, 2013), 1
11
Mahli Sembiring, Kiat Bisnis Kristen, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997), 27
12
Mahli Sembiring, Kiat Bisnis Kristen, 27
6

pertanian dan urbanisasi melahirkan stratifikasi sosial, penciptaan kekayaan, dan peradaban
(Kejadian 12: 11-12). Berkat Ilahi dalam wujud kekayaan disebutkan beberapa kali dalam
Alkitab. Sistem segmentaris berarti bahwa kesatuan kelompok bukan dihasilkan oleh
kepemimpinan politik yang otonom melainkan oleh orientasi para anggota mereka menuju
ikatan silsilah dari sistem kekerabatan. Ulangan dan pengagungan kekayaan menjadi tema
selama berabad-abad.13
Dilihat mulai dari aktifitas kelompok Musa bergabung dengan kelompok nomad yang
miskin dan kelompok yang tersingkir secara ekonomi bahkan bekerja keras untuk hidup.
Kelompok-kelompok yang memiliki tingkat kekerabatan sebagai keluarga membentuk diri
dalam satu suku yang disebut sistem segmentari.14 Hal ini menunjukkan bahwa terlepas dari
ekonomi rumah tangga yang berorietasi pada pemenuhan kebutuhan rumah tangga, pasar
barter dan jarak jauh, ekonomi menyatu dalam perilaku sosial yang timbal balik. Orang yang
telah melakukan barter mereka saling menyediakan dengan berbagai cara. Sanak keluarga
dalam masyarakat kesukuan menjadi salah satu contoh yang baik dalam ekonomi timbal
balik.15Pengagungan kekayaan berlanjut pada aliran tradisi kebijakan, berupa nasihat agar
tidak jatuh miskin “tangan yang malas mengakibatkan kemiskinan” (Amsal 10:5), kesadaran
akan manfaat-manfaat yang diperoleh dari kekayaan, seperti persahabatan (Amsal 14:20).
Namun pengagungan kekayaan ini di imbangi pula dengan peringatan akan bahaya-bahaya
dari kekayaan serta peringatan agar senantiasa menjaga kekudusan hati. Para Nabi Israel
mengecam orang-orang kaya yang hidup mewah tanpa mempedulikan orang-orang yang
berkekurangan dan tertindas. Mereka mengarahkan orang-orang kaya agar menjaga
kekudusan hati, dengan memperingatkan bahwa kebobrokan rohani dimulai dari ketamakan
ataupun kekikiran. 16Allah juga menata ekonomi bangsa Israel dengan aturan tentang tahun
Yobel dimaksudkan sebagai saat-saat yang teratur (secara reguler) untuk melepaskan
kesulitan ekonomi dalam perbudakan dan kemiskinan sehingga ada permulaan yang baru

13
Made Gunaraksawati Mastra-ten Veen, Teologi Kewirausahaan: Konsep dan Praktik Bisnis Gereja Kristen
Protestan di Bali, (Yogyakarta: Universitas Kristen Duta Wacana dan Taman Pustaka Kristen, 2009), 136.
14
Ulrich Duchrow, Mengubah Kapitalisme Dunia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999, 157. Sistem
segmentaris berarti bahwa kesatuan kelompok bukan dihasilkan oleh kepemimpinan politik yang otonom melainkan
oleh orientasi para anggota mereka menuju ikatan silsilah dari sistem kekerabatan
15
Karl Polanyi, Transformasi Besar: Asal-usul Politik dan Ekonomi Zaman Sekarang, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2003, 58-59
16
Made Gunaraksawati Mastra-ten Veen, Teologi Kewirausahaan: Konsep dan Praktik Bisnis Gereja Kristen
Protestan di Bali, 136.
7

tentang hari depan (Imamat 25: 8-55). Dalam kitab-kitab para nabi pun, seperti Amos,
masalah masalah ekonomi juga menjadi perhatian. Persoalan ekonomi terlihat dari
ketimpangan hidup, ketidakadilan dan distribusi uang yang hanya mengalir ke golongan
penguasa dengan akibat rakyat biasa dikorbankan dan menderita. Amos hadir dengan misi
keadilan Allah melalui seruan, "Carilah Tuhan, maka kamu akan hidup!" (Amos 5:6a).
Demikian pula dalam kitab-kitab sastra. Amsal 13: 11, misalnya, mengatakan: "Harta yang
cepat diperoleh akan berkurang, tetapi siapa yang mengumpulkan sedikit demi sedikit
menjadi kaya". Dengan demikian, dalam harta atau kekayaan bukanlah hal yang negatif
sehingga tidak dilarang. Yang menjadi persoalan adalah hal mendapatkannya. Bila harta itu
didapat dengan cara cepat atau dengan kesia-siaan maka diindikasikan bahwa cara
mendapatkannya dilakukan dengan tidak benar, merugikan atau dengan cara licik dan
memanipulasi pasar. Sebaliknya, bila harta itu diperoleh sedikit demi sedikit. hal itu
menunjukkan adanya kerja. Kerja sendiri merupakan pelayanan.17
II.2.2. Ekonomi Dalam Sudut Pandang Perjanjian Baru
Praktek ekonomi manusia harus dilaksanakan sebagai penatalayanan (stewardship)
kehendak Allah atas dunia ciptaan-Nya. Ekonomi, yang berasal dari katakata oikos (rumah)
dan nomos (hukum), mempunyai hubungan yang erat dengan theonomi (hukum Allah).
Bahwa oikos dalam ekonomi berarti bahwa semua manusia adalah anggota-anggota satu
“rumah”, anggo-anggota satu “keluarga”. Oleh karena itu nomos di dalam oikos harus
mencerminkan kebersamaan seluruh umat manusia dan kesamaan setiap manusia. Istilah
Ekonomi sendiri, pada hakikatnya menentang segala bentuk eksploitasi antarmanusia atau
antarkelompok. 18 Oikonomia juga dihubungkan dengan diakonia, dimana hal ini merupakan
norma yang berpengaruh terhadap kehidupan umat Kristen di Asia Barat Daya Kuno,
termasuk kehidupan ekonomi mereka. Bagi konteks Asia, misiologi adalah diakonia. 19
Berbicara ekonomi juga berbicaa tentang membantu sesama, bagaimana gereja dapat
berdampak baik di dalam maupun di luar gereja.
Dari kesaksian-kesaksian dalam Kitab Suci dapat dipahami bahwa dalam hubungan
dengan dunia dan manusia, Allah telah menunjukkan keberpihakan-Nya kepada mereka yang
17
Judo Poerwowidagdo, Ekonomi dan Teologi, 39-40
18
Eka Darmaputera, Etika Sederhana untuk Semua: Bisnis, Ekonomi dan Penatalayanan (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1990), 48
19
Robert Setio, Teologi Ekonomi, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2002)28
8

miskin, yang tertindas dan yang tersingkirkan. Oleh karena itu, dalam pemikiran ekonomi,
nilai-nilai yang harus dikembangkan harus sesuai dengan keberpihakan kepada mereka yang
miskin, yang tersingkir (marginal), dan yang tertindas. Dalam cara berteologi pun perlu
memahami keberpihakan Allah, sebagai sebuah perintah (imperative) untuk diterapkan
dalam hubungan di antara sesama manusia dan ciptaan lainnya. Dalam rangka praksis
gerakan ekumenis, menolak akumulasi kekayaan globalisasi ekonomi neoliberal tanpa aturan
dan pertumbuhan tanpa batas yang telah mengorbankan orang miskin, orang yang lemah dan
seluruh ciptaan dari kepenuhan kehidupan
Salah satu yang menonjol dari pedagang-pedagang jemaat mula-mula adalah per
hatian mereka yang besar terhadap kebutuhan orang lain. Ekonomi tidak dihubungkan
dengan usaha mencapai keuntungan sebesar-besarnya tetapi dengan diakonia, yang berarti
pelayanan kepada mereka yang miskin di dalam jemaat dan masyarakat. Di gereja perdana
ada jabatan diakonos seperti yang dijabat oleh Stefanus dan Filipus di dalam Kisah Para
Rasul. Diakonos bertugas melayani keperluan orang-orang miskin. Mengembalikan ekonomi
ke dalam pengertian aslinya sangat penting unuk dicermati secara jelas bahwa kelompok
manusia sebagai keluarga yang berada dalam satu rumah, di mana anggota-anggotanya saling
memperhatikan dan saling memberdayakan satu dengan yang lain. 20 Dalam Perjanjian Baru
istilah ekonomi terlihat dalam kehidupan para pengikut Kristus, yang saling memperhatikan,
saling mendukung. Pengertian ekonomi berkaitan erat dengan pekerjaan diakonia yaitu
bukan untuk mencari keuntungan, namun memperhatikan kelemahan, kekurang sesama.

II.3. Ekonomi Dalam Pandangan Gereja Dan Tokoh-Tokoh


2.3.1. Ekonomi dalam Pandangan Gereja

“Gereja terpanggil untuk bertanggung jawab memikirkan kehidupannya sebagai


organisasi pada kehidupan masyarakat luas”21 “Secara khusus gereja terpanggil untuk
kesejahteraan masyarakat sejahtera dan adil. Oleh karena itu, gereja dan kehidupan anggotanya
tidak dapat dilepaskan dari kehidupan ekonomi”22 orang percaya dan yang menjadi pengikut
Kristus tidak dapat melepaskan dirinya dari konteks produksi, distribusi pendapatan, pembagian

20
Emmanuel Gerrit Singgih, Iman Dan Politik Dalam Era Reformasi, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2000) 48
21
Konta Damanik, Gereja dan Kegiatan Ekonomi Bisnis (Bina Darma no. 48, tahun ke 13, 1995), 89.
22
Ibid, 86.
9

kerja, kemiskinan, alokasi dan pemeliharaan sumber daya, pengembangan sumber daya manusia,
dan masalah keuntungan.

Terkait hal di atas maka gereja terpanggil untuk terlibat dalam upaya pengembangan
SDM warganya. Harus di sadari bahwa problem ekonomi pada Negara, dan masyarakat gereja
adalah juga merupakan peroblem gereja. Kebanyakan gereja yang "maju" adalah gereja-gereja
yang bersemangat mengabarkan injil kemakmuran dan kesehatan, gereja-gereja yang pandai
memanfaatkan teknik, metode dan alat-alat canggih yang sama seperti dikembangkan dalam
teknik-teknik marketing. Kebanyakan teori tentang kemajuan pertumbuhan gereja menggunakan
ukuran-ukuran kuantitatif dan bukan perilaku pertobatan sampai ke segi-segi kehidupan
ekonomi. Sebaliknya dari menyuarakan pesan kenabian dan mengemban gaya hidup prihatin
yang konsisten dengan firman Tuhan, gereja sekadar membeo mengikuti berbagai suara dan
aspirasi yang dunia ini canangkan.23 Masalah ekonomi masih menjadi perbincangan hangat
semua kalangan masyarakat, termasuk kaum intelektual yang ada di Indonesia. Hal ini
disebabkan karena masih ada masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Karena itu
masalah ini tidak hanya menjadi tugas pemerintah, tetapi juga menjadi tugas lembaga
masyarakat termasuk Gereja sebagai lembaga agama. Tugas Gereja dalam bidang ekonomi
secara teologis, antara lain sebagai bagian dari amanat pengelolaan bumi dari Tuhan, penerapan
ajaran pelipatgandaan modal oleh Yesus, sebagai tanggung jawab penatalayanan terhadap
sumber daya dan kekayaan yang diberikan Tuhan, sebagai bagian dari tanggung jawab untuk
turut mensejahterakan kota di mana ia tinggal, dan sebagai sarana yang dapat memperkuat daya
mereka untuk menjadi berkat atau memberkati orang lain.24

Berdasarkan tugas tersebut, kesejahteraan ekonomi warga adalah salah satu tanggung
jawab yang harus dilakukan oleh Gereja sebagai tugas amanat pengelolaan bumi, serta ajaran
dari Yesus yang harus diterapkan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa tugas Gereja yaitu
sebagai fasilitator dalam membangun kesejahteraan masyarakat. Sebagai fasilitator tugas Gereja
dalam bermasyarakat sebagai berikut: menyampaikan pesan-pesan pembangunan yang
membutuhkan partisipasi aktif seluruh warga masyarakat, menunjukkan adanya kesempatan
yang diberikan kepada segenap lapisan masyarakat untuk berpartisipasi, meningkatkan
23
Paul Hidayat “Persfektif Kristen Tentang Ekonomi” dalam Situs Online Teologi Reformed Injil SOTERI
https://reformed.sabda.org/perspektif_kristen_tentang_ekonomi_1 diakses Kamis pada 18 Maret 2023, 20.43 WIB.
24
Made Gunarakawasti Mastra, Teologi Kewirausahaan (Jokjakarta, Taman Pustaka, 2009), 194.
10

pengetahuan dan keterampilan masyarakat agar memiliki kemampuan (fisik, mental,


inteleigensi, ekonomi, dan nonekonomi) untuk berpartisipasi.25
Hal yang sama Fernandez dalam kutipan T. Sihol Nababan, mengatakan bahwa konsep
gereja sebagai umat Allah selalu mendorong dan mengintegrasikan diri dan lebih terbuka
terhadap situasi politik, ekonomi, Kesehatan, Pendidikan, dll. Dengan demikian Ketika
warganya sedang dalam pergumulan politik, ekonomi, Kesehatan, Pendidikan, gereja harus
tampil dan memberikan pertolongan. Alikitab sendiri banyak memberikan Pendidikan dan
prinsip-prinsip ekonomi bagi gereja, misalnya seperti terdapat pada nas-nas: Amsal 3:9-10;
Amsal 11 :25; Matius 25:14-30; 2 Korintus 9:6-8; Filipi 4:79. Bahkan dalam Alkiab, ada lebih
dan 2.350 ayat meagenai cara mengelola uang dan harta.26 Oleh karena itu berbicara tentang
ekonomi di tengah-tengah gereja tidaklah seharusnya yang menjadi hal yang tabu, justru
sebaliknya gereja harus peduli dan menempatkan dirirnya dalam hal pengembangan dan
permasalahan ekonomi.

2.3.2. Ekonomi dalam Pandangan Tokoh


Selanjutnya Ekonomi dalam pengertian dan istilah terdapat beberapa definisi para ahli sebagai
berikut:27
1. Pendapat Adam Smith, ekonomi adalah “Ilmu kekayaan atau ilmu yang khusus mempelajari
sarana-sarana kekayaan suatu bangsa dengan memusatkan perhatian secara khusus terhadap
sebab-sebab material dari kemakmuran, seperti hasil-hasil industri, pertanian dan
sebagainya”
2. Marshall mengemukakan: “Ekonomi adalah: Ilmu yang mempelajari usaha-usaha individu
dalam ikatan pekerjaan dalam kehidupannya sehari-hari. Ilmu ekonomi membahas
kehidupan manusia yang berhubungan dengan bagaimana ia memperoleh pendapatan dan
bagaimana pula ia mempergunakan pendapatan itu”
3. Menurut Ruenez: “Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam
menghadapi kebutuhankebutuhannya dengan sarana-sarananya yang terbatas yang
memmpunyai berbagai macam fungsi”.

25
Totok Mardikanto, Yesus Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat ( Solo, Prima Theresia Presindo,2005), 35.
26
T. Sihol Nababan “Gereja Dan Kesejahteraan Warga Dalam Persfektif Ekonomi Kerakyatan” dalam
Conference: Seminar Nasional Revitalisasi Peran Lembaga Agama terhadap Kesejahteraan Warga, Jubileum 150 tahun
HKBP (1861 – 2011), Medan 7 April 2011; 2-3.
27
Hendra Safari, Pengantar Ilmu Ekonomi (Palopo: Lembaga Penerbit Kampus IAIN Palopo, 2018), 8-9.
11

4. Mill J S mengungkapkan Ekonomi ialah sains praktikal tentang pengeluaran dan penagihan.
5. Menurut Abraham Maslow Ekonomi adalah salah satu bidang pengkajian yang mencoba
menyelesaikan masalah keperluan asas kehidupan manusia melalui penggemblengan segala
sumber ekonomi yang ada dengan berasaskan prinsip serta teori tertentu dalam suatu sistem
ekonomi yang dianggap efektif dan efisien.
6. Pendapat Hermawan Kartajaya, Ekonomi adalah platform dimana sektor industri melekat
diatasnya.
7. Sedangkan menurut Paul A. Samuelson: Ekonomi merupakan cara-cara yang dilakukan oleh
manusia dan kelompoknya untuk memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk
memperoleh berbagai komoditi dan mendistribusikannya untuk dikonsumsi oleh masyarakat.

Dari pengertian-pengertian ekonomi yang telah dideskripsikan di atas, dapatlah ditarik


kesimpulan bahwa ekonomi adalah, ilmu yang mempelajari upaya manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, baik secara perorangan maupun kelompok dengan mempergunakan segala
perangkat fasilitas yang berhubungan dan mendukung usaha dilakukannya kegiatan ekonomi,
dengan maksud agar memperoleh kesejahteraan atau kemakmuran. Ekonomi adalah sebuah
bidang kajian tentang pengurusan sumber daya material individu, masyarakat, dan negara untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Karena ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku
dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi dan berkembang
dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi dan atau
distribusi.

III. Dilema Etis Teologis Terhadap Aksi Tutup TPL terhadap Persoalan Ekonomi Masyarakat.
III.1. Sejarah Singkat Kehadiran TPL Dan Gejolak Yang Ada Di Dalamnya.
Pada awalnya Perusahaan ini adalah PT. Inti Indorayon Utama (PT. IIU) yang
memproduksi pulp (bahan campuran pembuat kertas) dan rayon (serat tekstil), mengantongi
izin konsesi pada tahun 1992 untuk pemanfaatan hutan tanaman industri se-luas 269.060
hektare dan areal pabrik produksi yang berdiri di Desa Sosorladang, Kecamatan Porsea,
Kabupaten Toba.28 Di tahun 2011 konsesi ini direvisi dengan SK 58/ Menhut-II/2011 tentang
Luasan Konsesi IUPHHK-HT PT Toba Pulp Lestari, Tbk, seluas 188.055 hektar. Areal

28
Delima Silalahi, Tombak Haminjon Do Ngolu Nami: Masyarakat Adat Batak Pandumaan dan Sipituhuta
Merebut Kembali Ruang Hidupnya (Yogyakarta: Insists Press, 2020), 16.
12

Konsesinya tersebar yang begitu sangat luas 11 kabupaten dan kota, antara lain: Kabupaten
Simalungun, Kabupaten Asahan, Kabupaten Toba, Kabupaten Pak-Pak Barat, Kabupaten
Tapanuli Selatan, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten
Dairi, Kabupaten Samosir, Kabupaten Padang Lawas Utara, dan Kota Sidempuan. 29 PT Toba
Pulp Lestari Tbk (“Perseroan”) didirikan dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal
Dalam Negeri No. 6 tahun 1968 jo. Undang-Undang No. 12 tahun 1970 berdasarkan akta
No. 329 tanggal 26 April 1983 dari Misahardi Wilamarta, SH, notaris di Jakarta. Akta
pendirian tersebut telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia
dalam surat keputusannya No. C2-5130.HT01-01 TH.83 tanggal 26 Juli 1983, serta
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 97 tanggal 4 Desember 1984,
Tambahan No. 1176. Dari data sejarah berdirinya TPL dapat kita simpulkan bahwa TPL
memeliki badan hukum atau pengakuan dari pemerintah sesuai dengan Undang-undang yang
berlaku di NKRI.30 Keberadaan PT TPL tentu sekali adalah berdasarkan Undang-Undang
yang berlaku di negara kita, seperti yang telah disampaikan di atas. Dan perlu di cermati
bahwa ada banyak masyarakat yang bergantung secara ekonomi terhadap TPL. Hinggga
taahun 2021 ada 8.956 orang yang menggantungkan hidupnya secara ekonomi di PT TPL.
Jumlah itu terdiri dari karyawan langsung sebanyak 1.230 orang tenaga kerja (77,8%
merupakan Suku Batak). Adapun karyawan tidak langsung mencapai 7.726 orang. Mereka
merupakan bagian dari 267 badan usaha lokal yang bermitra dengan TPL.31 Data ini
membuktikan kepada kita bahwa aksi Tutup TPL sangatllah berdampak kepada
kelangsungan kehidupan ekonomi masyarkat secara khusus karyawan dan Lembaga usaha
yang menjadi mitra bagi TPL.

III.2. TPL Dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat.


TPL selalu bekerjasama dengan pemangku kepentingan setempat baik dengan tokoh
masyarakat, pemuda, dan wanita maupun aparat Pemerintah terkait, Toba Pulp Lestari telah
berhasil menyelesaikan sejumlah isu sosial yang terkait dengan lahan dengan berpedoman pada
Ketentuan Perundangan yang berlaku. TPL mendorong penyesaian klaim lahan melalui program
29
https://www.tobapulp.com/tentang-kami/, Diakses 10 Maret 2023 Pukul 12.38 WIB
30
https://www.tobapulp.com/tentang-kami/, Diakses, 16 Maret 2023, Pukul 13.53 WIB
31
https://kliksumut.com/toba-pulp-lestari-berkomitmen-mencari-solusi-bersama-untuk-jawab-berbagai-
persoalan-yang-muncul/, Diakses, 16 Maret 2023, Pukul 14.10 WIB.
13

Perhutanan Sosial melalui mekanisme kerja sama kemitraan. TPL juga berhasil melakukan
penyelesaian masalah melalui program kerjasama kemitraan terhadap 10 klaim lahan yang telah
didaftarkan di KLHK, Toba Pulp Lestari bersama-sama dengan tokoh Pemerintah dan
masyarakat setempat telah berhasil menyelesaikan 9 (sembilan) dari klaim tersebut melalui
program kemitraan baik berupa Tanaman Kehidupan maupun Tumpang Sari (intercrop).
Pendekatan kemitraan ini merupakan solusi terbaik karena terbukti memberi manfaat yang
berkelanjutan dan pasti, khususnya buat masyarakat, pemerintah setempat maupun Negara. TPL
juga konsisten mengalokasikan dana untuk Community Development (CD)/Corporate Social
Responsibility (CSR) sebesar 1% dari pendapatan bersih. Di mana dana tersebut dialokasikan
untuk pendampingan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang ada di sekitar perusahaan.
Dana CD/CSR digunakan untuk pendidikan dan budaya, investasi sosial, dan kemitraan. Dalam
rangka kemitraan, upaya yang dilakukan perusahaan adalah melakukan kerja sama kemitraan
bisnis dengan masyarakat lokal dan memberikan pelatihan ketrampilan kepada masyarakat dan
juga memberikan modal usaha.32 Berdasarkan informasi dari Kepala Desa Siruar kecamatan
porsea, yang didapatkan penulis TPL juga memberikan pemberdayaan usaha Pertanian,
Peternakan dan perikanan kepada masyarakat demi peningkatan ekonomi masyarkat sekitar.
TPL juga memberikan dana hibah untuk gereja-gereja33 yang memberikan permohonan bantuan
fisik maupun kegiatan kerohanian.34 Gerakan menutup TPL juga menjadi dilema bagi
pemerintah, secara khusus pemerintah Kabupaten Toba, karena akan beresiko kepada 88.956
orang karyawan dan mitra yang lainnya. Tidak mungkin kita segampang itu menutup TPL,
karna pemerintah akan kesulitan dalam menyediakan lapangan kerja bagi karyawan yang akan
kehilangan pekerjaan tangkas Wakil Bupati Kabupaten Toba (Toni Simanjuntak) pada saat
penulis berdialog tentang masalah gerakan Tutup TPL.35

32
https://kliksumut.com/toba-pulp-lestari-berkomitmen-mencari-solusi-bersama-untuk-jawab-berbagai-
persoalan-yang-muncul/, diakses, 16 Maret 2023, Pukul 14.10 WIB
33
Hal ini kita dapat akses di internet, ada banyak gereja yang menerima bantuan dana hibah dari TPL untuk
pembangunan fisik gereja dan kgiatan lainnya, salah satu contoh pada tahun 2019 HKBP Marom, GJKI, GPDI, HKBP
nagasaribu dan HKBP naga timnul mendapat bantuan dana hibah dari TPL. Lihat: https://www.tobapulp.com/wujud-
toleransi-beragama-tpl-bersama-masyarakat-gotong-royong-cat-gereja/, Diakses pada, 16 Maret 2023, Pukul. 2.51 WIB.
34
Hasil wawancara dengan Bapak Pargaulan Marpaung, kepala Desa Siruar, kecamatan Porsea pada 24 Agustus
2022.
35
Hasil wawancara dengan Bapak Toni Simanjuntak, Wakil Bupati Kabupaten Toba, pada tgl 01 Februari 2023
14

III.3. TPL Dan Permasalahannya Dengan Masyarakat Sekitarnya (Pertanahan Dan


Lingkungan Hidup) Deperhadapkan Dengan Kajian Teologis
III.3.1.Pemasalahan Dan Kajian Teologis
Kelompok Sutdi dan Pengembangan Prakarsa Masyarkat (KSPPM) membuat laporan
tentang konflik masyarakat dengan PT. TPL di kawasan Danau Toba. Mereka menguraikan
data-data tentang penguasaan hutan dan konflik-konflik perusahaan ini dengan masyarakat adat.
Kelompok Studi Pembangunan Prakarsa Masyarakat (KSPPM) dengan sistematis
mendokumentasikan konflik-konflik pertanahan di Tanah Batak, diantaranya: masya-rakat adat
Pandumaan dan Sipituhuha vs PT. Toba Pulp Lestari (PT. TPL), masyarakat adat Naga Hulambu
vs PT. TPL, turunan Op. Oagar Batu/Op. Diharbangan Pardede vs PT. TPL, masyarakat adat
Aek Lung vs PT. TPL, masyarakat adat di Parlilitan vs PT. TPL, masyarakat adat Sugapa vs
PT.TPL, Himpunan masyarakat Parsaoran Sibisa vs Dinas Kehutanan Tobasa, masyarakat adat
Bulusilape vs PT. TPL, Bius Lottung Sinaga Situmorang vs PT. TPL, dan masyarakat adat
Lumban Sitorus vs PT. TPL. Data-data yang dibeberkan KSPPM ini menegaskan bahwa konflik
masyarakat dengan PT. TPL dilatarbelakangi perampasan lahan (tanah adat) yang sudah
dikelola oleh masyarakat secara turun temurun. Konflik ini menyebabkan masyarakat
kehilangan sumber pencaharian, krisis air bersih, tanah longsor, dan keresahan sosial di tengah
masyarakat. Artinya kebijakan pemerintah memberi izin operasional dan penguasaan lahan
kepada perusahaan ini layak dimonitor dan dievaluasi, sehingga kehadirannya bermanfaat bagi
masyarakat bukan sebaliknya menjadi sumber ancaman dan ketidakadilan yang mengorbankan
masyarakat. 36 Sumber pencemaran air Danau Toba dapat dibagi menjadi dua, yakni: kerusakan
di bagian hulu dan kerusakan di hilir. Kerusakan di hulu meliputi perambahan hutan secara
massif. Perlu dicatat bahwa hutan di hulu sungai merupakan daerah resapan air. Artinya
merusaknya berarti mengancam ketersediaan air danau. Selain itu pertanian di kawasan danau
dengan penggunaan pestisida dan pupuk kimia berpotensi mencemari danau. Sisa-sisa zat kimia
yang tidak terserap sempurna oleh tanaman berpotensi mengalir ke anak-anak sungai dan
kemudian ke Danau Toba. Uraian Victor Tinambunan memperlihatkan penurunan debit air
danau yang diakibatkan oleh sungai-sungai yang ada di hulu mengalami penurunan debit air
sekitar 60-70 % dalam kurun waktu 30 tahun terakhir.37
36
Suryani Simanjuntak, Konflik Pertanahan Di Tanah Batak (parapet: KSPPM, 2015), 10-12
37
Victor Tinambunan, Mendengar Jeritan Ibu Pertiwi Dari Tanah Sumatera, In Spritualitas Ecologis, ed:
Robinson Butarbutar, (Jakarta: Institud Dharma Mardika, 2014), 101
15

Perspektif hermeneutika korban mewajibkan keberpihakan komunitas beriman terhadap


mereka yang mengalami penderitaan. Mutiara Andalas menegaskan bahwa gereja bergumul
untuk dapat mendengarkan suara korban.38 Dampak krisis ekologi secara global yang terjadi di
Indonesia di atas, juga terjadi di sekitar kawasan Danau Toba. Hal ini di ungkapkan oleh ketua
umum PGI Gomar Gultom, bahwa hutan dirambah sedemikian rupa dan terjadinya pembakaran
hutan di sekitar kawasan Danau Toba. Hutan tropis dan aneka ragam kayu berubah jadi
monokultur eucalyptus, yaitu eucalyptus (kayu putih). Bencana alam berupa banjir dan longsor,
pada tahun 2020-2021 ini juga terjadi longsor di banyak tempat. Bahkan, banjir bandang terjadi
di Parapat bertepatan dengan Lebaran, 13 Mei 2021. Selain itu, musim cocok tanam tidak
menentu. Dulu warga tahu pasti kapan bercocok tanam, karena tahu kapan musim hujan. Tetapi
sekarang serba tidak menentu. Hal ini terjadi, dapat disebabkan sebagai dampak dari
perambahan hutan dan juga ketidak harmonisan relasi manusia dalam mengelola alam. 39
Keberadaan manusia sebagai Imago Dei yang menerima mandat dari Allah (Kej. 1: 27-28), yaitu
menguasai dan menaklukkan bukanlah hak istimewa, melainkan tanggung jawab yang sangat
istimewa yang harus dipertanggung jawabkan. Manusia sebagai gambar dan rupa Allah
terpanggil untuk hidup seirama dengan Allah mengasihi dan memelihara ciptaanNya.40 Manusia
tidaklah superior terhadap ciptaan lainnya, namun berada bersama (disamping) ciptaan yang
lain, di dalam solidaritas dengan ciptaan yang lain, meskipun tetap dalam perbedaan-perbedaan.
Untuk itulah manusia harus memandang semua ciptaan Allah secara integral (keutuhan ciptaan),
sebagaimana diciptakan Allah sebagai suatu yang baik (Kej. 1: 10-12). Segala mahluk hidup
berada dalam relasi saling bergantung dan saling memerlukan (ekosistem). Merusak keutuhan
ciptaan ini, berarti memusnahkan semua hal yang mendukung hidup manusia itu sendiri. Maka
disinilah panggilan kepada suatu pola hidup baru yang berdasar pada penatalayanan dan
pengasihan, bukan penguasaan dan eksploitasi atas ciptaan yang lain (bnd. Maz 104). 41 Keadaan
manusia yang jatuh kedalam dosa membaut manusia gagal menjalankan fungsinya sebagai
gambar dan rupa Allah. Dosa itu juga mengakibatkan manusia mengalami ketakutan dan
kerakusan dalam menghadapi atau mengelola bumi dan segala isinya. Narasi penciptaan
38
Mutiara Andalas, kesucian Politik, Agama dan Politik Di Tengah Krisis Kemanusiaan,(Jakarta: BPK GM,
2008), 56
39
Gomar Gultom, “Ketua Umum PGI Pdt. Gomar Gultom Sampaikan 15 Alasan Menutup PT. TPL, pgi.or.id
40
Victor Tinambunan, Gereja dan Orang Percaya: Oleh Rahmat Menjadi Berkat di Tengah Krisis Multi Wajah,
(Pematangsiantar: L-SAPA STT HKBP), 2006, 56.
41
Junus E.E. Inabuy dalam Philipus Tule dan Wilhelmus Djulei (ed), 61.
16

memperlihatkan bahwa kejatuhan, menyebabkan manusia dengan susah payah menghadapi bumi
yang tidak lagi bersahabat dengannya (Kej 3: 17-19). Hal demikian juga menyebabkan manusia
mengalami rasa takut dan kwatir menghadapi bumi dengan kwatir dan dengan rakus atau loba
(Mat. 6: 19-34). Sehingga dosa itu jugalah yang menyebabkan manusia bertindak sewenang-
wenang atas bumi dan segala isinya.42
Dalam sudut pandang Ekoteologi adalah hal yang tidak tepat apa yang dikerjakan oleh
TPL jika itu memang menyebabkan kerusakan alam, untuk itu gereja harus menyuarakan agar
TPL tetap konsisten ke dalam cita-cita luhurnya dalam pengelolaan Hutan Industri demi
peningkatan kesejahteraan rakyat dan menjaga keseimbangan Alam. Namun jika harus memaksa
TPL untuk tutup adalah salah satu hal yang memiliki resiko yang besar bagi masyarakat secara
khusus untuk gereja, sebab jika TPL tutup maka warga gereja jugalah yang nantinya akan
mengalami pengangguran atau kehilangan pekerjaan. Kedaaan bumi yang telah di eksploitasi
oleh manusia, itu jugalah yang menjadi maksud dari penebusan Kristus yaitu membuka cara
pandang yang baru agar kita memahami penebusan Krsitus mereupakan pemulihan akan dunia
ini (bnd: Yoh.3: 16).
Manusia diberi otoritas menaklukan dan menguasai segala binatang ciptaan Tuhan,
namun tetap kuasa yang dimiliki bersifat terbatas karena manusia tetap tunduk pada otoritas
Penciptanya (kej. 1: 28). Hal ini berarti kekuasaan manusia tersebut bukan kekuasaan tanpa
batas, tetapi kekuasaan yang terkontrol sebab Tuhan yang empunya kerajaan (Mzm. 22:29). Dari
hal ini, manusia sudah diberi tanda batas kewenangannya, namun manusia tidak
memedulikannya. Karena itu, Yesus mencela sikap dan perilaku kesewenang-wenangan seperti
(Matius 20:26). Manusia itu semestinya menjadi pelayan bagi alam semesta ini, yaitu dengan
cara memeliharanya, menjaga agar keberlangsungan hidup menjadi suatu hal utama. Dengan
peduli kepada alam lingkungan berarti juga peduli kepada manusia sesamanya. Dalam hal ini,
Robert P. Borong mengatakan bahwa etika lingkungan selalu bertolak dari refleksi mengenai
perilaku manusia.43

III.4. Analisa Etika Terapan Terhadap Aksi Tutup TPL Dalam Damapaknya kepada
Kehidupan Ekonomi Masyarkat.
42
R. P. Borrong, Panggilan Memelihara Bumi Dalam Seri Membangun Bangsa, Peran Serta Gereja Dalam
Pembangunan Nasional, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1998), 126-127
43
Robert P. Borong, Etika Bumi Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014), 138
17

Dari data dan informasi yang telah viral tentang kerusakan alam yang disebabkan TPL
secara khusus juga tingkat polusi udara di daerah sekitarnya tidak dapat disangkali bahwa itu
bertentangan dengan firman Tuhan, seperti halnya yang dikatakan dalam penciptaan bahwa kita
ditugaskan untuk mengusahakan dan memelihara seluruh ciptaan Allah. Dalam kajian teologis
tentu wewenang telah diberikan Allah untuk mengusahakan dan mengelola bumi dan segala
isinya kepada manusia, karena itu perlu dipertimbangkan kesejahteraan manusia dan
kesejahteraan lingkungan haruslah dalam keadaan yang seimbang dan saling melengkapi, bukan
merusak. Itu sebabnya gereja perlu mengkritisi TPL dalam operasionalnya dan dampaknya yang
mengakibatkan kerusakan yang dimungkinkan bisa berkepanjangan namun dalam satu sisi akan
lebih baik juga Gereja bergandeng tangan dengan pemerintah dan TPL itu sendiri untuk mencari
solusi dalam menangani dan mencegah terjadinya kerusakan alam dan lingkungan sekitar TPL.
Adalah hal yang sangat dilematis juga jika gereja memaksa TPL untuk tutup tanpa memberi
solusi untuk Karyawan yang bekerja disana, jika gereja menuntut TPL tutup maka gereja juga
harus bertanggung jawab untuk keberlangsungan kehidupan Ekonomi masyarakat yang bekerja
dan menggantung diri secara ekonomi kepada TPL. Satu sisi gereja juga tidak konsisten dengan
dirinya, menuntut TPL ditutup namun juga meminta CSR PT TPL untuk membantu
pembangunan fisik gerja dan kegiatan kerohanian dan pemberdayaan masyarakat dalam
ekonomi dan lain sebagainya. Aksi menutup TPL sungguh menjadi dilemma bagi Gereja,
Pemerintah dan Masyarakat karena aka nada efek samping yang besar untuk kehidupan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang menjadi pekerja di TPL. Dan hal yang bisa
dilakukan adalah mencari jalan lain melalui kajian-kajian ilmiah dan ikatan hukum agar TPL
bisa beroperasi tanpa menciptakan dampak yang besar kepada lingkungan sekitarnya.

IV. Kesimpulan
IV.1. Sejak pada masa penciptaan Allah tetap memberi kuasa dan kebebasan bagi manusia untuk
mengelola bumi dan segala isinya, itu artinya prinsip dan perlakuan ekonomi sudah muncul
sejak pada masa penciptaan itu. Namun ketika manusia sudah jatuh kedalam dosa manusia
menjadi bablas, kuasa yang diberikan oleh Allah digunakan dengan tanpa mempertimbangkan
pemeliharaan kepada ciptaan lainnya hingga menyebabkan dampak ekonomi yang semakin
jahat dan merusak bagi manusia dan ciptaan itu sendiri. Dan jika kita melihat dalam Alkitab
Allah dalam pemeliharaannya tetap senantiasa menginginkan uamatNya untuk hidup dalam
18

kesejahteraan sehingga umatnya pun dipanggil untuk menjadi berkat dan kesejahteraan bagi
umat yang lainya dan bagi seluruh ciptaan lainnya.
IV.2. Terkhusus untuk PT TPL yang juga berperan dalam peningkatan ekonomi atau kesejateraan
bagi masyarkat sekitarnya perlu diberi kajian ilmiah tentang dampak operasinya terhadap
Kesehatan, lingkungan dan peradaban masyarakat. Namun dalam aksi menutup TPL, kita perlu
mengkaji ulang terhadap dampak ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Jika gereja mampu
mengkritisi maka gereja juga harus memberi solusi.

V. Daftar Pustaka
Buku-Buku
Andalas, Mutiara kesucian Politik, Agama dan Politik Di Tengah Krisis Kemanusiaan, Jakarta: BPK
GM, 2008
Baddley, Michelle Behavioural Economics and Finance, New York: Routledge, 2019
Dahlan. Kamus Sosilogi Antropologi, Surabaya:Indah, 2001
Damanik, Konta Gereja dan Kegiatan Ekonomi Bisnis Bina Darma no. 48, tahun ke 13, 1995
Darmaputera, Eka. Etika Sederhana untuk Semua: Bisnis, Ekonomi dan Penatalayanan, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1990
Denni H.R. Pinontoan, Gereja Yang berpijak Dan Berpihak, Yogyakarta: Lintang Rasi Aksara
Books,2013
Duchrow, Ulrich Mengubah Kapitalisme Dunia, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999,
Hendar, Ekonomi Koperasi, Jakarta: Lembaga Penerbit UI,2001.
Karl Polanyi, Transformasi Besar: Asal-usul Politik dan Ekonomi Zaman Sekarang, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2003,
Made Gunarakawasti Mastra, Teologi Kewirausahaan , Jokjakarta, Taman Pustaka, 2009
Mankiw, N. Gregory Pengantar Ekonomi Mikro, Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2018.
Poerwowidagdo, Judo. Ekonomi dan Teologi, Jakarta: BPK, 2002
R. P. Borrong, Panggilan Memelihara Bumi Dalam Seri Membangun Bangsa, Peran Serta Gereja
Dalam Pembangunan Nasional, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1998
Safari, Hendra Pengantar Ilmu Ekonomi, Palopo: Lembaga Penerbit Kampus IAIN Palopo, 2018
Sembiring, Mahli Kiat Bisnis Kristen, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997
Setio, Robert Teologi Ekonomi, Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2002
19

Silalahi, Delima Tombak Haminjon Do Ngolu Nami: Masyarakat Adat Batak Pandumaan dan
Sipituhuta Merebut Kembali Ruang Hidupnya, Yogyakarta: Insists Press, 2020
Simanjuntak, Suryani Konflik Pertanahan Di Tanah Batak, Parapet: KSPPM, 2015.
Singgih, Gerrit Emmanuel Iman Dan Politik Dalam Era Reformasi, Jakarta:BPK Gunung Mulia,
2000
Sosiopater, Karel. Etika Bisnis, Jakarta: Suara Harapan Bangsa, 2013
T. Sihol Nababan “Gereja Dan Kesejahteraan Warga Dalam Persfektif Ekonomi Kerakyatan” dalam
Conference: Seminar Nasional Revitalisasi Peran Lembaga Agama terhadap Kesejahteraan
Warga, Jubileum 150 tahun HKBP (1861 – 2011), Medan 7 April 2011; 2-3.
Tinambunan, Victor Mendengar Jeritan Ibu Pertiwi Dari Tanah Sumatera, In Spritualitas Ecologis,
ed: Robinson Butarbutar, Jakarta: Institud Dharma Mardika, 2014
Totok Mardikanto, Yesus Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat, Solo, Prima Theresia
Presindo,2005
Woodhead, R, Linda Kendall Soulen, God And Human Dignity, Amerika Serikat: Eerdmans
Publishing Company,2001.

Website
Gultom, Gomar “Ketua Umum PGI Pdt. Gomar Gultom Sampaikan 15 Alasan Menutup PT. TPL,
pgi.or.id
Paul Hidayat “Persfektif Kristen Tentang Ekonomi” dalam Situs Online Teologi Reformed Injil
SOTERI https://reformed.sabda.org/perspektif_kristen_tentang_ekonomi_1 diakses Kamis
pada 18 Maret 2023, 20.43 WIB.
https://www.tobapulp.com/tentang-kami/, Diakses 10 Maret 2023 Pukul 12.38 WIB
https://www.tobapulp.com/tentang-kami/, Diakses, 16 Maret 2023, Pukul 13.53 WIB
https://kliksumut.com/toba-pulp-lestari-berkomitmen-mencari-solusi-bersama-untuk-jawab-
berbagai-persoalan-yang-muncul/, Diakses, 16 Maret 2023, Pukul 14.10 WIB.
https://kliksumut.com/toba-pulp-lestari-berkomitmen-mencari-solusi-bersama-untuk-jawab-
berbagai-persoalan-yang-muncul/, diakses, 16 Maret 2023, Pukul 14.10 WIB
https://www.tobapulp.com/wujud-toleransi-beragama-tpl-bersama-masyarakat-gotong-royong-cat-
gereja/, Diakses pada, 16 Maret 2023, Pukul. 2.51 WIB.

Anda mungkin juga menyukai