Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

FILOSOFI DASAR EKONOMI ISLAM


A. Definisi Ilmu Ekonomi Islam
1. Pendahuluan
Mengapa ada ekonomika atau ilmu ekonomi? Jawabnya karena manusia
menghadapi masalah ekonomi. Apakah masalah ekonomi yang dihadapi manusia
dan mengapa muncul masalah ekonomi? Masalah ekonomi muncul karena
adanya perbedaan antara sumber daya ekonomi yang tersedia dengan
kebutuhan manusia. Dalam pandangan ekonomi konvensional masalah ekonomi
muncul karena adanya scarcity atau kelangkaan. Pandangan ini menimbulkan
beberapa pertanyaan mendasar, misalnya benarkah ketersediaan sumber daya
bersifat terbatas, benarkah kebutuhan manusia tidak terbatas, dapatkan
kebutuhan manusia dapat dibatasi dan dikendalikan, dan lain-lain. Apapun
definisinya, tujuan ilmu ekonomi adalah mewujudkan kesejahteraan kehidupan.
Apakah yang disebut sejahtera? Pandangan konvensional memahami
kesejahteraan ini dalam bingkai materialisme hedonisme, sehingga sejahtera
adalah kondisi manakala manusia memiliki kecukupan (bahkan berlebihan)
berbagai sarana material yang memberikan kenikmatan bagi kehidupannya.
(Hendrie Anto, 2003:1)
Dalam mempertahankan hidupnya manusia diberi kebebasan dalam
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Kebebasan merupakan unsur dasar
manusia dalam mengatur dirinya dalam memenuhi kebutuhan yang ada. NAmun
kebebasan manusia ini tidak berlaku mutlak, kebebasan itu dibatasi oleh
kebebasan manusia lain. Bila antara manusia melanggar batas kebutuhan antar
sesamanya, maka akan terjadi konflik. Bila terjadi hal ini maka manusia akan
kehilangan peluang untuk mendapatkan kebutuhan yang diharapkan.
Keterbatasan kebebasa manusia ini menyebabkan bertemunya antara
kebutuhan satu dengan kebutuhan yang lain, yang akhirnya menimbulkan
pemikiran batas kerugian seminimal mungkin untuk mendapatkan keinginan
semaksimal mungkin dari segala aktivitas yang berkaitan dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya.(Sudarsono, 2004:3)
Manusia merupakan ciptaan Allah yang paling sempurna. Salah satu
unsur kesempurnaan manusia adalah dapat membedakan antara benar dan slah,
unsur ini disebut nurani. Nurani merupakan kelanjutan dari fitrah atau kejadian
asal yang suci pada manusia, nurani yang memberikan kemampuan bawaandari
lahir dan intuisi untuk mengetahui benar dan salah, sejati dan palsu, dan dengan
begitu merasakan kehadiran Tuhan dan keesaan-Nya. Tingkat ketajaman nurani
akan mempengaruhi kehidupan bermasyarakat, bila perilaku manusia didasarkan
nurani, akan menciptakan kenyamanan hidup bermasyarakat. Nurani akan
membawa hati manusia lebih sensitive terhadap perilaku yang baik atau buruk.
Hal ini akan mendorong kehidupan masyarakat yang saling menghormati dan
menghargai.(Sudarsono, 2004:3)
2. Definisi, Masalah, Dan tujuan Ekonomi Islam
a. Definisi ilmu Ekonomi Islam
Ilmu ekonomi Islam merupakan ilmu pengetahuan social yang
mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai
Islam. Dengan ini tidaklah hendak dikatakan bahwa kaum muslimin dicegah
untuk mempelajari masalah-masalah ekonomi yang non muslim. Sebaliknya,
mereka yang diilhami oleh nilai-nilai Islam diperintahkan Syariat untuk
mempelajari masalah minorotas non-muslim dalam sebuah Negara Islam
khususnya dan mengenai kemanusiaan pada umumnya. (Mannan, 1997:19)
Ekonomi Islam juga dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
perilaku muslim (yang beriman) dalam suatu masyarakat Islam yang
mengikuti al-Qur’an, Hadist Nabi, Ijma dan Qiyas.(Metwally, 1995:1)
Selain itu ekonomi Islam juga bisa didefinisikan sebagai suatu cabang
pengetahuan yang membantu merealisasikan kesejahteraan manusia melalui
suatu alokasi dan distribusi sumber-sumber daya langka yang seirama
dengan maqasid, tanpa ,mengekang kebebasan individu, menciptakan
ketidakseimbangan makroekonomi dan ekologi yang berkepanjangan, atau
melemahkan solidaritas keluarga dan social serta jaringan moral masyarakat.
( Chapra, 2001: 121)
Ekonomi Islam bisa ditinjau dari perilaku orang Islam dalam memenuhi
kebutuhannya sehari-hari dari produksi hingga distribusi secara sistematis.
Dari pemenuhan kebutuhan manusia, menimbulkan system pemenuhan
yang sedemikian rupa yang memang pada akhirnya ini yang menjadikan
pedoman dalam memenuhi kebutuhan ekonomi selanjutnya.

b. Masalah Ekonomi
Dalam keseharian kita, barangkali tanpa kita sadari kita akan selalu
berhadapan dengan masalah ekonomi. Setiap hari manusia harus berpikir
bagaimana cara mereka memenuhi kebutuhan dasar sebagai manusia,
bagaimana cara mendapatkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
kita, dan bagaimana cara menghabiskan barang dan jasa itu secara tepat dan
efisien.
Semenjak manusia ada, ia membutuhkan barang dan jasa untuk berbagai
keperluan dalam hidupnya. Manusia memerlukan pakaian, tempat tinggal ,
makanan, pendidiakn, asuransi, dan lain-lain. Jenis, ragam, kuantitas, dan
kualitas kebutuhan bervariasi sesuai dengan kondisi dan situasi , serta tingkat
perkembangan peradaban manusia. ( Hendrie Anto, 2003: 2)
Pada awalnya pemenuhan kebutuhan barang dan jasa ini merupakan
masalah yang masih sederhana, sebab seseorang dapat memenuhi sendiri
segala kebutuhannya tersebut. Keadaan masyrakat yang demikian sering
disebut sebagai perekonomian subsistem. Sejalan dengan perkembangan
kompleksitas kebutuhan, seseorang semakin tidak dapat memenuhi segala
kebutuhannya sendiri. (Hendrie anto, 2003:2)
Berikut delapan tahapan perkembangan kegiatan manusia menurut al-
Faraby, seorang ulama yang hidup pada 260-339 H/870-950 M:
1) Madinatu’nnawabit (nomadic state), yaitu manusia memenuhi
kebutuhannya hanya dengan mengambil kekayaan begitu saja .
seandainya disuatu tempat sumber daya ini sudah habis, maka
manusia akan berpindah ke tempat lain,. Demikian seterusnya,
manusia akan berpindah-pindah untuk memenuhi kebutuhannya.
2) Madinatu ‘Ibahimiyah (primitive state), yaitu masyarakat mulai
menetap disuatu tempat . Tahapan ini dibagi lagi menjadi a). al
bararie, yaitu masyarakat menetap dipantai-pantai, b) qurbul
mudun, yaitu menetap dipinggiran negeri untuk mencari tempat
yang layak, dan fil qura yar ‘an nabat, menetap didesa-desa untuk
kemudian bertani. Disinilah tahap keteraturan sistemik dalam
kehidupan mulai dibangun.
3) Madinatu ‘dldlarurah (necessity state), dimana masyarakat mulai
membuat organisasi kemasyarakatan. Disinilah kehidupan
berkelompok atau bernegara dimulai, dimana dengan cara ini
diharapkan kebutuhan-kebutuhan pokok masyarakat dapat dipenuhi
dengan lebih baik.
4) Madinatu Ihisah (desires state), dimana masyarakat tidak lagi
sekedar dapat memenuhi kebutuhan pokoknya tetapi mulai
meningkat keinginan-keinginan lainnya. Kehidupannya sudsah
melebihi batas minimal sehingga mengarah kepada pemenuhan
barang dan jasa untuk kenikmatan dan kenyamanan.
5) Madinatu ‘Itabadul (ease state)¸ dimana masyarakat mulai
menghadapi transisi menuju kesempurnaan untuk memenuhi
hidupnya. Kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi barang dan
jasa mulai kompleks sehingga perekonomian memegang peranan
penting.
6) Madinatu ‘nnadzalah (egoistic state), dimana faham indivisualisme
mulai menguat sehingga persaingan menjadi sesuatu yang tak
terelakkan. Persaingan menyebabkan munculnya kelas kaya dan
miskin. Modal (uang) menjadi sesuatu yang berperan penting pada
tahapan ini. Karenanya, tahapan ini juga disebut sebagai tahapan
kapitalisme.
7) Madinatu ‘ijama’iyyah ( anarchistic state), setelah persaingan
indivisualistik memuncak maka masyarakat akan menghadapi dua
keadaan, yaitu a) anarkisme sebagai akibat persaingan yang dahsyat
antar masyarakat, dan b) komunisme sebagai reaksi oposisi terhadap
meningkatkan indivisualisme. Jadi, dalam tahapan ini situasi
masyarakat akan kacau.
8) Madinatu ‘Ifaddilah (model state), adanya tahapan poin 7 diatas
akan memaksa seluruh komponen masyarakat untuk melakukan
barbagai kompromi dan perbaikan keadaan. Hasil-hasil kompromi ini
akan menghasilkan suatu tatanan masyarakat yang egaliter, seluruh
masyarakat akan menikmati kebahagiaan secara lebih merata.
Seluruh permasalahan manusia pada dasarnya adalah karena adanya
kesenjangan (gap) antara sumber daya alam yang tersedia dengan jumlah
kebutuhan manusia. Kalau masih ingat pelajaran ekonomi di sekolah
lanjutan, pasti tidak asing dengan materi yang berisi “kebutuhan manusia
tidak terbatas, sementara sumber daya alam yang tersedia terbatas”, tapi
benarkah demikian? Benarkah Allah menciptakan segala sesuatunya
terbatas, padahal kita meyakini bahwa Allah adalah Sang Maha Pencipta nan
sempurna dalam menyediakan segala sesuatu.Mari kita cermati makna dari
beberapa ayat di bawah ini:

“Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah telah


menundukkan untuk (kepentinganmu) apa yang dilangit dan apa yang di
bumi, dan menyempurnakan untukmu nikmat Nya lahir dan batin…
(Lukman:20)

“…dan Dia telah menciptakan segala sesuatu dan Dia menetapkan ukuran-
ukuranNya dengan serapi-rapinya”(Al Furqan:2)
Kelangkaan sumber daya ekonomi secara lokal dan parsial dapat terjadi
karena banyak factor, misalnya karena sengaja diujikan oleh Allah.
Sebagaimana firman Allah, yang artinya:

“…Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit


ketakutan, kelaparan dan kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.Dan
beritakanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar” ( Al
Baqarah:154)

Disisi lain , juga terdapat banyak peringatan dari Allah tentang sifat manusia
yang tak pernah puas akan keinginannya, misalnya dalam At-Takatsur 1-5:

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu sampai kamu masuk liang


kubur; janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui akibat perbuatanmu
itu…”

Beberapa pemikir muslim seperti Baqr Sadr, Kadim as Sadr, dan Abbas
Mirakhor (1989) berpandangan bahwa permasalahan utama ekonomi
sebenarnya bukanlah scarcity (kelangkaan), melainkan distribution
(distribusi). Pandangan mereka dapat dikatakan berbeda secara diametral
dengan pandangan konvensional. Sumber daya ekonomi yang terdapat
dialam semesta ini sangat banyak dan relatif tidak terbatas, sementara
kebutuhan manusia sesungguhnya terbatas. Menurut mereka , Islam tidak
mengenal konsep sumber daya ekonomi yang terbatas, sebab alam semesta
ini maha luas.(Hendrie Anto, 2003:4)
Nah, bila kita cermati kembali, dengan ciptaan Allah yang maha luas ini,
sesungguhnya manusia baru memanfaatkan sedikit dari ciptaan Nya. Selain
bumi, kita masih punya planet dan galaksi lain yang belum banyak terjamah
oleh manusia. Tentu dibutuhkan tekhnologi yang mumpuni untuk
mengeksploitasi wilayah di luar bumi. Untuk itu dibutuhkan ilmu
pengetahuan dalam bidang sains dan manusia tetap harus banyak belajar
untuk menemukan terobosan-terobosan baru dalam memanfaatkan sumber
daya tersebut. Jika sumber daya alam yang tersedia begitu banyak atau tidak
terbatas, berarti kebutuhan manusia terhadap barang dan jasa terbatas
sifatnya. Jika batas-batas ini dilanggar, manusia justru akan kehilangan
kepuasan, manfaat, juga akan menderita kerugian akibat mengkonsumsi
barang dan jasa. Misalnya, jika kita makan, minum, berlebihan maka justru
kita akan mendapatkan penyakit.
Pendapat lain, misalnya dari Chapra, Siddiqi, dan Mannan, menganggap
bahwa scarcity tetap merupakan masalah utama dalam perekonomian.
Menurut mereka, secara parsial atau local sangat mungkin terjadi kelangkaan
sumber daya ekonomi , meskipun secara keseluruhan (alam semesta) terjadi
keseinmbangan. Misalnya pada wilayah-wilayah konflik, tentu mengalami
kekurangan sumber daya ekonomi. Disisi lain, manusia pada dasarnya juga
memiliki keinginan yang relative tidak terbatas. Justru dengan ajaran Islamlah
kemudian manusia dituntut untuk mengendalikan keinginannya. Sebab, jika
keinginan lepas kendali maka akan menyengsarakan kehidupan manusia
sendiri.(Hendrie Anto, 2003:4)
Dari beberapa pendapat diatas jelas bahwa pada dasarnya ilmu ekonomi
merupakan ilmu tentang bagaimana manusia menyelaraskan kebutuhannya
dan sumber daya yang tersedia. Apapun jenis ilmu ekonominya (Kapitalisme,
Sosialisme dan Islam, atau lainnya) tugas darinya adalah mengatur
pemanfaatan sumber daya bagi pemenuhan kebutuhan manusia.

c. Tujuan Ekonomi Islam


Ekonomi Islam mempunyai tujuan untuk memberikan keselarasan bagi
kehidupan di dunia. Nilai Islam bukan semata-mata hanya untuk kehidupan
muslim, tetapi seluruh makhluk hidup di bumi. Esensi proses ekonomi Islam
adalah pemenuhan kebutuhan manusia yang berlandaskan nilai-nilai Islam
untuk mencapai tujuan agama (falah). Ekonomi Islam menjadi rahmat
seluruh alam yang tidak terbatas oleh ekonomi, sosial budaya, dan politik
dari bangsa. Ekonomi Islam mampu menangkap nilai dari fenomena
masyarakat tanpa meninggalkan sumber hukum teori ekonomi Islam yan bisa
berubah. (Zainal dkk, 2018: 134)
Dalam berbagai literature ilmu ekonomi konvensional dikatakan bahwa
tujuan dari manusia dalam memenuhi kebutuhannya atas barang dan jasa
adalah untuk mencapai kesejahteraan (well being). Manusia menginginkan
kebahagiaan dan kesejahteraan dalam hidupnya, dan untuk inilah ia berjuang
dengan segala cara untuk mencapainya. (Hendrie Anto, 2003:5)
Jika kita lihat kembali sejahtera dalam perspektif materialism dan
hedonisme, maka akan sampai pada satu kesimpulan bahwa sejahtera versi
mereka adalah kondisi dimana manusia memiliki harta yang cukup bahkan
berlebih untuk memenuhi kebutuhannya. Pengertian kesejahteraan ini
menafikan keterkaitan kebutuhan manusia dan unsure-unsur
spiritual/norma. Dengan pengertian ini, maka konfigurasi barang dan jasa
yang harus disediakan adalah memberikan porsi keunggulan pada
pemenuhan kepentingan pribadi, maksimasi kekayaan, kenikmatan fisik dan
kepuasan hawa nafsu.
Gambar 1.1 Masalah dan Tujuan Ilmu ekonomi

Pandangan Ekonomi Islam tentang kesejahteraan tentu saja didasarkan


atas keseluruhan ajaran Islam tentang kehidupan ini. Konsep kesejahteraan
ini sangatlah berbeda dengan konsep dalam ekonomi konvensional, sebab ia
merupakan konsep yang holistic. Secara singkat kesejahteraan yang
diinginkan oleh ajaran Islam adalah: (Hendrie Anto, 2003:6)
1. Kesejahteraan holistic dan seimbang, yaitu mencakup dimensi
material maupun spiritual serta mencakup indivisu maupun sosial.
Sosok manusia terdiri atas unsur fisik dan jiwa, karenanya
kebahagiaan haruslah seimbang diantara keduanya. Demikian pula
manusia memiliki dimensi individual, tetapi tentu saja ia tidak dapat
terlepas dari linkungan sosial. Manusia akan merasa bahagia jika
terdapat keseimbangan diantara dirinya sendiri dengan lingkungan
sosialnya.
2. Kesejahteraan di dunia maupun di akhirat, sebab manusia tidak hanya
hidup di alam dunia saja tetapi juga di alam akhirat (the hereafter).
jIka kondisi ideal ini tidak dapat dicapai maka kesejahteraan di
akherat tentu lebih diutamakan, sebab ia merupakan suatu
kehidupan yang dalam segala hal lebih bernilai (valueable).
Tujuan ekonomi Islam adalah sebagaimana tujuan dari syariat Islam itu
sendiri (maqashid asy syari’ah), yaitu merealisasikan tujuan manusia untuk
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat (falah), serta kehidupan yang baik
dan terhormat (hayyatan thoyyibah).
Menurut Al-Qur’an tujuan kehidupan manusia pada akhirnya adalah falah
di akhirat, sedangkan falah di dunia hanya merupakan tujuan antara (yaitu
sarana untuk mencapai falah akhirat). Falah di dunia merupakan
intermediate goal (tujuan antara), sedangkan akhirat merupakan ultimate
goal (tujuan akhir). Akhirat merupakan kehidupan yang diyakini nyata-nyata
akan terjadi, dan memiliki nilai kuantitas dan kualitas yang lebih berharga
dibandingkan dunia. Hal ini tidak berarti bahwa kehidupan di dunia tidak
penting atau boleh diabaikan. Bahkan, kehidupan dunia merupakan lading
bagi pencapaian tujuan akhirat. Jika ajaran Islam diterapkan secara
menyeluruh dan sungguh-sungguh, maka niscaya akan tercapai falah di dunia
dan di akhirat sekaligus. (Hendrie Anto, 2003:7)
Berikut ringkasan pengertian falah dalam kedua aspek dengan berbagai
modifikasi:

Tabel 1.1
Aspek-Aspek Dalam Falah

Micro Level Macro Level


Survival Biological survival i.e: Ecological balance,
physical health, hygienic environment,
freedom from disease, and medical aid for all
etc
Economic survival i.e: Management of natural
having means of resources to generate
livelihood work opportunities for
the entire population
Social survival, i.e: Inner social cohesion:
brotherhood and absence of internecine
harmonious conflicts among
interpersonal different groups.
relationship
Political survival, i.e: Independence and self
freedom and determination an an
participation, in the entity
affairs of the state
Freedom from want Alleviating poverty Provisioning for the
entire population
Self reliance, i.e: work Generating resources for
rather than parasitic the coming generations
idleness
Power and honour Self repect Economic power and
freedomfrom debt
Civil liberties, protection
Military power
of honour and life
Sumber: Akram (1994) dalam Hendrie Anto (2003)
Dari tabel diatas, sudah disebutkan bahwa falah memang mencakup
aspek yang lengkap dan menyeluruh bagi kehidupan manusia. Aspek ini
secara pokok meliputi spiritualitas dan moralitas, ekonomi, sosial dan
budaya, serta politik, baik yang dicapai di dunia maupun di akhirat. Misalnya,
untuk mendapatkan suatu kelangsungan hidup maka dalam tataran mikro
manusia membutuhkan :
1. Faktor-faktor biologi seperti kesehatan fisik atau bebas dari penyakit,
2. Faktor ekonomis, misalnya memiliki sarana kehidupan
3. Faktor sosial, misalnya persaudaraan dan hubungan antar personal
yang harmonis.
Untuk tataran makro, hal ini menuntut adanya keseimbangan ekologi,
lingkungan yang higenis, manajemen lingkungan hidup, kohesi antar anggota
masyarakat, dan lain-lain. Faktor-faktor ini baru akan lengkap jika manusia
juga terbebas dari kemiskinan serta memiliki kekuatan dan kehormatan.

B. Prinsip-Prinsip Umum Dalam Ekonomi Islam


Semua sumbber daya yang tersedia di bumi ini dipandang sebagai
pemberian atau titipan dari Allah Swt. Manusia yang diamanahi “titipan”ini
memiliki kewajiban untuk memanfaatkannya dengan bijak dan bertanggung
jawab. Islam mengakui pemilikan pribadi, namum tetap dalam koridor
tertentu. Kekuatan penggerak utama ekonomi adalah kerjasama atau gotong
royong. Ekonomi Islam menolak akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh
segelintir orang saja. Ekonomi Islam menjamin pemilikan masyarakat dan
penggunaaannya yang direncanakan untuk kepentingan banyak orang.
Berikut ini prinsip-prinsip dasar dalam ekonomi Islam : (Zainal dkk,
2018:104)
1. Tidak melakukan penimbunan (ikhtikar), penimbunan dalam bahasa
Arab adalah ikhtikar. Secara umum, ikhtikar dapat diartikan sebagai
sebagai tindakan pembelian barang dagangan untuk menahan atau
menyimpan barang tersebut dalam jangka waktu yang lama sehingga
barang tersebut menjadi langka dan berharga mahal.
2. Tidak melakukan monopoli, adalah kegiatan menahan keberadaan
barang untuk tidak dijual atau tidak diedarkan di pasar agar harganya
menjadi mahal. Kegiatan monopoli dilarang oleh Islam, apabila
monopoli diciptakan dengan sengaja dengan menimbun barang dan
menaikkan harga barang.
3. Menghindari jual beli yang diharamkan, Kegiatan jual dan beli yang
sesuai dengan prinsip Islam harus bersifat adil, halal dan tidak
merugikan salah satu pihak sehingga transaksi tersebut diridhai oleh
Allah SWT.Segala hal yang mengandung unsur kemungkaran dan
kemaksiatan adalah haram.

Pendapat lain juga dijelaskan oleh Mas’udul Alam Chowdury , yang


menuliskan tentang prinsip-prisnip ekonomi Islam yaitu: (Hendrie Anto,
2003:36)
1. Prinsip Tawheed and Brotherhood, dalam konteks ekonomi ini akan
membawa implikasi adanya keharusan ekonomi untuk bertolakdan
bersumber dari ajaran Allah, dilakukan dengan cara-cara yang
ditentukan Allah, dan akhirnya ditunjukkan untuk ketakwaan kapada
Allah. Persaudaraan mengandung pengertian hubungan antara
sesama manusia yang dibingkai oleh rasa kasih saying, tolong
menolong dan keadilan.
2. Prinsip work and productivity, ajaran Islam mendorong umatnya
untuk bekerja keras dan berperilaku produktif. Kerja yang dianjurkan
dalam ajaran Islam adalah adalah kerja yang baik, yaitu dikerjakan
dengan sungguh-sungguh dan sesuai dengan keahliannya.
Perbedaan kerja dan produktifitas dapat membawa implikasi adanya
perbedaan pada kompensasi atau upah yang berhak diterima.
3. Prinsip distributional equity, tujuan utama dari redistribusi adalah
untuk meningkatkan transformasi produktif dari pendapatan
nasional dan kekayaan serta meningkatkan kesejahteraan terhadap
masyarakat luas.
C. Rancang Bangun Ekonomi Islam
Ekonomi Mikro Islam adalah ilmu yang menelaah kegiatan ekonomi antar
individu dalam suatu masyarakat. Apabila teori tersebut dipraktikkan dalam
kehidupan nyata pasti akan menimbulkan masalah yang tidak akan pernah
dapat terselesaikan dengan cara apapun. Ilmu ini mempelajari bagaimana
perilaku tiap-tiap individu dalam setiap unit ekonomi dapat berperan sebagai
konsumen, pekerja, investor, pemilik tanah atau resources yang lain, dan
perilaku dari sebuah industry. Ekonomi mikro menjelaskan how dan why
sebuah pengambilan keputusan dalam setiap unit ekonomi. (Zainal dkk,
2018:88)
Sebelum mengurai tentang ekonomi mikro islam, hendaknya diketahui
bahwa ekonomi konvensional melihat ilmu sebagai sesuatu yang sekuler,
tidak memasukkan Tuhan, dan manusia tidak bertanggung jawab kepada
Tuhan di akhirat. Ilmu ekonomi konvensional bebas nilai (positivistik0,
sedangkan ekonomi Islami justru dibangun atas prinsip-prinsip religious
(berorientasi pada kehidupan dunia dan akhirat).(Zainal dkk, 2018:88)
Berikut ini adalah bagian dari prinsip-prinsip ekonomi Islam sekaligus
menjadi gambaran bagi rancang bangun Ilmu ekonomi Islam
1. Tauhid merupakan inti pokok ajaran Islam yang berupa pengakuan
bahwa tiada Tuhan selain Allah, satu-satunya Dzat yg berhak disembah.
2. Tauhid al Uluhiyah berarti mengesakan Allah, tidak menyekutukan
sesuatu apapun denganNya. Allah tidak beranak dan tidak pula
diperanakkan, Ia tak punya sekutu atau rekanan, jadi Allah adalah Tuhan
yang Mutlak, Dia meliputi dan mengatasi segala sesuatu, Dia Tuhan dan
selain Nya menyembah kepada Nya.
3. Tauhid al Rububiyah berkenaan dengan Allah sebagai Tuhan, pencipta
dan pengatur alam semesta.  Keberadaan Tuhan dalam pengertian
tauhid al Rububiyah dapat diketahui terutama melalui ciptaan-Nya (ayat-
ayat kawniyah) sebagaimana dijelaskan dalam ayat: “Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya siang dan malam
terdapat tanda-2 bagi orang-orang yang berakal (QS Ali Imran, 190)
4. ‘Adl bermakna tidak berbuat zalim kepada sesama manusia, bukan
berarti sama rata sama rasa, jadi adil adalah menempatkan sesuatu pada
tempatnya.
5. Adil menurut Kapitalisme  adalah  Anda dapat apa  yang  anda 
upayakan (you get what you  deserved),
6. Adil menurut Sosialisme  adalah  Sama rata sama rasa (no one has
privelege to get more than others),
7. Adil menurut Islam  adalah  Tidak menzalimi dan tidak dizalimi (la
tazlimun wala tuzlamun),
8. Nubuwwah merupakan sifat yang diberikan Allah kepada manusia
pilihan-Nya, karena mereka memiliki keistimewaan dan kemampuan
khusus yang tidak dimiliki manusia lain, berupa wahyu dan mukjizat yang
membuktikan kebenaran ajaran yang mereka bawa. Kenabian merupakan
salah satu nilai universal ekonomi Islam karena fungsi Nabi Muhammad
SAW yang sentral dalam kesumberan ajaran Islam. Dalam diri Nabi
bersemayam sifat-2 luhur yang layak menjadi panutan setiap pribadi
muslim, termasuk dalam aktivitas ekonomi
9. Khilafah sebagai perwujudan bahwa tidak diragukan manusia diciptakan
oleh Allah SWT untuk menjadi pemimpin dari makhluk-makhluk lain, oleh
sebab itu manusia wajib menjaga keharmonisan hubungan sesama
makhluk, untuk mewujudkan misi tersebut manusia membutuhkan
sebuah media yang berupa pemerintahan (khilafah).  Pemerintah
memainkan peran yang sangat penting dalam ekonomi yaitu memastikan
bahwa kegiatan ekonomi berjalan secara benar tanpa kezaliman.
Pemerintah memiliki hak ikut campur dalam kegiatan ekonomi yang
dilakukan individu-individu, baik untuk mengawasi kegiatan ini maupun
untuk mengatur atau melaksanakan beberapa macam kegiatan ekonomi
yang tidak mampu dilaksanakan oleh individu-individu.
10. Ma’ad melalui al-ma’ad ini manusia diperingatkan bahwa kehidupan di
dunia ini hanya sementara, ada kehidupan sesudah kehidupan dunia ini.
Karena itu, manusia hendaknya tidak menjadikan dunia sebagai tujuan
pokok dan segala-galanya karena disamping kehidupan dunia ada
kehidupan lagi yang lebih kekal.
11. Multitype ownership yaitu Islam mengakui kepemilikan pribadi,
kepemilikan besama (syirkah) dan kepemilikan negara. Hal ini berbeda
dengan konsep kapitalis yang hanya mengakui kepemilikan individu atau
konsep sosialis hanya mengakui kepemilikan bersama oleh komunal atau
negara.
12. Fredom to act yaitu kebebasan berekonomi selama tidak melanggar
rambu-rambu syari’ah.
13. Social justice yaitu keadilan sosial yang berbeda dengan
konsep charity atau donasi dalam ekonomi konvensional. (reziki halal
yang didapatkan dengan jerih payah itu diyakini ada hak orang lain, jadi
bukan karena berbaik hati memberikan donasi, namun harta tsb. bukan
hak kita saja tapi ada hak orang lain).(http//www. Stai.asiq.ac,id/ Rancang
Bangun Ekonomi Islam)

Referensi:
Buku:
Hendrie Anto, 2003. Pengantar Ekonomika Mikro Islami, Cet.1,
Yogyakarta: Ekonisia
Heri Sudarsono, 2004. Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar, Cet. 3,
Yogyakarta : Ekonisia
Muhammad Abdul Mannan, 1997. Teori dan Praktek Ekonomi Islam,
Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa
M.M. Metwally, 1995. Teori dan Model Ekonomi Islam (terj), Jakarta:
Bangkit Daya Insani
Umer Chapra, 2001. Masa Depan Ekonomi, Sebuah Tinjauan Islam,
Jakarta: Gema Insani Press
Veithzal Rivai Zainal dkk, 2018. Ekonomi Mikro Islam, Cet 1. Jakarta: Bumi
Aksara

Internet:
http//www. Stai.asiq.ac,id/ Rancang Bangun Ekonomi Islam)

Anda mungkin juga menyukai