Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA DALAM HAK ASASI MANUSIA


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Yang Diampu Oleh Bapak Drs. Hendri Purwito, M.Si

Disusun Oleh :
1) Diffa Kamiilah
2) Diyah Ananda Putri
3) Fathiyah Jasmine Qultsum
4) Fathul Harawi

FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA DALAM HAK ASASI
MANUSIA” untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Hendri Purwito sebagai dosen
pembimbing mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Terima kasih juga kami
ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-
idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik.

Malang, 19 Maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri
manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi,
dihormati, dipertahankan dan tidak boleh diabaikan, dikurangi atau dirampas oleh
siapapun. Nilai-nilai yang terkandung dalam HAM yaitu nilai keadilan, kebebasan,
dan persamaan dapat mendorong terciptanya masyarakat yang egaliter yang menjadi
ciri evil society, oleh karena itu penegakan HAM merupakan prasyarat dalam
menciptakan masyarakat yang madani. Dalam perkembangannya HAM telah banyak
pengaruh dalam pengaturan kehidupan bernegara, hal ini juga terlihat di Indonesia
yang dalam perkembangan dunia internasional di bidang HAM memberikan
pengaruh yang signifikan dengan reformasi yang terjadi di Indonesia saat ini
menggambarkan bahwa bangsa Indonesia sedang dalam masa transisi politik menuju
demokrasi.
Perluasan konsep hak-hak asasi manusia juga meliputi hak-hak ekonomi, sosial
dan budaya (HAM Ekosob). Pada asasnya HAM Ekosob merupakan pengakuan hak
agar terciptanya kebebasan dari segala kekurangan sumberdaya yang dialami oleh
setiap individu dalam masyarakat. HAM Ekosob meliputi hak-hak ekonomi seperti
mempunyai kekayaan dan perlindungan terhadap hartanya, memperoleh kehidupan
yang layak lewat kesempatan kerja yang layak, memperoleh kesehatan dan
lingkungan yang sehat.
Makalah ini bermaksud menguraikan hak-hak ekonomi, sosial dan budaya dalam
HAM.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep hak ekonomi, sosial dan budaya dalam HAM ?
2. Bagaimana bentuk-bentuk hak ekonomi, sosial dan budaya dalam HAM ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep hak ekonomi, sosial dan budaya dalam HAM.
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk hak ekonomi, sosial dan budaya dalam HAM.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya dalam HAM
1. Pengertian Hak Asasi Manusia
HAM adalah singkatan dari Hak Asasi Manusia, dimana masing-masing kata
tersebut memiliki makna. Kata “Hak” dalam hal ini berarti sebagai kepunyaan
atau kekuasaan atas sesuatu, sedangkan “Asasi” adalah sesuatu hal yang utama
dan mendasar. Jadi, pengertian HAM secara singkat adalah suatu hal yang
mendasar dan utama yang dimiliki oleh manusia.
Pengertian HAM Menurut Para Ahli
1. John Locke
Menurut John Locke, pengertian HAM adalah hak-hak yang langsung
diberikan Tuhan kepada manusia sebagai hak yang kodrati. Oleh karena itu, tidak
ada kekuatan apapun di dunia yang bisa mencabutnya. HAM ini sifatnya
mendasar (fundamental) bagi kehidupan manusia dan pada hakikatnya sangat
suci.
2. Jan Materson
Menurut Jan Materson (komisi HAM PBB), pengertian HAM adalah hak-hak
yang ada pada setiap manusia yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup
sebagai manusia.
3. Miriam Budiarjo
Menurut Miriam Budiarjo, pengertian HAM adalah hak yang dimiliki setiap
orang sejak lahir ke dunia, hak itu sifatnya universal sebab dimiliki tanpa adanya
perbedaan kelamin, ras, budaya, suku, dan agama.
4. Prof. Koentjoro Poerbopranoto
Menurut Prof. Koentjoro Poerbopranoto, pengertian HAM adalah suatu hak
yang sifatnya asasi atau mendasar. Hak-hak yang dimiliki setiap manusia
berdasarkan kodratnya yang pada dasarnya tidak akan bisa dipisahkan sehingga
bersifat suci.
2. Pengertian Hak Asasi Ekonomi
Pengertian hak asasi ekonomi adalah hak yang berkaitan dengan akitivitas
perekonomian, perburuhan, hak mempero!eh pekerjaan, perolehan upah.
Pengertian hak asasi ekonomi adalah setiap anggota masyarakat berhak untuk
1. Memiliki kekayaan dan perlindungan akan miliknya itu;
2. Memperoleh kehidupan yang layak lewat kesempatan kerja yang layak pula;
3. Memperoleh kesehatan dan lingkungan yang sehat;
4. Berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan dan untuk ikut menikmati hasil-
hasilnya.
3. Pengertian Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya
Hak asasi sosial dan budaya adalah hak yang berhubungan dengan
masyarakat.Hak ini memberikan kebebasan kepada seseorang untuk menentuka,
memilih, dan mendapatkan pendidikan, mendapatkan pengajaran, hak untuk
mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat

B. Bentuk-bentuk Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya dalam HAM


1. Hak Asasi Manusia Bidang Ekonomi.
Di dalam Pasal 27 ayat (2) Perubahan UUD 1945 ditentukan : “Tiap-tiap
warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan”. Dalam Pasal 28D ayat (2) Perubahan UUD 1945 ditentukan
:Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang
adil dan layak dalam hubungan kerja.
Selanjutnya khusus mengenai perekonomian diatur dalam Pasal 33 Perubahan
UUD 1945 yaitu :
(1).Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.
(2). Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.
(3). Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Penelusuran dalam kepustakaan ditemukan bahwa hak asasi manusia bidang
ekonomi adalah hak yang berkaitan dengan akitivitas perekonomian, perburuhan,
hak mempero!eh pekerjaan, perolehan upah dan hak ikut serta dalam serikat
buruh.
- Hak memperoleh Pekerjaan.
Deklarasi Umum Persenkatan Bangsa-dangsa (PBB) tentang HAM, dalam
pasal 23 ayat (1) menentukan “setiap orang berhak atas pekerjaan berhak dengan
bebas memilih pekerjaan, berhak atas syarat-syarat perburuhan yang adil serta
baik dan atas perlindungan terhadap pengangguran.
Dalam International Covenant on Economc, Social and Cultural 1966, pasal 6
ayat (1) menentukan “negara-negara peserta perjanjian ini mengakui hak untuk
bekerja yang meliputi setiap orang atas kesempatan memperoleh nafkah dengan
melakukan pekerjaan yang secara bebas dipilihnya atau diterimanya dan akan
mengambil tindakan-tindakan yang layak dalam melindungi hak ini”.

Kecuali itu, dalam pasal 38 Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999


menentukan :“setiap warga negara sesuai dengan bakat, kecakapan dan
kemampuan, berhak atas pekerjaan yang layak (ayat 1). Selain itu ditentukan
“setiap orang berhak dengan bebas memilih pekerjaan yang disukainya dan
berhak pula atas syarat-syarat ketenagakerjaan yang adil (ayat 2). Setiap orang
baik. pria maupun wanita yang melakukan pekerjaan yang sama, sebanding, setara
atau serupa berhak atas upah serta syarat-syarat perjanjian kerja yang sama (ayat
3). Sedangkan ayat 4 menentukan “ setiap orang baik pria maupun wanita dalam
rnelakukan pekerjaan yang sepadan dengan martabat kemanusiaannya berhak atas
upah yang adil sesuai dengan prestasinya dan dapat menjamin kelangsungan
kehidupan keluarga.

- Hak mendapat upah yang sama.


Untuk menciptakan keadilan, maka perolehan upah antara pria dan wanita
diharapkan tidak berbeda dalam hal jenis kelamin dan kualitas pekerjaan yang
sama. The Universal Declaration of Human Rights 1948, dalam pasal 23 ayat (2)
menentukan “setiap orang dengan tidak ada perbedaan, berhak atas pengupahan
yang sama untuk pekerjaan yang sama”.
Hal yang sama juga diatur secara rinci dalam pasal 7 International Covenant
on Economic, Social and Cultural menetukan “negara-negara peserta perjanjian
mcngakui hak setiap orang akan kenikmatan kondisi kerja yang adil dan
menyenangkan yang mejamin :
a) Pemberian upah bagi semua pekerja, sebagai minimum dengan gaji yang adil
dan upah yang sama untuk pekerjaan yang sama nilainya tanpa perbedaan
apapun, terutama wanita yang dijamin kondisi kerjanya tidak kurang dan
kondisi yang dinikmati oleh pria, dengan gaji yang sama untuk pekerjaan
yang sama.
b) Penghidupan yang layak untuk dirinya dan keluarganya sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dalam perjanjian.
c) Kondisi keja yang aman dan sehat;
d) Persamaan kesempatan untuk setiap orang untuk dipromosikan pekerjaannya
ke tingkat yang lebih tinggi, tanpa pertimbangan lain kecuali senioritas dan
kecakapan;
e) Istirahat, santai dan pembatasan dan jam kerja yang layak dan liburan berkala.
Dengan upah dan juga upah pada hari libur umum.

- Hak ikut serta dalam Serikat Buruh.


Piagam dalam Deklarasi Umum Perserikatan Bangsa Bangsa 1948, pada
pasal 23 ayat (4) menentukan :”setiap orang herhak mendirikan dan memasuki
serikat-serikat kerja untuk melindungi kepentingannya. Pengaturan dala
Perjañjian International Tahun 1966 tentang HAM ekonomi, sosial dan budaya,
pada pasal 8 antara lain menentukan :

1. Negara-negara Peserta Perjanjian berusaha menjamin :


1. Hak setiap orang membuat serikat buruh dan menjamin anggota serikat
buruh menurut pilihannya, hanya tunduk pada peraturan organisasi yang
bersangkutan, demi promosi dan perlindungan bagi kepentingan ekonomi dan
sosialnya. Tidak boleh dikenakan pembatasan-pembatasan terhadap
pelaksanaan hak ini kecuali yang diatur dengan undang-undang dan yang
diperlukan dalam masyarakat demokrasi bagi kepentingan keamanan nasional
atau ketertiban umum atau demi perlindungan terhadap hak dan kebebasan
orang lain ;
2. Hak serikat buruh untuk mendirikan federasi atau konfederasi nasional
dan hak konfederasi membentuk atau menjadi organisasi senikat buruh
internasional;
3. Hak serikat buruh untuk berperan secara bebas, tanpa pembatasan kecuali
yang diatur oleh undang-undang dan yang diperlukan dalam masyarakat
demokrasi demi kepentingan keamanan nasional atau ketertiban umum atau
demi perlindungan terhadap hak dan kebebasan orang lain;
4. Hak mogok, asalkan sesuai dengan hukum dari negara-negara tertentu.
Pasal ini tidak mencegah pengenaan pembatasan hukum terhadap
pelaksanaan hak-hak ini oleh anggota-anggota angkatan bersenjata atau
kepolisian atau pementah negara yang bersangkutan.

2. Hak Asasi Manusia di Bidang Sosial dan Budaya


a. Hak asasi Manusia di bidang Sosial
Hak asasi manusia bidang sosial adalah hak asasi manusia yang
berkaitan dengan hak atas jaminan sosial, hak atas perumahan dan hak
atas pendidikan. Hak asasi manusia bidang sosial adalah hak asasi
manusia yang berkaitan dengan :
1. Hak atas jaminan social
Sesuai dengan Pasal 28H ayat (3) Perubahan UUD 1945 Setiap warga
berhak mendapat jaminan sosial. Jaminan sosial tersebut harus bersifat
jangka panjang dan mesti diprioritaskan agar terealisasi dengan baik
seperti dengan adanya jaminan kesehatan, kecelakan, jaminan kematian,
hidup layak, dll.
UU 40 tahun 2004, bahwa setiap orang berhak atas jaminan sosial
untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak dan
meningkatkan martabat menuju terwujudnya masyarakat Indonesia yang
sejahtera, adil, dan makmur.
2. Hak atas perumahan
Sesuai UU Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman,
disebutkan bahwa setiap warga negara mempunyai hak untuk
menempati dan/atau menikmati dan/atau memiliki rumah yang layak
dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur,
menjelaskan bahwa rumah yang layak menjadi hak setiap warga negara
Indonesia.
Dari standar internasional HAM, kita dapat meminjam makna rumah
yang memadai, yakni ketersediaan pelayanan, material, fasilitas dan
infrastruktur. Memadai juga mengandung makna adanya pemenuhan
prinsip-prinsip seperti:
 affordability (terjangkau)
 habitability (memadai untuk dihuni)
 accessibility (dapat dimiliki dan dimanfaatkan).
Penggusuran paksa, berkaitan dengan hak atas perumahan, dapat
dikategorikan sebagai kejahatan berat HAM. Dilevel internasional,
Komisi HAM PB (UNCHR) pernah mengeluarkan sebuah resolusi,
tanggal 10 Maret 1993. Dalam resolusi ini ditegaskan “praktek
penggusuran paksa merupakan sebuah kejahatan HAM berat, terutama
berkaitan dengan hak atas perumahan yang layak”. Sebelumnya, Sub
Komisi PBB juga mengeluarkan Resolusi 1992/14 (forced eviction),
yang menegaskan hal yang sama.
3. Hak atas pelayanan kesehatan
Berdasar pada Pasal 28H ayat (1) Perubahan UUD 1945, “Setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan”, semua warga berhak memperoleh
pelayanan kesehatan yang optimal tanpa pengecualian.
Sudah ada upaya dari pemerintah untuk menjami pelayanan kesehatan
dengan UU dan upaya lainnya seperti Askes, namun pada pelaksaannya
masih ditemukan banyak penyimpangan yang tidak sesuai dengan apa
yang sudah ditetapkan.
Kepentingan orang miskin terhadap hak pelayanan kesehatan perlu
diperhatikan oleh hukum dan tidak boleh menjadi beban bagi si miskin.
Alasan kekurangan biaya pada diri pasien, hendaknya tidak menjadi
dasar untuk menolak perikatan terapeutik antara pasien dengan lembaga
penyedia jasa medis.
Fenomena memprihatinkan lainnya adalah wacana penolakan beberapa
rumah sakit terhadap penggunaan kartu jaminan kesehatan. Meskipun,
sekedar wacana, hal itu cukup memberikan bukti kepada masyarakat
tentang pengabaian hak-hak dasar masyarakat dibidang kesehatan.
4. Hak atas pendidikan
Pasal 31 Perubahan UUD 1945 menentukan tentang pendidikan dan
kebudayaan yaitu:
a) Ayat (1) Setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan
b) Ayat (2) Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya.
Pendidikan adalah sebuah hak asasi sekaligus sebuah sarana untuk
merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Pendidikan adalah proses
bagaimana manusia mengenal diri dengan segenap potensi yang dimiliki
dan memahami apa yang tengah dihadapinya dalam realitas kehidupan ini.
Sadari bersama, tidak saja kualitas pendidikan yang harus diperhatikan oleh
pemerintah tapi juga hak akses terhadap pendidikan, karena pendidikan
merupakan sarana yang mutlak diperlukan untuk mewujudkan hak-hak
hidup, seperti pekerjaan, kesehatan dan ketentraman.
Walaupun sudah banyak program yang dicanangkan pemerintah dalam
pemenuhan hak atas pendidikan, seperti BOS, wajib belajar, kejar paket,
dsb. Namun dalam pelaksanaanya masih banyak kasus yang menyebabkan
seorang anak tidak mendapatkan pendidikan.

b. Hak Asasi Manusia di Bidang Budaya


Hak asasi manusia dalam bidang budaya dapat diidentifikasi sebagai
berikut.
1. Pasal 28C Perubahan UUD 1945 menentukan bahwa :”Setiap orang
berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,
berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan tehnologi, seni dan budaya, demi meningkatkan
kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.

2. Pasal 28I ayat (3) Perubahan UUD 1945 menentukan bahwa:”Identitas


budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban.
3. Pasal 32 Perubahan UUD 1945 menentukan :
-Ayat (1) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia ditengah
peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam
memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.
-Ayat (2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah
sebagai kekayaan budaya nasional.
Di dalam Perubahan UUD 1945 ditegaskan bahwa setiap orang wajib
menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam menjalankan hak dan
kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan dengan Undang-undang dengan maksud semata-mata untuk
menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang
lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan
moral, nilai-nilai agama, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis.

Berangkat dari ketentuan tersebut, maka perlindungan , pemajuan,


penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah merupakan
tanggung jawab negara, terutama pemerintah. Untuk menegakan dan
melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip Negara hukum yang
demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan
dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.
Maka dalam rangka memenuhi semua itu dikeluarkan antara lain:
a) Perubahan UUD 1945
b) UU RI NO.39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.
c) UU RI NO.26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan Hak asasi
manusia.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya adalah hak asasi manusia yang terkait
dengan aspek sosioekonomi dan budaya, seperti hak pendidikan,hak atas
perumahan, hak atas standar hidup yang layak, hak kesehatan, dan hak untuk
berpartisipasi dalam kehidupan budaya. Hak-hak ekonomi, sosial dan budaya
diakui dan dilindungi oleh instrumen-instrumen hak asasi manusia
internasional dan regional. Negara anggota memiliki kewajiban hukum untuk
menghormati, melindungi dan memenuhi hak-hak ekonomi, sosial dan budaya,
dan diharapkan akan mengambil langkah "secara progresif" untuk mewujudkan
hak-hak tersebut. Hal inilah yang membedakannya dari hak-hak sipil dan politik,
karena hak-hak sipil dan politik harus dipenuhi dengan segera, sementara
pemenuhan hak-hak ekonomi, sosial dan budaya cenderung dibatasi oleh
ketersediaan sumber daya suatu negara.
Deklarasi Hak Asasi Manusia Universal mengakui beberapa hak-hak
ekonomi, sosial dan budaya, sementara instrumen utama yang berisi tentang hak-
hak ini adalah Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan
Budaya. Konvensi Hak-Hak Anak dan Konvensi mengenai Penghapusan Segala
Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita mengakui dan melindungi hak-hak
ekonomi, sosial dan budaya anak-anak dan perempuan. Konvensi Internasional
tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial melarang diskriminasi
berdasarkan ras atau etnis terkait dengan pemenuhan sejumlah hak ekonomi,
sosial dan budaya (walaupun pelarangan tersebut juga terkandung di dalam
perjanjian-perjanjian HAM lainnya). Konvensi mengenai Hak-Hak Penyandang
Disabilitas juga melarang diskriminasi atas dasar disabilitas, termasuk
penolakan akomodasi yang patut.
Daftar Pustaka
Kasim, Ifdhal dan Johanes da Masenus Arus,ed.,2001. Hak Ekonomi, Sosial dan
Budaya Esai-Esai Pilihan, Buku 2, Terjemahan, Jakarta : Penerbit Lembaga
Studi dan Advokasi Masyarakat.
Yudana Sumanang, 1970. Hak-hak Asasi Manusia, Jakarta : PT Gunung Agung.
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945

Anda mungkin juga menyukai