Anda di halaman 1dari 5

MINGGU ADVENT KEDUA

MANGALO-ALO PARROH NI RAJA NA PINTOR JANAH SIPARMONANG


(Menyambut Raja yang Adil dan Jaya)
SAKARIA 9:9-10
Horas hubanta haganupan!

Selamat Minggu Advent na Paduahon ma tongon!

Bapa/inang, namaposo nahinaholonganni Jesus Kristus, nuan on imasuki hita ma masa penantian
na paduahon, na gatih isobut minggu advent paduahon. Makna minggu advent na paduahon on
aima, hasetiaon ampa holong ni uhur ni Naibata hubani ganup tinompa-Ni in.

Bapa/inang, namaposo nahinargani Kristus, tema ambilan bani minggu on aima “Mangalo-alo
Parroh Ni Raja na pintor Janah Siparmonang” “Menyambut Raja yang Adil dan Jaya”

Adong sungkun-sungkunhu hubani nassiam bapa, inang sonaige hasomoan namaposo: sonaha do
respon nassiam ibagas na manima-nimain sesuatu bani goluhmu? Bosan do? Atap marmalasni
uhur? Tontu buei do responta marsada-sada. Bahkan adong do na mangkatahon:
“menunggu/menanti adalah pekerjaan paling membosankan,” nai do kan? Tapi anggo na ipaimani
ai menguntungkan bana atappe hal na mambahen ia malasni uhur, jangankan bosan, kalau bisa hari
itu juga datang. Misalni gaji, hasil ujian I sekolah, hasil olimpiade, roh keluarga hu rumahta, anakta
na domma dokah tumang iperantauan mulak huhuta. Tontu malas tumang do uhurta, janah
ipersiapkon hita do na tang sidearana ibagas na mangalo-alo sidea na roh hurumahta ai, apalagi ma
ai Pdt, tondong, sanina pakon boru. Manambah malas ni uhur do anggo na isurahon atappe na
ipaima hita ai roh hubanta.

Bapa/inang, sonaige namaposo,,,

Sabotulni, paimahon ai aima sada UJIAN do ibanta selaku halak na porsaya hubani Jesus. Ijon ma
itontuhon sonaha do hita ibagas na paimahon ai. Memang suasana hati kita dalam menanti
sangat dipengaruhi oleh apa yang kita tunggu. Jika yang kita tunggu itu adalah sesuatu yang
sangat kita dambakan, tentu kita bisa saja tidak sabar menunggunya. Satu jam bisa terasa seperti
seminggu. Tapi jika yang kita tunggu itu adalah batas waktu membayar hutang –padahal
belum dapat kita bayar—satu minggu terasa seperti sehari, bukan? Dan hal yang paling perlu
juga bagaimana sikap kita pada saat menanti.

Bapa/inang, sonaige namaposo ibagas Kristus,,

Porlu do botohonta ise do Zakaria on. Arti nama Zakaria adalah Allah mengingat. Zakaria
membawa pesan bahwa meskipun keadaan Yerusalem tengah porak poranda, ALLAH TETAP
MENGINGAT UMAT-NYA. Allah akan menggenapi janji-Nya walaupun karena penghukuman Allah
keadaan, tengah hancur lebur. Tetapi harapan tetap ada karena Allah menyertai umat-Nya yang
bertobat.

Ada yang yang istimewa dalam hal 'menanti' sebagaimana diserukan dalam Zakharia 9:9-10.
Penantian di sini berkaitan dengan 'siapa' dan 'bagaimana'. Yang dinantikan adalah Mesias, sang
Raja. 'Bagaimana' sikap penantian? Dikatakan supaya 'bersorak-sorak dengan nyaring', yang
artinya dengan penuh sukacita.

Bapa/inang, namaposo ibagas Kristus Jesus,

Zakaria adalah seorang nabi dan imam, yang turut kembali dari pembuangan dari Babel. Ia
memiliki penglihatan tentang masa depan yang penuh harapan (apokaliptik) sudah dekat. Zakharia
dalam penglihatannya memandang sorga yang sangat membahagiakan ; tidak ada penderitaan,
tiada peperangan, tak ada yang dipergumulkan, para pemimpin teguh dalam jabatannya. Pada
masa itu, damai sungguh-sungguh menjadi kenyataan. Itulah yang diungkapkan Zakharia dan
menjadi harapan umat Tuhan. Peristiwa apokalyptik berbanding terbalik dengan dunia yang penuh
kerusuhan, kesulitan yang tak pernah selesai, para pemimpin yang gemar menyeleweng.

Raja yang datang itu adalah adil dan jaya atau menyelamatkan/sang penyelamat (NA PINTOR
JANAH SIPARMONANG). Adil merupakan cara pengambilan keputusan yang tidak berat
sebelah/berpihak dan mendapat perlakuan yang sama. Jaya merupakan keberhasilan yang
diterima sebagai perbuatannya yang adil. Lebih jelas lagi, keadilan yang dilakukan bukan
dengan mengorbankan orang lain, tetapi ia berkorban demi perdamaian itu. Raja yang adil
itu menyerahkan hidupnya bagi kedamaian umat manusia. Raja yang datang ini bukanlah
gambaran seorang pahlawan yang siap sedia berperang dengan kekerasan ; tetapi ia lemah lembut.
Dia adalah Sang penyelamat secara rohani (spiritual) kepada umat-Nya bukan sebagai
penindas bahkan pemimpin perang.

Ayat 9.

Bapa/inang, sonaige namaposo ibagas Kristus Jesus,

Umat Israel, pada zaman Tuhan Yesus, mengharapkan seorang raja keturunan Daud yang dahsyat.
Mereka berharap Dia akan menghancurkan bangsa-bangsa asing yang menindas umat. Selain itu,
mereka juga berharap Sang Raja mendirikan kembali kerajaan Daud secara fisik di bumi. Namun
rupanya, bukan itu yang dinubuatkan Zakharia tentang Mesias. Menurut Zakharia, Mesias itu
sesungguhnya adalah raja yang menderita.

Raja itu yang datang melawat umat-Nya. “Lihat, rajamu datang kepadamu” (ayat 9).
Ia sendiri yang mengambil prakarsa untuk datang karena kasih-Nya. Allah tahu keadaan umat-
Nya. Ia peduli pada umatNya. Kenyataan inilah yang boleh meneguhkan kita untuk tetap
beriman teguh kepadaNya. Perlu kita resapkan dalam hati bahwa Tuhan mengetahui setiap detil
kehidupan kita, khususnya keadaan kita yang tidak dapat lepas dari kuasa maut karena dosa-dosa
kita. Ia tahu yang terbaik dalam hidup kita. Dan, lebih dari itu, Ia menghendaki agar kita selamat
dan hidup dalam pemeliharaan-Nya. Itu sebabnya tidak ada kata ‘putus asa’ dalam kamus orang
yang percaya kepada Tuhan. Tuhan memberi kesempatan kepada kita bersukacita meskipun
gelombang terkadang menghadang.

Pada ayat 9, digambarkan Yesus sebagai raja yang sederhana yang memasuki
Yerusalem. Lihat, rajamu datang kepadamu… seekor keledai beban yang muda. Raja Mesias
ini rendah hati. Dia tidak sedang mencoba untuk terlihat rendah hati dengan menunggang keledai.
Jika pada zaman Yesus raja-raja menunggangi kuda dan memakai alat perang penanda dia adalah
sang penguasa yang mengalahkan musuh-musuhnya dengan perang, tapi Yesus justru
menunggangi keledai sebagai simbol Dia begitu lemah lembut dan rendah hati.
Bapa, inang ampa namaposo ibagas Jesus. Nuan on, Banyak orang yang sombong
mencoba untuk bersikap/tampak rendah hati melalui penampilan luar mereka, tetapi Yesus
benar-benar rendah hati.

Bersorak-soraklah dengan nyaring… bersorak-sorailah,… Lihat, rajamu datang


kepadamu. Hal ini dengan jelas menubuatkan apa yang dikenal sebagai kedatangan Yesus yang
penuh kemenangan (yang dikutip oleh Matius "Katakanlah kepada puteri Sion: Lihat, Rajamu
datang kepadamu, Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang
muda." (Matius 21:5) ketika Ia memperkenalkan diri-Nya sebagai Mesias kepada Yerusalem dan
bangsa Israel.

Kita tahu bahwa Yesus memberi diri-Nya menjadi korban untuk menyelamatkan umat
manusia. Berbeda dengan penguasa dunia yang dengan mudah mengorbankan orang lain untuk
‘menyelamatkan’ dirinya. Raja itu juga lemah lembut, sesuatu yang bertolak belakang dengan
keangkuhan manusia. Raja atau penguasa dunia dan para pengagumnya menghendaki ‘wibawa’
yang identik dengan ‘sedikit seram’ dan ditakuti. Berbeda dengan sang Raja itu yang lemah-lembut.
dan kita tahu bahwa kelemahlembutan berulangkali ditekankan di dalam Alkitab. Itu berarti
karakter Sang raja itu hendaklah menjadi karakter para pengikut-Nya.

Sesungguhnya masyarakat Yahudi dalam bacaan hari ini sedang mengalami situasi serupa.
Mereka lelah di tengah kekerasan demi kekerasan akibat konflik berkepanjangan antara
Yahudi dan Samaria. Mereka berharap datangnya sang raja adil yang membawa damai. Di tengah
pengharapan itulah nabi Zakaria memberitakan rekonsiliasi, perdamaian dan pengharapan yang
membangkitkan semangat hidup yang patah. Zakaria mengajak umat bersemangat dan bersukacita
bahkan bersorak-sorak menyambut datangnya raja baru yang dihadirkan ALLAH di tengah-tengah
Yerusalem ( Israel). Sang Raja baru ini bukanlah sosok pahlawan perang yang seram, yang memakai
kekuatan dan senjata perang untuk menghancurkan musuh. TUHAN menghadirkan sosok raja yang
lemah lembut, rendah hati dan membawa damai.
Ia tidak diiringi pasukan tentara yang membuat banyak orang takut melihatnya. Raja baru
yang datang adalah sosok Ratu Adil yang lembut, bersahaja dan rendah hati. Kehadirannya
jauh dari simbol-simbol kekuasaan yang menindas.

Ayat 10.

Bapa/inang, ampa namaposo ibagas Jesus Kristus,

Tugas Sang Raja yang akan datang itu adalah melenyapkan perangkat-perangkat
perang. Dan yang terpenting, Ia memberitakan damai kepada bangsa-bangsa (ayat 10). Kita
melihat bahwa pengajaran dan pelayanan Yesus benar-benar menekankan damai. Puncaknya, Ia
mati di kayu salib untuk mendamaikan kita orang-orang berdosa dengan Allah. Damai itu juga yang
Ia kehendaki diwujudkan oleh para pengikut-Nya dalam kehidupan di dunia ini. Ia berfirman,
“Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah”
(Matius 5:9).
Ayat 10 berbicara tentang kekuatan dan kekuasaan pemerintahan Yesus ketika Ia datang
kembali. Busur perang akan dilenyapkan. Zakharia 9:9 berbicara tentang kedatangan Yesus yang
pertama kali sebagai juruselamat yang rendah hati yang datang untuk mati di kayusalib bagi dosa-
dosa kita. Tetapi Zakharia 9:10 berbicaratentang kedatangan Yesus yang kedua kali sebagai
rajayang berkuasa.
Kekuasaannya akan terbentang dari laut sampai kelaut dan dari sungai Efrat sampai ke
ujung-ujung bumi. Ketika Yesus memerintah di bumi ini, pemerintahan-Nyaakan bersifat
universal. Seluruh bumi akan berada dibawah kekuasaan-Nya.
Ketika Yesus datang untuk pertama kalinya, Ia membatasi pelayanan-Nya hanya di tanah
Israel. Ketika Yesus datang untuk kedua kalinya untukmendirikan Kerajaan-Nya, Ia "akan
menyampaikan damaisejahtera kepada bangsa-bangsa" dan tidak akan ada lagi peperangan ("akan
melenyapkan kereta-kereta... kuda-kuda... busur perang ").

Refleksi

Penglihatan Zakharia tentang raja yang Adil dan Jaya itu telah digenapi dalam diri
Tuhan Yesus. Yesus telah memberlakukan keadilan itu di dalam diriNya. Ia datang dan
menderita. Yesus disalibkan, mati dan bangkit bagi keselamatan umat manusia.
PengorbananNya adalah keadilan untuk menebus dosa manusia dari kematian. Yesus
Kristus telah berkarya melalui pengajaran dan perbuatanNya yang adil itu, agar manusia
beroleh kedamaian dan keselamatan.

Orang-orang percaya kepada Yesus Kristus hendaknya bersukacita memuji dan memuliakan
Tuhan Yesus. Sukacita dapat kita alami ketika kita mengundang dan memberi tempat bagi
Yesus di hati kita. Kita menerima keadilan yang Yesus perbuat dengan mensyukuri seluruh
anugerahNya.
Keadilan Yesus hendaknya dapat dirasakan oleh seluruh umat manusia di bumi. Kita
dipakai oleh Tuhan mengumandangkan dan memberlakukan keadilan itu bagi semua orang.
Kita dipanggil keluar dari kehidupan lama, kepada kehidupan baru yang penuh kasih.

Kita perlu sadar dan meninggalkan sifat yang mementingkan diri sendiri. Kita perlu
menanggalkan rasa benci kepada orang lain. Ini menjadi tugas panggilan kita sebagai orang
percaya. Sambil menyongsong kedatanganNya kedua kali, kita senantiasa memuji dan
memuliakan Tuhan Yesus Kristus, untuk menerima kedamaian dan keselamatan kekal dari
Sang Pengadil.

Berita ini menyejukkan hati kita semua. Manakala banyak orang berpandangan bahwa
kemenangan selalu menjadi milik sang pemegang senjata, Firman TUHAN memberitakan
bahwa kemenangan sejati justru dimiliki oleh orang-orang yang mengedepankan
kelemahlembutan dan kerendahan hati.

Kelemahlembutan dan kerendahan hati tak bisa dipisahkan. Orang yang rendah hati akan
selalu berekspresi dalam kelemahlembutan. Sebaliknya arogansi, kebanggaan dan
kesombongan diri akan muncul dalam sikap kekerasan.

Manakah yang lebih mengarahkan langkah hidup Saudara? Kesombongan ataukah kerendahan
hati? Kekerasan ataukah kelemahlembutan? Mari membawa kesejukan dan perdamaian di
sekitar kita dengan memimpin orang lain untuk merasakan damai TUHAN. Untuk itu mari
belajar bersikap rendah hati dan lemah lembut. Mari atasi segala persoalan dengan
kelemahlembutan, maka kita pun menjadi pemenang. AMIN.

Anda mungkin juga menyukai