Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 29

BAB II

PERANAN PERHATIAN DAN MOTIVASI ORANG TUA


TERHADAP
NATIJAH AL DARS QIRO’ATIL QUR’AN

1. Perhatian Orang tua


Perhatian sangat dibutuhkan anak-anak, terutama yang sedang menempuh
pendidikan, khususnya anak-anak TPQ yang secara psikologis sangat
membutuhkannya. Perhatian orang tua kepada anak-anaknya merupakan wujud
dari sebuah kasih sayang. Semakin banyak perhatian yang diberikan orang tua
kepada anak-anaknya, semakin jelas terlihat bahwa orang tua memiliki kasih
sayang yang mendalam, karena sudah menjadi kewajiban orang tua harus
menyayangi anak-anaknya.
1.1. Pengertian Perhatian
Suatu peristiwa di masyarakat baik itu sengaja maupun tidak disengaja,
semua itu tertuju kepada suatu obyek tertentu. Perhatian seseorang yang
sedang lewat di depan sekolahan, kemudian melihat anaknya yang sedang
diajar oleh gurunya, akan berbeda dengan perhatian seorang guru yang sudah
punya niat mengajar anak didiknya di sekolah. Menurut Bimo Walgito,
perhatian adalah “pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktifitas individu
yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan obyek”. 23) Abu Ahmadi
mendefenisikan perhatian adalah “keaktifan jiwa yang diarahkan kepada
sesuatu obyek baik didalam maupun diluar dirinya”. 24) Menurut psikolog
Sumadi Suryabrata mendefinisikan perhatian menjadi dua macam, yaitu :

23) Dr. Bimo Walgito, Psikologi Umum, Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi
UGM, Yogyakarta, 1993, hlm. 56

14
24) Drs. Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta, 1998, hlm.145
 Perhatian adalah “pemusatan tenaga psikis tertuju kepada
suatu obyek”.
 Perhatian adalah “banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai
sesuatu aktifitas yang dilakukan”.25)
Sedangkan menurut Witherington, perhatian adalah “proses pemilihan
satu perangsang dari perangsang lain yang setiap saat merangsang mekanisme
kita”.26)
Dari pengertian-pengertian diatas, meskipun ada perbedaan dari sudut
redaksinya, tetapi didalamnya memiliki kesamaan tujuan. Perhatian adalah
pemusatan tenaga psikis kepada suatu obyek atau sekumpulan obyek, baik
didalam maupun diluar dirinya.
1.2. Macam-macam Perhatian
Perhatian terbagi menjadi beberapa macam berdasarkan
penggolongan-penggolongan tertentu. Menurut Sumadi Suryabrata, atas
dasar intensitasnya perhatian terbagi menjadi dua yaitu perhatian intensif
dan perhatian tidak intensif.27)
1.2.1. Perhatian Intensif
Perhatian intensif adalah “banyaknya kesadaran yang menyertai
sesuatu aktifitas atau pengalaman batin. Makin banyak kesadaran yang
menyertai sesuatu aktifitas atau pengalaman batin, berarti makin
intensiflah perhatiannya”.28) Perhatian intensif ini pada dasarnya sangat
dibutuhkan dalam sebuah keluarga. Sebagaimana Allah SWT telah
mengamanatkan anak kepada orang tua supaya dipelihara dengan sebaik-
baiknya. Dengan amanat inilah orang tua pada umumnya dihadapkan pada

25) Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Penerbit Rajawali Pers,


Jakarta, 1990, hlm. 14

26) HC. Whiterington, Psychology Pendidikan, terjemahan M. Bukhori,


Aksara Baru, Jakarta, 1982, hlm. 119

27) Sumadi Suryabrata, Op.Cit.


28) Ibid

dua alternatif yaitu memikul dosa karena menyia-nyiakan amanat atau


menjaga amanat tersebut dengan imbalan pahala, sebagaimana firman
Allah SWT :

Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan


keluargamu dari api neraka “. 29) (QS. At Tahrim : 6)

Dengan demikian, perhatian orang tua kepada anak-anaknya ditinjau dari


ayat diatas termasuk perhatian intensif yang dapat memacu prestasi anak.
1.2.2. Perhatian tidak Intensif
Menurut Wasty Soemanto, perhatian tidak intensif adalah “perhatian
yang kurang diperkuat oleh rangsang atau beberapa keadaan yang
menyertai aktifitas atau pengalaman batin”. 30) Orang tua yang jarang
tinggal di rumah akan sedikit kesadaran yang menyertai suatu aktifitas
dirumahnya, sehingga perhatian orang tua tidaklah intensif yang
menjadikan anak malas untuk belajar. Jadi perhatian tidak intensif adalah
sedikitnya suatu kesadaran yang menyertai sesuatu aktifitas atau
pengalaman batin.
Menurut Bimo Walgito, dilihat dari segi timbulnya, perhatian dibagi
menjadi dua yaitu perhatian spontan dan perhatian tidak spontan.31)

29) Drs. H. Moh. Rifa’I, Al Qur’an dan terjemahnya, CV. Wicaksana,


Semarang, 1994, hlm. 942

30) Drs. Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Rineka Cipta,


Malang, 1990, hlm. 32-33

31) Dr. Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, Andi Offset,


Yogyakarta, 1993, hlm. 57

1.2.3.Perhatian Spontan
Perhatian spontan apabila terjadi pada anak dalam kegiatan proses
belajar, akan sangat besar manfaatnya terhadap kenangan yang tersimpan.
Perhatian spontan biasanya akan masih diingat oleh anak, bila suatu ketika
anak butuh mengingatnya lagi. Menurut Wasty Soemanto, perhatian
spontan adalah “perhatian yang tidak disengaja atau tidak sekehendak
subyek”.32) Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata, perhatian spontan
adalah “perhatian tak sekehendak, perhatian tak disengaja”. 33) Sehingga
dapat disimpulkan bahwa perhatian spontan adalah perhatian yang timbul
dengan sendirinya tanpa disertai usaha dan obyek.
1.2.4.Perhatian tidak spontan
Perhatian tidak spontan / sekehendak / refleksif, biasanya terjadi
pada sebuah keluarga dimana seorang ayah menyuruh agar anaknya
memperhatikan pelajaran yang telah diajarkan oleh gurunya serta
mngerjakan segala sesuatu yang diperintahkan oleh guru. Perhatian anak
kepada pelajarannya merupakan perhatian sekehendak, yang
membutuhkan suatu kesengajaan untuk memperhatikannya. Menurut
Sumadi Suryabrata perhatian sekehendak adalah “perhatian yang
disengaja., perhatian refleksif”.34) Adapun menurut Wasty Soemanto
perhatian refleksif atau tidak spontan adalah “perhatian yang disengaja
atau sekehendak subyek”.35) Pengertian-pengertian diatas dapat digaris
bawahi bahwa perhatian tidak spontan adalah perhatian yang disengaja
oleh subyek terhadap obyeknya.

32) Drs. Wasty Soemanto, Op.Cit., hlm. 32

33) Sumadi Suryabrata, Op.Cit., hlm. 15

34) Ibid

35)Drs.WastySoemanto,Op.Cit., hlm 32
Menurut Abu Ahmadi, perhatian terbagi menjadi beberapa
macam, diantaranya adalah perhatian statis dan perhatian dinamis. 36)
1.2.5.Perhatian Statis
Perhatian statis adalah “perhatian yang tetap terhadap sesuatu”. 37)
Ada orang yang dapat mencurahkan perhatiannya kepada sesuatu seolah-
olah tidak berkurang kekuatannya. Dengan perhatian yang tetap itu maka
dalam waktu yang agak lama orang dapat melakukan sesuatu dengan
perhatian yang kuat. Misalnya orang tua yang sekali memperhatikan
tingkah laku anaknya yang ramah, agaknya cocok dengan keinginan orang
tua dalam memberikan didikannya. Dalam waktu agak lama perhatiannya
terhadap anaknya masih cukup kuat, tidak mudah berpindah ke obyek lain.
Sehingga dapat diambil suatu kesimpulan bahwa perhatian statis adalah
perhatian yang tetap terhadap sesuatu atau tetap tertuju, dan sulit untuk
memindahkan perhatian dari satu obyek ke obyek yang lain.
1.2.6.Perhatian Dinamis
Perhatian dinamis adalah “perhatian yang mudah berubah, mudah
bergerak, mudah berpindah dari obyek yang satu ke obyek yang lain”. 38)
Karena pentingnya orang tua tidak hanya kepada anak saja, tetapi juga
kepada masyarakat, agama dan negara, maka perhatian orang tua selalu
dinamis dalam mengatur segala permasalahan yang dihadapinya.

2. Motivasi orang tua


Orang tua adalah figur pertama yang dapat dijadikan contoh oleh anak-
anaknya. Orang tua yang dapat mengarahkan anaknya menuju kesuksesan atau
masa depan yang cemerlang ialah orang tua yang mempunyai semangat besar
dalam membentuk penerus bangsa yang sekaligus menjaga amanat Allah SWT.

36) Drs. H. Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta,
1998, hlm. 148

37) Ibid

38) Ibid
Orang tua yang belum mampu mengarahkan anak-anaknya akan mengakibatkan
kerugian yang sangat besar di kehidupan mendatang. Semua itu tergantung
bagaimana orang tua dalam mendidiknya, akan dijadikan baik ( selalu mengikuti
norma-norma yang berlaku ) atau jelek ( tidak menghiraukan norma-norma yang
berlaku ) sehingga dapat menyesatkan anak tersebut. Sebagaimana Sabda Nabi
Muhammad SAW :

39)

Artinya : “ Dari Abi Amamah sesungguhnya seorang laki-laki bertanya : Hai


Rosulullah, apakah hak kedua orang tua terhadap anaknya?.
Rosulullah menjawab, mereka surgamu dan nerakamu“.
(HR. Ibnu Majah).

Dengan adanya ayat diatas, orang tua hendaknya memperhatikan anaknya yang
sedang belajar di TPQ ( Taman Pendidikan Al Qur’an ). Usia TPQ merupakan
usia perkembangan, sehingga orang tua bertanggungjawab atas
kepemimpinannya, sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW :

40)

Artinya : “ Dari Ibnu Umar ra, dari Nabi SAW bersabda : Kamu semua adalah
penanggungjawab ( pemegang amanah ) dan kamu semua akan
ditanya ( dimintai pertanggungjawaban ) tentang yang dipimpinnya,
seorang pemimpin ialah penanggungjawab dan seorang laki-laki
adalah penanggungjawab terhadap keluarganya, seorang wanita

39) Imam Muslim, Shahih Muslim Juz II, Dahlan, Bandung, t.th., hlm. 458

40) Abi Zakariya Yahya bin Syarif Nawawi, Riyadl ash Sholihin, Al Maktab
al Islamiyah, 671 H, hlm. 142

adalah penanggungjawab terhadap rumah suaminya dan anak-


anaknya, maka kamu semua adalah penanggungjawab dan kamu
semua akan dimintai pertanggungjawaban mengenai yang
dipimpin “ . ( HR. Bukhori ).
Dalam hal ini, karena yang menjadi tanggungjawabnya adalah anak seusia
TPQ, maka perlu adanya suatu motivasi yang dapat membangkitkan prestasi
belajar anak-anak TPQ. Sebagaimana penemuan-penemuan penelitian
menunjukkan bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi untuk
belajar bertambah.41)
2.1. Pengertian Motivasi
Kata motivasi berasal dari bahasa Inggris “ motivation “ dan
merupakan kejadian dari kata dasar “ motive “ yang berarti alasan atau yang
42)
menggerakkan. Adapun secara terminologi motivasi merupakan suatu
tenaga, dorongan, alasan kemauan dari dalam yang menyebabkan kita
bertindak yang mana tindakan itu diarahkan kepada tujuan tertentu yang
hendak dicapai atau keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu
untuk melakukan aktifitas - aktifitas tertentu guna mencapai suatu
tujuan.43) Mustofa Fahmi memberikan batasan motivasi adalah
sebagai berikut :

44)

41) Drs. Noehi Nasution, MA dkk, Psikologi Pendidikan, Dirjen Pembinaan


Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 1991, hlm. 9

42) Prof. Dr. Wojowasito, – W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Lengkap


Inggris – Indonesia, Indonesia – Inggris, Hasta, Bandung, 1980, hal. 119

43) Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Rajawali Pers, Jakarta,


1990, hlm. 72

44) Dr.Musthofa Fahmi, Syikolojiyatut Ta’lim, Maktabah Misro,


Fajalah, t.th, hal. 136
Artinya : “Dalam psikologi, motivasi adalah suatu istilah yang hanya
digunakan untuk dorongan, baik yang bersifat phisik maupun
psikis. Dan motivasi menurut arti khusus ini merupakan
ungkapan dari kekuatan psikis yang nampak, maksudnya motivasi
tersebut tumbuh dari dalam pribadi orang itu “.
Sedangkan Yusuf Murad dalam buku Mabadi’ul ‘Ilmu Nafsil’am dikatakan
bahwa :

45)

Artinya : “ Motivasi secara istilah dikatakan sebagai segala sesuatu yang


mendorong seseorang itu bersemangat, baik yang nampak
dalam gerakan maupun yang tersimpan dalam pikiran, dan
motivasi ini ada yang bersifat alami dan ada yang karena
diusahakan “.

Clifford T. Morgan dalam buku Introduction to Psychology dikatakan “


motivotion is a general term referring to states that motivate behaviour, to the
behaviour motivated by these states and to the goals or ends of such
behaviour”, artinya motivasi merupakan istilah umum yang menunjukkan
keadaan sebagai pendorong tingkah laku, tingkah laku yang didorong
merupakan keadaan dan tujuan atau bagian akhir dari tingkah laku.46)
Motivasi dapat disimpulkan, secara etimologi berarti dorongan atau alasan,
sedangkan secara terminologi motivasi adalah suatu penggerak dalam diri
pribadi seseorang yang mendorong orang tersebut melakukan aktifitas tertentu
guna mencapai tujuan.

45) Dr.Yusuf Murod, Mabaadiul


‘Ilmi2
1212121212121212121212121212121212121212121212121212121212121212121212121212
1212121212121212121212121212121212121212121212121212121212121212121212121212
1212121212121212121212121212121212121212121212121212121212121212121212121212
1212121212121212121212121212121212121212121212121212121212121212121212121212
121212121212121212121212121212121212121212121212121212121212121212121212121

212121212121212121212121212121212121212121212121212121212121212
222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222
222222Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik .47)

2.2. Motivasi Intrinsik


Motivasi intrinsik adalah “motivasi yang ditimbulkan dari dalam diri yang
bersangkutan tanpa rangsangan atau bantuan orang lain”. 48) Menurut
Sardiman A.M, motivasi intrinsik adalah “motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu
sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu”.49)
Sebagai contoh orang tua yang ingin anaknya sukses dalam belajar, maka
motivasi untuk membangkitkan gairah belajar anaknya itu timbul dari
orang tua tanpa adanya dorongan dari luar, bukan karena ingin disanjung orang
lain, bukan mengharapkan pujian, bukan takut akan dicap jelek oleh
masyarakat sekitar dan bukan untuk mendapat hadiah. Akan tetapi orang tua
menyadari bahwa setiap anak membutuhkan belajar, supaya bermanfaat dalam
kehidupan anaknya kelak, karena tanpa adanya belajar manusia tidak akan
mencapai kesuksesan. Sehingga orang tua berkewajiban memotivasi anaknya
dengan motivasi intrinsik tersebut. Sebagaimana Firman Allah SWT :

Artinya : “ Sesungguhnya Allah SWT tidak akan merubah keadaan suatu kaum
sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri “.50) ( Q.S Al-R’du ayat 11 )

47) Drs. Noehi Nasution, MA dkk, Psikologi Pendidikan, Dirjen Pembinaan


Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 1991, hlm. 9

48) Ibid

49) Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali Pers,
Jakarta, 1990, hlm. 88
50) Depag. RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, CV. Al Waah,
Semarang, 1989, hlm. 370

Dengan adanya motivasi tersebut, orang tua semakin menyadari tentang


keberadaan anak-anaknya, bahwa kesuksesan atau keberhasilan seseorang akan
diperoleh melalui usahanya sendiri tanpa melibatkan orang lain.
2.3. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah “motif-motif yang berfungsinya karena ada
perangsang dari luar”.51) Sedangkan menurut Noehi Nasution motivasi
ekstrinsik adalah “motivasi yang timbul oleh rangsangan dari luar”. 52)
Misalnya orang tua yang memotivasi anaknya dengan tujuan-tujuan tertentu,
agar anaknya mendapatkan pekerjaan yang enak, supaya dipuji oleh orang lain,
supaya mendapatkan penghargaan yang tinggi dalam masyarakat dan
sebagainya.
Memahami kedua macam bahasan tentang motivasi, dapat disimpulkan
bahwa kedua motivasi itu mempunyai identitas masing-masing. Motivasi
ekstrinsik agak kurang kuat apabila dibandingkan dengan Motivasi intrinsik.
Namun dalam kenyataannya motivasi intrinsik ini tidak selamanya dimiliki
oleh setiap orang tua.

3. Natijah al Dars Qiro’atil Qur’an


Istilah natijah al dars sebenarnya bukan istilah yang baru dalam dunia
pendidikan. Orang akan mengerti bila menggunakan kata prestasi belajar. Dua
istilah tersebut memiliki makna yang sama dan memiliki peran yang penting
dalam dunia pendidikan, yaitu sebagai petunjuk atau penentu keberhasilan proses
belajar mengajar.
Dalam pendidikan di TPQ, pengukuran natijah al dars qiro’atil Qur’an
sangatlah penting. Sebagaimana tujuan awalnya yaitu ingin menjadikan anak-anak
menjadi insan yang dapat membaca Al Qur’an dengan lancar, cepat, tepat dan
51) Sumadi Suryabrata, Op.Cit., hlm. 72

52) Drs. Noehi Nasution MA, Op.Cit., hlm. 9


benar. Anak yang dapat membaca Al Qur’an dengan lancar, cepat, tepat dan
benar akan mendapatkan nilai yang sangat memuaskan, baik bagi dirinya sendiri
maupun bagi orang tuanya, yang sekaligus dapat dijadikan sarana dalam
bersosialisasi di masyarakat pada kehidupan yang akan datang.
3.1. Pengertian Natijah al Dars
Kata natijah al dars merupakan kata mejemuk yang terbentuk dari dua
kata dasar yaitu natijah dan al dars, yang secara leksikal masing-masing
mempunyai arti sendiri. Oleh karena itu akan diberikan pengertian masing-
masing kata dari kata natijah al dars.
Kata natijah mempunyai makna hasil 53), atau istilah populernya hasil. Drs.
Sudarsono mengartikannya sebagai hasil yang dicapai, dilakukan atau
dikerjakan.54) Sedangkan William Morris menyebutnya dengan achievement
yang mempunyai makna “ something that has been accomplished succesfully,
aspecially by means of exertian, skill, practice or perseverance “ .55) Yang
berarti prestasi atau perolehan adalah sesuatu yang telah dicapai dengan sukses,
khususnya dengan pengertian tenaga, usaha, ketrampilan, latihan dan
ketekunan.
Sedangkan al dars memiliki arti belajar. Menurut WS. Winkel belajar
adalah “ suatu aktifitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungannya, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan – pemahaman, ketrampilan dan nilai – sikap. Perubahan itu
bersifat secara relatif, konstan dan berbekas “ .56)

53) Ahmad Warson Munawwir, Kamus Arab Indonesia Al Munawwir,


Pesantren Al Munawwir,Yogyakarta, 1984, hlm. 1479

54) Drs. Sudarsono, SH. Kamus Filsafat dan Psikologi, Rineka Cipta,
Jakarta, 1993, hlm. 206

55) William Morris, The Heritage Illustrated of English Language Vol.I,


Holigton Mifflin Company, Boston, 1979, hlm. 11
56) WS. Winkell, Psikologi Pengajaran, PT. Gramedia,
Jakarta, 1989, hlm. 36

Dari kedua kata dasar tersebut terangkum pengertian bahwa natijah


al dars adalah prestasi belajar, memiliki makna tersendiri yang lebih spesifik.
Dra. Sutratina Tirtonegoro mengartikan prestasi belajar sebagai hasil dari
pengukuran serta penilaian usaha belajar. Prestasi belajar ini dinyatakan dalam
bentuk angka, huruf, maupun simbol yang ditentukan pada tiap-tiap periode
57)
tertentu. Jadi menurut pendapat ini, yang dimaksudprestasi belajar adalah
penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka,
huruf, simbol maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah
dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa prestasi belajar
adalah “ penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh
mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai dari
guru “.58) Prestasi belajar yang dimaksud adalah hasil yang dicapai dari
aktifitas belajar siswa yang dilambangkan dalam bentuk nilai. Hal senada
diungkapkan Drs. Widodo Supriyono, bahwa prestasi belajar berarti “hasil
belajar yang telah dicapai dan dapat dinyatakan baik dalam angka maupun
dengan kata-kata”.59)
Dalam pemaknaan menyeluruh prestasi belajar bukan hanya merupakan hasil
intelektual saja, melainkan harus meliputi tiga aspek yang dimiliki siswa, yaitu
aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. 60) WS. Winkel
berpendapat bahwa prestasi belajar adalah “hasil belajar yang nampak pada
tingkah laku siswa sebagai akibat dari belajarnya”.61) Oleh karena itu, untuk

57) Dra. Sutratina Tirtonegoro, Anak Super Normal dan Program


Pendidikannya, PT. Bina Aksara, Jakarta, 1984, hlm. 43

58) Anton M. Moeliono dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta, 1994, hlm. 700

59) Drs. Widodo Supriyono, Perlu Motivasi Intrinsik yang Kuat Untuk
Meraih Prestasi BelajarBahasa Arab, Media, Edisi VII/Tahun kelima/Oktober, 1991, hlm. 17

60) Dr. Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru
Algensindo, Bandung, 1995, hlm. 49
61) WS. Winkell, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, PT. Gramedia,
Jakarta, 1986, hlm. 161
mencapai hasil yang diinginkan ada beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi siswa dalam belajar dan guru dalam memberikan pelajaran kepada
siswa. Hal ini dapat terlaksana apabila aspek yang satu dengan yang lainnya
saling berkaitan.
Berangkat dari beberapa pengertian diatas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh peserta didik setelah
melakukan suatu latihan atau praktek tertentu, baik hasil itu berupa angka,
huruf maupun tindakan.
Natijah al dars atau prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan
hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam
diri ( faktor internal ) maupun dari luar diri ( faktor eksternal ) individu.
Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting
sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar
yang sebaik-baiknya. Muhibbin Syah M.Ed dalam buku Psikologi Belajar
mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
adalah sebagai berikut :
3.1.1. Faktor Internal ( faktor dari dalam siswa ), yaitu keadaan kondisi
jasmani dan rohani.
3.1.2. Faktor Eksternal ( faktor dari luar siswa ), yaitu kondisi lingkungan
disekitar siswa.
3.1.3. Faktor Pendekatan Belajar ( approach to learning ), yaitu jenis upaya
belajar yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk
melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran 62).

Ketiga faktor tersebut diatas saling berkaitan satu sama lainnya karena
faktor-faktor tersebut yang memunculkan siswa untuk memiliki prestasi tinggi
atau sebaliknya. Jika ketiga faktor tersebut dapat berjalan seimbang maka
62) Muhibbin Syah, Psikologi Belajar,
Penerb2
7272727272727272727272727272727272727272727272727272727272727272727272727272
727272727272727272727272727272727272727272727272727272727272727272

727272727272727272727272727272727272727272727272727272727272727
272727272727272727272727272727272727272727272727272727272727272
727272727272727272727272727272727272727272727272727272727272727
272727272727272727272727272727272727272727272727272727272727272
727272727272727272727272727272727272727272727272727272727272727
272727272727272727272727272727272727272727272727272727ominasi
oleh adanya peranserta orang tua dalam mengarahkannya.
3.2. Qiro’atil Qur’an
3.2.1. Pengertian Qiro’atil Qur’an
Kata qiro’atil Qur’an berasal dari dua kata dasar yaitu qiro’ati
dan Al Qur’an.Qiro’ati bentuk masdar dari yang
artinya membaca.63) Al Qur’an menurut bahasa adalah berasal dari kata
kerja ( Fi’il ) yang berarti bacaan atau yang dibaca. Al Qur’an
adalah masdar yang diartikan dengan arti isim maf’ul yaitu maqru’ yang
berarti yang dibaca. Karena Al Qur’an itu dibaca, maka dinamailah dia itu
64)
Al Qur’an. Secara terminologi ( istilah ) Al Qur’an adalah nama bagi
kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
ditulis dalam mushaf.65) Sehingga dapat dikatakan bahwa qiro’atil Qur’an
adalah membaca Al Qur’an.

3.2.2. Dasar Belajar Membaca Al Qur’an ( Qiro’atil Qur’an )


Al Qur’an adalah kitab suci yang menjadi pedoman hidup setiap
muslim dalam meraih kemenangan dan kebahagiaan dunia sampai akhirat,
sehingga untuk belajar Al Qur’an suatu keharusan, hal ini berdasarkan :
63) Maftuh Ahnan, Kamus Arab-Indonesia-Arab, CV. Bintang Pelajar,
Gresik, hlm. 185

64) Dra. H. St. Aminah, Pengantar Ilmu Al Qur’an/ Tafsir, CV. Asy Syifa’,
Semarang,1993, hlm. 5

65) Ibid, hlm. 6

3.2.2.1. Surat Al Alaq ayat 1 – 5

Artinya : “ Bacalah dengan ( menyebut ) nama Tuhanmu


yang menciptakan, Dia menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang
paling Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan
perantara kalam. Dia mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya “.66)
( QS. Al Alaq : 1 – 5 )

3.2.2.2. Sabda Nabi Muhammad SAW :

67)

Artinya : “ Dari Utsman bin Affan ra. berkata : Rosulullah SAW


bersabda : sebaik – sebaik diantara kamu adalah
orang yang belajar Al Qur’an dan mengajarkannya. “
( HR. Bukhori )

Berdasarkan dalil diatas, maka dapat diambil pengertian bahwa


orang yang mau belajar Al Qur’an dan mengamalkan yang
diketahuinya serta rela mengajarkannya adalah termasuk orang –
orang yang mendapat tempat istimewa disisi Allah SWT.

66) Drs. H. Moh. Rifa’i , Alqur’an dan Terjemahnya, CV. Wicaksana,


Semarang, 1994, hlm. 1079

67) Abi Zakariya Yahya bin Syarif Nawawi, Riyadl ash Sholihin, Toha Putra,
Semarang, hlm. 430

3.2.3. Tujuan Belajar Al Qur’an


Setiap kegiatan yang dilaksanakan dan diusahakan selalu tertumpu
pada suatu tujuan, karena tujuan telah tercakup dalam pengertian usaha.
Dalam belajar Al Qur’an, tujuan dapat diartikan sebagai usaha untuk
memberikan rumusan hasil yang diharapkan dari anak didik atau subyek
belajar setelah mengalami proses belajar. Adapun tujuan belajar Al Qur’an
menurut Prof. Mahmud Yunus adalah sebagai berikut :
3.2.3.1 Memelihara kitab suci dan membacanya serta memperhatikan
isinya, untuk menjadi petunjuk dan pengajaran bagi kita dalam
kehidupan di dunia.
3.2.3.2 Mengharapkan keridlaan Allah dengan menganut i’tikad yang sah
dan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
3.2.3.3 Mengingat hukum agama yang termaktub dalam Al Qur’an serta
menguatkan keimanan dan mendorong berbuat kebaikan dan
menjauhi larangan.
3.2.3.4 Menanamkan akhlak yang mulia dengan mengambil ibarah dan
pengajaran serta suri tauladan yang baik dari riwayat-riwayat
yang termaktub dalam Al Qur’an.
3.2.3.5 Menanamkan perasaan keagamaan dalam hati dan
menumbuhkannya, sehingga bertambah tetap keimanan dan
bertambah dekat hati dengan Allah. 68)

Dengan demikian natijah al dars qiro’atil Qur’an merupakan


gabungan dua kata yaitu natijah al dars dan qiro’atil Qur’an yang masing-
masing telah diterangkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa natijah al
dars qiro’atil Qur’an adalah prestasi belajar membaca Al Qur’an yang
ditujukan pada anak-anak TPQ yang dapat kita lihat dengan adanya kartu
harian dan raport kenaikan.

68) Prof. Dr. Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Hilda
Karya, Jakarta, 1983, hlm. 61

3.2.4. Alat Evaluasi


Dalam kegiatan proses belajar mengajar, untuk mengetahui
berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran diperlukan suatu alat untuk
mengukurnya, yaitu evaluasi. Evaluasi ini harus mencakup tiga aspek
dalam pendidikan, yaitu aspek kognitif, aspek affektif dan aspek
psikomotorik. Evaluasi harus bisa menilai ketiga aspek tersebut yang
meliputi kemampuan intelektual, pemahaman dan kemampuan untuk
mengaplikasikan kemampuan yang dimiliki.
Evaluasi adalah suatu kegiatan yang disengaja dan mempunyai
tujuan. Kegiatan evaluasi dilakukan dengan sadar oleh guru dengan tujuan
memperoleh kepastian mengenai keberhasilan belajar anak didik dan
memberi masukan kepada guru mengenai apa yang dilakukan dalam
pengajaran.69) Menurut Drs. M. Ngalim Purwanto tujuan evaluasi adalah
sebagai berikut :
 Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan anak didik setelah
mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu
tertentu.
 Untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan suatu metode sistem
pengajaran yang digunakan.
 Mengadakan perbaikan pengajaran dengan mengetahui kekurangan dan
keburukan yang diperoleh dari hasil evaluasi itu.70)
Tujuan lainnya adalah untuk memperbaiki atau mendalami dan
memperluas pelajaran serta untuk memberitahukan atau melaporkan
kepada para orang tua atau wali anak didik mengenai penentuan
kenaikan kelas dan penentuan kelulusan anak didik. 71) Dengan

69) Drs. Uzer Usman, dan Dra. Lilis Setyowati, Upaya Optimalisasi
Kegiatan Belajar Mengajar, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1993, hlm. 8

70) Drs. M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi


Pengajaran, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1986, hlm. 4

71) Drs. Syaiful Bahri – Djamarah, Guru dan Anak dalam Interaksi Edukatif,
Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 209
demikian maka evaluasi hasil belajar memiliki makna penting bagi
ketiga aspek utama dalam pendidikan, yaitu guru, siswa atau anak didik
dan pihak sekolah. Evaluasi ini juga penting bagi orang tua atau wali
murid, karena dengan adanya evaluasi orang tua akan mengetahui
bagaimana prestasi belajar anaknya.
Pemahaman mengenai obyek evaluasi akan membantu guru dalam
menetapkan alat penilaian yang paling tepat. Pada umumnya alat evaluasi
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Tes dan Non Tes. Kedua jenis ini dapat
digunakan untuk menilai sasaran-sasaran penilaian72)
3.2.4.1. Tes
Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk
suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau
oleh sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah
laku atau prestasi tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang
dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang
ditetapkan.73) Ditinjau dari segi pelaksanaannya, tes terdiri dari
tes tertulis dan tes lisan.
Dalam dunia pendidikan TPQ, tes yang digunakan untuk mengetahui
sejauhmana keberhasilan guru dalam mengajar adalah menggunakan tes
lisan. Pada dasarnya pengajaran yang dilaksanakan dalam TPQ difokuskan
pada bacaan atau membaca Al Qur’an dengan lancar, cepat, tepat dan
benar, walaupun ada penyisipan terhadap materi lainnya seperti menulis
dan menghafal. Adanya tes dapat mengetahui kelebihan atau kekurangan
guru atau siswa dalam proses belajar mengajar. Tes lisan merupakan alat
penilaian yang pelaksanaannya dilakukan dengan tanya jawab secara
langsung untuk mengetahui kemampuan - kemampuan berupa proses

72) Ibid,hlm. 218

73) Drs. Wayan Nurkancana, dan Drs. P.P.N Sunartana, Evaluasi Pendidikan,
Usaha Nasional, Surabaya, 1986, hlm. 25
berfikir siswa dalam memecahkan suatu masalah, pelafalan huruf-huruf
Arab dengan lancar, cepat, tepat dan benar dalam penguasaan materi
pelajaran.

3.2.2. Non Tes


Non Tes ini digunakan untuk menilai aspek-aspek tingkah laku.
Dilihat dari pelaksanaannya, non tes dapat berupa wawancara atau
interview, pengamatan atau observasi, angket dan inventori atau
kuesioner.74) Untuk non tes yang paling tepat diterapkan dalam TPQ adalah
pengamatan atau observasi. Observasi adalah suatu cara untuk
mengadakan penilaian dengan jalan pengadakan pengamatan secara
langsung dan sistematis. Data-data yang diperoleh dalam observasi itu
dicatat dalam suatu catatan observasi. Kegiatan pencatatan dalam hal ini
merupakan bagian dari kegiatan pengamatan.75)
74) Drs. H. Abu Ahmadi, dan Drs. Widodo Supriyono, Psikologi Belajar,
Rineka Cipta, Jakarta,1991, hlm. 192

75) Drs. Wayan Nurkancana dan Drs. P.P.N Sunartana, Op.Cit., hlm. 46
3. Peranan Motivasi orang tua terhadap Natijah al Dars Qiro’atil Qur’an
Dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan tugas kegiatan
manusia, motivasi mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting, sebab
segala aktifitas yang dilakukan setiap orang selalu dilatarbelakangi oleh adanya
motivasi. Jadi motivasi inilah yang mendorong mengapa mereka melakukan
aktifitas.
3.3. Beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa motivasi penting
peranannya dalam kehidupan seseorang, karena motivasi berfungsi
seba3
43434343434343434343434343434343434343434343434343434343434
34343434343434343434343434343434343434343434343434343434343
43434343434343434343434343434343434343434343434343434343434
34343434343434343434343434343434343434343434343434343434343
43434343434343434343434343434343434343434343434343434343434
35353535353535353535353535353535353535353535353535353535353
53535353535353535353535353535353535353535353535353535353535
35353535353535353535353535353535353535353535353535353535353
535353535353535353535353535353535353535h tujuan yang hendak di
capai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan
yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan.
3.4. Menyeleksi perbuatan,yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan dengan serasi guna mencapai tujuan, dengan
mengisahkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut.71)

71) Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali


Pers, Jakarta, 1988, hlm. 84 – 85

Dengan adanya fungsi dari motivasi itu, menyebabkan betapa


pentingnya peranan motivasi dari orang tua terhadap anak-anaknya yang
sedang dalam pembelajaran. Banyak sedikitnya motivasi akan berpengaruh
pada anak di sekolah. Anak yang mendapatkan motivasi dari orang tuanya akan
terdorong dalam proses belajarnya. Menurut L. Crow dan A. Crow, peranan
motivasi belajar adalah :
3.5. Motif mendorong si pelajar dalam kegiatan belajarnya. Permulaan anak
masuk sekolah dapat dirangsang untuk melakukan pekerjaan yang baik
melalui pujian dari orang tua atau memperoleh hadiah-hadiah ekstrinsik
lainnya.
3.6. Motif bertindak sebagai penyaring jenis kegiatan yang ingin atau
dilakukan orang, misalnya ada siswa yang memulai belajarnya di rumah
dengan pelajaran yang paling mudah.
3.7. Motif mengarahkan tingkah laku, sebagai pengarah tingkah laku sangat
penting dalamproses belajar mengajar. Orang tua sebagai pendidik dalam
keluarga harus membantu anak agar mau belajar apa yang harus
dipelajari.72)

Dengan demikian motivasi mempunyai peranan yang sangat penting


dalam proses belajar mengajar. Belajar yang disertai dengan motivasi orang tua
dan perasaan senang akan menghasilkan kesuksesan (prestasi yang
memuaskan ).

72) Crow. L dan Crow. A , Psychology Pendidikan, Nur Cahaya,


Yogyakarta, 1989, hal.309

IV. KESIMPULAN
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut :
4.1. Motivasi orang tua merupakan suatu dorongan dari dalam diri orang tua
untuk membuat bagaimana agar anak-anaknya dapat memperoleh
prestasi yang baik.
4.2. Natijah al Dars Qiro’atil Qur’an adalah hasil yang telah dicapai oleh
peserta didik setelah melakukan suatu latihan atau praktek membaca Al
Qur’an, baik hasil itu berupa angka, huruf maupun tindakan.
4.3. Peranan motivasi orang tua terhadap Natijah al Dars Qiro’atil Qur’an
sangatlah penting bagi anak yang sedang dalam proses pembelajaran.
Dengan adanya motivasi dari orang tua, anak akan terdorong
belajarnya, sehingga dapat mencapai nilai yang tinggi sebagaimana
yang diharapkan.

V. PENUTUP
Demikianlah makalah ini kami buat sebagai syarat untuk mengikuti
ujian komprehensif dengan harapan semoga dapat diterima dan dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan wawasan berfikir dan
keilmuan.
Penulis menyadari dengan segala kerendahan hati akan kesalahan dan
kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karenanya penulis mengharap
saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya makalah ini.
Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi pembaca yang budiman.

DAFTAR PUSTAKA

Abi Zakariya Yahya bin Syarif Nawawi, Riyadl ash Sholihin, Al


Maktab al Islamiyah, 671 H.

H. Abu Ahmadi, Drs. dan Widodo Supriyono,Drs. Psikologi


Belajar, Rineka Cipta, Jakarta, 1991.

Ahmad Warson Munawwir, Kamus Arab Indonesia


Al Munawwir, Pesantren Al Munawwir, Yogyakarta, 1984.

Clifford T. Morgan, Introduction to Psychology, Mc.Grow Hill


Book Company, Inc, New York.
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, CV. Al
Waah, Semarang, 1989.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa


Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1994.

Hasbullah Thabrany, Rahasia Sukses Belajar, PT. Rajagrafindo,


Jakarta, 1994.

Husaini Usman, Dr, M.Pd, dan Purnomo Setiadi Akbar, M. Pd,


Metodologi Penelitian Sosial, Bumi Aksara, Jakarta, 1996.

Ibnu Hadjar, Drs, M.Ed, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian


Kuantitatif dalam Pendidikan, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 1996.

Imam Muslim, Shahih Muslim Juz II, Dahlan, Bandung.

Maftuh Ahnan, Kamus Arab-Indonesia-Arab, CV. Bintang


Pelajar, Gresik.

Mahmud Yunus, Prof. Dr. , Metodik Khusus Pendidikan Agama,


Hilda Karya, Jakarta, 1983.

Muhammad Ali, Drs. Penelitian Pendidikan Prosedur dan


Strategi, Sinar Baru, Jakarta, 1985.

M. Ngalim Purwanto,Drs. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi


Pengajaran, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1986.

Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, Percetakan Offset,


Bandung, 1984.

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, PT. Logos Wacana Ilmu,


Jakarta, 1999.

Musthofa Fahmi, Dr. Syikolojiyatut Ta’lim, Maktabah Misro,


Fajalah.

Moh. Nasir, Ph.D. Metode Penelitian, Ghalia Indonesia,


Jakarta, 1985.

H. Moh. Rifa’I, Al Qur’an dan Terjemahnya, CV. Wicaksana,


Semarang, 1994.
Nana Sudjana, Dr. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar,
Sinar Baru Algensindo, Bandung, 1995.

Noehi Nasution, MA. Drs. Dkk, Psikologi Pendidikan, Dirjen


Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 1991.

Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,


Rajawali Pers, Jakarta, 1990.

Siti Aminah, Dra. Pengantar Ilmu Al Qur’an / Tafsir, CV. Asy


Syifa’, Semarang, 1993.

Sudarsono, SH. Drs. Kamus Filsafat dan Psikologi, Rineka


Cipta, Jakarta, 1993.

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Rineka Cipta,


Jakarta, 1998.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Praktek,


PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1996.

Sutratina Tirtonegoro, Dra. Anak Super Normal dan Program


Pendidikannya, PT. Bina Aksara, Jakarta, 1984.

Syaiful Bahri, Drs. – Djamarah, Guru dan Anak dalam Interaksi


Edukatif, Rineka Cipta, Jakarta.

Uzer Usman, Drs. dan Lilis Setyowati, Dra. Upaya Optimalisasi


Kegiatan Belajar Mengajar, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1993.

Wayan Nurkancana, Drs. dan P.P.N Sunartana, Drs. Evaluasi


Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1986.

Widodo Supriyono, Drs. Perlu Motivasi Intrinsik yang Kuat


Untuk Meraih Prestasi Belajar Bahasa Arab, Media, Edisi VII/Tahun
kelima/Oktober, 1991.

William Morris, The Heritage Illustrated of English Language


Vol.I, Holigton Mifflin Company, Boston, 1979.

Winarno Surahmad, Prof. Dr. M. Sc.Ed. Pengantar Penelitian


Ilmiah Dasar Metode Teknik, Tarsito, Bandung, 1990.

WS. Winkell, Psikologi Pengajaran, PT. Gramedia,


Jakarta, 1989.
WS. Winkell, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, PT.
Gramedia, Jakarta, 1986.

Wojowasito, Prof. Dr. – W.J.S. Poerwadarminta, Kamus


Lengkap Inggris – Indonesia, Indonesia – Inggris, Hasta, Bandung, 1982.

Yusuf Murod, Dr. Mabaadiul ‘Ilmi Nafsil’am, Cetakan VII,


Kaadal Ma’arif, Qosiroh.

PERANAN MOTIVASI ORANG TUA


TERHADAP
NATIJAH AL DARS QIRO’ATIL QUR’AN

MAKALAH
Diajukan Sebagai Syarat
Untuk Mengikuti Ujian Komprehensif

Disusun Oleh :
Nama : MARDLIYATUL HAYATI
NIM : 3197082

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2002
PROPOSAL PENELITIAN
PENGARUH PERHATIAN DAN MOTIVASI ORANG TUA
TERHADAP
NATIJAH AL DARS QIRO’ATIL QUR’AN ANAK
DI TPQ DARUN NA’IM
DESA JOHOREJO KECAMATAN GEMUH
KABUPATEN KENDAL
TAHUN 2002

Disusun Oleh :
Nama : MARDLIYATUL HAYATI
NIM : 3197082

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2002

Anda mungkin juga menyukai