1) Psikologi Umum
2) Psikologi Perkembangan
3) Psikologi Sosial
4) Psikologi Kepribadian
5) Psikologi klinis
6) Psikologi Industri
7) Psikologi Anak
8) Psikologi abnormal
Pengertian Pendidikan
Menurut Sugihartono dkk. (2007:3-4), Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh
pendidik untuk mengubah tingkah laku manusia, bai secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan
manusia tersebut melalui proses pengajaran dan pelatihan.
Menurut Sri Rumini dkk. (2006:16), Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha sadar, sengaja, dan
bertanggung jawab yang dilakukan oleh seorang Pendidikan terhadap anak didiknya untuk mencapai tujuan
kearah yang lebih maju.
Dapat diambil kesimpulan; Pendidikan merupakan usaha mendewasakan dan memandirikan manusia melalui
kegiatan yang terencana dan disadari melalui kegiatan belajar dan pembelajaran yang melibatkan siswa dan
guru
Pengertian Psikologi Pendidikan
Menurut Whiteringtone; psikologi Pendidikan sebagai studi yang sistematis tentang faktor-faktor dan proses
kejiwaan yang berhubungan dengan Pendidikan manusia (Sugihartono dkk.,2007:4)
Menurut Sumadi Suryabrata dalam Sri Rumini dkk. (2006:16); psikologi Pendidikan merupakan ilmu
pengetahuan tentang psikologi yang membahas dan mempelajari anak didik dalam situasi dan lingkungan
Pendidikan.
Hakikat dari psikologi Pendidikan adalah membahas tentang proses belajar mengajar, terutama bagaimana
seharusnya siswa belajar, guru mengajar, serta bagaimana proses belajar mengajar seharusnya dilaksanakan
Sejarah Singkat Psikologi
Psikologi pada awalnya merupakan ilmu pengetahuan yang belum berdiri, sebab
masih dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan lain yang telah berkembang lebih
dahulu. Menurut Sri Rumini dkk (2006:14), pada awalnya psikologi sangat
dipengaruhi oleh filsafat dan ilmu pengetahuan alam.
Pada perkembangan selanjutnya, psikologi mulai menjadi ilmu yang mandiri dan
berdiri sendiri Ketika banyak penelitian yang dilakukan untuk mengkaji
mengenai permasalahan sensasi atau pengindraan pada manusia. Berdirinya
Laboratorium psikologi yang pertama pada 1879 di Leipzig, Jerman oleh
Wilhelm Wundt. Pada 1980 hampir setiap Universitas di Amerika Serikat
memiliki fakultas psikologi yang berdiri sendiri.
Psikologi Pendidikan terbagi dalam tiga kelompok, yaitu psikologi dengan dasar
behavioristik, kognitif dan humanistic.
Pentingnya Psikologi Pendidikan dalam Pembelajaran
Menurut Sumadi Suryabrata (2011: 1-2), mengacu pada pengertian psikologi sebagai sebuah ilmu pengetahuan
untuk memahami sesama manusia agar dapat memperlakukannya dengan baik, pengetahuan guru terhadap
kondisi psikologis siswa adalah penting. Hal itu menjadikan psikologi Pendidikan memiliki kedudukan yang
penting dalam proses Pendidikan dan pembelajaran. Hal ini disebabkan guru merupakan ujung tombak proses
Pendidikan proses Pendidikan sehingga seharusnya pengetahuan dan pemahaman psikologi Pendidikan menjadi
kebutuhan utama setiap guru.
Sebagai seorang pendidik, guru perlu menggunakan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan tentang psikologi
siswa dan Pendidikan serta hasil-hasil penelitian dalam bidang psikologi Pendidikan agar dapat melaksanakan
proses belajar mengajar dengan baik.
Dunia Pendidikan dan proses pembelajaran tidak pernah sepi dari masalah siswa terutama rendahnya prestasi
belajar siswa sehingga psikologi Pendidikan membimbing proses pembelajaean sampai pada mencari jalan
keluar atas suatu permasalahan yang muncul dalam proses belajar dan mengajar.
Mahasiswa program studi keguruan, mereka akan menjadi guru sehingga semakin awal memahami psikologi
Pendidikan maka akan semakin mampu melaksanakan proses belajar dan pembelajaran yang lebih baik.
Tujuan Memperlajari Psikologi Pendidikan
1. Memahami bentuk-bentuk gejala psikologis individu (siswa) secara umum dalam bentuk
sikap dan tingkah laku selama mengikuti proses pembelajaran.
2. Memahami kemampuan-kemampuan dan potensi siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.
3. Membantu siswa mengembangkan berbagai jenis kemampuan dan potensi yang dimiliki
dalam bentuk proses - proses pembelajaran yang berbasis pengembangan siswa.
4. Memahami bagaimana seharusnya pelaksanaan proses belajar dan pembelajaran agar
tercapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif.
5. Membantu siswa menyelesaikan program pembelajaran sehingga dengan pemahaman guru
tentang psikologi Pendidikan dapat memberikan bantuan pada siswa dalam menyelesaikan
program-program pembelajaran sampai tuntas.
Ruang Lingkup Kajian Psikologi Pendidikan
Menurut Winkel (2009:53), psikologi Pendidikan membahas tema-tema tentang
proses belajar dan jenis-jenis belajar, teori-teori belajar dan pembelajaran,
perkembangan siswa, motivasi siswa, perbedaan-perbedaan individu, tenaga
pendidik atau guru, evaluasi belajar, serta layanan bimbingan dan konseling.
Ruang lingkup Kajian Psikologi Pendidikan; membahas siswa sebagai individu
yang melakukan proses belajar dengan berbagai perbedaan karakteristik dan
kebutuhannya sehingga memberikan panduan bagi pendidik dalam
mengorganisasikan proses pembelajaran dengan tujuan siswa dapat belajar
dengan lebih optimal.
GEJALA-GEJALA PSIKOLOGIS SISWA
DALAM BELAJAR
1. Konsep Dasar Pengindraan dan Persepsi
Menurut Sugihartono dkk. (2007:7), pengindraan atau sensasi yang dialami manusia merupakan proses
masuknya pengetahuan dalam bentuk stimulus ke dalam alat indra manusia yang kemudian stimulus-
stimulus tersebut akan diterjemahkan oleh otak manusia berdasarkan persepsinya.
Proses pengindraan sebagai tahap paling awal terjadinya belajar pada siswa sangat tergantung pada
masing-masing siswa. Hal ini disebabkan proses pengindraan sangat d ipengaruhi oleh kondisi dan
kemampuan alat indra yang dimiliki individu meliputi indra-indra penglihatan, pendengaran, peraba,
pembau, dan pencecap.
Hasil proses pengindraan kemudian dimasukkan dan disimpan dalam otak untuk diinterpretasikan dalam
proses persepsi.
Pengertian dasar dari persepsi adalah proses penerjemahan atau menginterprestasikan stimulus yang
masuk melalui alat indra oleh individu yang melakukan proses pengindraan sebagai sebuah pengetahuan
baru (Sugihartono dkk., 2007:8).
Persepsi merupakan sebuah proses yang aktif sebagaimana disampaikan oleh William E. Glassman &
Marilyn Hadad (2009:5) bahwa persepsi merupakan sebuah proses aktif yang mencakup pemilihan atau
seleksi informasi, pengorganisasian informasi, dan menerjemahkan informasi tersebut.
Syarat agar sebuah stimulus dapat diindra dengan baik, antara lain:
a)Ukuran stimulus yang diindra cukup besar;
b)Alat indra yang digunakan dalam kondisi baik dan sehat;
c)Adanya perhatian manusia terhadap stimulus tersebut.
Pemberian arti terhadap sebuah stimulus yang disampaikan guru yang sama pada sebuah kelas kadang
diinterprestasikan dengan cara berbeda bagi masing-masing siswa. Perbedaan-perbedaan tersebut Menurut
Sumadi Suryabrata (2011:19-20), terjadi karena adanya perbedaan dari sudut pandang pengamatan itu sendiri.
Perbedaan-perbedaan sudut padang dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a) Sudut pandang ruang; dari mana arah dan sudut pandang dalam mengamati sebuah stimulus atau objek
dalam suatu ruangan akan berpengaruh pada hasil pengamatan itu sendiri. Artinya, arah memandang,
misalnya kanan-kiri, atas-bawah, depan belakang, jauh-dekat, dan sebagainya mempengaruhi hasil
pengamatan .
b) Sudut pandang waktu; kapan waktu pelaksanaan suatu pengamatan terhadap sebuah stimulus akan
memengaruhi hasil pengamatan itu sendiri. Artinya, hasil pengamatan akan berbeda apabila dilaksanakan
dilaksanakan kemaren dan hari ini, lima menit pertama dan lima menit terakhir, malam dan siang, saat
bekerja dan saat istirahat.
c) Sudut pandang arti; stimulus atau objek yang diamati akan diinterpretasikan berbeda oleh masing-masing
individu berdasarkan keberartiannya bagi individu itu sendiri.
Menurut Sugihartono dkk. (2007:9), perbedaan pengindraan dan persepsi dari sudut pandang arti setiap
individu akan menghasilkan dan memberikan makna yang berbeda pada setiap individu.
Kondisi-kondisi yang berpengaruh terhadap hasil pengamatan dari sudut
pandang arti di antaranya disebabkan :
1) Adanya perbedaan pengetahuan, wawasan, dan pengalaman pada masing-masing individu,
2) Adanya perbedaan kebutuhan masing-masing individu,
3) Adanya perbedaan kesenangan atau hobi pada masing-masing individu,
4) Adanya perbedaan kebiasaan dan polal hidup keseharian. Misalnya, siswa dari sekolah
yang berada di daerah pedalaman akan melihat dan memberi arti yang sangat berbeda
dengan siswa dari perkotaan terhadap sebuah laptop dan proyektor sebagai media dalam
pembelajaran.
Proses pengamatan yang terjadi dalam keseharian secara umum mengikuti hukum-hukum
gestalt, yang menyatakan bahwa keseluruhan lebih daripada sekedar penjumlahan bagian-
bagiannya, namun ada hubungan dan arti yang lebih luas dari totalitas tersebut.
Menurut Fudyartanto dalam Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2007:93-95), terdapat beberapa hukum-
hukum gestalt yang berhubungan dengan pengamatan, antara lain hukum pragnaz, hukum
kesamaan( similarity), hukum kedekatan (proximity), hukum ketertutupan (closure), hukum gerak
Bersama (common fate), dan hukum kesinambungan (continuity).
1) Hukum pragnaz. Menurut Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2007:93), hukum pragnaz menyatakan
bahwa cara memandang individu selalu cenderung bergerak ke arah yang penuh arti (pragnaz).
Menurut hukum ini, individu akan selalu cenderung memberi arti pada objek yang diamati dengan
memberi kesa-kesan sedemikian rupa terhadap objek tersebut.
2) Hukum kedekatan (the law of proximity). Objek pengamatan berdekatan akan memiliki kecenderungan
untuk diamati dan diartikan sebagai satu kesatuan (Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, 2007:94).
3) Hukum kesamaan (the law of similarity). Objek-objek yang cirinya Sebagian besar memiliki kesamaan
akan cenderung diamati sebagai sebuah totalitas (satu kesatuan yang utuh).
4) Hukum bentuk-bentuk tertutup (the law of closure). Objek persepsi yang sudah kita kenali bentuk
dasarnya, suatu Ketika kita melihatnya meskipun tidak sempurna, namun akan cenderung dilihat
sebagai satu kesatuan objek yang sempurna sebagaimana bentuk dasarnya (Baharuddin dan Nur
Wahyuni, 2007:94).
5) Hukum gerak Bersama (common fate). Unsur-unsur dari objek persepsi yang bergerak dengan arah dan
cara yang sama akan cenderung diliat sebagai satu kesatuan yang utuh.
2. Implikasi Pengindraan dan Persepsi dalam Proses Pembelajaran
Perbedaan interpretasi atau penerjemahan pengamatan sebagai hasil persepsi muncul salah satunya
dipengaruhi oleh perbedaan sudut pandang ruang, waktu, dan arti. Oleh sebab itu, sudah selayaknya
menjadi perhatian guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Proses penyamaan persepsi dalam proses pembelajaran perlu dilakukan guru sebagai berikut :
1) Ketika guru akan menjelaskan sebuah materi pelajaran, disampaikan juga tujuan-tujuan dari
mempelajari materi tersebut.
2) Apabila menjelaskan secara lisan, gunakan suara yang keras dan jelas agar terdengar oleh seluruh
siswa, dan pastikan terdengar oleh siswa yang duduk paling belakang.
3) Ketika menggunakan alat peraga, siswa hendaknya diberikan waktu untuk mengenali lebih dekat alat
peraga serta mengenalinya secara keseluruhan dari berbagai sudut pandang.
4) Selalu adakan proses diskusi atau tanya jawab selama proses pembelajaran untuk membentuk
kesamaan persepsi.
5) Pastikan guru mampu menguasai kelas dalam bentuk kemampuan melakukan gerak dan perpindahan
tempat dengan baik sehingga tidak sekedar duduk saja atau bahkan berdiri saja. Hal ini disebabkan
rangsangan dari stimulus yang bergerak lebih menarik perhatian daripada stimulus yang diam.
C. Ingatan atau Memori dan Aplikasinya dalam Pembelajaran
Skor IQ Deskripsi
> 130 Very Superior
120-129 Superior
110-119 Bright normal
90-109 Average
80-89 Dull normal
70-79 Borderline
<70 Defective
a. Gifted (Anak Cerdas)
Kelompok ini merupakan kelompok dengan IQ di atas 140. hasil penelitian Terman dan kawan-
kawan dalam Sugihartono dkk. (2007:41), menunjukkan beberapa hal antara lain:
1) Kelompok ini hanya 1% dari populasi,
2) Sepertiga dari mereka merupakan anak para professional, setengahnya anak-anak para pengusaha,
dan hanya 7% dari kelas menengah kebawah.
3) Mereka menunjukkan kesuksesan dalam hidup selanjutnya,
4) Sebagian dari mereka terlibat kasus criminal, dropout, dan gagal da l am beberapa pekerjaan, dan
5) memiliki perkembangan fisik , berat, dan tinggi badan di atas rata-rata dengan kemampuan
penyesuaian diri yang baik.