Anda di halaman 1dari 27

BAB II

HUBUNGAN EKONOMI KELUARGA DENGAN


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. Masalah Ekonomi Keluarga


Sebelum berbicara mengenai ekonomi keluarga maka akan penulis
jelaskan tentang pengertian ekonomi.
1. Pengertian ekonomi
- Ekonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia
baik secara individu maupun kelompok masyarakat (dapat berbentuk badan
hukum maupun tidak serta dapat pula berbentuk penguasaan/ pemerintah)
dalam memenuhi kebutuhan hidup baik kebutuhan material maupun
spiritual (jasmani dan rohani) dimana kebutuhan tersebut cenderung
mengarah menjadi tidak terbatas, sedangkan sumber pemenuhan kebutuhan
tersebut sangat terbatas.1
- Ekonomi adalah sesuatu yang membahas tentang kebutuhan-kebutuhan
manusia dan sarana-prasarana pemenuhannya (ilmu yang membahas
tentang produksi dan kualitasnya serta bagaimana menentukan dan
memperbaiki sarana-prasarananya).2
- Ekonomi adalah ilmu yang pada dasarnya mempelajari tentang upaya
manusia baik sebagai individu maupun masyarakat dalam rangka
melakukan pilihan penggunaan sumber daya yang terbatas guna memenuhi
kebutuhan (yang pada dasarnya bersifat tidak terbatas) akan barang dan
jasa.3

1
M. Rusli Karim, Berbagai Aspek Ekonomi Islam, PT. Tiara Wacana Yogya
Bekerjasama Dengan P3EL UII Yogyakarta, 1993, hal. 3.
2
Tagyudin An-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif (Perspektif
Islam), Risalah Gusti, 1996, hal. 16.

Napirin, Pengantar Ilmu Ekonomi, (Mikro dan Makra), Edisi 1, Penerbit


3

BPFE, Yogyakarta, Juni 2000, hal. 1.


14

- Ekonomi adalah ilmu yang membahas masalah manusia dan sistem sosial
yang mengorganisasikan aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kebutuhan
dasar (yaitu pangan, papan dan sandang) dan keinginan non material
(seperti pendidikan, pengetahuan dan pemuasan spiritual).4
- Ekonomi adalah pengetahuan tentang peristiwa dan persoalan yang
berkaitan dengan upaya manusia secara perseorangan (pribadi), kelompok
(keluarga, suku bangsa, organisasi) dalam memenuhi kebutuhan yang tidak
terbatas yang dihadapkan pada sumber yang terbatas.5
Untuk menapak uraian lebih lanjut ada tiga macam definisi yang
dipandang merupakan definisi-definisi terpenting, diantaranya menurut para
ahli atau tokoh yaitu :
a). Adam Smith, berpendapat bahwa ilmu ekonomi adalah ilmu kekayaan atau
ilmu yang khusus mempelajari sarana-sarana kekayaan suatu bangsa
dengan memusatkan perhatian secara khusus terhadap sebab-sebab
material dari kemakmuran, seperti hasil-hasil industri, pertanian dan
sebagainya.
b). Marshall berpendapat bahwa ekonomi adalah ilmu yang mempelajari
usaha-usaha individu dalam ikatan pekerjaan dalam kehidupannya sehari-
hari. Ilmu ekonomi membahas bagian kehidupan manusia yang
berhubungan dengan bagaimana ia memperoleh pendapat dan bagaimana
pula ia mempergunakan pendapat itu.
c). Ruenez mendifinisikan bahwa ekonomi adalah ilmu yang mempelajari
tingkah laku manusia dalam menghadapi kebutuhan-kebutuhannya dengan
sarana-sarananya yang terbatas yang mempunyai berbagai macam fungsi.6

4
Michail P. Todaro, Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga, Erlangga,
Jakarta, 1994, hal. 12.
5
Ahmad Muhammad al-Sissal, et.al, Sistem, Prinsip dan Tujuan Ekonomi
Islam, CV. Pustaka Setia, 1999, Bandung, An Nizamul Iqtisadi Fil Islam Mabadiuhu
Wahdafuhu, Kairo, hal. 9.
6
Ibid, hal. 10-11.
15

2. Pengertian keluarga
Keluarga diartikan sebagai suatu masyarakat terkecil yang sekaligus
merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Hubungan antara
individu dengan kelompok disebut primari group. Kelompok yang melahirkan
individu dengan berbagai macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat
dan fungsi keluarga tidak hanya sebatas sebagai penerus keturunan. Namun
masih banyak hal mengenai kepribadian yang dapat diruntut dari keluarga.
Dalam sebuah keluarga biasanya terdiri dari seorang individu (suami)
dan individu lainnya (istri dan anak-anaknya) yang selalu menjaga rasa aman
dan ketentraman ketika menghadapi segala rasa baik suka maupun duka
dalam kehidupan dimana menjadikan keeratan dalam sebuah ikatan luhur
hidup bersama.
Kewajiban keluarga sebagai kelompok pertama yang dikenal keluarga
hendaknya :
a). Selalu menjaga dan memperhatikan cara pandang individu terhadap
kebutuhan-kebutuhan pokoknya, baik itu bersifat organik maupun yang
bersifat psikologis.
b). Mempersiapkan segala sesuatu yang ada hubungannya dengan pendidikan
artinya keluargalah yang mempunyai tanggungjawab moral pada
pendidikan anggota keluarga.
c). Membina individu kearah cita-cita dan menanamkan kebiasaan yang baik
dan benar untuk mencapai cita-cita tersebut.
d). Sebagai modal dalam mesyarakat yang menjadi acuan baik untuk ditiru
dan menjadi kebanggaan masyarakat setempat.7
Adapun fungsi keluarga yang lain adalah berkembang biak
mensosialisasikan atau mendidik anak, menolong, melindungi atau merawat

7
Darmansyah M., Ilmu Sosial Dasar, Usaha Nasional, Surabaya Indonesia,
1986, hal. 79.
16

orang tua/ jompo.8 Pendapat lain mengatakan fungsi keluarga meliputi


pengaturan seksual, reproduksi, sosialisasi, pemeliharaan dan kontrol sosial.9
Jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi keluarga adalah suatu kajian
tentang upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya melalui
aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh seseorang yang bertanggungjawab atas
kebutuhan dan kebahagiaan bagi kehidupannya (sekelompok komunitas dari
masyarakatnya).
Bila fungsi keluarga dapat terlaksana dengan baik dalam kehidupan dan
kemakmuran tercapai, maka kesejahteraan hidup kelurga akan terwujud.
Adapun kemakmuran yang dicapai keluarga dibidang ekonomi dapat
menaikkan tingkat kemampuan, memiliki sesuatu yang dihargai dalam
kehidupan masyarakat dan melahirkan lapisan sosial yang mempunyai
kedudukan tingkat/ atas. Dengan adanya perbedaan tingkatan atau lapisan
sosial ekonomi yang terdapat disetiap keluarga mempunyai gaya berbeda dan
bervariasi sesuai kemampuan pendapatan setiap keluarga sendiri.
Menurut Teery Page dan Jib Thomas mengatakan bahwa “socio
economic status, persons position in any given group society or culture, as
determined by wealth occuption and social class”, artinya status sosial
ekonomi merupakan posisi atau kedudukan seseorang pada kelompok sosial
yang diberikan atau yang ada sebagaimana dibatasi oleh kekayaan, tempat
tinggal, pendidikan dan tingkat sosial lainnya.10
Dengan demikian status sosial yang dimiliki keluarga atau seseorang
merupakan suatu identitas yang sangat besar pengaruhnya dalam masyarakat.
Dengan status itu pula terkadang menyangkut derajat seseorang atau keluarga.
Namun dapat juga sebaliknya, dengan status yang dimiliki tersebut akan dapat
menurunkan derajat seseorang. Itulah pandangan dunia materialistis.
8
M. Munandar Solaeman MS. Ilmu Sosial Dasar, (Teori dan Konsep Ilmu
Sosial), Edisi Revisi, Bandung Eresco, 1995. hal. 55.
9
Khairudin H.SS. Sosiologi Keluarga, Liberti, Yogyakarta, 1997. hal. 47.
10
Teery Page et.al, International Of Education, (New York Kogen Page),
1997, hal. 316.
17

Dari realitas itulah dapat dipahami bahwa betapa pentingnya syari’at


Islam yang memberikan pedoman, tuntunan dan menunjukkan jalan hidup dan
kehidupan kearah kemaslahatan, terhindar dari kemelaratan (kemadhorotan).
Ada pun yang dimaksud kemaslahatan adalah segala sesuatu yang menjadi
hajat hidup, dibutuhkan dan menjadi kepentingan yang berguna dan
mendatangkan kebaikan bagi seseorang manusia.11
Ajaran Islam menginginkan dan menjamin terwujudnya kemaslahatan
dalam kehidupan manusia. Dalam arti bahwa ajaran Islam menghendaki agar
menusia menjalani dan menikmati suatu kehidupan yang sejatera dan bahagia
terhindar dari derita dan nista baik di dunia maupun di akhirat nanti.
Ekonomi berperan sebagai upaya dalam membebaskan manusia dari
cengkrama kemelaratan. Dengan ekonomi yang cukup atau bahkan tinggi,
seseorang akan dapat hidup sejahtera dan tenang, sehingga orang yang
jiwanya tenang akan berpeluang secara baik untuk meraih kehidupan akherat
yang lebih baik pula. Hal tersebut ditandai adanya orang yang tenang dapat
melakukan ibadah dengan tenang dan dari hartanya pula seseorang melakukan
amal jariyah, dimana orang mengharapkan pahala dari Allah untuk
kebahagiaannya kelak di yaumul qiyamah (sebagaimana kewajiban seorang
hamba yang beriman dan bertaqwa kepad Tuhan).
Jadi jelas bahwa sosial ekonomi keluarga dari suatu masyarakat sangat
berpengaruh terhadap kehidupan dan kesejahteraan dari anggota keluarga itu
sendiri serta masyarakat lingkungan.
Masalah yang berhubungan dengan ekonomi keluarga yang tidak kalah
penting adalah masalah kesejahteraan kelurga. Apakah yang disebut dengan
keluarga sejahtera atau bahagia ? karena ukuran kebahagiaan seseorang
tidaklah sama (relatif) meskipun demikian dapatlah ditinjau dari kebutuhan
pokok manusia yang mendatangkan kebahagiaan atau kesejahteraan tersebut.
Sebagaimana Firman Allah : (Al-Qhasas : 77)

11
Ali Yafie, Menggagas Fiqh Sosial, dari Sosial Lingkungan Asuransi
Sehingga Ukhuwah, Bandung, Mizan, Juni 1994, hal. 148.
18

........‫وا بتغ فيما اتك اهلل الداراال خرة وال تنس نصيبك من الد نيا‬

Artinya : “Cariah kehidupan kaherat dengan apa yang dikaruniakan Allah


kepadamu dan kamu tidak boleh melupakan kehidupan dunia”.12

Adapun yang dinamakam sejahtera, aman, tentram dan bahagia ialah


apabila keluarga itu dapat terpenuhi semua kebutuhan-kebutuhannya.13
Sedangkan kebutuhan-kebutuhan pokok manusia yang mendatangkan
kesejahteraan ada 2 hal, yaitu :
a) Kebutuhan jasmani yang meliputi : makanan, pakaian, perumahan,
kesehatan dan tata laksana rumah tangga.
b) Kebutuhan rohani yang meliputi : rasa aman, ketentraman, rasa puas, rasa
harga diri, rasa tanggungjawab, dihormati, disayangi dan lain-lain.14
Dalam Islam juga mengarahkan manusia untuk berkehidupan yang
berkualitas dan bermutu, baik barang, pekerjaan, kondisi badan yang
berkualitas akan dapat membuahkkan hasil yang maksimal, dari Tuhan yang
menjadi harapan seseorang.
Kehidupan yang demikian tentunya berpangkal dari keselamatan yang
berkembang menjadi kesejahteraan, kecukupan, kemudahan dan kenyamanan
yang bermuara pada kebahagiaan.
3. Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga
Proses terjadinya pelapisan sosial atau penggolongan status sosial
dalam masyarakat terjadi dengan sendirinya atau sengaja disusun untuk
mengajar sesuatu tujuan bersama. Penggolongan ststus sosial ekonomi
keluarga antara satu dengan yang lain berbeda dimana dapat dibagi menjadi
tiga tingkatan yaitu tinggi, menengah dan rendah.15

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, PT. Remaja


12

Rosdakarya, Bandung, 2001, hal. 37.

Sutari Imam Barnadip, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, Fakultas Ilmu


13

Pendidikan (FIP) IKIP, Yogyakarta, 1995, hal.126.


14
Ibid, hal. 127.
19

Dengan adanya tingkat sosial ekonomi keluarga tersebut maka sangat


berpengaruh terhadap gaya hidup tingkah laku mental seseorang dalam
masyarakat (tempat tinggalnya). Perbedaan itu akan tampak pada pendidikan,
cara hidup keluarga, jenis pekerjaan, tempat tinggal/ rumah dan jenis barang
yang dimiliki setiap keluarga baik bagi orang tua maupun anaknya.
Anak yang berasal dari keluarga yagn tingkat sosial ekonomi tinggi
secara otomatis tidak mengalami hambatan dan kesulitan dalam memenuhi
kebutuhannya, baik kebutuhan jasmani maupun rohani. Dengan terpenuhinya
kebutuhan seseorang dapat bertambah semangat dan bergairah untuk hidup
dalam usahnya untuk memperoleh prestasi yang baik dan berkualitas
sebagaimana yang dicita-citakan, sebab alat atau sarana untuk mendapatkan
kebutuhan tersebut telah terfalitisasi.
Sebaliknya seorang anak dari keluarga yang sosial ekonominya sedang
atau menengah sudah barang tentu pemenuhan kebutuhannya tidak dapat
terfasilitasi sebagaimana mereka yang berasal dari keluarga ekonomi atas.
Ekonomi sedang atau pas-pasan biasanya masing-masing anggota keluarga
dibatasi agar dapat melangsungkan kebutuhan dengan kemampuan yang ada,
disini diperlukan perencanaan yang baik dengan pelaksanaan dan kontrol yang
tetap.
Adapun anak yang sangat memperhatikan dan perlu mendapatkan
perhatian adalah anak-anak sosial ekonominya rendah, dimana segala
kebutuhan serba terbatas dan kekurangan bahkan anak di tuntut untuk
membantu bekerja orang tuannya atau bekerja untuk biaya sekolahnya dan
kebutuhan hidupnya.
Adapun perbedaan tingkat sosial ekonomi kelurga di masyarakat,
maka standar kehidupan setiap keluarga tidak sama karena standar kehidupan
setiap keluarga merupakan suatu tingkatan hidup yang telah dipilih oleh
keluarga dan pada tingkatan inilah keluarga berusaha menempatkan dirinya

15
R. Hadi Sadikin, Tata Laksana Rumah Tangga, Jakarta FIP, IKIP, 1975, hal.
20.
20

dan standar kehidupan menentukan batasan-batasan yang diakui seseorang


dalam usahanya mencapai tujuan hidup.
Standart kehidupan (patokan tentang ukuran terhadap sesuatu) yang
dipandang layak sesuai ukuran yang ditetapkan (pribadi, masyarakat, bangsa,
negara dan dunia). Jika stndart kehidupan itu akan tercapai, maka orang akan
emrasa puas, begitu pula sebaliknya bila yang telah ditetapkan dan dicita-
citakan tidak tercapai akan mengalami ketidakpuasan dan kekecewaan. Dari
kegagalan yang dialami akan mengakibatkan suatu rasa ketidak senangan dan
ketidak tengangan jiwa. Bahkan dapat mendorong seseorang untuk bertindak
nekat kearah yang negatif merugikan diri sendiri dan orang lain atau
merusakkan, meresahkan masyarakat.
Pencapaian standar kehidupan perlu dilakukan dengan cara yang dapat
diterima oleh orang lain atau kelompok, sesuai dengan nilai-nilai/ norma yang
berlaku di masyarakat. Dalam mencapai standar kehidupan untuk memenuhi
kebutuhan setiap keluarga harus sesuai dengan kemampuan. Sebab dalam
kenyataan keadaan ekonomi keluarga atau masyarakat dan standar
kehidupannya tidak sama, ada yang tergolong tinggi/ kaya serba kemewahan,
ada yang menengah/ sedang atau cukup dan rendah/ miskin.
Dalam relaita kehidupan bahwa besar kecilnya penghasilan
mempunyai hubungan erat dengan standar kehidupan dan tingktan sosial
ekonomi serta besar kecilnya penghasilan dapat menentukan terhadap tercapai
tidaknya kebutuhan dan keinginan anggota keluarga.
4. Faktor yang memperngaruhi sosial ekonomi keluarga
a). Faktor-faktor ekonomi
- Kemiskinan
- Pengangguran
- Tidak adanya tempat tinggal
- Terlalu banyak penghuni rumah dan tidak ada cara untuk istirahat16

16
Mustofa Fahmi, Kesehatan Jiwa dalam Keluarga Sekolah dan Masyarakat,
Jilid I, Terj. Zakiyah Daradjat, Bulan Bintang, Jakarta, 1997, hal. 73-74.
21

Sebagai pelaku ekonomu, rumah tangga keluarga berfungsi sebagai


pemakai barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya.
b). Adapun dalam rumah tangga keluarga dipengaruhi oleh 2 faktor (yaitu
intern dan ekstern).
1). Faktor intern, adalah faktor faktor yang mempengaruhi kegiatan
konsumsi (memakai benda/ jasa untuk memenuhi kebutuhan) rumah
tangga yang berasal dari rumah tangga itu sendiri.
- Sikap : kebiasan hidup hemat
- Kepribadian : keprbadian seseorang berbeda dengan kepribadian
orang lain
- Motivasi : dorongan dalam memenuhi kebutuhan berbeda-beda
2). Faktor ekstern adalah faktor yang mempengaruhi kegiatan konsumsi
(memakai barang/ jasa untuk memenuhi kebutuhan) rumah tangga
yang berasal dari luar rumah tangga itu sendiri.
- Kebudayaan : kebudayaan sesuatu suku bangsa
- Kelas sosial : berpengaruh terhadap kebiasaan
- Keluarga : pertalian keluarga yang erat akan berpengaruh terhadap
penditribusian pendapatan17
5. Unsur yang mendukung dan mengahambat sosial ekonomi keluarga
Upaya dalam mewujudkan cita-cita harus ada unsur dan faktor yang
mendukung sehingga akan tercapai dengan baik dan memuaskan. Namun
untuk mengejar, meningkatkan sesuatu pasti ada tantangan atau kendala yang
menghambat akan keberhasilannya.

a). Unsur yang mendukung sosial ekonomi keluarga


Dalam ilmu ekonomi dijelaskan bahwa : “Unsur-unsur yang ada
dalam ekonomi keluarga adalah penghasilan, pengeluaran dan cara

Drs. Rosjdi Rasjidin, et.al., Ekonomi SMU Kelas I Kurikulum 1994, Yudistira,
17

1994, hal. 26-27.


22

mengatur ekonomi keluarga”.18 Penghasilan keluarga merupakan sumber


untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang dapat diperoleh dari
berbagai sumber antara lain.
(1). Wiraswasta sebagai pedagang, pengusaha
(2). Bekerja di Industri/ pabrik sebagai pegawai, pegawai negeri,
pengawai swasta atau buruh.
(3). Penghasilan dari tanah atau sawah, kebun atau rumah atau tempat
tinggal.
Menurut pendapat seorang ahli bahwa yang dimaksud dengan
penghasilan adalah gaji, hasil pertanian pekerjaan dari anggota keluarga.19
Jadi penghasilan merupakan sumber pemasukan baik yang berupa
uang, barang-barang dan kepuasan yang dapat dipakai oleh keluarga untuk
memnuhi kebutuhan dan keinginannya.
b). Unsur yang menghambat sosial ekonomi keluarga
Dalam hal ini penulis meninjau dari empat masalah, yaitu :
(1). Sumber Penghasilan
Penghasilan keluarga dapat diperoleh dari beberapa sumber
untuk memenuhi kebutuhan keluarga, diantaranya sumber
penghasilan tetap sebagai imbalan jasa dari pekerjaan tatap dan
sumber penghasilan tambahan yang merupakan hasil usaha
sampingan.
(2). Besarnya Penghasilan
Dalam hal ini yang dimaksud adalah besarnya pemasukan
uang, barang-barang atau harta kekayaan yang dapat diketahui oleh
seluruh anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga itu
sendiri, sebagaimana dijelaskan dalam suatu teori bahwa unsur-unsur
dan faktor-faktor yangmempengaruhi sosial ekonomi keluarga adalah
sumber penghasilan, besarnya penghasilan, besarnya atau jumlah
18
Biro Pengembangan Pendidikan Ekonomi IKIP Sunathadarma, Dunia
Ekonomi, Kta (Yogyakarta : Kanisius, 1973).
19
Hadi Sadikin, Op.Cit, hal. 40.
23

anggota keluarga dan penggunaan penghasilan keluarga, baik


penghasilan tetap maupun penghasilan sampingan/ tambahan yang
erat hubungannya dengan pekerjaan. Sumber-sumber tersebut tidak
sama pada tiap-tiap keluarga sehingga dalam masyarakat dikenal
dengan adanya pegawai negeri, pegawai swasta, pegawai pabrik atau
buruh pabrik, pegawai bangunan (buruh bangunan) dan lain
sebagainya. Dari masing-masing pekerjaan mempunyai hasil atau
gaji/ upah yang berbeda dengan atauran yang telah ditetapkan atau
disepakati. Sehingga besarnya penghasilan dari setiap keluarga juga
berbeda dan sangat mempengaruhi dari setiap keluarga juga berbeda
dan sangat mempengaruhi seberapa banyak kebutuhan keluarga dapat
terpenuhi.
(3). Besarnya jumlah anggota keluarga
Jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungjawab sebuah
keluarga atau rumah tangga untuk dipenuhi kebutuhan hidupnya.
Makin banyak jumlah anggota keluarganya berarti makin banyak
pula kebutuhan yang harus dicapai atau nilai kebutuhan bertambah
besar.
(4). Penggunaan Penghasilan Keluarga
Untuk mengatur ekonomi keluarga agar kebutuhan dari
masing-masing keluarga terpenuhi, maka harus teliti memilah dan
memilih antara kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder serta
pelengkap yang lain. Semuanya itu harus disesuaikan dengan
kemampuan atau penghasilan keluarga yang diperoleh, sehingga
tidak terperosok dalam pemborosan, kesombongan atau bahkan
sebaliknya kesengsaraan atau mendorong berlakunya penyimpangan
dari hukum atau peraturan dan bertindak cukup curang serta jahat.
Yang dimaksud kebutuhan primer atau produk bagi manusia
adalah pangan, sandang, seks dan kesehatan. Maka apabila
kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi akan terganggu atau
hilangnya keseimbangan fisik jasmaninya. Menurut pandangan dan
24

juga diakui bahwa semua mahluk akan berusaha sekuat tenaga untuk
memenuhinya, sebab kalau tidak terpenuhi seseorang akan merasa
cemas dan gelisah. Maka Allah SWT menjamin bahwa tidak ada
suatu mahluk hidupnya yang tidak ada rizkinya.
Seperti dalam Firman Allah SWT : (Hud : 6)

‫وما من دابة ىف االرض اال على اهلل رز قها‬

Artinya : “Dan tidak ada suatu binatang melata (mahlik bernyawa


dimuka bumi) yang tidak disediakan Allah rizkinya”.20

B. Kelancaran Dan Kualitas Pendidikan Agama Islam


1. Kelancaran PAI
Untuk mencapai suksesnya pendidikan diperlukan berbagai persiapan
yang matang baik dari sisi pengelolan sekolah sampai proses pembelajaran
(pengelolaan kelas), maka dengan rencana dan planning yang sempurna dapat
menghasilkan buah yang memuaskan, meskipun ada sedikit hal yang
mungkin belum dapat terealisasi.
Kelancaran proses pendidikan adalah dambaan setiap instansi sekolah,
kelancaran adalah keadaan sesuatu hal yang berjalan lancar (bergantung pada
sarana dan biaya yang tersedia).21 Dalam arti bahwa ada berbagai aspek yang
sangat menunjang sebuah kelancaran pendidikan (khususnya pendidikan
agama Islam), adapaun aspek-aspek kelancaran tersebut yaitu :

a. Aspek Tujuan Instruksional


Aspek tujuan isntruksional adalah paling utama, yang harus
dirumuskan secara jelas dan spesifik karena menentukan arah tindakan
belajar dan mengajar. Tujuan-tujuan instruksional harus berpusat pada

20
Departemen RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Yayasan Penyelenggara
Penerjemah Pentafsir Al Qur’an, hal. 327.
21
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Balai Pustaka, Jakarta 1995 Edisi II, hal. 559.
25

perubahan perilaku siswa yang diinginkan dan karenanya harus


dirumuskan secara operasional, dan dapat diamati ketercapainya.
b. Aspek Materi Pelajaran
Berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan selanjutnya dirumuskan
pula materi pelajaran yang akan disajikan pada para siswa. Materi
pelajaran bersumber dari sumber bahan pelajaran yang berkenaan dengan
mata pelajaran tertentu, materi pelajaran harus dirinci dan konsisten
dengan tujuan-tujuan intruksional
c. Aspek Metode dan Strategi Belajar Mengajar
Sehubungan dengan tujuan intruksional dan materi pelajaran
selanjutnya ditentukan alternatif metode atau strategi belajar mengajar,
tujuan dan materi yang baik belum tentu memberikan hasil yang baik
tanpa memilih dan menggunakan metode yang sesuai dengan tujuan dan
materi tersebut. Strategi belajar mengajar mengandung kegiatan-kegiatan
siswa yang belajar dan kegiatan guru yang mengajar.
d. Aspek Media Instruksional
Media merupakan unsur penunjang dalam proses belajar dan
mengajar agar terlaksana dengan lancar dan efektif. Pada aspek ini
terdapat juga buku sumber yang digunakan sebagai sumber bahan
e. Aspek Penilaian
Aspek penilaian merupakan aspek yang paling penting yang
berguna untuk mengukur dan menilai seberapa jauh tujuan instruksional
yang telah tercapai atau sejauh mana terdapat kemajuan belajar siswa dan
bagaimana tingkat keberhasilan sesuai dengan tujuan instruksional tepat
atau tidak. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya fungsi aspek penilaian
dalam proses belajar mengajar.

f. Aspek Penunjang Fasilitas, Waktu, Tempat, Perlengkapan.


Aspek ini turut menentukan berhasil tidaknya proses belajar dan
mengajar. Kendatipun aspek-aspek yang telah disebutkan tadi, dirancang
26

dengan baik tanpa ketersediaan waktu yang tepat, tempat yang baik dan
perlengkapan mengajar dan belajar berhasil dengan baik.
g. Aspek Ketenangan.
Faktor guru dan siswa turut menentukan keberhasilan tidaknya
proses tersebut sebab faktor-faktor inilah yang banyak melibatkan diri
dalam situasi mengajar dan belajar. Keterkaitan siswa dan guru, besar
maknanya bagi keberhasilan proses belajar dan mengajar.22
Untuk mencapai tujuan belajar yang baik maka, harus ada faktor
yang menunjang dan pada pendidikan yaitu media. Media merupakan
salah satu faktor yang turut menentukan keberhasilan pengajaran. Karena
ia membantu siswa dan guru dalam menyampaikan materi pelajaran,
sehubungan dengan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan dalam
perencanaan pengajaran. Dalam kondisi ini menggunakan media dapat
meningkatkan efisiensi proses dan mutu hasil belajar mengajar. Namun
segala suatu tindakan sudah barang pasti ada hambatannya. Adapun
hambatan-hambatan dalam proses belajar mengajar yang perlu diatasi.
Dalam hal ini kegunaan media akan tampak jelas diantaranya :
1) Verbalisme
Pengajaran bergantung pada penggunaan kata-kata lisan dalam
pemberian informasi dan penjelasan. Keadaan ini mempersulit
terjalinnya komunikasi dua arah antara siswa dengan siswa dan antara
guru dengan siswa. Karena guru yang berbicara secara terus menerus
komunikasi harus berlangsung satu arah, yakni dari guru kepada
siswa, tidak terjadi komunikasi timbal balik untuk mengatasi
hambatan ini sebaliknya guru menggunakan media pendidikan.

2) Kekacauan dalam menafsirkan

Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, Sinar Baru Algensindo,


22

Bandung, 2002, hal. 63-64.


27

Gejala ini sering terjadi dalam kegiatan belajar dan mengajar,


siswa salah tafsir tentang hal-hal tertentu yang diajarkan oleh guru,
misalnya :
a) Salah tafsir tentang istilah-istilah
tertentu dalam bahasa asing
b) Salah kaprah dalam menggunakan
istilah yang sebenarnya salah tetapi dipakai umum
c) Perbedaan pengalaman masing-masing siswa yang dijadikan dasar
untuk menafsirkan, masalah ini dapat diatasi dengan
menggunakan media pendidikan yang tepat
3) Perhatian anak didik yang bercabang
Gejala ini sering terjadi karena pelajaran yang disajikan oleh
guru menarik perhatian atau minat. Guru banyak mengajar dengan
bahasa lisan, materi pelajaran terlalu sukar, siswa melamun karena
ada persoalan pribadi dan sebagainya. Kondisi ini tidak
menguntungkan bagi proses belajar dan mengajar cara mengatasinya
ialah guru hendaknya menggunakan media AVA yang cocok.
4) Kurangnya respon.
Gejala ini terjadi karena guru kurang mampu merangsang anak
didik untuk bereaksi dan memberi tanggapan. Penyebab utama gejala
ini adalah tidak semua alat indera terangsang, hanya indera telinga
yang aktif. Proses belajar tidak berlangsung secara menyeluruh.
Akibatnya cara berfikir anak kurang sistematis dan kurang mengarah
pada tujuan pengajaran. Untuk mengatasi masalah ini, guru sebaiknya
menggunakan media pendidikan yang dapat menggugah diri anak
agar lebih respons.
5) Kurang perhatian.
Gejala ini terjadi disebabkan oleh pengajaran kurang sistematis,
bahkan terlampau sulit, bahasa guru tidak dipahami atau karena guru
kurang disenangi oleh anak-anak, guru hanya sibuk sendiri sedangkan
siswa tidak diperhatikan sama sekali. Hambatan ini dapat diatasi oleh
28

guru dengan cara menggunakan media pendidikan yang dapat


menarik perhatian dan minat belajar para siswa.
6) Keadaan lingkungan belajar yang tak menyenangkan.
Pengetahuan tempat duduk yang kaku dan permanen, kurang
memberikan ruang gerak dan nafas pada anak didik untuk berfikir
kreatif dan untuk saling berkomunikasi, keadaan ruangan yang jelek,
ventilasinya serta kurang pemeliharaan, semuanya dapat
mengakibatkan suasana belajar yang tidak menyenangkan bagi para
siswa. Untuk mengatasi hambatan ini diperlukan perbaikan dalam
batas-batas tertentu dapat juga membantu atau paling tidak
mengurangi hambatan tersebut.23
Dengan adanya media pendidikan diharapkan masalah-masalah tersebut
diatas dapat diatasi, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan
lancar.
Jadi dalam hal ini ekonomi sangat berperan aktif dalam pendidikan,
dimana sebuah pendidikan amat memerlukan sarana dan prasarana dari semua
itu membutuhkan adanya biaya (ekonomi yang sukup atau kuat).
Setiap lembaga pendidikan pasti mengharapkan agar lembaga
pendidikannya dapat yang terbaik hal ini sebagaimana yang selalu
dipersoalkan baik bagi siswa, guru ataupun orang tua yaitu kualitas (mutu)
pendidikan.
2. Kualitas Pendidikan Agama Islam
Setelah proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar maka tujuan
pendidikan yang selanjutnya adalah kualitas pendidikan. Namun pada
umumnya sekolah Islam (sekolah yang bernafaskan Islam) kualitasnya
banyak yang rendah, hal ini dikarenakan kurangnya dana yang digunakan
untuk pengelolaan sekolah. Peningkatan mutu sekolah memerlukan sekurang-
kurangnya dua syarat tidak boleh tidak, harus dipenuhi yaitu :
- Penguasaan teori pendidikan yang modern yaitu teori yang Islami dan
sesuai dengan perkembangan zaman
23
Oemar Hamalik, Op. Cit., hal. 65-66.
29

- Ketersediaan dana yang cukup24


Dalam sistem pendidikan aspek dana atau pembiayaan dapat
dimasukkan kedalam aspek alat, dimana sekolah jika ingin berkualitas
(bermutu) secara otomatis segala fasilitas ada, sehingga dalam proses
pembelajaran berjalan dengan lancar dan dari kelancaran itulah siswa dapat
belajar dengan tenang dan benar-benar mengerti dengan berbagai segi praktek
mata pelajaran yang ada, dengan demikian pola pikir siswa aktif dan kreatif.
Peralatan pendidikan adalah semua yang digunakan guru dan murid dalam
proses pendidikan. Peralatan ini ada yang mencakup perangkat keras dan
perangkat lunak. Adapun perangkat keras misalnya gedung sekolah dan alat-
alat laboratorium, perangkat lunak yaitu kurikulum, metode dan administrasi
pendidikan.25
1) Perangkat keras
Perangkat keras yaitu peralatan yang berupa gedung, perpustakaan,
alat-alat yang digunakan tatkala belajar di kelas. Dari semua itu erat
hubungannya dengan mutu sekolah, apalagi alat-alat peraga, alat bantu
seperti dalam pelajaran fisika, biologi, anatomi atau geografi. Banyak
sekali konsep pengetahuan yang harus dipelajari murid yang amat sulit,
bahkan tidak mungkin di pelajari tanpa bantuan alat pendidikan.
Contohnya pengajaran anatomi manusia tanpa bantuan berupa tiruan
tubuh manusia tidak mungkin jelas (tahu), pengajaran haji dapat
dilakukan efektif dan efesien dengan bantuan rekaman video, pengajaran
sholat demikian juga.
Gedung sekolah yang mempunyai ruang-ruang belajar yang
memenuhi syarat, jelas lebih memberikan kemungkinan kepada siswa
untuk belajar lebih enak dibandingkan dengan ruang belajar yang sempit,
udara yang kurang lancar sirkulasinya, cahaya yang kurang memenuhi
syarat. Demikian juga tentang ruang baca perpustakaan, ruang bimbingan,
24
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, PT. Remaja Rosda
Karya, Bandung, 2001, hal. 98.
25
Ahmad Tafsir, Op. Cit., hal. 90.
30

penyuluhan sampai kamar-kamar tempat buang hajat seluruh civitas


akademika suatu sekolah. Dengan demikian jelas bahwa peralatan amat
membantu dalam meningkatkan mutu suatu sekolah. Maka dalam hal ini
ekonomi (dana) sangat dibutuhkan dalam rangka memenuhi sarana dan
prasarana guna mewujudkan pendidikan yang berkualitas tersebut.
2) Perangkat lunak
Suksesnya tujuan pendidikan tidak hanya terletak pada fasilitas,
namun juga adanya pengelolaan sekolah yang tepat dimana berkaitan
dengan adanya perangkat lunak yaitu adanya metode yang tepat dalam
penyampaian materi pelajaran, kurikulum yang digunakan sesuai dengan
apa yang dibutuhkan anak baik secara pengetahuan, lingkungan atau
teknologi dan yang tidak kalah pentingnya dalam sebuah instansi sekolah
adalah administrasi pendidikan.
a) Metode
Untuk mempermudah penyesuaian dan daya tangkap/daya tarik
siswa, guru (pendidik) harus lebih jeli dan kreatif dalam membuat
metode atau strategi pembelajaran. Adapun yang dimaksud dengan
metode pendidikan adalah semua cara yang digunakan dalam upaya
mendidik.26 Studi tentang metode mengajar umum disebut dengan
menggunakan istilah metode pengajaran. Namun disini yang akan di
pergunakan adalah metode yang digunakan dalam pendidikan agama
Islam, dimana metode pendidikan ini bertujuan untuk
mengembangkan aspek afektif menuju terbentuknya pribadi muslim.
Menurut al-Nahlawi metode untuk menanamkan rasa iman ialah
sebagai berikut :

(1) Metode Hiwar Qur’ani dan Nabawi


Hiwar (dialog) ialah percakapan silih berganti antara dua pihak
atau lebih mengenai suatu topik dan dengan sengaja diarahkan
kepada satu tujuan yang dikehendaki (dalam hal ini oleh guru).
26
Ahmad Tafsir, Op. Cit., hal. 131.
31

(2) Metode Kisah Qur’ani dan Nabawi


Dalam pendidikan Islam terutama pendidikan agama Islam
(sebagai suatu bidang studi) kisah sebagai metode pendidikan
amat penting, dikatakan amat penting karena :
(a) Kisah selalu memikat, karena mengundang pembaca atau
pendengar untuk mengikuti peristiwanya
(b) Kisah Qur’ani Nabawi, dapat menyentuh hati manusia karena
kisah itu menampilkan kisah tokoh dalam konteksnya yang
menyeluruh
(c) Kisah Qur’ani mendidik perasaan keimanan dengan cara :
- Membangkitkan berbagai perasaan seperti khouf, ridlo
dan cinta
- Mengarahkan seluruh perasaan sehingga bertumpuk pada
suatu puncak yaitu kesimpulan kisah
- Melibatkan pembaca atau pendengar kedalam kisah itu
sehingga terlibat secara emosional
(3) Metode Amtsal (perumpamaan)
Dalam hal ini guru memberikan contoh perumpamaan yang
pengungkapannya tentu saja sama dengan metode kisah yaitu
dengan ceramah atau membaca teks. Kebaikan metode ini adalah :
- Mempermudah siswa memahami konsep yang abstrak, karena
perumpamaan mengambil benda kongkrit seperti kelemahan
orang.
- Dapat merangsang kesan terhadap makna yang tersurat dalam
perumpamaan.
- Perumpamaan pendidikan agar bila menggunakan
perumpamaan haruslah logis, mudah dipahami.
- Amtsal Qur’’ani dan Nabawi memberikan motivasi kepada
pendengarnya untuk berbuat amal baik dan menjauhi
kejahatan.
(4) Metode Teladan
32

Pendidik (guru) adalah contoh dari siswa, maka seorang


pendidik harus dapat bertindak bijak (lebih efektif dan efesien)
dan teladan yang baik adalah guru yang dapat mengikuti jejak
Rosulullah SAW.
(5) Metode Pembiasaan
Pembiasaan sebenarnya berintikan pengalaman, kebiasaan
yang dalam hal ini adalah berhubungan dengan kebaikan sehingga
hal tersebut perlu diamalkan.
(6) Metode Ibrah dan Mu’izah
Ibrah dan I’tibar adalah suatu kondisi psikis yang
menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu yang disaksikan
dan dihadapi, dengan menggunakan nalar yang menyebabkan hati
mengakuinya. Adapun Mu’izah adalah nasehat yang lembut yang
diterima oleh hati dengan cara memperjelaskan pahala atau
ancamannya.
(7) Metode Targhib dan Tarthib
Targhib ialah janji terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat
yang disertai bujukan. Tarthib ialah ancaman karena dosa yang
dilakukan.27
b) Kurikulum
Kuikulum menurut William B. Ragon dalam buku “Modern
Elementaris Curiculum” (1966) menjelaskan bahwa kurikulum adalah
yang meliputi seluruh program dan kehidupan dalam sekolah yakni
segala pengalaman anak dibawah tanggung jawab sekolah, kurikulum
tidak hanya meliputi bahan pelajaran tetapi seluruh kehidupan dalam
kelas.28 Adapun pengertian kurikulum secara umum adalah sesuatu

27
Ahmad Tafsir, Op. Cit, hal. 131-146.
28
S. Nasution, Asas-Asas Pendidikan Islam, Pustaka al-Husna, Jakarta, 1987,
hal. 118.
33

yang direncanakan sebagai pegangan guna mencapai tujuan


pendidikan.29
Proses pendidikan formal tidak hanya memuat kurikulum
pendidikan dunia (umum) saja, namun disitu juga ada kurikulum
untuk pendidikan Islam (pendidikan agama Islam). Hal ini meliputi
ilmu-ilmu bahasa dan agama, ilmu-ilmu kealaman (natural), sebagian
ilmu-ilmu yang membantu ilmu ini adalah sejarah, geografi, sastra,
syair, nahwu dan balagah, filsafat dan logika.
Jadi kurikulum dalam pendidikan agama Islam bersifat
fungsional yang bertujuan mengeluarkan dan membentuk manusia
muslim, kenal agama dan Tuhannya, berakhlak mulia (akhlakul
karimah), tetapi juga mengelurakan manusia yang mengenal
kehidupan, sanggup menikmati kehidupan yang mulia dalam
masyarakat bebas dan mulia. Sanggup memberi dan membina
masyarakat itu dan mendorong, untuk mengembangkan kehidupan
disitu, melakukan pekerjaan tertentu yang dikuasainya.30
c) Administrasi Pendidikan
Dalam usaha mencapai keberhasilan pendidikan, maka sebuah
lembaga pendidikan harus memiliki administrasi yang jelas dan baik.
Dimana administrasi merupakan kunci pelayanan atau pengabdian
terhadap subyek tertentu. Apabila administrasi lembaga sudah dapat
menjalankan fungsinya dengan baik, maka untuk meningkatkan
kualitas akan lebih mudah. Sebab apapun yang berhubungan dengan
pendanaan dan pelayanan lain sudah tertata dan tersusun sebagaimana
mestinya.
(1) Pengertian administrasi pendidikan

29
Ibid, hal. 8.
30
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, Pustaka al-Husna, Jakarta,
1987, hal. 118.
34

Sebelum berbicara mengenai administrasi pendidikan agama


Islam, terlebih dahulu akan didefinisikan administrasi secara
umum.
(a) Administrasi pendidikan adalah suatu ilmu tentang
penyelengaraan pendidikan di sekolah, agar tercapai tujuan
pendidikan di sekolah tersebut
(b) Administrasi pendidikan adalah sejumlah proses pelaksanaan
dan teknis yang berlaku melalui usaha kolektif, kooperatif,
manusiawi yang terorganisir dan selalu berusaha untuk
menciptakan iklim intelektual, psikologis dan material yang
sesuai dengan membangkitkan semangat dan menggabungkan
dalam menyusun dan memobilisasi seluruh sumber-sumber
dan tenaga-tenaga manusia, material yang ada dan
mengembangkan dengan sempurna untuk mencapai tujuan-
tujuan lembaga atau aparat pendidikan di mana administrasi
itu berada.31
(2) Ciri-ciri Administrasi pendidikan
Sebagaimana kita ketahui bahwa, telah banyak terdapat
difinisi administrasi pendidikan untuk lebih mempermudah dalam
memahaminya maka dapat diketahui ciri-ciri administrasi
pendidikan sebagai berikut :
(a) Administrasi pendidikan meliputi semua kerja usaha, dan
proses yang berlaku dalam lembaga pendidikan, baik bersifat
administratif eksekutif atau teknis pendidikan. Administrasi
juga mengandung kerja-kerja dan proses administratif
eksekutif yang berhubungan dengan perjalanan aparat atau
lembaga pendidikan seperti proses-proses : perencanaan
administratif, konsolidasi dan organisasi, bimbingan,
pembagian kekuasaan, pengambilan keputusan dan
pelaksanaannya, pengawasan kerja dan follow up.
31
M. Daryanto, Administrasi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1998, hal. 10.
35

(b) Administrasi pendidikan adalah usaha kolektif dan kerjasama


sekaligus. Serta memerlukan partisipasi dan kerjasama, aparat
atau lembaga pendidikan dalam batas-batas kemampuan dan
kuasa-kuasa yang dikhususkan untuknya. Dengan kerjasama
semua orang dalam aparat atau lembaga pendidikan, maka
seluruh usaha pekerja-pekerja disitu berpadu, moralnya
meningkat, produktivitas kerjanya bertambah, perbelanjaan
kerja berkurang, dan pencapaian tujuan menjadi mudah.
(c) Adiministrasi pendidikan adalah pertama sekali proses
kemanusiaan yang bertujuan untuk mencapai pemuasan
sebesar mungkin keinginan dan kebutuhan manusia. Serta
berusaha sekuat tenaga berusaha memperbaiki kehidupan
manusia melalui perubahan tingkah laku manusia.
(d) Administrasi pendidikan adalah proses sosial. Artinya
administrasi itu bersifat kemanusiaan yaitu proses
mengharuskan kita menganggap setiap perubahan atau
pertukaran di situ sebagai perubahan sosial yang
menyinggung hubungan-hubungan vertikal dan mendatar di
antara anggota-anggota kumpulan kumpulan tertentu Serta
konsep-konsep, nilai-nilai, sikap-sikap, juga ketrampilan-
ketrampilan individu-individu itu sendiri
(e) Proses administrasi adalah proses kerjasama, kemanusiaan
dan sosial, juga proses pendidikan yang bertujuan dari satu
segi mendidik, mengembangkan pekerja-pekerja dan orang
yang berkaitan dengannya. Di segi lain berusaha mencapai
tujuan-tujuan pendidikan bagi masyarakat dan lembaga
pendidikan dimanapun berada.
(f) Adiministrasi pendidikan adalah usaha teratur yang
menghendaki ketepatan dalam organisasi dan koordinasi, serta
kejituan dalam bimbingan/pengarahan kepada semua potensi
36

dan dinamisme pendidikan di dalam atau di luar lembaga


untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diharapkan.
(g) Kerja administrasi pendidikan adalah kerja kepemimpinan
yang memerlukan wujudnya kepemimpinan yang bijaksana
yang membimbing pekerja-pekerja, menjaga aktivitas-
aktivitasnya, menciptakan iklim material, psikologis, spiritual,
sosial yang menggalakkan mereka bekerja dan mendorong
mereka melipatgandakan usaha dan semangat dalam bekerja.
(h) Administrasi adalah proses bertujuan, tujuannya adalah unuk
melaksanakan tujuan-tujuan pendidikan, sosial bagi aparat dan
lembaga pendidikan yang telah ditentukan lebih dahulu, telah
dikenal oleh pimpinan administratif dan oleh setiap aparat
atau lembaga pendidikan, agar dapat diusahakan
mencapainya.32
(3) Tujuan-tujuan umum administrasi pendidikan Islam (pendidikan
agama Islam)
Lembaga pendidikan formal (sekolah) memiliki tujuan yang
khusus dalam menjalankan administrasinya yaitu menciptakan
situasi yang memungkin anak mempunyai pengetahuan dasar
yang kuat untuk melanjutkan pelajaran, mempunyai suatu
kecakapan dan ketrampilan khusus untuk dapat hidup mandiri
dalam masyarakat serta mempunyai sikap hidup sebagai manusia
Pancasila dengan pengabdian untuk pembangunan masyarakat
pancasila Indonesia.33 Sedangkan lembaga pendidikan Islam
memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam administrasi
pendidikan yang baik. Hal itu dalam konteks nilai-nilai syari’at
dan pendidikan diantaranya adalah :

32
Hasan langgulung. Op. Cit, hal 200-204.
33
Ibid, hal. 22.
37

(a) Memudahkan pekerjaan administrasi dan proses-prosesnya,


menyusun potensi manusia dan material yang diperlukan,
menghasilkan keputusan administrasi dan pendidikan yang
sifatnya realistis, kolektif dan sehat untuk mencapai
penyelesaian masalah-masalah administrasi dan pendidikan
yang dihadapinya.
(b) Menciptakan iklim rohaniah, psikologis dan sosial dimana
dilaksanakan aqidah akhlak Islam yang penuh dengan Iman,
kejujuran, amanah keikhlasan dan unsur-unsur iklim yang
baik yang diperintah oleh agama Islam, juga menjadi slogan
administrasi mutakhir.
(c) Meningkatkan moral atau semangat anggota-anggota lembaga
pendidikan dan mengembangkan semangat setia kawan
diantara mereka. Begitu juga menimbulkan rasa tentram,
aman dan stabil diantara mereka serta menimbulkan
kegairahan kerja yang berguna dan produktif.
(d) Menambah produktifitas pekerja dalam aparat administratif
atau lembaga pendidikan, memperbaiki kualitas metode dan
medianya. Juga menciptakan segala syarat-syarat, pendorong-
pendorong yang diperlukan untuk menambah produktifitas
dan membaiki kualitas kerja.
(e) Mengembangkan sistem-sistem dan media administratif terus
menerus serta meningkatkan kemampuan pekerja-pekerja
dalam lembaga, mempertinggi pengetahuan, ketrampilan dan
sikapnya terus menerus. Juga menghilangkan red-tape dalam
administrasi dan meletakkan tradisi-tradisi administratif yang
sehat dan berusaha mementingkan kemaslahatan umum,
ikhlas, amanah, menghormati waktu serta disiplin.
(f) Mengadakan perubahan yang diinginkan dalam proses
pendidikan dengan seluruh aspeknya dalam menolong murid-
murid mencapai pertumbuhan menyeluruh dan utuh. Begitu
38

juga mencapai penyesuaian dengan masyarakat yang selalu


berubah.
(g) Menghubungkan antara proses pendidikan dan tujuan-tujuan
pembangunan dalam mesyarakat serta mengeratkan hubungan
lembaga pendidikan dengan lingkungannya. Juga
mengeratkan kerjasama dengan wali-wali murid serta seluruh
lembaga yang ada di masyarakat.34
(3) Segi-segi penting dan faedah administrasi pendidikan
Aspek-aspek yang terpenting dari administrasi pendidikan
adalah :
(a) Administrasi pendidikan yang baik, mengangkat derajat
perfoman administrasi dan menolong mensukseskan serta
memperbaiki kerja-kerjanya. Juga meningkatkan moral atau
semangat kerja dan produktifitas pekerja-pekerja dalam
lembaga itu, memperbaiki kualitas kerjanya, memobilisasikan
usaha-usaha dan segala usaha yang ada dalam lembaga itu
untuk mencapai tujuan administratif pendidikan yang dicita-
citakan.
(b) Lembaga pendidikan bersama dengan administrasi yang baik,
menjadi tempat yang sesuai bagi usaha yang serius, ikhlas dan
membina hubungan-hubungan baik untuk menerapkan
prinsip-prinsip hubungan kemanusiaan yang sehat yang
menekankan penghargaan kepada setiap orang di lembaga itu.
(c) Administrasi pendidikan yang baik menolong
menterjemahkan, merobohkan fikiran-fikiran dan teori-teori
pendidikan menjadi, kurikulum, program, metode, media,
prosedur dan berbagai aktivitas pendidikan yang menempuh
jalan tertentu dalam alam kenyataan. Juga menolong meninjau
kembali fikiran-fikiran yaitu, teori-teori, filsafat-filsafat,
tujuan-tujuan, dan kebiajakan-kebiajakan pendidikan bila
34
Hasan Langgulung, Op. Cit, 206-207.
39

dirasa perlu. Serta menolong meningkatkan derajat proses


pendidikan keseluruhannya di dalam lembaga itu yang
menyebabkan lebih menyeluruh, lebih realistis, lebih relevan
dengan waktu dan dimana lembaga itu berada.
(d) Administrasi pendidikan yang baik, tidak hanya menjalankan
urusan administrasi. Teknis lembaga pendidikan seperti
sekolah-sekolah dan lain-lain, tetapi juga berusaha menautkan
lembaga pendidikan dengan masyarakatnya, dengan
kebutuhan-kebutuhan dan budaya masyarakat ini. Ia
menjadikannya sumber cahaya yang terang dalam masyarakat
yang berusaha mendorong masyarakat ke arah perkembangan,
kemajuan dan kestabilan.35
(4) Pentingnya administrasi pendidikan dan tujuan-tujuan umum yang
ingin dicapai
Untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan maka
administrasi pendidikan harus berjalan dengan baik, dimana
segala problema baik mulai dari sarana (yang berhubungan
dengan pendanaan) sampai pelaksanaan proses belajar mengajar
harus dapat berjalan sesuai rencana paling tidak 80 % dapat
terealisasi dengan baik, jadi administrasi yang baik adalah syarat
utama pendidikan yang baik, disitulah berpijak kualitas proses
pendidikan dan kualitas proses pendidikan dan kualitas
kesempatan-kesempatan pendidikan.

35
Hasan Langgulung, Op. Cit, 205-206.

Anda mungkin juga menyukai