Dosen Pengampu:
Dr. A. Totok Priyadi, M.Pd.
Disusun oleh:
Marsiana Anggelina
NIM F2161201012
A. Latar belakang
Sastra Nusantara merupakan sastra kepulauan, dimana sastra ada sejak
indonesia belum lahir. Disebut Sastra Nusantara karena sastra tersebut lahir atau
ada sebelum 1928. Berdasarkan hal tersebut maka dari sekian banyak pulau dan
wilayah tentunya memiliki sebuah karya sastra yang menjadi warisan sekaligus
kekayaan serta kebanggaan bagi wilayah tersebut dan khususnya indonesia.
Seperti halnya dengan Provinsi Kalimanta Barat, khususnya Kabupaten Sanggau.
Beberapa diantaranya seperti cerita rakyat dari Kabupaten Sanggau. Cerita rakyat
merupakan cerita yang diperkenalkan kepada masyarakat sekitar dari mulut
kemulut, meskipun terdapat cerita rakyat yang berbentuk tulisan tetapi pada
dasarnya tulisan tersebut juga di peroleh dari cerita dari mulut-kemulut karena
cerita rakyat tidak diketahui penciptanya.
Cerita rakyat memiliki struktur cerita yang dapat dikaji lebih dalam untuk
mengetahui kandungan cerita tersebut. Selain itu cerita rakyat memiliki nilainilai
yang dalam masyarakat dipatuhi serta diamalkan sebagai pedoman maupun gaya
hidup. Nilai tersebut dapat diketahui setelah struktur ceritatersebut diketahui. Hal
lain yang perlu untuk dikaji adalah bagaimana masyarakat mematuhi wejangan
yang terkandung dari cerita rakyat tersebut di tengah majunya perkembangan
jaman. Keuntungan lain yang dapat diperoleh adalah bertambahnya wawasan
tentang khasanah sastra daerah terutama dalam bentuk cerita rakyat. Selain itu
nilai-nilai yang terkandung dalam cerita rakyat dapat menjadi media pembelajaran
kehidupan untuk masyarakat dan pendidikan.
Pada makalah ini akan dibahas tentang cerita rakyat dari Kabupaten
Sanggau yang berjudul “Dara Nante” yang akan dianalisis berdasarkan Teori
Struktur Naratif Maranda.
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan di bahas pada makalah ini yakni ada dua sebagai
berikut: Bagaimanakah struktur “Dara Nante” cerita rakyat Kabupaten Sanggau
berdasarkan Teori Struktur Naratif Maranda?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusun makalah ini adalah sebagai berikut: Untuk
mengetahui struktur “Dara Nante” cerita rakyat Kabupaten Sanggau berdasarkan
Teori Struktur Naratif Maranda
D. Metode
Metode yang digunakan dalam penganalisisan cerita rakyat ini menggunakan
Metode Deskriptif. Metode deskripsi adalah suatu metode dalam penelitian status
kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran,
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Whitney (1960) berpendapat, metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan
interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam
masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi
tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-
pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh
dari suatu fenomena.
BAB II
PEMBAHASAN
Struktur Alur
a : Dara
a1 : Hamil
a2 : Mencari suami
b : Rupa Suami
c : Pernhikahan
c1 : Kutukan Suami
c2 : Kutukan hilang
Fungsi
x : Serakah 2 saudara
x1 : menetap di kampung darat
x2 : kehamilan anak (Dara)
x3 : Dara berusaha mencari suami
y : di sidang untuk mencari suami
y1 : bertemu suami yang buruk rupa
y2 : menikah dengan suami
y3 : suami bebas dari kutukan
y4 : bahagia
4. Rumus Alur
N = a (a1)x3 :: x : {(c)y + (c1) (a1)} : (c1)y,y1 : (a1)y2 :: (b) : (a1 + c1)y2 :: (a1)y3 : (a1)x3 - 1 :
(c1 + a2)y3 : (a2)x1 : (c1 + a2)y4 :: (c1 + a2)x2 :: c2
5. Penjelasan Rumus
Berawal dari cerita seorang putri yang tiba-tiba saja membuat riuh warga desa
karena kehamilannya. Putri tersebut juga tidak mengetahui penyebab
kehamilannya, karena ia tak perhah berhubungan dengan pria manapun.
Karena hal itu menurut kepercayaan ,semua warga desa hendak
menghukumnya karena jika tidak akan timbul masalah di kampung tersebut.
Sampai akhirnya dipanggil seorang dukun untuk melihat siapa sebenarnya
suami putri tersebut. Hasilnya, harus menunggu anak dari kandungan tersebut
berusia delapan tahun barilah bisa mengetahui ayah siapa ayahnya.
B. Saran
Untuk para generasi penerus, jangan segan untuk berbagi karya Sastra
Nusantara kepada generasi penerus kita, untuk menjaga kelestariannya hingga
sastra tersebut akan tetap ada hingga generasi generasi berikutnya.
Untuk para pendidik juga perlu untuk mengingat dan mengetahui warisan
Sastra Nusantara, agar dapat mambagikannya kepada peserta didik kita.
Lampiran: