Skripsi Bab II Zain
Skripsi Bab II Zain
Kata intensitas berasal dari kata “intens” yang berarti hebat, sangat
kuat, tinggi bergelora, penuh semangat, berapi-api, berkobar-kobar
(perasaan), sangat emosional. Intensitas berarti keadaan tingkatan atau
ukuran intensnya, yaitu sangat kuat atau penuh semangat.1
Kata membaca berarti melihat serta memahami isi dari apa yang
tertulis dengan melisankan atau hanya dalam hati; mengucapkan.2 Menurut
Henri Guntur Tarigan membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan
melalui bahasa tertulis.3
1
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989, hlm. 741
2
Ibid, hlm. 7
3
Prof.Dr. Henri Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa,
Angkasa, Bandung, 1987, hlm. 7
15
16
4
Dra.Siti Aminah, Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, CV. Asy-Syifa’, Semarang,
1993, hlm. 4-5
5
Prof.R.H.A. Sunaryo, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Depag, Jakarta, 1987. hlm. 999
17
6
Prof.Dr.H. Abdul Jalal, Ulumul Qur’an, Cet.2, Dunia Ilmu, Surabaya, 2000, hlm. 8
7
Ibid, hlm. 9
18
8
Prof. Dr. Hj. Zakiyah Daradjat, et. al., Remaja Muslim Oke, Citra Pendidikan, Jakarta,
2001, hlm. 61
19
9
Imam Al-Ghazali, Teosofia Al-Qur’an, Risalah Gusti, Surabaya, 1996, hlm.52-53
20
10
Dr. Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur’an, Gema Insani Press, Jakarta,
1999, hlm. 234
11
Prof.R.H.A. Sunaryo, Op. Cit., hlm. 326
21
12
Dr. Yusuf Qardhawi, op. cit., hlm. 328
13
Ibid, hlm. 237
14
Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy’ast As-Sajsatany Al-Azady, Sunan Abu Dabud,
202-275 H., Darul Fikr, Bairut, hlm. 74
15
Ibid, hlm. 75
22
16
Dr. Yusuf Qardhawi, Op. Cit., hlm. 234
17
Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Muhirah bin bardzbah
Al-Bukhari Al-Ja’fiy, Shahih Bukhari, Juz.5, Darul Kutb, Bairut, hlm. 426
18
Muhammad Abussalam Abdussyaafiy, Munsnad Imam Ahmad bin Hambal, Jus4,
darul Kutb, bairut, hlm. 187.
23
19
Ibid, hlm. 234.
24
20
Imam Abi Husain Muslim bin Al-Hajjaj al-Qusyairy An-Naisabury, Shahih Muslim,
Juz. I, 206-261, hlm. 553
21
Al-Hafidz Jalaluddin As-Syuyuthy dan Hasyiyah Al-Imam As-Sindy, Syarkh Sunan
Nasa’i, Juz 7, Darul ma’arifah, Beirut, hlm. 499
25
c. Membuat orang lain iri (dengki) kepada orang yang membaca al-Qur’an
pada waktu siang dan malam sebagaimana disebutkan dalam hadits
yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim 22
22
Imam Abi Abdillah Muhammad bin Isamil bin Ibrohim bin Muhiroh bin Hardzabah
Al-Bukhori Al-Jakfy, Shahih Bukhori, Juz 5, Darul Kutb, Beirut, hlm. 426
23
Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy’ats Al-Sajsatamy Al-Azady, Sunan Abi Dawud,
202-275 H., Darul Fikr, Beirut, hlm. 71
26
24
Prof. R.H.A. Soenaryo, Op. Cit., hlm.
25
Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy’ats Al-Sajsatany Al-Azady, Op. Cit, hlm. 71
27
dengan moral.26
26
Maman Rahman, Dasar-dasar Penelitian Sosial, IKIP Semarang Press, Semarang,
1997, hlm. 74
27
Depdikbud, hlm. 765
29
28
Dr.H. Hamzah Ya’qub, Etika Islam, Diponegoro, Bandung, hlm. 29
29
Prof.Dr. Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, Mizan,
Bandung, 1980, hlm.9
30
Depdikbut, Op. Cit., hlm.9
31
Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta,
hlm.2
32
Dr. Zakiyah Daradjat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, Bulan Bintang,
Jakarta, 1977, hlm.110
30
Apabila ditinjau dari segi usia, mak usia remaja hampir disepakati
oleh banyak para ahli jiwa adalah antara umur 13 tahun sampai 21 tahun. 34
Sebagai seorang muslim, kita perlu mengetahui bahwa bataan
seorang anak menjadi baligh, yang telah dituntut pertanggungjawaban atas
segala perbuatan dihadapan Allah SWT telah ditegaskan dalam syariat
Islam.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku
keagamaan remaja adalah segala aktivitas yang dilakukan oleh seorang
remaja dalam mentuk budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat yang
berkaitan dengan kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan
kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayan itu. Dalam konteks
Islam, perilaku keagamaan didasarkan atas nilai-nilai ajaran Islam baik yang
berkaitan dengan aspek ibadah maupun akhlak.
1. Ruang Lingkup Perilaku Keagamaan Remaja
Perilaku keaghamaan diwujudkan dalam berbagai aktivitas
kehidupan manusia. Oleh karena itu, perilaku keagamaan meliputi berbagai
macam dimensi. Menurut Glock dan Stark dimensi keberagamaan remaja
ada lima sebagaimana uraian berikut:
“ada lima macam dimensi keberagamaan, yaitu; dimensi
keyakinan/ideologis, dimensi peribadatan atau praktek
agama/ritualistik, dimensi penghayatan/eksperiensial, dimensi ilmu
pengetahuan agama, dan dimensi pengamalan/konsekuensial.35
33
Prof. Dr. Hj. Zakiyah Daradjat, et. al., Op. Cit., hlm.1
34 ?
Dr. Zakiyah Daradjat, Op. Cit., hlm. 110
35
Dr. Djamaluddin ancok, Fuad Nashari Suroso, Psikologi Islami, Cet.2, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, 1995, hlm. 76-78
31
36
Prof. Dr. Hasby Ash-Shidieqy, Pedoman Shalat, Pustaka Rizki Putra, Semarang,
Cet.4, 2000, hlm.62
37
Prof. Soenaryo, Op. Cit., hlm.
38
Prof.Dr. Hasby Ash-Shidieqy, Op. Cit., hlm.62
33
3) Hikmah Shalat
39
Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar As-Suyuthi, Jami’ as-Shogir, Juz.1, Darul
Ihya’, 911, hlm. 21
40
Al-Hafidz Jalaluddin As-Suyuthi, Sarkh Sunan Nasa’i, juz.1, Darul Fikr, 1348
H/1930 M, Beirut, hlm.232
34
41
M. Amin Rais, Tauhid Sosial Formula Penggempur Kesenjangan, Mizan, Bandung,
1998, hlm.61
42
M. Qurais Shihab, Secercah Cahya Ilahi, Mizan, Bandung, 2000, hlm. 93
35
43
Drs.H. Yunahar Ilyas, Lc., Kuliah Akhlaq, LPPI UMY, Yugyakarta, 2001, hlm. 152-
156
44
Depdikbud, Op. Cit., hlm. 853
36
45
Prof. Dr. Hj. Zakiyah Daradjar, et.al, Op. Cit., hlm. 94
46
Imam Abu Husain Muslim bin Hajjaj Al-Qusyairy An-Naisabury, Shohih Muslim,
Juz.4, 206-261 H, Beirut, hlm. 1704
37
a) Menjawab Salam
Mengucapkan dan menjawab salam hukumnya berbeda.
Mengucapkannya sunnah, menjawabnya wajib. Hal ini dapat di
mengerti karena tidak menjawab salam yang diucapkannya, tidak
hanya dapat mengecewakan orang yang mengucapkannya, juga
dapat menimbulkan kesalahpahaman. Dalam Al-Qur’an dijelaskan
bahwa salam harus dijawab minimal dengan yang seimbang, tapi
akan lebih baik bila dijawab dengan salam yang lebih lengkap.
c. Mengiringi Jenazah
Mengantarkan jenazah sampai dikuburan, disamping untuk
mengurangi kedukaan ahli waris yang ditinggalkan, juga sangat
penting untuk mengingatkan, bahwa cepat atau lambat tapi pasti,
setiap orang pasti akan mengalami kematian, oleh sebab itu
bersiap-siaplah menghadapi kematian dengan banyak beramal
shaleh dan berperilaku yang mulia (baik).
d. Mengabulkan Undangan
Undang mengundang sudah menjadi tradisi pergaulan
bermasyarakat. Yang mengundang akan kecewa bila undangannya
tidak dikabulkan dan akan lebih kecewa bila yang berhalangan
hadir tidak memberi kabar apa-apa. Oleh sebab itu seorang muslim
terutama remaja sangat dianjurkan memenuhi berbagai undangan
yang diterimanya selama tidak ada halangan, dan acara-acara
tersebut tidak bertentangan dengan syariat Islam.
e. Menyahut Orang Bersin
38
47
Prof. Petty, MA. Pengantar Psikologi Umum, Aneka Cipta, Bandung, 1992, hlm. 34
48
Imam Abi Husain Muslim bin Al-Hajjaj al-Qusyairy An-Naisabury, Shahih Muslim,
Juz.7, 206-261H, hlm.556
39
1. Faktor Intern
b. Faktor Sosiologis
Manusia sebagai makhluk sosial selalu mengadapan
hubungan dan membutuhkan orang lain dalam hidupnya.
2. Faktor Ekstern
a. Lingkungan Keluarga
b. Lingkungan Masyarakat
Dr. Zakiyah Daradjat, dkk.,mengenai lingkungan masyarakat
mengatakan bahwa
“secara sederhana masyarakat dapat diartikan sebagai
kumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh kesatuan
negara,kebudayaan dan agama. Setiap masyarakat mempunyai
cita-cita, peraturan-peraturan dan sistem kekuasaan tertentu.
Masyarakat, besar pengaruhnya dalam memberi arah
terhadap pendidikan anak, terutama para pemimpin
masyarakat atau penguasa yang ada di dalamnya. Pemimpin
51
Drs. M. Ngalim Purwanto, MP., Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Remaja
Rosdakarya, Badung, 1998, hlm. 84
41
52
Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, 1992, hlm. 45
42
53
Ibid, hlm.39
43
.
Membaca dan mendengarkan Al-Qur’an berpengaruh terhadap
perilaku seseorang. Dalam hal ini, Abu Hurairah berkata : “Rumah yang
didalamnya dibacakan Al-Qur’an, maka menjadi luas bagi penghuninya,
banyak kebaikannya, dikunjungi oleh malaikat dan setan-setan keluar
darinya. Sedangkan rumah yang tidak dibacakan Al-Qur’an di dalamnya,
maka menjadi sempit bagi penghuninya, sedikit kebaikan, malaikat keluar
darinya dan setan-setan mendatanginya.
Bacaan Al-Qur’an mempunyai pengaruh yang mengagumkan bagi
44
54
Dr. Yusuf Qardhawi, Op. Cit., hlm.230
55
Prof.R.H.A. Soenaryo, Op. Cit., hlm. 777
56
Ibid, hlm. 260
45
57
Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, CV. Thoha Putra,
Semarang, 1998, hlm. 315-316
58
Sayyid Muhammad Husain Ath-Thabaathabaaiy, Al-Mizan Fii Tafsiiril Qur’an, juz. 9,
muassasah Al-A’amaa Lil Mathbuu’aat, Bairut, hlm. 11
46
59
Abu Ja’far Muhammad bin jariir At-Thabariy, Jaamiul Bayaan ‘An Ta’wiilil Qur’an, juz. 9,
1373 H – 1954 M, Mesir, hlm. 178