PENDAHULUAN
memajukan sebuah peradaban melalui potensi besar yang terdapat dalam dirinya.
memberikan kontribusi pada semesta. Maka setiap potensi yang dimiliki, baik
agar dapat membangun diri sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa. 1
1
Novan Ardi Wiyani, M. Pd. I, Pendidikan Karakter Berbasis Iman dan Taqwa (Yogyakarta:
Penerbit Teras, 2012), 1
1
2
masyarakat dan lingkungannya. Allah SWT berfirman dalam surat Yunus ayat 101
yang artinya:
agar dia menyuruh kaumnya untuk memperhatikan dengan mata kepala mereka
dengan akal budi mereka segala kejadian di langit dan bumi. mereka
bintang, matahari dan bulan, keindahan pergantian malam dan siang, air, hujan
pengetahuan. Setidak-tidaknya ada dua hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu,
2
Tim Tashih Departemen Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf,
1991) Jilid IV, 450
3
pertama: tanda-tanda kekuasaan Allah yang terdapat di langit dan bumi, memberi
orang yang tidak beriman adalah mereka yang akal budinya tidak berfungsi
mengemban amanah untuk menjaga dan merawat alam semesta yang telah
diciptakan oleh-Nya, termasuk dalam hal ini adalah lingkungan (ekologi). Akal
untuk berpikir dan hati untuk merasa merupakan sunnatullah yang dilekatkan
pada diri manusia. Anehnya hanya ada segelintir orang yang memiliki perhatian
tingkat pendidikan seseorang justru hari ini tidak menjamin kepekaan dan
memprihatinkan.
alam, atau juga bisa disebut teori anthroposentris. Semua yang ada di alam ini adalah
untuk manusia. Sebagaimana telah dipahami bahwa alam merupakan tempat manusia
untuk hidup dan berkembang biak. Hubungan manusia dengan alam saling berkaitan,
dari alamlah manusia dapat penghidupan dan tanpa dukungan dari alam manusia dan
3
Imam Syafi’ie, Konsep Ilmu Pengetahuan dalam Al-Qur’an: Telaah dan Pendekatan Filsafat
Ilmu (Yogyakarta: UII Press, 2000), 94
4
Sofyan Anwar Mufid, Islam dan Ekologi Manusia (Bandung, Nuansa, 2010), 7
4
besar untuk manusia dalam mencapai level kehidupan yang mapan dan profesi
yang secara materi sangat menggiurkan sehingga semakin membuat manusia jauh
dari orientasi kehidupan yang sangat kental dengan lingkungan. Fakta sederhana
yang terjadi adalah ketika generasi muda hari ini nyaris tidak ada yang bercita-cita
untuk jadi petani, karena persepsi yang dibangun adalah bahwa profesi petani
adalah profesi yang gagal. Pola pikir yang seperti ini telah terjangkit virus
agama dan kehidupan sosial. Jelas dalam kapitalisme telah terjadi perubahan
hubungan yang signifikan antara lapisan sosial dalam masyarakat. 5 Maka tak ayal
jika kemudian manusia abai dengan perihal apapun yang memang menjadi
melestarikan lingkungan. Sebab, ketika mereka mulai tergiur dengan materi maka
hal apapun yang bisa mendatangkan keuntungan yang melimpah, akan ia lakukan
hanyalah alat atau sarana manusia menggali materi dan memanfaatkan energi
5
Eko Prasetyo, Islam Kiri Melawan Kapitalisme Modal dari Wacana Menuju Gerakan
(Yogyakarta: Resist Book, 2015) 82
5
alam.6 Dengan begitu tekhnologi justru dapat menjadi penghancur alam karena
kepentingan masing-masing.
Saat ini bisa terlihat adanya tiga krisis yang terjadi di dalam biosfir yaitu
krisis sumber daya alam, krisis ini meliputi lingkungan, perairan, tanah serta
udara. Kehidupan dan segala perosesnya sangat tergantung pada tiga komponen
biosfir tersebut. Krisis sumber daya alam ini timbul terutama sebagai akibat
“eksplotasi yang dilakukan oleh manusia terhadap tiga sumber daya alam
pengurangan jumlah gas oksigen yang dibebaskan ke udara oleh tumbuhan hijau.
dan kepibadian manusia nampaknya masih belum tanggap bahkan barangkali bisa
6
Prof. Oekan S. Abdoellah, Ph.D., Ekologi Manusia dan Pembangunan Berkelanjutan (Jakarta:
PT Gramedia, 2017) xvi
7
Suwasono Heddy, Sultiman B. Soemitro, Sardjono Soekartomo, Pengantar Ekologi, (Jakarta: CV
Rajawali, 1979) 111-120
6
sehari dalam masyarakat dalam hal ini menjadi satu elemen yang mampu
membentengi diri dan bahkan mampu menjadi solusi dari berbagai persoalan yang
terjadi.8
ini karena pesantren tumbuh dan berkembang dari dan untuk masyarakat dengan
meletakkan visi dan kiprahnya dalam pengabdian sosial yang ditekankan pada
lembaga pendidikan Islam yang sejak awal masih konsisten berpijak pada
8
Ridwan Abawihda, Kurikulum Pendidikan Pesantren dan Tantangan Perubahan Global
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), 86
9
Abd A’la, Pembaruan Pesantren (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2006), 2
10
Ibid., 3
7
geografis ini terletak di kaki bukit lancaran tetap menjadikan wawasan lingkungan
ini terlihat dari tradisi dan kebudayaan yang dikembangkan menjaga betul akan
pendidikan. Hal ini setidaknya telah dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan
(PSG) yang ada di SMA 3 Annuqayah. Remaja yang masih tergolong muda ini
dihimpun dalam sebuah wadah yang fokus kegiatannya pada pengelolaan atau
pengolahan sampah plastik untuk didaur ulang dari yang tidak berharga menjadi
berharga. Tentu secara sepintas hal ini mungkin tidak seberapa pengaruhnya jika
dibandingkan dengan besarnya persoalan ekologi yang merata di muka bumi ini.
Akan tetapi poin penting yang dimaksud penulis dari realita tersebut bukan pada
hasil, melainkan pada proses yang secara bertahap terus melakukan penyadaran
kepada semua elemen, utamanya pemuda, bahwa sampah plastik yang terus
Maka melalui wadah PSG ini, potensi dan kreativitas para santri diasah
11
Prof. Dr. H. Mohammad Baharun, Islam Idealitas Islam Realitas (Jakarta: Gema Insani, 2012),
179
8
penggunaan sampah plastik ini bisa serentak dilakukan oleh semua pihak.
Bererapa realita yang penulis sampaikan di atas tentu saja hanya sepintas,
dalam artian masih banyak beberapa realita lain baik yang sudah penulis temukan
atau masih dalam tahap penelitian terkait langkah strategis yang dilakukan pondok
pesantren ini dalam menyikapi problem ekologi melalui pendidikan. Lebih dari itu
B. Rumusan Masalah
3. Apa saja faktor penghambat dan faktor pendukung serta solusi yang
1. Tujuan Penelitian
2. Kegunaan Penelitian
ada.
1. Alasan Objektif
sangat penting.
dalamnya.
11
2. Alasan Subjektif
lingkungan.
yang tetap berpijak pada wawasan lingkungan sebagai upaya menyikapi persoalan
ekologi di lokasi yang lain, hal itu tidak lebih hanya sebatas contoh saja.
bahasa atau kesalahan, maka penulis perlu memberikan batasan istilah yang
1. Pendidikan Ekologi
logi kata ekologi berasal dari oikos (rumah tangga) dan logos (ilmu)
12
Haryanto, 2012: dalam artikel “pengertian pendidikan menurut para ahli”
http://belajarpsikologi. com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/ diakes pada tanggal 7 Januari
2019
13
Aditia Syaprillah, Buku Ajar mata Kuliah Hukum Lingkungan, (Yokyakarta, CV Budi Utama,
2016) 12
13
G. Kajian Pustaka
14
Abdoellah, Ekologi Manusia, 14
14
15
Zahrotun Ni’am, “Studi Ekosufisme atas Peran KH. Abdul Basith dalam Upaya Pelestarian
Lingkungan di Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep,” Skripsi, Instika, Sumenep
(2019)
16
M. Bahri Ghazali, “Pengembangan Lingkungan Hidup dalam Masyarakat: Kasus Pondok
Pesantren Annuqayah dalam Menumbuhkan Kesadaran Lingkungan di Guluk-Guluk Sumenep
Madura,” Disertasi, Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga (1995)
17
Fachruddin Mangunjaya, Ekopesantren Bagaimana Merancang Pesantren Ramah Lingkungan,
(Yogyakarta: Pustaka Obor, 2014)
15
Dalam kasus yang diteliti oleh penulis dengan ketiga penelitian di atas
Mangunjaya tentang pesantren ramah lingkungan, maka penulis sendiri pun juga
problem ekologi melalui pendidikan, sehingga bermuara pada poin yang sama
yaitu lingkungan.
Zahrotun Ni’am fokus pada kajian sufisme tokoh, kemudian M. Bahri Ghazali
pada ruang sinergi antara masyarakat sekitar dengan pondok pesantren, dan
penulis sendiri lebih pada langkah-langkah yang dilakukan oleh Pondok Pesantren
H. Kerangka Teoritik
Pesantren Annuqayah.
16
gerakan sosial akan berhasil jika melalui mobilisasi sumber daya yang
18
Abdoellah, Ekologi Manusia, 63
19
Oman Sukmana, Konsep dan Teori Gerakan Sosial (Malang: Intrans Publishing, 2016) 155
17
I. Metode Penelitian
berwawasan lingkungan.
2. Kehadiran Peneliti
3. Lokasi Penelitian
4. Sumber Data
dan sekunder. Data primer berupa informan yang terdiri dari beberaoa
ekologi.
pada orang yang dianggap mampu dan paling tahu dan Snowball
peneliti:
nonformal.
pondok pesantren.
berikut:
a. Observasi
ditetapkan.
b. Wawancara
22
Burhan Bungin, Peneliti Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial
lainnya (Jakarta: Prenada Medra Grup, 2007) 118
21
dalam arti tidak hanya terpaku pada teks. Akan tetapi ada
cabangnya.
c. Dokumentasi
23
Arifin, Metode Penelitian, 73
24
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006)
234
25
Arifin, Metode Penelitian, 84
22
selanjutnya.
kredibel.
26
Lexy J. Moleon, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosda Karya, 2010) 324
23
8. Tahapan-Tahapan Penelitian
b. Tahap Penelitian
skripsi.
deskriptif kualititaif.
J. Sistematika Pembahasan
24
awal sampai bab akhir yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan sistematis.
Pada pembahasan skripsi ini mencakup lima (5) bab yang terdiri dari:
istilah dalam judul, kajian pustaka, kerangka teoritik, metode analisis data
ekologi, tentu melalui beberapa kajian teoritis yang dilakukan oleh para
pakar.