Anda di halaman 1dari 13

RPP

(RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN)

Nama Sekolah : SMTK AGIA SHOPIA


Mata Pelajaran : Etika – Etika Sosial Ekonomi
Kelas/Semester : X/II
Alokasi Waktu : 2 X 30 menit

A. Kompetensi Inti

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, (gotong

royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif, dan menunjukkan sikap

sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif

dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa

dalam pergaulan dunia.

3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural

berdasarkan rasa keingintahuannya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan

humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait

fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian

yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

4. Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan

pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan

metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Standar kompetensi :
kempauan menganalisa dasar-dasar etika Kristen dan berbagai sikap arif dalam setiap
pengambilan keputusan.
C. Kompetensi Dasar
1. Siswa dapat mengidentifikasi nilai-nilai social ekonomi.
2. Siswa dapat membedakan nilai-nilai etika social ekonomi di luar pemahaman
Agama Kristen
D. Tujuan Pembelajaran
Memahami dan memiliki kemampuan mengidentifikasi nilai-nilai social ekonomi dan
dapat membedakan nilai-nilai etika social ekonomi di luar pemahaman Agama Krsten sehingga
mereka dapat mengimplikasikan dan meyakini nilai-nilai social ekonomi yang selaras dengan
moral Kristen. Siswa juga mampu mengaplikasikan nilai-nilai etika social ekonomi dalam
kehidupan sehari-hari.
E. Materi Pembelajaran
ETIKA SOSIAL EKONOMI

I. Sejarah Etika Sosial Ekonomi


Menurut definisinya ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia yang
terbatas untuk memakmurkan tingkat kepuasaan pelaku ekonomi itu sendiri. Kepuasan biasanya
diimplikasikan menurut pendapat dan keuntungan dan palku ekonomi bbiasanya terdiri dari
rumah tangga, perusahaan dan pemerintah. Dalam prakteknya jalannya ekonomi di masyrakat
sangat dipengaruhi oleh sistem yang dianut oleh suatu Negara. Salah satu sistem ekonomi yang
efektif secara ekonomis dan paling banyak diikuti adalah sistem ekonomi dengan persaingan
bebas.
Tujuan dari sistem ekonomi dengan persaingan bebas adalah semata-mata untuk
memaksimumkan penerimaan uang dan untuk mencapai tujuan itu sering terjadi bahwa pelaku
ekonomi tidak bekerja sesuai dengan norma-norma yang berlaku atau tidak mengikuti norma-
norma agama (dekradasi moral).
Fungsi gereja dalam pelayanan masyarakat adalah menolong jemaat Tujhan untuk tidak
terjebak dalam tujuan hidup untuk mencari uang saja, tetapi dapat memahami tujuan hidup yang
sesungguhnya adalah memuji dan memuliakan Allah.
Adapun etos kerja Sosial adalah etos kerja yang dilandasi oleh cara pandang bahwa
bekerja bukan sekedar untuk mencari nafkah, tetapi juga untuk perkembangan diri serta
pengambdian kepada masyarakat dan bangsa.
Ada tiga pola pembinaan dan pengelolaan hidup keluarga sebagai berikut :
1. Pola pembinaan dan pengelolaan keluarga sepenuhnya dipegang oleh kepala keluarga.
Artinya apa yang digariskan oleh kepala keluarga harus dilaksanakan tanpa ada
kompromi dengan anggota keluarga yang lain.
2. Pola pembinaan dan pengelolaan keluarga dimana istri dikondosikan sebagai pengolah
nafkah keluarga dan tidak diperbolehkan membantu kepala keluarga dalam hal mencari
nafkah keluarga. Dalam arti istri tempatnya di rumah
3. Pola adanya proses musyawarah dengan anggota keluarga lainnya dalam rangka
penetapan keputusan bagi kelangsungan hidup keluarga tersebut.

Modal dasar keluarga terdiri dari:


1. Tujuan hidup mencari kerajaan Allah dan manfaatkan berkat Tuhan bagi kelanjutan
hidup di dunia fana ini.
2. Sumber daya yang terdiri dari iman, daya (tenaga) dan dana.

1.1. Manusia Sebagai Homo Ekonomicus


Sejak manusia dilahirkan ke dunia ini, memerlukan makan, minuman dan pakaian untuk
mempertahankan hidup. Untuk mengetahui usaha-usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidup, maka manusia mengembangkan suatu ilmu yaitu ilmu ekonomi. Istilah ekonomi pertama
kali dikemukakan oleh seorang ahli filsafat dari Yunani yang bernama Xenophan. Istilah
ekonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu “oikonomia” yang terdiri dari dua suku kata yaitu
oikos yang artinya rumah tangga dan nomos artinya mengurus atau mengatur.
Jadi ekonomi berarti cara mengurus atau mengatur rumah tangga. Rumah tangga
memiliki pengertian yang luas yaitu rumah tangga keluarga, rumah tangga perusahaan, rumah
tangga Negara, rumah tangga suatu perkumpulan atau perserikatan. Itulah sebabnya masing-
masing mempunyai ART (Anggaran Rumah Tangga).
Dalam arti luas, ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari usaha-usaha manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya untuk mencapai kemakmuran atau dengan kata lain ilmu
ekonomi adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam masyarakat dalam
usaha mencapai kemakmuran yang diharapkan.
Dalam menjalani hidupnya manusia melakukan tindakan ekonomi yaitu usaha yang
dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, maka manusia berada dalam hiduo
perekonomian atau dikenal homo ekonomikus atau manusia ekonomi artinya manusia cenderung
tidak pernah puas dengan apa yang telah diperoleh dan senantiasa terus berusaha memenuhi
kebutuhannya.
Tujuan ilmu ekonomi yang utama adalah utuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan
hidup lahir bathin. Selain itu tujuan ilmu ekonomi juga adalah mempelajari berbagai peristiwa
eknomi dan cara untuk mendapatkan pengetahuan tentang hidup masyarakat yang berhubungan
dengan pemenuhan kebutuhan. Selama kebutuhan manusia belum terpenuhi semuanya, selama
itu juga manusia tidak akan merasa puas.

1.2. Manusia sebagai Makhluk Sosial


Menurut kesaksian Alkitab, manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, hal ini
menunjukan bahwa keistimewaan hakekat amnsuia yang tidak sama dengan makhluk-makhluk
ciptaan yang lainnya. Manusia memiliki kelebihan dan kekhususan, sebagai gambar dan rupa
Allah maka manusia bertanggung jawab secara vertical (terhadap Allah) maupun secara
horizontal (terhadap sesama manusia). Dalam hubungan tanggung jawab ini manusia sebagai
gambar dan rupa Allah (imago dei) artinya sebagai persekutuan yang menjadi dasar titik tolak
manusia mengembangkan kehidupannya yang kita sebut dengan kebudayaan. Manusia dikatakan
sebagai makhluk social yang berbuadaya adalah manusia diciptakan sebagai laki-laki dan
perempuan untuk saling berelasi (bersekutu) sehingga manusia bias mengembangkan
kehidupannya.
Manusia dikatakan hidup di dalam persekutuan apabila ia mempunyai relasi dengan
sesamanya. Dengan dasar persekutuan ini maka manusia mengembangkan kebudayaan
kehidupn bersama. Manusia sebagai makhluk social hidup dalam lingkungan kebudayaannya,
tetapi bukan berarti manusia terisolasi bersama budayanya karena sebagai makhluk yang
beragama maka manusia (kita) tidak boleh menutup diri bagi orang lain, kebudayaan lain, tetapi
berpedoman kepada ajaran Injil Kristus dan kita boleh belajar dari pengalaman orang lain, juga
pengalaman umat Allah dari sepanjang sejarah.
Orang Kristen sebagai makhluk social juga terpanggil untuk berperan dalam
pengembangan teknologi dengan terikat dengan norma-norma tuhan yakni tuntutan cinta kasih
kepada Allah dan kepada sesame manusia (Mat 22:37-39). Gereja harus hidup dalam dunia dan
memperbaharui dunia, termasuk budayanya. Kristus datang sebagai penebus yang
memperbaharui masyarakat.
Sejak manusia diciptakan Allah telah member mandate (kuasa) kepada manusia tanggung
jawab yakni menjaga keutuhan ciptaanNya, oleh sebab itu manusia dikarunia akal budi sehingga
dapat menata dan mengelola dengan baik demi kesejahteraan manusia itu sendiri. Manusia
menguasai bumi berdasarkan bukan berdasarkan haknya tetapi atas perkenanan Allah.

1.3. Masalah etis Sosial Ekonomi Masa Kini


Masalah etis social ekonomi rentan terjadi pada masa kini, khususnya daerah rawan
konflik dan tertimpa bencana alam. Musibah merupakan sebuah fenomena alam yang tidak
pernah bisa kita duga kapan dan di mana datangnya dan merupakan pukulan berat bagi kita
dengan tiada hentinya.
Contohnya pada tahun 1992 terjadi gempa yang disertai dengan gelombang tsunami di Flores
yang menewaskan ada sekitar 2000 orang, pada tanggal 26 nopember 2004 Gempa bumi di Alor
dan Nabire, atau peristiwa gempa bumi dan tsunami di Aceh yang terjadi pada 26 Desember
2004. Selain itu bencana alam diberbagai daerah. Peristiwa-peristiwa ini kita tidak akan
melupakannya bahkan kita berharap peristiwa itu jangan terulang kembali. Namun total kerugian
yang ditimbulkannya pun hamper tak terhitung, dari sudut pandang ekonomi sudah jelas bencana
nasional ini mengakibatkan perekonomian nasional akan semakin terpuruk karena membutuhkan
dana yang cukup untuk pemulihan perekonomian rakyat.
Masih banyak hal-hal lain yang menyebabkan perekonomian kita menjadi hancur seperti
illegal loging (penebangan kayu secara illegal, dll). Ditinjau dari sudut etika jelas ini adlah ulah
manusia yang menebang pohon secara liar merupakan suatu perbuatan yang tidak terpuji. (tidak
etis) ditinjau dari sudut ekonomi merupakan tindak kejahatan yang merugikan Negara. Masalah
etis social ekonomi bukan hanya terjadi akibat bencana alama, tetapi juga dampak dari tayangan
TV-TV Nasional yang menayangkan tayangan mistik sehingga bukan lagi merangsang
pengembangan daya nalar siswa di semua jenjang pendidikan, sehingga lambat laun anak-anak
akan berpikir bahwa tanpa belajar dan bekerja keraspun kita bisa hidup baik. Tanyangan mistik
seperti sinetron-sinetron: acara kismis, dunia lain, ekspedisi alam gaib dll.

1.4. Nilai-nilai etika Sosial Ekonomi


 Konsumerisme
Sikap Alkitab terhadap konsumerisme cuku jelas dan tegas dikatakan, yakni setelah Allah
menciptakan manusia dan menempatkannya dalam Taman Eden. Allah memberi perintah kepada
manusia: “Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam
taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik
dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah
engkau mati”. Namun manusia melanggar dan memakannya, hal ini menunjukan betapa rakus
dan tamaknya manusia terhadap berkat yang diterimanya.
Dalam Perjanjian Baru Yesus mengajarkan dalam Doa Bapa Kami, agar kita meminta
makanan yang secukupnya dan hanya untuk kebutuhan satu hari (Mat 6:11), dalam hal ini kita
diajarkan untuk dapat hidup berhemat, jangan boros dan juga agar setiap hari kita dapat berdoa
dan bersyukur kepada Bapa di Sorga atas pemeliharaan dan segala berkat yang telah kita terima.
Artinya dalam era globalisasi masa ini orang Kristen perlu mengembangkan pola hidup
sederhana.

 Materialisme
Sikap Alkitab terhadap materialism jelas dan tidak mendua. Materi baik adanya, ciptaan
Allah berkatNya untuk dipakai dalam prinsip penatalayanan untuk kepentingan diri sendiri
dan sesame. Allah menciptakan materi agar diolah untuk memenuhi kebutuhan hidup kita.
Allah menentang sikap materialistis dan paham materialisme. Mazmur 62:11, Amsal 11:28
Efesus 5:5) artinya dalam zaman ini terhadap harta adalah mempertuhankan mamon.
Dampak negative Materialisme
Pertama: materi yang merupakan bagian dari realita ciptaan Tuhan dijadikan atau diangkat ke
taraf hakekat realita. Akibat orang materialistis menabung di tempat yang salah. Yesus
mengatakan menabung yang paling aman adalah menabung di sorga bukan dunia (Mat 6:19).
Kedua: materialize menjadikan materi sebagi tuan bukan hamba. Akibatnya orang materialistis
melayani tuan yang palsu, sikap materialisme adalah selalu kuatir dan gangguan jati diri.
Konsumerisme dan materialisme adalah gaya hidup modern yang erat kaitanya atau sangat
berpengaruh terhadap nilai-nilai etika social ekonomi. Semua etika bercorak social dan semua
individu di dalam masyarakat Indonesia pada masa kini tidak luput dari krisis ekonomi
berkepanjangan akibat konsumerisme dan materialisme yang telah membudaya.
1.5. Etika Ekonomi dan Sosialisasinya

Dunia kita telah memasuki era globalisasi, dan seluruh aspek kehidupan manusia terkena
imbasnya. Di era kemajuan ini kita melihat bahwa keberhasilan seseorang itu diukur dari segi
materi, bukan karena gelar, pangkat atau jabatan. Bisa saja penghasilan tukang ojek atau
penarik becak dan kuli bangunan lebih besar dan gaji seorang pegawai negri. Apalagi kita
lihat sekarang ini di segala tempat banyak bermunculan kaum pengangguran intelek akibat
tidak adanya lowongan kerja, sementara untuk bekerja kasar seperti narik becak mereka malu
karena merasa sudah cukup' berpendidikan (sarjana).
Kaum pengangguran juga manusia yang perlu makan dan minum serta mendapat
perhatian serius d pemerintah agar dapat hidup dengan layak, karena kalau tidak maka mereka
akan tetap hidup sebagai parasit atau benalu yang terus menggerogoti baik perekonornian
keluarga maupun masyarakat. Situasi dan kondisi seperti ini tentunya akan berpeluang
menciptakan berbagai aksi peremanisme seperti praktek percaloan, perjudian, prostitusi dan
miras. Banyak pemuda setempat (PS) menjadi jagoan di kampungnya sendiri, apalagi kalau
mereka merasa didukung oleh salah satu organisasi kemasyarakatan pemuda (OKP). Para
pemuda setempat yang rata-rata hidup menganggur ini terpaksa melakukan berbagai aksi
peremanisme dengan satu tujuan, yaitu agar mendapat uang. Misalnya, mereka mengutip uang
pereman dan setiap pedagang K-5 dengan dalih keamanan, karena kalau tidak mereka tidak dapat
berjualan di sana.
Dalam masyarakat kita sekarang ini tampak adanya kecenderungan untuk makin menjadi individualis dan
egois. Orang mengejar kepentingannya sendiri. dengan cara halal maupun tidak halal, tanpa peduli bahwa akan
ada orang, kelompok agama, kelompok suku, masyarakat ataupun warga negara yang menderita atau
dirugikan karena perbuatannya. Di samping itu, penggunaan kekerasan makin terlihat dalam kehidupan sehari-
hari. Misalnya perampokan nasabah bank atau tawuran antar pelajar dengan menggunakan berbagai alat dan terjadi
bukan hanya antar orang dengan siapa mereka ada perkara, melainkan juga dengan orang yang sama sekali mereka
tidak kenal.
Perasaan orang akhir-akhir ini seakan-akan telah menumpul, kurang ada rasa peka,
rasa kasihan dan rasa kasih satu pada yang lain. Padahal Allah menentang
individualisme. Allah menghendaki agar manusia mengasihi sesamanya manusia
seperti dirinya sendiri, tetapi bukan berarti harus mementingkan dirinya sendiri.
Misalnya, karena faktor mementingkan diri sendiri maka seorang pereman memaksa seorang
wanita tua yang sedang berjualan sayur-sayuran di kaki lima harus memberikan uang pereman. Ia
tidak peduli atau tidak mau tahu apakah jualan wanita tua itu sudah ada yang laku atau tidak.
Sejak bergulirnya era reformasi (Juli 1998) badai krisis ekonomi (moneter) bertiup kencang
menyapu seluruh permukaan ibu pertiwi, berarti kita sudah satu dekade dilanda krisis. Ekonomi
nasional yang bertumpu kepada industri serta didominasi sekelompok kecil pengusaha,
rupanya di hadapan badai krisis ekonomi, tak lebih dari satu bangunan rapuh yang setiap
saat dapat ambruk ke bumi. Pilar-pilar bangunan ekonomi nasional penuh lobang-lobang akibat
dimakan rayap kolusi, korupsi dan nepotisme. Ternyata kerusakan yang ditemukan bukan hanya
di sektor politik, hukum, sosial budaya, dan agama. Penyakit kronis KKN (Kolusi, Korupsi, dan
Nepotisme) ini sudah begitu lama menggerogoti di semua sektor khidupan berbangsa dan
bernegara, dan menimbulkan krisis kepercayaan yang sukar untuk dipulihkan.
Mayoritas masyarakat Indonesia adalah masyarakat berekonomi lemah, dalam arti
hidup dengan penghasilan yang pas-pas-an, dan kebanyakan dari antaranya justru masih hidup
di bawah garis kemiskinan. Bahkan masih banyak masyarakat yang hidup serba kekurangan,
tidak punya tempat tingggal dan pekerjaan tetap. Dalam situasi dan kondisi yang cukup
memprihatinkan ini tidak tertutup kemungkinan banyak orang berlaku tidak etis terhadap sesamanya,
seperti berdusta, mencuri, menipu, dan membunuh. Alasannya mungkin cukup sederhana, yaitu
karena perutnya lapar. Hati orang akan senang kalau perutnya kenyang, tetapi kalau lapar apa
saja akan dilakukannya demi perut sejengkal. Semuanya ini menggambarkan kepada kita,
bahwa kita memang butuh uang minimal untuk mempertahankan hidup dan memperbaiki nasib serta
masa depan kita.

Di dalam kehidupan kita masa kini tampaknya uang dapat menganr segalanya,
itulah sebabnya muncul suatu ungkapan dengan singkatan KUHP (= Kasih Uang Habis
Perkara). Hal ini sudah menggejala atau merupakan swam fenomena, bahwa faktor
ekonomi ternyata sangat dominan mempengandi ehidupan masyarakat. Ada suatu
ungkapan yang cukup populer di kalangma masyarakat untuk menyoroti perilaku seseorang
yang mata duitan terhadap teman,- teman sepergaulannya, yaitu: "Ada uang abang sayang, kalau
tak ada uang abang melayang", dan dalam bahasa Batak terkenal dengan ungkapan, "Molo
Moog hepeng sude mandok lae, alai molo ndang adong hepeng sude mamursik be".
Uraian di atas ingin menggambarkan kepada kita bagaimana sikap berparapura itu cenderung
selalu ditunjukkan oleh seseorang terhadap lawan bicara aim teman ngobrolnya yang kebetulan
banyak uang (orang kaya). Banyak maw berlaku sopan atau berpenampilan santun serta
bertutur manis, hanya ingia menarik simpati atau empati dan orang lain terhadap dirinya, tetapi
ujungujungnya minta dikasihani atau diberikan uang. Perilaku yang berpura-pura ini jelas tidak etis,
apalagi kalau bermotifkan uang atau mencari keuntungan.
Manusia adalah makhluk hidup, oleh karena itu is butuh makan don minum. Untuk
mendapatkan makanannya, manusia memanfaatkan kemampan berpikir dan fisiknya. Berbagai macam
usaha yang dilakukan, dan yang parse sederhana sampai paling canggih sekalipun. Allah adalah
pencipta alam smogs dan segala isinya. Itu berarti setiap manusia atau makhluk hidup yang Walsh
bagian dari ciptaan memiliki hak yang sama untuk menikmati alam das memanfaatkannya untuk
kelangsungan hidup. Bumi tempat manusia Nap diciptakan sungguh amat baik (Kej. 1:31). Manusia
akan merasa bersalah bin memakai alam ini dengan tidak baik dan menyebabkan terjadinya kerusaicaa
Menurut kesaksian Mazmur 104, bumi diciptakan dengan dua fungsi, yaitu frog* oikumenis (untuk didiami)
dan fungsi ekonomis (untuk dimanfaatkan demi kelangsungan hidup).
Etika ekonomi sebenarnya sulit untuk disosialisasikan, karena etika ekonomi ini adalah etika yang

menyangkut keuangan, atau tidak terlepas dari apa yang namanya "uang". Manusia sebagai pelaku
ekonomi justru lebih memprioritaskan ekonominya ketimbang etikanya. Atau dengan kata lain mereka tidak
peduli berdosa atau tidak, yang penting dapat uang atau keuntungan. Misalnya, ada seseorang menemukan
sebuah dompet di jalanan, dan dan KTP-nya ia jelas tahu siapa nama dan di mana alamat siempunya dompet
tersebut, tetapi ia lebih memilih menggunakan uang yang ada di dalam dompet itu untuk keperluannya
ketimbang hams mengembalikannya. Ia merasa tidak berdosa dengan perbuatannya itu, bahkan sebaliknya ia
merasa bersyukur kepada Tuhan karena telah diberikan rizki atau berkat kepadanya pada hari itu.
Etika ekonomi juga sulit untuk disosialisakan karena praktek ekonomi seperti kegiatan atau transaksi
jual-beli biasanya tidak mengenal batas usia. Misalnya, seorang pedagang tidak peduli dengan batas usia calon
pembelinya, apakah anak-anak, pemuda, orangtua, dan kakek-kakek atau nenek-nenek, ia tetap menawarkan barang
dagangannya dengan harga yang sama. Dan ia (pedagang) juga tidak peduli apakah calon pembelinya itu orang
kaya atau orang miskin, satu suku atau tidak, satu agama atau tidak, satu kampung atau tidak, bahkan famili dekat
atau tidak, karena yang hanya dipikirkannya adalah bagaimana cara untuk memperoleh keuntungan sebanyak-
banyaknya. Mungkin, hanya orang yang bermoral tinggi sajalah yang mau menjual barang dagangannya
dengan harga pokok kepada orang miskin dan kepada kakek-kakek atau nenek-nenek, tetapi yang jelas sudah
jauh menyimpang dari prinsip-prinsip ekonomi.

PANDANGAN TENTANG ETIKA SOSIAL EKONOMI


Alkitab mengajarkan bahwa manusia harus bekerja barn dapat makan, tetapi nyatanya
dengan berdusta, mencuri dan membunuh pun manusia dengan mudah dapat makan dan bahkan
memperoleh lebih dari apa yang mereka butuhkan tanpa hams lebih dulu bekerja memeras
keringat dan banting tulang. Dalam kasus ini apa yang sudah mereka lakukan sudah tepat sasaran,
karena apa yang mereka inginkan atau harapkan sudah terpenuhi, hanya caranya saja mungkin
yang salah bila dipandang dan sudut etika, apalagi kalau sampai inelanggar hukum atau tidak
sesuai dengan norma-norma Agama, karena: berdusta, mencuri dan membunuh adalah sudah jelas
tindak kejahatan yang melanggar perintah Tuhan.
Segala perbuatan yang melanggar perintah Tuhan, atau tidak sesuai dengan kehendak
Tuhan, adalah perbuatan yang tidak etis atau tidak sesuai dengan norma etika. Etika Kristen
mengajarkan bahwa Allah adalah Allah yang Maha Baik, jadi segala kebaikan itu adalah
bersumber dan Allah. Atau dengan kata lain, apa yang baik menurut Allah adalah juga baik
menurut Etika. Tetapi tidak semuanya hal-hal yang baik menurut etika berkenan di hati Allah,
atau sesuai dengan kehendak Allah, apalagi etika melihat sesuatu yang baik itu hanya dan
perbuatannya saja, dan tidak melihat apa motivasi dan pelakunya. Atau dengan kata lain,
etika terbatas hanya dapat menilai apa yang ada di hadapan mata, sedangkan Allah dapat
melihat apa yang ada di dalam hati.
Di dalam kehidupan bermasyarakat bisa saja tampak ciri-ciri manusia sebagai makhluk
sosial, tetapi di dalam kehidupan berekonomi maka rasa solidaritas atau kebersamaan itu
seakan-akan sirna, karena manusia cenderung bersikap egoisme atau individualistis. Dengan
situasi dan kondisi seperti ini maka manusia sering terjebak kedalam perilaku yang kurang etis.
Menurut Adam Smith (filsuf moral Inggris yang terkenal) setiap clang berupaya untuk memperoleh keuntungan
yang sebesar-besarnya dari apa pun yang dimilikinya Sesungguhnya, keuntungan sendirilah yang ia
pertimbanglcan, bukan keuntungan masyarakat. Kecenderungan setiap orang untuk mencari keuntungan pribadi yang sebesar-
besarnya, tidak hanya merupakan kebesaran empiris belaka. Oleh karena itu, tidak ada soal "benar" atau "salah" di sini. Juga
tidak ada masalah "baik" atau "jahat". Ia adalah kenyataan yang cuma hams disadari, diakui dan diterima. Tak perlu
dipersoalkan. Tak dapat dihindari. Tidak ada masalah etis atau moral di sini.
Etika, tidak lebih dan tidak kurang, adalah menyangkut nilai-nilai yang paling dasar dan azasi, ia menyangkut
seluruh, semua dan setiap wilayah kehidupan manusia, kita dapat bertanya dan menilai tentang apa yang benar dan apa
yang salah, apa yang baik dan apa yang jahat, apa yang tepat dan apa yang tidak tepat. Paling tidak, kita dapat berbicara
tentang apa yang lebih benar, lebih baik atau lebih tepat.

PANDANGAN UMUM TENTANG ETIKA SOSIAL EKONOMI

Perekonomian di Indonesia, dari segi geografis terutama dipengaruhi oleh faktor ekonomi
terbesar, yaitu faktor agraris atau pertanian, yang didukung dengan luasnya lahan pertanian yang
ada di setiap provinsi. Faktor lain yang menentukan adalah letak Indonesia yang memang
strategis karena berada dalam jalur perdagangan Taut maupun udara. Struktur ekonomi
Indonesia secara nyata berakar kuat pada tiga sektor yang hams berjalan seimbang, yaitu sektor
pertanian, sektor kesempatan mengembangkan industri sendiri serta sektor produksi jasa yang kuat.
Indonesia adalah negara bekas koloni Barat yang belum lama merdeka, sehingga Indonesia masih
berada dalam strata negara berkembang.
Kondisi perekonomian Indonesia saat ini tengah mengalami keterpurukan yang terburuk
jika dibandingkan dengan kondisi negara lain yang mengalami krisis yang sama. Banyak hal
yang mungkin dulu pernah berhasil dicapai selama masa Orde Baru dan menempatkan
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang memiliki potensi besar sebagai
negara yang mampu bersaing dengan negara-negara besar lain di Asia, seperti misalnya terlihat
dengan pesatnya pembangunan fisik. Tetapi kenyataan berbicara lain, perekonomian Indonesia
ternyata runtuh seiring dengan runtuhnya perekonomian Orde Baru. Hal ini membuat
Indonesia berada pada posisi "juru kunci" sebagai negara miskin jika dibandingkan dengan
Negara Asia lain, khususnya di kawasan Asia Tenggara. Mulai dari awal masa krisis hingga
saat ini, konciisi perekonomian Indonesia mengalami fluktual terus-menerus alias cenderung
tidak stabil. Fluktuasi tersebut terkadang membuat orang merasa lega dan terkadang membuat
orang harus menahan napas.
Dengan keadaan ekonomi yang sangat mengalami perubahan di tengah arus
globalisasi pada saat ini, dan melihat kondisi ekonomi Indonesia yang masih tidak menentu,
banyak pertanyaan yang muncul berkaitan dengan perbaikan perekonomian di Indonesia.
Salah satu pertanyaan berkaitan dengan dapat atau tidaknya "ketertinggalan ekonomi" dalam
era globalisasi saat ini yang penuh persaingan melalui sesuatu proses yang membawa ke
arah serta bentuk perekonomian yang baru.
Dari sudut pandang etika dan sosial, perekonomian rakyat di Indonesia secara umum mengalami
masalah yang cukup pelik, sedangkan penyebab utamanya adalah situasi dan kondisi daerah setempat yang
selalu tidak bersahabat atau tidak menguntungkan. Misalnya, kehidupan perekonomian rakyat di daerah pesisir
nyaris mengalami krisis akibat gempa bumi dan gelombang tsunami. Pusatpusat pasar hancur, dan andaikatapun
masih ada yang tersisa pedagangnya tidak ada. Atau dengan kata lain tidak ada transaksi jual-beli di sana,
karena baik pembeli dan penjualnya sama-sama tidak ada punya uang lagi, bahkan kini mereka sangat mengharapkan
bantuan dana atau uluran tangan orang lain. Juga kehidupan perekonomian rakyat di daerah pegunungan dan
sekitarnya mengalami krisis akibat meletusnya gunung merapi, tanah longsor, banjir bandang, angin puting
beliung, kekeringan, hama wereng, dan flu burung.
Disadari atau tidak, sistem ekonomi Indonesia sejak tahun 1980-an rorientasi kepada sistem
ekonomi pasar. Hal ini tampak dengan jelas sejak regulasi tahun 1983 dan ini diperkuat lagi melalui
Ketetapan MPR No. I/MPR.1998. Ekonomi pasar tidak dapat dipisahkan dengan masalah moral, na di dalam sistem
ekonomi pasar kebebasan individu diberi tempat yang sar untuk mengembangkan dirinya (usahanya), karena kebebasan itu
adalah hak ti setiap individu. Sejauh kebebasan itu tidak disalahgunakan dan tidak rtentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku serta normarma kesusilaan. Dengan demikian, kebebasan individu dibatasi oleh
peraturan g berlaku dan norma-norma kesusilaan. Tetapi sejauh mana batasan-batasan itu ti oleh individu-
individu, tergantung kepada moral masing-masing. Jadi, ml setiap individu sangat mempengaruhi maju
tidaknya suatu badan usaha to yang dijalankan oleh masing-masing individu.

ETIKA SOSIAL EKONOMI DAN MORALITAS KRISTIANI

Orang-orang Kristen yang berkecimpung di dalam kehidupan ekonomi dan bisnis sering merasa terlempar ke
situ tanpa pegangan yang jelas, ataupun bila ada pegangan yang jelas is ternyata tidak dapat dipakai di dalam
praktek. Hal ini disebabkan oleh karena keangkuhan dan kenaifan para ahli etika dan para penganjur moral
sendiri. Yang hanya mau berbicara, tetapi enggan mendengar. Yang hanya mau mengajar, tetapi tidak mau belajar.
Kegiatan ekonomi itu begitu kompleksnya, sehingga norms-norrna etis yang mengenyampingkan kenyataan ini, pasti
hanya akan merupakan semboyan-semboyan yang tidak mempunyai makna dan dampak praktis apa pun juga.
Hanya untuk diucapkan, tapi tidak dapat dipraktekkan.

Memisahkan aspek spiritual agama Kristen dari ekonomi adalah hal yang tidak mungkin, karena seluruh
kehidupan merupakan satu kesatuan. Di antara semua agama di Indonesia, kekristenan mungkin dilihat
sebagai agama yang paling berorientasi pada materi. Memang, kesejahteraan dan kebahagiaan tidak dipandang
sebagai kejahatan, melainkan sebagai kebajikan, atau paling tidak, merupakan urusan yang sah. Beberapa
gambaran alkitabiah mencerminkan hal ini, gambaran kehidupan di Taman Eden yang dinilai serba baik,
termasuk aspek-aspek materialnya, sampai keluarnya Israel dari penindasan Mesir, yang membawanya ke tanah
yang berlimpah susu dan madu, hingga tujuan terakhir manusia, Yerusalem Baru, yang digambarkan sebagai kota
mewah, dengan fondasi dan batu-batu permata, lorong-lorong terbuat dari emas dan gerbangnya terbuat dan
mutiara (Why. 21:21).
Dari perspektif ini, dapat dimengerti, jika perhatian Kristen terhadap masalah ekonomi terutama
bersifat konstruktif, dalam arti, bersikap positif terhadap kesejahteraan material. Elliot bahkan berbicara mengenai
"penyelamatan duniawi":

Pertumbuhan ekonomi merupakan alat dari apa yang boleh kita sebut penyelamatan duniawi, yakni:
pembasmian berbagai faktor lingkungan yang membatasi, menyalahgunakan dan merusak jiwa
manusia. Penyakit, ketidakpedulian, takhayul, kebosanan dan kehidupan yang monoton — semua
itu merupakan kanker jiwa manusia yang berusaha dibasmi sosial dan ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai