Anda di halaman 1dari 25

Kumpulan

Cerita Daerah
Nusa Tenggara Timur

Oleh :
RISNANDA WAHYUDISTIRA NISSI
X.12

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 ATAMBUA


TAHUN AJARAN 2015/2016
Lembar Pengesahan
Makalah Ini Telah Di Setujui Dan Di Sahkan Pada :

 Tgl/Bln/Thn : 22 Oktober 2015


 Oleh :

Menyetujui :

Kepala Sekolah

Anggelinus Seran,S.Ag
NIP : 195611151986031008

Orang Tua/Wali Guru Bidang Studi

Titik Enggar Wastuti Dra.Rita utami


NIP: 196611231994032006

Wali Kelas

Aurelia Lengi,S.Pd
NIP :
Penyusun

Risnanda Wahyudistira Nissi

KATA PENGANTAR

Mewujudkan masyarakat yang mengamalkan nilai-nilai luhuri adalah impian semua orang.
Penanaman nilai-nilai luhuri penting dan perlu dilaksanakan untuk mencapai perwujudan
tersebut. Penanaman nilai-nilai luhur dapat dilaksanakan melalui berbagai Cerita Rakyat
disesuaikan dengan Keinginan Generasi Muda yang merupakan salah satu aktor penting dalam
usaha mewujudkan generasi Muda yang Merupakan Tunas Bangsa . Generasi Muda tidak
hanya hidup di masa sekarang, tetapi mereka juga akan hidup di masa depan dan membimbing
generasi selanjutnya, oleh karena itu mereka perlu dibekali dengan nilai-nilai luhur dari Cerita
rakyat sedini mungkin.
Dalam project Pembuatan Makalah ini untuk Mengingat Asa-muasal Bangsa di Provinsi Nusa
Tenggara Timur. Berbagai Cerita Daerah yang Dirangkum dalam Kliping ini dibuat dengan
tujuan agar Para generasi Muda mampu
menanamkan nilai-nilai Luhur dalam diri dan sekaligus mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Mari kita bersama-sama bahu-membahu mewujudkan perdamaian
tersebut.
Salam Damai.

DAFTAR ISI

1. GUNUNG LAKAAN
2. KADAPU
3. TAHEBA
4. PENIWADAN UTAN LOLON - OLALAU HAYON
5. LOKE NGGERANG
6. CERITA RAKYAT ASAL USUL DAERAH
TUAPAKAS KECAMATAN KUALIN
KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
7. ASAL – USUL KUPANG KHUSUSNYA DI BELLO
8. MOA HITU
9. SANGGUANA DAN TO’O LUK
10. CERITA RAKYAT DONA PETRONELA DA COSTA
11. OEDAI
12. ASAL MULA NAMA AMARASI
13. INE WIO
14. FOE MBURA
15. ASAL MULA API DI LAKAMOLA
16. KISAH HIDUP KOPONG DAN BAREK
17. TANGGA LOI DAN OEMAU
18. PENEMUAN PADI
19. LOKO WEE RA’A
20. GOLO NGGOLING
21. LEGENDA LOK SI NAGA
22. ASAL MULA ORANG TTS
23. JAGUNG DAN KISAH SANG PUTRI
24. LEGENDA BUKIT FAFINESU
25. RAJA LAKU LEIK YANG BENGIS

GUNUNG LAKAAN TEMPAT ASAL


Menurut cerita orang tua- tua di belu, pada jaman dahulu kala, seluruh pulau timor
masih di genangi air, kecuali puncak gunung lakaan. Pada suatu hari turunlah seorang
putri dewata di puncak gunung lakaan dan tinggallah ia di sana.putri dewata itu bernama
laka lorak mesak yang dalam bahasa belu berarti putri tunggal yang tidak berasal usul.
Laka lorak mesak adalah seorang putri cantik jelita dan luar biasa kesaktian.
Karena kesaktiannya yang luar biasa itu, maka laka lorak mesak dapat melahirkan anak
dengan suami yang tidak pernah di kenal orang. Itulah sebabnya laka lorak mesak di
sebut pula dengan nama nain bilakan yang artinya berbuat sendiri dan menjelma sendiri.
Beberapa tahun kemudian putri laka lorak mesak berturut- turut melahirkan dua
orang putra dan dua orang putri. Kedua putra di beri nama masing – masing, atok lakaan
dan taek lakaan. Sedangkan kedua putrinya masing- masing di beri nama : elak loa lorak
dan balak loa lorak.
Setelah keempat putra- putri ini dewasa maka dikawinkan oleh ibunya karena di
puncak gunung tidak ada keluarga lain. Atok lakaan kawin dengan elak loa lorak dan
taek lakaan kawin dengan balak loa lorak. Sementara itu air laut mulai surut dan pulau
timor sudah terbentuk menjadi daratan yang luas. Atok lakaan dan istrinya elak loa lorak
kemudian pindah dari lakaan ke bukit nanaet dubesi, lalu mendirikan kerajaan yang
bernama naetenu.
Dikisahkan pula bahwa salah seorang anak dari atok lakaan ini kemudian hari
terus merantau ke timor – timur dan mendirikan sebuah kerajaan di sana yang di beri
nama mau katar. Nama mau katar ini masih ada hingga sekarang. Turunan atok lakaan
yang lain terus manetap di belu dan mendirikan kerajaan sendiri dengan nama kerajaan
fehalaran. Sedangkan taek lakaan dan istrinya balak loa lorak memperanakkan 10 orang
anak laki-laki. Semuanya kemudian menjadi pemuda yang gagah berani dan mereka
merantau ke mana – mana.
Seorang anak yang bernama dasi tuka mauk berlayar ke pulau flores lalu kawin
dan menetap. Sedangkan 4 orang anak lainnya merantau di daerah timor tengah utara
sekarang. Mereka yang merantau dan menetap di timor tengah utara ialah masing-
masing:
v Dasi boki mauk menetap di desa biboki
v Dasi sana mauk menetap di insana
v Dasi lida mauk menetap di lidak, dan
v Dasi leku mauk menetap di lekuhun.
Kelima putra lain dari taek lakaan tetap tinggal dibelu dengan keturunannya hingga
sekarang.
Dari kisah putri laka lorak mesak inilah timbul adat kebiasaan di belu hingga sekarang
dimana anak-anak selalu mengikuti keluarga ibu. Juga dari kisah inilah orang belu,
orang timor- timur, orang timor tengah utara maupun flores sampai hari ini tetap merasa
bersaudara.

KADAPU
Dahulu hidup seorang Ibu dengan dua orang anak, anak pertama bernama “Kadapu”
sedangkan yang kedua bernama Luwa. Suatu saat Ibu berpesan kepada Kadapu sebelum
pergi ke kebun untuk bekerja, katanya : “jika adikmu Luwa ingin makan, bakarlah
Luwa (ubi),”
Ternyata apa yang menjadi pesan Ibunya pada Kadapu benar, Luwa menangis sambil
berkata : “bakar Luwa(ubi), bakar Luwa(ubi).” Kadapu jadi bingung atas tangisan
adiknya.
Kebingungan bercampur dengan tangisan adiknya, Kadapu berkesimpulan bahwa
adiknya Luwa yang dibakar akhirnya Kadapu mengikat adiknya untuk diletakkan di atas
kayu, lalu dibakar seperti pesan Ibunya sebelum pergi bekerja dikebun.
Setelah pulang dari kebun Ibunya bertanya : “ Apakah adikmu sudah diberi Nginji-nginji
ngadu ari?” (bakar-bakar tubuh adik) mendengar pengakuan Kadapu Ibunya merasa
terpukul dalam duka yang mendalam sambil merangkul Kadapu dan menempatkan
sebagai binatang hutan.
Dengan mengambil tempurung pembersih kapas Sumba, lalu ditempelkan pada
pantatnya bersama sebatang tamiang (bambu pembuat suling).
Ibunya mengutuk Kadapu menjadi kera serta diusirlah ke hutan belantara atau kegua
sebagai hewan liar dan makanannya hanya buah-buahan. Setelah Kadapu merangkak
seperti kera dalam bahasa sebagaimana lasim binatang kera.
Melalui pengalaman inilah sampai saat ini kalangan orang Sumba Timur banyak yang
tidak makan daging kera, karena Kadapu yang dikutuk jadi kera merupakan bentuk atau
wujud dari kesalahan menterjemahkan pesan yang salah. Mereka beranggapan bahwa
manusia berasal dari kera dan masyarakat Sumba Timur menjadi trauma, walaupun
hanya dalam dongeng.
Demikian cerita rakyat ini, semoga dapat bermanfaat bagi generasi muda dan
masyarakat Matawai Amahu dan Pada Djara Hamu.

TAHEBA
Pada zaman dahulu,di kecamatan Amfoang Utara tinggallah seorang nenek di
pinggir sebuah kampung yang sangat jauh dari sungai. Nenek tersebut bernama bi Aba
Meni biasa dipanggil Abmeni ,ia bekerja sebagai seorang petani. Pada suatu hari,setelah
nenek Abmeni pulang dari kebun,ia pergi mengambil air ke sungai tersebut karena air di
rumahnya sudah habis. Sementara matahari sudah mulai tenggelam,langitpun sudah
tertutup awan gelap pertanda bahwa hujan akan turun. Walaupun keadaan yang tidak
memadai,nenek Abmeni tetap maju pantang menyerah demi menghidupi tubuhnya
karena ia hidup seoarang diri. Lalu ia pergi menelusuri arah sungai tersebut
namun,setelah ia tiba air sungai itu sudah kering. Apa yang harus ia lakukan untuk
mendapatkan air seguci. Sementara, waktu terus berjalan hari mulai malam hujanpun
semakin deras !
Dengan usaha dan niat untuk memenuhi kebutuhannya maka ia pergi ke sebuah kolam
yang merupakan salah satu sumber mata air dari air sungai yang sudah kering. Setelah
tiba,nenek Abmeni melihat sebuah gua batu yang mengeluakan air bersih lalu ia masuk
ke dalam gua itu untuk menimbah airnya. Melalui kesibukannya,ia tidak menyadari
bahwa hujan deras itu mendatangkan banjir yang sangat tinggi. Sehingga,dengan
perlahan-lahan nenek Abmeni mengayunkan tangannya yang memegang sebuah
tempurung penimbah untuk mengisi gucinya. Tiba-tiba ia mendengar sesuatu yang
mendatanginya berupa bunyi gumparan lalu ia menengok dan meminta pertolongan
namun tidak ada seorangpun yang dapat menolongnya karena gua itu sangat sempit
sehingga ia terjepit dan tidak dapat meloloskan dirinya. Akhirnya nenek Abmeni
tersebut meninggal di dalam gua tempat ia menimbah air.

PENI WADAN UTAN LOLON-OLA LAU HAYON


Peni wadan utan lolon, Ola Lado Angin Lau Hayon, Kopong Lolon Tapo Bali,
adalah tiga orang bersaudara atau biasa disebut Ataal Nitun Lay Ha’rin rae artinya
mereka berasal dari dunia yang tak kelihatan.
Pada suatu hari ada tiga orang adik kakak pergi berlayar menyusuri tanjung
wato-wutun menuju Meko. Namun karena ombak dan arus begitu kuat akhirnya perahu
mereka terbalik dan tenggelam.
Peni Wadan Utan Lolon adalah salah satu dari mereka bertiga dan dia adalah
saudara perempuan, ia terbawa arus dan akhirnya terdampar disalah satu pulau kecil
yaitu Nuha kene/Meko, sedangkan kedua saudaranya Ola Ladon Angin Lau Hayon dan
Kopong Lolon Tapo bali, berlayar kembali ke Buto/Waiwuring, karena bekal habis, Peni
wadan Utan Lolon setiap hari bahkan siang dan malam hanya makan lalat dan nyamuk.
Di keesokan harinya, Ola Ladon Angin Hayon dan Kopong Lolon Tapo Bali kembali
berlayar untuk mencari saudara perempuan mereka yaitu peni wadan Utan Lolon dan
akhirnya bertemu dengan dia di Nuha Kene. Pada saat Peni wadan Utan Lolon melihat
perahu mereka kemudian sambil menangis ia memanggil mereka sambil berkata “Ola
Ladon Hayon dayunglah perahumu dan datanglah ambil saya’. Akhirnya Ola Ladon
Angin dan Kopong Lolon, mereka turun dari perahu lalu gendong sambil peluk dia dan
bawa kembali ke lewo buto/Waiwuring.
Tahun berganti tahun, bulan berganti bulan ternyata peni Wadan Utan lolon
hamil, namun sangat disayangkan karena dihamili saudaranya sendiri. Karena merasa
malu, Ola Lolon Angin dan Kopong Lolon, merencanakan untuk membuang Peni wadan
Utan Lolon, yang adalah saudara sendiri.
Di keesokan harinya, mereka bujuk dia untuk pergi mencari ikan lalu jual di
pasar Waiboleng sagu Atumatan, setibanya di waiboleng mereka beli ayam satu ekor,
arak satu botol, lalu berlayar menyusuri pantai sampai matahari terbebenam dan tibalah
mereka di Wure-waiwadan.
Mereka turun dari perahu menuju ke darat lalu sampai di suatu tempat mereka
mulai buat api untuk bakar ayam. Lalu setelah itu mereka makan dan minum arak
bersama-sama sampai akhirnya peni wadan Utan Lolon mabuk dan tertidur.
Ola Ladon Angin mulai ikat ayam di Peni Wadan Utan Lolon punya kaki lalu
pergi meninggalkan dia.
Ketika ayam berkokok Peni Wadan Utan Lolon terbangun ternyata kedua
saudaranya telah pergi Peni Wadan Utan Lolon menangis sambil memanggil kedua
saudaranya kalau boleh datang kembali dan ambil saya, tapi tidak seorangpun yang
kembali. Kemudian Peni Wadan Utan Lolon berjalan terus menuju Waiwadan, tapi
karena hari sudah larut malam maka ia pun tidur di situ.

LOKE NGGERANG
Dahulu kala di sebuah desa hiduplah seorang gadis yang bernama Rueng,dia seorang
anak yatim piatu,orang tuanya telah lama meninggal,untuk memenuhi kebutuhannya
setiap hari dia bekerja di kebun peninggalan orang tuanya,makin hari hidupnya tambah
sengsara. Pada suatu hari di desa itu ada tamu yang datang yaitu seorang raja yang
sangat kejam, tujuan kedatangan dari raja tersebut untuk mencari seorang gadis untuk
menjadi istrinya yang cocok menurutnyaa, maka dengan itu tua-tua adat di desa itu
menyuruh semua warga desa itu untuk berkumpul supaya sang raja dengan mudah
memilih calon istri yang cocok menurutnya, tapi hari itu Rueng tidak sempat hadir
,besok harinya sang gadis tadi yang bernama Rueng itu hadir maka pada gadis inilah
sang raja jatuh cinta, sang raja langsung memberitahukan hal ini kepada tua adat agar tua
adat yang omong langsung dengan Rueng, besok harinya sang raja melamar Rueng di
rumah gendang tapi sayangnya lamaran sang raja tersebut di tolak maka emosilah sang
raja dia menyuruh pengawalnya untuk menangkap dan membunuh sang gadis tersebut,
maka di bunuhlah sang gadis tersebut dan mati dan kulitnya di buat gendang, sampai
sekarang gendang tersebut masih ada di manggarai khususnya di manggarai barat.

CERITA RAKYAT ASAL USUL DAERAH TUAPAKAS KECAMATAN


KUALIN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
Pada zaman dahulu kala ada seorang yang bernama bapak Benafa asal dari Molo.
Bapak tersebut datang dari suatu tempat yang bernama Papi termasuk Desa Kusi.
Ketika bapak Benafa datang ada sebuah tempat yang dibawa untuk menampung air
(Kusi), serta hewan piaraannya yaitu kerbau. Setelah bapak Benafa tiba di Papi tempat
ini sangat sempit,akhir bapak Benafa meneruskan perjalanannya bertemu dengan
seorang yang bernama Papi Haumolos Leosa’e. Mereka berdua terus berjalan ke tempat
yang bernama Taniuk. Setelah tiba di Taniuk mereka memandang ke tempat ini
(Maluku) luas dan sangat besar dan mereka sepakat sebagai adik kakak untuk tinggal di
tempat ini. Dan pada saat itu bapak Benafa memberikan 2 ekor kerbau kepada adiknya.
- Jantan (Namaunme)
- Betina (Bihoeman)
Di saat itu nama kampung tersebut Mahoku. Maka dari kedua ekor sapi yang diberikan
bapak Benafa kepada adiknya, memakan pohon lontar yang ada di sekitar kampong itu
dan akhirnya nama kampung ini menjadi Tuapakas.
- Tua ( Pohon Lontar)
- Pakas (Tidak menjadi besar,”Kerdil”)
Pada suatu hari bapak Benafa dan adiknya duduk bersama-sama sambil berpikir untuk
berburuh ada 2 ekor anjing piaraan mereka yakni:
- Nabenai
- Nanoemin
Ketika mereka berburuh di hutan mereka bertemu dengan seorang yang datang dari
Makasar yang bernama Pate Makasar, dan akhirnya bapak Benafa membawa Pate
Makasar dan dijadikan sebagai pembantu di kampungnya.
Pada suatu hari mereka berburuh lagi, ketika sampai di hutan mereka berjumpa dengan
seorang yang bernama Lais Bessie asal dari Rote. Dan mereka berjalan terus disuatu
tempat yang bernama Fatukbubu, mereka jumpa lagi dengan seorang yang bernama
Boelfanu asal dari Molo.
Ada 4 suku di Tuapakas yaitu:
- Bessie
- K’bau
- Bonat
- Benafa
Dari ke empat suku ini masing-masing mendapat bagian untuk menjaga kampung
tersebut:
- Suku Bessie, menjaga dari Tuapakas-Bitan
- Suku K’bau menjaga dari Tuapakas-Oebon
- Suku Bonat menjaga dari Fatukbubu- Noefefan
- Yang terakhir bapak Benafa bertugas untuk mengawasi tanah yang sudah dibagi
kepada 3 suku ini. Karena bapak Benafa adalah orang pertama tiba di Tuapakas.
Tugas yang diberikan bapak Benafa kepada tiap-tiap suku yaitu:
- Suku Bessie mendapat tugas untuk menjaga kampung tersebut.
- Suku K’bau mendapat tugas untuk berdoa dan meminta hujan.
- Suku Bonat bertugas sebagai Pemerintah.
- Suku Benafa bertugas untuk mengawasi ke-3 suku ini dari berbagai problem dari
berbagai pihak.

ASAL – USUL KUPANG KHUSUSNYA DI BELLO


Pada zaman dahulu di kupang, khususnya di bello, di namakan bello karena pada
zaman dahulu ada monyet yang melarikan diri dari suatu tempat yang bernama
BATU GONG (FATU SENE) karena di kejar oleh para pemburu bintang.
Kemudian sampai di satu kampung kecil bernama NAIKO, pemburu – pemburu itu
sempat memotong ekor monyet di tempat tadi yang bernama NAIKO itu, hingga
tempat itu di namakan NAIKO sampai sekarang. Sedangkan tubuh monyet masih
utuh, pemburu - pemburu tersebut masih mengejar monyet itu, dan sampai di satu
tempat, monyet itu di tangkap dan di bunuh oleh para pemburu hingga mati,
kemudian tempat itu di namakan BELLO. Hingga sekarang tempat ini di
namakan BELLO (MONYET).
Pada waktu itu, belum banyak penduduk yang tinggal di tempat itu sehingga
orang tua di BELLO tidak bisa berbuat apa – apa pada saat melihat pemburu –
pemburu itu memotong monyet tersebut. Dan sekarang di tempat ini yang di
namakan BELLO banyak penduduk dan tidak ada yang bisa menggantikan nama
tersebut. Kemudian BELLO di bagi menjadi dua tempat yaitu POHON
BERINGIN (NUNUT’BA) dan UAPAN (MANSUMA); di sebut POHON
BERINGIN karena pada zaman dahulu ada satu pohon beringin yang melintang
di jalan umum sehingga tempat itu di namakan POHON DERINGIN
(NUNUT’BA); Sedangkan UAPAN karena pada pagi dan siang hari di tempat
itu mengeluarkan uapan air sehingga tempat itu di namakan UAPAN
(MANSUMA), Sampai sekarang kedua tempat tersebut masih tetap dan tidak di
ganti.
Kemudian BELLO di bentuk satu temukung atau masa kerajaan karena
penduduknya sudah semakin banyak, hingga sampai tahun 1966, temukung di
ganti dengan kepala desa pada tahun 1968 sampai 1996 bulan april tanggal 25
resmi menjadi kelurahan, hingga saat ini BELLO di sebut KELURAHAN
BELLO KECAMATAN MAU

Moa hitu
Dalam Bahasa dawan oli Timor “moa” artinya ruas dan “hitu” artinya tujuh
Menurut kisah ini, moa hitu adalah suatu makluk raksasa yang terdiri dari tujuh ruas dan
pernah hidup dibumi pada jaman dahulu kala. Moa hitu mempunyai kekuatan yang luar
biasa. Ia dapat menjunjung langit dan memangku bumi. Moa hitu juga memiliki
kesaksian yang sangat ajaib.
Apabila ia sedang memikul bumi lalu lela dan memindahkan bumi dari bahu
yang satu ke bahu yang lainnya, maka terjadilah bencana gempa bumi dimana-mana.
Dan jika ia marah lalu menjunjung langit, maka hujan dan embun tidak akan turunke
bumi, sehingga penduduk bumi terancam kelaparan.
Penyakit menular dan kematian akan terjadi mana-mana apabila moa hitu sedang
lapar ibu-ibu juga tidak akan bersalin jika moa hitu minta makan.
Sebaiknya apabila moa hitu kenyang dan hatinya sedanggirang, maka
kemakmuran melimpah dibumi. Semua orang akan panen raya, ternak-ternak akan
berbiak cepat, bahkan sapi jantan bisa berubah menjadi betina. Dan apabila moa hitu
member makan kepada binatang-binatang itu akan turun ke kampong dan berkeliaran di
sana. Pada waktu-waktu tabu fuan seperti itu semua pemburu akan berlangka kanan dan
lemba-lemba akan bersarang lopo (rumah). Tetapi bila moa hitu sedang bersedih maka
akan terjadi gerhana bulan.
Demikianlah kehidupan dibumi pada zaman moa hitu masih hidup sampai pada
suatu saat moa hitu hendak kembali ketempat asalnya entah dimana. Namun sebelum ia
pergi moa hitu meninggalkan bekas telapak kakinya diatas sebuah batu besar.
Bekas telapak kaki diatas batu besar itu terdapat dikampung mnela puilin, desa
manufui kecamatan amanatun selatan sekarang ini.
Bekas telapak kaki diatas batu nitu masih utuh dan dapat dilihat oleh setiap orang
yang lewat disana hingga hari ini.

SANGGUANA DAN TO’O LUK


Ada dua orang pelaut bernama Sangguana dan To’o Luk, kapal mereka di hempas
gelombang tinggi dan terdampar di pulau Ndana. Pada saat itu Raja Ndana bernama
Raja Takala’a memiliki seorang gadis cantik bernama Duitaka. Anak Raja ini ternyata
suka dengan sangguana padahal sangguan sudah memiliki anak-istri
Ayah Duitaka tahu bahwa Sangguana suka dengan Duitaka, namun Raja tidak
menyetujui hubungan mereka. Akhirnya Raja marah dengan Sangguana sampai Raja
mencari cara untuk membunuh Sangguana, namun berita ini sampai di Thie sehingga
anak Sangguana yang bernama Nale sangga mulai cari cara untuk balas dendam. Nale
sangga memerintahkan semua orang Thie untuk membunuh orang Ndana. Pada saat itu
Nale sangga membuat pesta di Ndana supaya mengumpulkan semua orang Ndana dan
pada saat orang Ndana sudah berkumpul. Nale sangga menyuruh semua orang Thie
untuk membakar semua rumah di pulau Ndana rumah Raja setelah itu mereka mulai
membunuh orang-orang di pulau Ndana dan mayat mereka dibuang di sebuah kali,
sehingga kali tersebut kadang berubah warna merah karena darah mereka
Hanya lima puluh orang yang lolos dari orang-orang Thie karena mereka bersembunyi
di tujuh pohon beringin sehingga mereka mengganti marga menjadi Nunuhitu (bahasa
indonesia tujuh pohon beringin) karena tujuh pohon beringin itu mereka selamat dan
mereka mulai bergabung dengan orang Thie. Dari situlah tidak ada orang di pulau
Ndana sampai tahun 2006 dijaga oleh TNI.

CERITA RAKYAT
DONA PETRONELA DA COSTA
Horik uluk no nain ida naran Dona Petronella da Costa.Naikan Nain naran
Lidak,iha belu utara,Kabupaten belu.nain uma let Lidak mak Nain Naitimu.Nain
Naitimu naran Kau Besi.Ema renu sira kan susar no terus tan ba karian ktodan no bea
mak ktodan.
Tan ba susar dan terus renu sira nee Nain Dona Petronella da Costa buka
dalan ida atu hatuda ho Belanda sira.Nain Kau Besi mos hanesan.Nain rua nee mos
hamutuk lia fuan no hahalok hodi libur ema renu sira halo funu no Belanda sira.Funu
nee iha tinan 1913. Dona Petronella da Costa no Kau Besi mak nodi ulun iha funu
nia.Loron ba loron funu nia sira terus.Ema wain meta iha funu laran nee.Ema sira mak ia
hatene musu sira ia bela tahan serdadu Belanda naikan.Nain rua nee mos ikus sira monu
hatuda nee mais sira kan neon no laran tomak ia meta.

Dona Petronella da Costa adalah: seorang raja.Kerajaan bernama Lidak di Belu


utara, Kabupaten Belu sekarang.
Salah satu tetangga kerajaan lidak adalah: Naitimu. Raja Kerajaan Naitimu bernama
Kau Besi. Pada jaman pemerintahan kedua Raja ini,rakyat di Belu cukup menderita di
bawah penjajahan Belanda.Penderitaan rakyat tersebut disebabkan oleh kerja rodi yang
sngat berat dan tarif pajak yang sangat tinggi.
Melihat penderitaan rakyat yang semakin memuncak Raja Dona Petronella da
Costa mulai mengatur siasat untuk melawan Belanda.Demikian juga Raja Kau Besi.
Keduanya bersepakat lalu menyatukan seluruh rakyat untuk berperang melawan
Belanda.Perang itu berlangsung pada tahun 1913.Dona Petronella da Costa dan Kau
Besi sendiri yang langgsung memimpin rakyat dalam peperangan itu.Berhari- hari
perang itu berlangsung dengan sengit.Banyak korban berjatuhan di kedua belah
pihak.Namun rakyat yang tak berlatih tidak dapat menahan serangan pasukan
Belanda.pada akhirnya kedua raja ini kalah perang tetapi semangat juang mereka tak
pernah padam.

OEDAI
Dinamakan biasanya di setiap satu tahun,satu kk dalam itu membawa air tersebut.Ada
seorang tua adat biasanya turun latan masuk dalam sumur terebut dengan membawa
kelapa yang sudah di parut untuk menyenbah oedai sebab pada waktu itu ada satu
sumur,Cuma satu sumur saja di daerah oedai.sumur yg di namakan oedai itu seekor ular
yang berada di dalam sumur tersebut dan juga untuk membersikan sumur itu.Apa bila
tidak melakukan ritual tersebut maka suumur itu akan kering airnya Maka sampai saat
ini desa tersebut di namakan desa oedai sampai sekarang ini.
Nalan a oedai karena waktu na aka a oe esa biasa tiap-tiap to hai biasa mandi sisi,ia,no
ma aau hula esa.Dan hai bersama-sama menyembah oe na.tou lasi eta hata oli adat ana
biasaoe lala neu ana nendi no ana lalaneu,neu naliu mengge a.kalau tiap-tiap to ngga
mandi sisi aau maka oe a meti.Maka losa sekarang ia desa na nalan a desa oedai karna oe
a nalan a.
Klasifikasi menurut bentuk,isi,dan penguruh
Bentuk: Animisme (kepercayaan leluhur
Isi mengandung Animisme:karna menyenbah pada sebuah sumur tetapi menurut saya
termasuk mite karena bukan manusia
Pengaruh:kepercayaan kuno (Animisme)belum ada unsur moderen di dalamnya.

ASAL MULA NAMA AMARASI


Menurut nenek moyang raja amarasi datang dari Belu selatan. Ayah dari leluhur
raja Amarasi di Belu selatan yakni WESEI WEHEALI mempunyai 7 orang putra
dan seorang wanita. Menjelang ayahnya membagi – bagikan warisan harta
kekayaannya kepada seluruh anak - anaknya. Di antara harta warisan yang di
peroleh anak wanita berupa satu tempat makan dari kulit buah kudur (fane) yang
sangat di sayanginya. Namun dalam satu pesta seorang putra lelaki bungsu
memberi makan anjing – anjingnya dengan menggunakan Fane. Saudara
perempuannya sebagai wadah dan ternyata fane yang sangat di sayanginya wanita
itu pecah. Akibatnya saudara perempuannya menangis dan marah serta
mengumpatnya dengan bahasa yang kotor.
Walaupun saudara laki - lakinya tersebut bersedia menggantikan fane warisan
ayahnya yang tidak mungkin kembali utuh. Saudara laki – laki yang sudah
memecahkan fane saudara perempuannya bernama nafi, Ia memutuskan
meninggalkan tempat ayahnya di Belu selatan di iringi dua temukung besarnya
bernama Meati dan Anae serta panglimanya Meo ome pajarnama.
Setelah beberapa hari berjalan ia menatap di wilayah yang di kuasi portugis
hitam di Insana dan Baboki. Kemudian Ia melanjutkan perjalanan ke arah selatan
sampai di Teunraen Buraen tempat kediaman Nafi Rasi bernama Nanua, setelah
mendapat anak Ia beri nama AMARASI. Di daerah baru Ia berhasil menakhlukan
penduduk setempat dan menjadi penguasa di daerah baru yang kemudian di kenal
dengan nama AMARASI.

INE WIO
Pada zaman dahulu di kampung Watumanu, hidup seorang nenek yang bernama Ine
Wio. Dia hidup sendirian dan dia juga tergolong orang yang miskin. Hidupnya hanya
bergantung pada hasil kebunnya. Ine Wio sangat rajin,walaupun sudah tua tapi terus
bekerja. Pada pagi hari Ine Wio berangkat ke kebun. Tiba-tiba di tengah jalan,dia
teringat kalau ada sesuatu yang lupa, yaitu tempat sirih pinang dengan pisau. Akhirnya
Ine Wio kembali ke kampung, untuk mengambil barang yang dilupanya dan kembali
lagi ke kebun. Tetapi sesampainya di tengah jalan di tempat yang sama, dia mengingat
kalau ada sesuatu yang lupa lagi, yaitu anak ayam. Dia tidak pernah merasa lelah. Ine
Wio pun segera kembali ke kampung untuk mengambil anak ayam dan kembali lagi ke
kebun. Di kebunnya ada sebuah pondok yaitu tempat untuk beristirahat dan menyimpan
hasil panen.
Sesampainya di kebun, Ine Wio meletakkan barangnya di dalam pondok dan anak
ayamnya diikat di tiang para-para di bawah tanah. Sesudah itu Ine Wio mulai bekerja.
Dia sangat rajin. Panas terik tidak dia hiraukan. Ketika hari semakin panas dia kembali
ke pondok. Hari itu juga dia tidak mempunyai makanan. Sebagai makan siang, kebetulan
didalam pondok hanya ada jagung tua dan kastela. Dia menggoreng jagung sebagai
makan siangnya. Sesudah makan, dia pergi bekerja lagi. Kebunnya lumayan
besar,semuanya ada enam petak.
Hari sudah mulai sore, Ine wio istirahat bekerja dan bergegas untuk kembali ke
kampung. Hari itu Ine Wio dapat membersihkan kebunnya sebanyak empat petak.
Sesampainya di tengah jalan pada tempat yang sama seperti paginya dia berangkat, Ine
wio mengingat kalau anak ayamnya lupa di pondok dan dia pun kembali ke kebun.
Setibanya di kebun, Ine Wio membuka pintu dan masuk ke dalam. Namun, ketika Ine
Wio sedang membuka tali ayam, tiba-tiba masuk seekor babi hutan yang sangat besar.
Ine Wio sangat takut dan cepat-cepat nai ke atas para-para. Anak ayamnya di makan
habis oleh babi hutan. Tak lama kemudian muncul babi hutan yang kecil dan yang besar
dalam jumlah yang banyak. Ine Wio semakin takut dan dia pun mencari akal, agar babi
hutan tersebut dapat keluar dari dalam pondok. Langkah awalnya dia membuang semua
jagung yang ada di atas para-para dan semuanya di makan habis oleh babi hutan. Yang
tersisa di atas para-para hanya kastela dan Ine Wio pun membuang semua kastela itu dan
semuanya pun di makan habis oleh babi hutan. Ine Wio semakin takut dan dia hanya
berpasrah Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tiba-tiba saja semua babi hutan tersebut
menggoyang tiang para-para, karena terus digoyang,akhirnya para-para rubuh bersamaan
dengan Ine Wio. Dengan cepatnya babi hutan menyerbu dan mencabit-cabit tubuh Ine
Wio. Yang tersisa hanyalah rambut putih, gelang dan tulang-tulang. Sudah tiga hari
orang-orang di kampung tidak pernah melihat Ine Wio. Kebetulan ada seorang bapak
yang kebunnya berdekatan dengan Ine Wio. Hari itu dia berangkat ke kebun, ketika
lewat di kebunnya Ine Wio, dia melihat pintu pondok terbuka dan dia pun memanggil
Ine Wio, tetapi tidak ada yang menjawab. Tiba-tiba saja dia melihat babi hutan lari
keluar dari dalam pondok. Bapak tua itu bergegas masuk ke pondok. Dia sangat terkejut
karna tidak menemukan Ine Wio di dalamnya, tetapi yang dilihatnya hanya rambut
putih, gelang dan tulang-tulang berantakan di tanah. Dia akhirnya mengumpulkan
semuanya itu untuk di bawa pulang ke kampung dan dia menceritakan semua yang
dilihatnya kepada orang-orang di kampung Watumanu. Keesokan harinya mereka
bersama-sama menguburkan semua yang tersisa dari Ine Wio di suatu tempat yang
diberi nama RATE. Sejak itu warga masyarakat Watumanu dendam atau benci terhadap
babi hutan. Sehingga sampai sekarang dikampung Watumanu pada setiap bulan agustus
selalu mengadakan acara berburu b

FOE MBURA
Feo mbura adalah seorang manek di nusa thie kecamatan rote barat daya
sekarang. Ini ia memerinta di nusak thie pulau te, kabupaten kupang,sekitar permulaan
abad ke-17 pada waktu Feo Mbura suda mengadakan hubungan dagang dan
persahabatan dengan oranng-orang Portugal dan belanda.
Dalam pergaulanya dengan orang-orang asingitu, feo mbura melihat bahwa orang-orang
itu lebih pandai dan majudari pada orang rote pada umumnyamaka timbullah niat di hati
feo mburayang masih muda itu untuk pergi merantau mencari ilmu ke matabi sorgawi
dalam ejaan bahasa rote.ia lalu mengajak ketiga orang temanya manek atau raja dari
nusak lain untuk merantau mencari ilmu ke matabi ketiga orang itu adalah tou denga
lilo dari nusak baa,ndara naong dari nusak lelain,dan ndii hua dari nusak lole . meraka
lalu membuat sebuah perahu besar untuk di pakai berlayar ke matabi. Perahu itu di beri
nama ‘sangga ndolu’ yang artinya mencari ilmu poengetahuan.Di perkirakan pada tahun
1729 mereka berlayar dari rote menuju matabi.
Beberapa bulan kemudianmeraka tiba dibetawi.mereka memnemui pemerinta belanda di
betawi dan menyampaikan maksud mereka untuk menuntut ilmu pengetahuan. Atas
maksud baik ini makapemerintah belanda manyambut dan mendidik mereka sekitar 7
tahhun di betawi.
Mereka di didik dalam berbagai ilmu pengetahuan dasar seperti membaca, menullis,
berhitung, dan lain-lain. Disamping itu, di didik juga mengenai agama Kristen. Mereka
semua lalu dibaptis menjadi orang Kristen dan diberi nama baru. foE Mbura diberi
nama Benyamin Messakh.
Sekembalinya mereka dari Rote, Benyamin Messakh langsung mendirikan sebuah
sekolah dasar dan sebuah gereja dikampung Fiulain di Thie, kecamatan Rote Barat Daya
sekarrang ini. Itulah sekolah pertama dan jemaat Kristen dipulau Rote.
Dari situlah sekolah dan gereja berkembang ke seluruh pulau Rote hingga sekarang.
Puluhan tahun kemudian dari pulau rote yang mungil ini, banyak pendeta dan guru-guru
dikirim ke pulau timor, sumba, dan alor menjadi daerah Kristen protestan hingga hari
ini. Karena itu, FoE Mbura dan kawan-kawan sebagai pahlawan perintis dan pelopor
pembaharuan dan kemajuan diwilayah ini. Mereka patut dikenang dan dihormati sebagai
pelopor kemajuan.

TANGGA LOI DAN OEMAU


Dahulu kala kabupaten Rote ba’a masih memiliki hutang lindung mata
pencaharian penduduknya bercocok tanam dan berburu. Pada suatu hari Ma’u dan
Angga pergi berburu mereka membawa dua ekor anjing.
Mereka berburuh dari pagi sampai malam tetapi tidak ada hasilnya. Karena capek dan
hari sudah malam sehingga mereka mencari tempat dan tidur. Keesokkan harinya
mereka bangun,mereka melihat ada lumpur dikaki kedua anjing tersebut. Lalu mereka
mengambil abu isi dihaik (alat untuk minum terbuat dari daun lontar), lubangi bagian
bawa haik lalu gantung dileher kedua anjing. Mereka buat seperti itu supaya ketika
anjing-anjing itu jalan abu berjatuhan sepanjang jalan dengan demikian mereka dengan
mudah mengikuti kedua anjing tersebut.
Ma’u dan Angga mengikuti jejak kedua anjing dan ternyata mereka menemukan
lumpur berair didua tempat. Lalu mereka membersihkan dan menggali kedua tempat
tersebut dan mereka mendapatkan dua mata air yang besar. Kedua mata air itu diberi
nama Tangga loi dan Oemau. Tangga loi, tangga diambil dari nama Angga,
loi=mengintip, melihat jadi tangga loi maksudnya adalah Angga yang melihat (air).
Oemau, oe artinya air, jadi Oemau artinya Ma’u punya air.
Sampai sekarang kedua mata air ini digunakan masyarakat Rote Ba’a untuk minum,
mengairi sawah-sawah dan mandi.

ASAL MULA API DI LAKAMOLA


Pada zaman dahulu ,di Rote khususnya di lakamola,sebuah daerah yang terletak di ujung
timur pulau Rote.Orang-orang yang tinggal disana sama sekali belum mengenal yang
namanya apui .Semua aktifitas mereka dan segala yang mereka perbuat terlepas dari
api.makanan mereka selalu dimakan mentah ,dan pada malam haripun tak ada
penerangan yang menggunakan api.Pada suatu hari ada tiga orang pria yang akan pergi
berburu babi hutan di atas gunung lakamola.sesampainya mereka disana ,diatas sebuah
bukit di gunung lakamola mereka membuat perjanjian ,mereka akan berpencar untuk
berburu ,namun ketika telah berhasil mendapatkan buruan haruslah kembali ke bukit ini
untuk menunggu teman-teman lain .
Setelah pergi berburu,tak lama kemudian ,ada seorang pemburu yang telah berhasil
mendapatkan buruan seekor babi hutan,pemburu itupun kembali ke bukit yang tadi
untuk menunggu teman-temannya yang lain yang belum mendapatkan hasil buruan.Di
tengah penantiannya,karna iseng,pria itu mengambil dua batang kayu kering,dari sebuah
pohon yang dalam bahasa daerah setempat biasa bernama NUNAK kedua batang kayu
kering itu saling digesekannya satu sama lain,pria itu menggesekan kedua batang kayu
nunak kering itu sambil berbaring.Tak lama kemudian ,pria ini terkejut karna dari
gesekan kayu yang ia buat ,tiba-tiba muncul asap,karna merasa penasaran,pria ini terus
menggesekan kayu-kayu itu dengan cepat,beberapa saat kemudian dari yang awalnya
hanyalah asap kecil,tiba-tiba menjadi kobaran api yang menyala-nyala diatas kedua
batang kayu nunak tadi.
Karna panas dari api itu dan perasaannya yang masih terheran-heran dengan apa yang
telah terjadi,maka tanpa disengaja ia membuang api itu ke hail buruannya lalu
terbakarlah babi hutan dan semua semak-semak yang ada di sekitarnya.Bergegas pria itu
mengangkat hasil buruannya dari dalam kobaran api.Saat diangkat,babi yang awalnya
masih penuh dengan bulu,telah berubah menjadi gumpalan daging matang tanpa
bulu.Karna aroma dari daging matang itu sangat sedap,si pemburu langsung mencicpi
daging babi hutan matang itu.Kemudian,ia menunjukan cara membuat membuat api
kepada teman-temannya.
Dari kejadian itulah para penduduk di Rote khusunya di Lakamola mulai mengenal api
dan pada tempat bakaran pertama diatas gunung Lakamola,hingga saat ioni tidak pernah
ada tumbuhan yang bisa tumbuh disana sehingga penduduk setempat menyebut tempat
itu dengan sebutan “NUNAMON” dan pohon nunak yang batangnya digunakan oleh
pemburu untuk membuat apipun maih ada hingga saat in

KISAH HIDUP KOPONG DAN BAREK


Pada zamandahulu kala,hiduplah sebuah keluarga kecil,yang terdiri dari pasangan suami
istri dan dikaruniai dua orang anak.Karunia anak pertama di beri nama Kopong,dan yang
bungsu diberi nama Barek.
Kehudupan dari keluarga ini sangatlah berkekurangan.Ayah dari Kopong dan Barek
bernama Demon yang bekerja sebagai pemungut kayu bakar,dan hasil pungutan dijual
untuk menghasilkan uang,sedangkan ibu mereka bernama Benga,yang bekerja sebagai
pengurus rumah tangga.
Disuatu ketika tepatnya malam hari,duduklah suami istri beserta dua orang anaknya
untuk makan malam bersama.Disela makan malam,terlintas dipikiran Demo yang ingin
mengatakan sesuatu kepada sang istri.Dan seusai makan malam,Demon memerintah
Kopong dan Barek untuk segera tidur,karna ada sesutu yang ingin dibicarakan kepada
sang istri,yang mana tidak boleh diketahui oleh Kopong dan Barek.sesuai
perintah,akhirnya keduanya pun beranjak bangun dari tempat duduk dan tidur.
Disela perbincangan sang suami dan istrinya,sang suami menceritakan bahwa ia tak
sanggup lagi untuk menghidupi keluarga,terutama Kopong dan Barek yang dianggap
bisanya Cuma menamba beban keluarga.Mendengar keluhan sang suami,ternyata sang
istri juga memendam perasaan yang sama,yakni sama-sama tertekan dengan keberadaan
Kopong dan Barek dalam keluarga.Diakhir perbincanga,keduanya mengambil suatu
keputusan,yakni membuang Kopong dan Barek sejauh mungkin dari keluarga.
Ditengah perbincangan tadi,ternyata dengan tanpa sengaja didengar oleh si Kopong yang
masi belum ngantuk karna banyaknya nyamuk yang mengganggu suasana tidurnya.
Keesokan harinya disaat fajar menyingsing,Demon memerintahkan kedua anaknya
untuk bersiap-siap mengikuti sang ayah dan ibu menuju hutan,dengan alasan mencari
kayu.Mendengar perintah itu si Kopong mulai membaca pikiran ayahnya tentang
perlakuan terhadap mereka sesampai di hutan nanti.
Dengan bayangan yang ada,Kopong mengumpulkan kelikir sebanyak mungkin sebagai
persiapan menuju hutan.Dalam perjalanan,diambilnya satu-persatu kelikir yang ada dan
diletakan sepanjang perjalanan menuju hutan,dengan maksud agar ia bersama adiknya
Barek dapat mengetahui jalan pulang melalui bantuan kelikir yang tersimpan sepanjang
jalan.
“Tibalah mereka di tengah hutan”.Sang ayah membagi arah pencarian
kayu.Diperintahkannya Kopong dan Barek ke arah lain untuk mencari kayu.Dan yang
terjadi setelah itu adalah,sang suami bersama istri berbelok untuk pulang ke rumah
tanpa pengetahuaan kedua anaknya.Selang beberapa jam kemudian,Kopong menyuruh
adiknya untuk pulang ke rumah dengan mengikuti arah kelikir yang sudah diletakan
sepanjang perjalanan tadi.Dan akhirnya,sampailah juga mereka dirumah dengan
selamat.Sesampai didepan pintu,kedua orang tua mereka terkejut akan kehadiran anak
mereka,yang sebenarnya sudah dipastikan tersesat.Namun kehadiran mereka diterima
dengan tangisan sandiwara.
Menjelang malam tersusun kembali rencana yang sama dari kedua orangtua Kopong dan
Benga.Dan yang sama pula pembicaraannya didengar oleh si sulung.
Keesokan harinya,si Kopong menyiapkan sepotong roti dengan maksud yang
sama,seperti halnya dilakukan dengan kelikir.Sang ayah kembali mengajak mereka ke
hutan yang lebih jauh dari yang kemarin.Dalam perjalanan,si Kopong melakukan hal
yang sama dengan roti yang ada,sebagai penunjuk jalan sepulang nanti.Sesampai di
hutan,pembagian arah yang sama pula dilakukan oleh sang ayah,dan sang suami beserta
istri pulang meninggalkan kedua anaknya.Melihat sandiwara yang ada,si Kopong dan
Barek kembali pulang mengikuti arah roti yang sudah diletakan sepanjang perjalanan
tadi.Namun yang terjadi adalah,roti yang ada habis dimakan semut,sehingga tidak ada
petunjuk yang jelas yang harus diikuti menuju jalan pulang.Ditengah kebingungan yang
ada,terlihat sebuah pohon yang amat tinggi,dan si Kopong berusaha untuk naik keatas
pohon itu, agar ia bisa memantau jalan pulang.Terlihatlah sebuah rumah yang sangat
terang dan besar.Kopong mengajak adiknya untuk berjalan menuju arah rumah
tersebut.”Sampailah juga mereka di rumah itu”.Namun tak disangka,rumah itu dihuni
oleh raksasa yang sangat besar yang biasanya memangsa manusia.Dan pada akhirnya
kedua anak itu ditangkap dan dikurung dalam rumah itu.
Melihat postur tubuh yang amat kecil,akhirnya raksasa memutuskan untuk memelihara
terlebih dahulu kedua anak itu,kelak besar nanti dan disitulah saatnya raksasa menyantap
mereka.
Suatu ketika,raksasa keluar dari rumah untuk mencari makanan.Kesempatan itu diambil
oleh Kopong dan Benga untuk kabur dari rumah.Raksasa terasa mencium bau kedua
anak yang t’lah kabur.Raksasa berusaha mengejar kedua anak itu,namun usahanya
hanyalah sia-sia belaka,karena disela ketakutan kedua anak itu ,terlihat dari langit seekor
elang sembari menggenggam seekor anak ayam terbang menghampiri kedua anak itu
dan menyuruh Kopong dan Barek naik keatas punggungnya.Elang itu mengepakan
sayapnya dan terus terbang hingga mengantar Kopong dan Benga disebuah
kerajaan.Setelah mengantarkan kedua anak itu,dengan bahasa isyarat,elang memberikan
anak ayam tadi kepada kopong untuk di pelihara,dan setelah itu elang itu kembali
terbang tak tau kemana.
Dalam kerajaan itu,dipimpin oleh seorang raja yang bijak dan baik hati.Raja itu
menyuruh Kopong dan Benga untuk tinggal di kerajaan.Kedua anak itu pun mengikuti
ajakan raja.
Waktu terus berganti seiring pertambahan umur kedua anak itu,dan kini mereka telah
dewasa,serta ayam yang terpelihara juga kini menjandi seekor ayam jantan yang sangat
tangguh
Suatu ketika,karena umur raja yang sudah terlalu jauh masuk ke masa tua,ia akhirnya
melakukan suatu sayembara yaitu sabung ayam.Yang menang dalam sayembara
itu,berhak menjadi raja baru dalam kerajaan itu.Mendengar itu,Kopong meminta izin
kepada raja untuk turut mengikuti sayembara tersebut.Izin pun dilimpahkan raja kepada
Kopong.
Dikeesokan harinya sayembara pun dibuat.Dan entah ada angin apa,sayembara itu
akhirnya dimenangkan oleh Kopong.Raja sangat bangga dengan kemenangan yang
dicapai Kopong.Disaat itu juga pelimpahan kekuasaan diberikan kepada Kopong untuk
menjadi pemimpin di kerajaan itu.
Setahun kepemimpinan t’lah dijalani,terlintas dipikirannya tentang orangtua.Kopong
dan Barek berniat untuk menjumpai orang tua mereka.Akhirnya Kopong memerintah
pengawalnya untuk mengantar mereka di tempat orangtua mereka tinggal.
Sesampainya disana,kebingungan orangtua mereka mulai nampak.Demon dan Benga
tidak mengenal dengan jelas wajah dari Kopong dan Barek.Akhirnya Kopong
menjelaskan semua tentang apa yang terjadi selama ini.Suasana haru kembali
nampak.air mata pun turut hadir dalam suasana itu.Penyesalan demi penyesalan terus
diungkapkan dari sang ayah atas tindakannya menelantarkan mereka.Seusai tangisan
itu,Kopong dan Benga mengajak orangtua mereka untuk pindah dan tinggal di
istana.Dan akhirnya suasana kemiskinan kini sudah hilang.Keluarga kecil itu kini hidup
dengan suasana kasih dan dilimpahi kebahagiaan yang lur biasa.

PENEMUAN PADI
TAGGOBA adalah kampung pertama bagi orang wewewa sesudah turun dari gunung
YAWILA karena air laut yang pernah menggenangi pulau sumbah menurut cerita para
Datuk.
Dalam kampong ini hidup sebuah keluarga yang terdiri dari suami istri,dengan seorang
putra yang dimanjakan oleh mereka. Anak itu biasa di panggil “WADHA” oleh kawan-
kawannya.
Walaupun sudah menjadi pemudah tangguh,ia masih merengek manja meminta apa saja
yang di kehendaki hatinya. Pada suatu hari a meminta kepada orang tuanya sejenis ubi
yang biasa di sebut “LOLO ANA MESA”. Ubi sejenis ini sangat sulit ditemukan sebab
tumbuhan ini jarang tumbuh,kecuali dihutan belantara. Karena kecewa dia memukul
kedua orang tuanya malahan ia mengancam akan memukul mereka lebih hebat lagi
apabila permintaanya tidak di penuhi atau dikabulkan. Karena takut dan rasa
tersinggung,kedua orang tua itu melarikan diri menghilang menyembunyikan diri jauh
ketengah hutan yang tidak pernah di datangi manusia. Disanalah mereka tinggal lama.
Tempat itu mereka namakan “ BODA TILU” yang artinya bukit tengah.
Sepeninggal mereka,Tagobba ditimpah musim kemarau panjang yang lamanya tuju
tahun. Akan tetapi bagi kedua orang tua Wadha hujan turun teratur setiap tahun. Mereka
merambah hutan itu,membuka lading untuk menanm sayur dan ubi-ubian.
Pada suatu hari mereka menemukan sejenis tumbuhan asing yang tumbuh di atas
sebatang kayu yang terdiri dari dua butir. Mereka membawah pulang tumbuhan
itudengan hati senang bercampur takut. Mereka memperoleh petunjuk melalui mimpi
sehingga mereka mengetahui tumbuhan itu bernama padi yang harus di tanam di tanah
berlumpur (sawah). Nama lengkap padi itu “ PARE NE`E”,artinya padi yang dilumpur.
SEtelah panen mereka masak beberapa biji beras saja,ternyata bertambah banyak. Cukup
untuk di makan 2 orang sampai kenyang.
Pada suatu hari dari kampong Tagobba berburulah 2 orang yaitu bapak bersama anaknya
bernama Yogara dan Jandara. Karena seharian berburuh tanpa hasil,semakin jauhlah
mereka menjelajahi hutan itu. Tak di sangka,mereka bertemu dengan kedua suami istri
yang menghilang beberapa tahun yang silam. Mereka dilayani minuman yang mereka
sebut “WE`E KADU” yang artinya air tanduk.
Sekembalinya mereka di rumah sendiri,mereka menggaruk tanduk kerbau untuk
diminum karena ingin minum kembali air tanduk seperti yang didapat dari suami istri di
hutan. Ternyata air itu hitam dan berbauh tengik. Mereka kembali ke hutan untuk
memintah petunjuk lengkap. Mereka ditertawai penuh kelucuan. Diperlihatkanlah
kepada mereka segenggam padi sambil diberi tahukan bahwa inilah yang dimaksud
dengan nama tanduk.
Atas informasi dari Yogara dan Jandara, Wadha kembali memanggil kedua orangtuanya
berpesta merayakan perdamaian dengan orangtuanya. Dalam pesta inilah padi yang turut
dibawa itu diperkenalkan kepada keluarga dan hsandaitolan yang hadir. Padi itu
ditumbuk lalu dimasak dijadikan bububr dan nasi lalu dibagi-agikan. Sejak itu
masyarakat menanam padi. Karena selain dijadikan bubur yang mereka namakan
“bobora” ,juga dapat dijadika nasi yang digumpalkan ditangan lalu dimasukan kemulut
untuk dimakan, yang mereka namakan “Dopola”.
Sampai sekarang bagi orang sumba atau orang Wewewa masih menggunakan cara
makan seperti itu, yakni telapak tangan dibahasahi terlebih dahulu baru menggenggam
untuk membulatkan nasi tersebut supaya lengket ditelapak tangan.

LOKO WEE RA’A


Dahulu kala,disebuah kampung ada seorang ibu yang bernama wini pesi,dia adalah
seorang ibu janda yang tidak mempunyai anak. Wini pesi adalah ibu yang sudah
tua,tetapi dia masih sanggup untuk kerja sendiri. Pekerjaannya bertani dan ia memiliki
ternak dan harta karun seperti sebuah tembikar yang terbuat dari emas,dan berbagai
perhiasan lainnya.
Hari-hari ibu ini hanya seorang diri. Berita tentang kekeyaan peninggalan suaminya
akhirnya terdengar sampai meluas sehingga membuat orang-orang berniat jahat untuk
memiliki harta karun tersebut. Hingga berkali-kali orang melakukan perampokan yang
tidak membuahkan hasil. Selain ingin memiliki harta karun, wini pesi juga memiliki
kekuatan gaib,sehingga tidak seorangpun berhasil merampoknya. Hingga suatu waktu
datanglah segerombolan perampok ingin merampok wini pesi dengan cara bertamu
dirumahnya. Kedatangan mereka telah di ketahui oleh wini pesi karena ddengan adanya
kekuatan gaib tersebut. Yang walaupun ibu ini sudah mengetahui kedatangan orang
tersebut tapi dia masih menerima kedatangan tamu-tamunya.
Setelah tamu sudah berada di rumah, wini pesi mempersilahkan mereka untuk
istitahat sebentar sambil ia mempersiapkan makanan malam. Karena wini pesi sudah
mengetahui kedatangan mereka,maka ia membuat sebuah strategi atau cara untuk
meluluhkan hati mereka ,dan ia mulai memarut ubi yang mengandung racun dan setelah
itu lalu memasukan atau dicampurkan ke dalam makanan yang di siapkan untuk tamu-
tamunya. Setelah semua hidangan siap, wini pesi membangunkan para tamu tersebut dan
mempersilahkan makan untuk makan malam. Beberapa sendok sudah di lahap lalu
mereka sudah mulai kelihatan lemah dan pusing dan akhirnya mereka muntah-muntah
sampai tak berdaya,karena racun yang di masukkan wini pesi kedalam makanan mereka.
Akhirnya, wini pesi mengambil sebuah bamboo yang di belah digunakan untuk menjepit
dan menggorok leher orang-orang tersebut. Setelah semua sudah dibunuh,malam itu
juga karrena takut diketahui tetangganya, ibu wini pesi membuang mayat-mayat tersebut
disebuah sungai yang tidak jauh dari rumahnya. Setelah mayat-mayat sudah dibuang
mulai dari situlah sungai itu dinamakan “LOKO WE’E RA’A” hingga sampai sekarang.
Setelah ibu wini pesi pulang dari kali, lalu ia memutuskan untuk membuang harta-
hartanya karena ia selalu di hantui rasa takut dan bersalah. dan dilain pihak,wini pesi
tidak mempunyai keluarga untuk mewariskan harta-harta yang dimilikinya. Lalu
dibuangnya harta-harta tersebut disebuah liang yang terletak tidak jauh dari rumahnya.
Dan setelah semuanya sudah terpenuhi, maka akhirnya wini pesi terhindar dari rasa
takut dan cemas akan harta-harta tersebut. Dan ia pun memulai hhidup baru tanpa
memikirkan harta-harta.

GOLO NGGOLING
Konon pada zaman dahulu kalah ada cerita di sebuah kampong dimana hiduplah
sepasang suami istri atau juga disebut keluarga kecil, yang mana suaminya bernama
Lanur yang terkenal dengan orang yang gagah dan berani dan istrinya yang bernama
Timung Te’e yang terkenal dengan orang yang cantik dan anggun yang bermata
pencaharian dengan bercocok tanam. Pada suatu hari sepasang suami istri tersebut pergi
ke kebun mereka melihat ada seorang yang berbadan besar mirip dengan raksasa,
dimana warga di kapung tersebut sering menyebut makluk itu dengan “Empopotimese”
yang artinya “empopoti” setan dan “mese” besar : “setan besar”
Setiap hari yang dilalui oleh sepasang suami istri tersebut hanya dengan merawat
tanaman pertanian mereka. Hingga pada usim panen pun tiba mereka berdua bersama
kerabat sekapung untuk bergotong royong menunai hasil kebun mereka. Setelah semua
hasil kebun sudah enyimpang , maka si Timung Te’e dan si Lanur kekebun untuk
menyiang rumput karena sedah mendekati musim kerja / tabor benih llagi,
sessamppainya dikebun mereka berdua pun bertemu dengan “Empopotimese” dan pada
hari itu “empopotimese” tidak mengganggu istrinya. Pada hari kedua si Timung Te’e
(istrinya Lanur) bertemu dengan “Empopotimese” ketika tersebut melihatnya, Timung
Te’e pun mulai takuut hingga badanya menggetar setan tersebut menyapanya
Heeeeey…………… janganlah takut pada diriku……….kemidian setan tadi mulai
mendekati Timung Te’e, dan membelai rambutnya hingga bertanya satu persatu seluruh
organ tubuhnya si timung te,e. sambil menjerit ketakutan si Timung Te’e pun menjawab
pertanyaanya, setelah di jawab setan tersebut tertawa kegirangan karena bahagia dimana
semua pertanyaanya mengenai si Timung Te’e telah di jawab karena terlalu girangnya
Empopotimese diapun jatuh terguling ketepi jurang hingga tak bisa bangun, tetapi dia
tidak mati. Setelah itu, si Timung Te’e lari dan pulang kerumahnya, setibanya dirumah
dengan menangis ketakutan dia menceritaka semua yang terjadi dengan suaminya si
Lanur. Lanurpun tunduk sambil memikirkan balasan terhadap “Empopotimese”
keesokan harinya mereka pergibersama warga yang lain di kampong untuk memasang
jebakan (jebakan sejenis ranjau) dengan perasaanya yang sangat senang empootimese
pergi kekebunya si lanur untuk menculik Timung Te’e (istrinya Lanur) setibanya di
kebun dia melihat timung te,e duduk di atas batu, dengan semangatnya yang membara
‘”Empopotimese” hendak merangkulnya (si Timung Te’e) dengan cepat si timung te,e
menghindar hingga “Emopotimese jatuh tersungkur edalam jebakan yang dibuat silanur
bersama warga hingga empopoti mese terguling kedalam jebakan tersebut sape buah
pelirnya pecah. Orang tua dulu memberika nama tempat tersebut golo nggoling, yaitu
golo (gunung) dan nggoling (terguling). Sehingga kalau diartikan berdasarka
kosakatanya golo nggoling artinya gunung yang terguling, tetapi pengertian berdasarkan
isicerita diatas golo nggoling artinya gunung yang berjurang tempat terjatuhnya
empopotimese.

LEGENDA LOK SI NAGA


Sebuah keluarga nelayan di daerah pemukiman nangahale kabupaten sikka. Bila mereka
pergi bekerja, anaknya tinggal dirumah untuk menjaga rumah. Pada suatu hari suami
istri nelayan itu menunggu ikan-ikan memasuki alat penangkap ikan mereka yang
bberupa tangguk besar. Sial, seekor ikanpun tidak ada yang mau masuk. Meskipun
demikian, mereka tidak mudah putus asa. Tangguknya tetap dimasukan dan diangkat
berulang-ulang tanpa mengenal lelah. Akhornya, ketekunan mereka berhasil juga. Pada
waktu mereka mengangkat tangguk mereka untuk kesekian kali, ternyata didalamnya
terlihat ada sebutir telur yang amat besar. Karena ngeri mendapatkan benda ajaib itu,
telur itu segera mereka masukkan kembali kedalam air. Anehnya setiap kali mereka
mengangkat tangguknya, setiap kali ada pula telur itu dan setiap kali segera mereka
masukkan kembali ke dalam air. Keadaan ini berulang terus, walaupun telah mereka
pinahkan tangguk mereka ke tempat lain. Rupanya telur itu berkeras hati untuk tetap
bersama mereka. Akhirnya, karena putus asa telur itupun dibawa pulang
Setiba dirumah, dilihatnya anak tersayang mereka sedang tidur. Karena tidak
mendapatkan ikan, maka telur itupun direbusnya. Setelah matang, telur itu mereka
makan sebagai lauk tenan nasi. Setelah kenyang, timbulah suatu keajaiban. Kedua suami
istri itu perlahan-lahan berganti rupa menjadi dua ekor naga yang besar. Keajaiban ini
tidak menimpa putra anak mereka karena ia belum sempat memakan ikan tersebut
Setelah terjaga dari tidurnya, anak itupun menjadi sangat ketakutan ketika melihat
keadaan kedua orang tuanya. Ia pun menangis dengan sedihnya. Melihat hal itu, kedua
naga itu menjilati pipi putra mereka yang sangat mereka kasihi itu. Setelah anaknya
tenang, ayahnya menasihatinya agar tidak memakan telur yang ada diatas dulang. Telur
itu adalah telur naga putih yang hidup disungai tempat mereka sering mencari ikan dan
siapa saja yang makan telur itu akan menjadi naga seperti mereka. Setelah meninggalkan
pesan itu, kedua naga itu pun terjun kedalam sungai, untuk bertempur dengan naga
putih, yang telah mengubah wujud mereka. Dua pesan lain mereka berikan juga kepada
putranya. Apabila timbul darah merah pada air sungai, itu berarti bahwa merekalah yang
kalah, namun apabila timbul darah putih, itu berarti bahwa naga ptuihlah yang kalah.
Tanda hasil pergulatan itu akan terlihat apabila hujan turun rintik-rintik pada hari panas
dan pelangi timbul diantara langit dan bumi.
Sepeninggal kedua orangtuanya, anak itu serring terlihat duduk termenung dipinggir
sungai sambil memanang ke arah air sungai. Benar saja seperti yang dikatakan oleh
orang tuanya. Pada suatu ya g panas, hujan turun rintik-rintik, dan ada pelangi,
terlihatlah air sungai berubahh menjadi putih seperti air susu, itulah tanda bahwa keddua
orang tuanya telah menang dalam perkeelahian maut dengan naga putih. Namun, anak
itu tak dapat hidup sendiri tanpa orang tuanya. Oleh sebab itu, ia tetap duduk termenung
sampai akhir hayatnya.

ASAL MULA ORANG TTS


Pada zaman dahulu orang tua di NTT belum tahu menulis dan membaca sehingga di
zaman sekarang tidak ada sejarah berupa tulisan karena hanya diceritakandari mulut ke
mulut. Penjual yang datang ke pulau timor namanya disebut – sebut sehingga dikenal
diseluruh pulau timor, karena harum cendana dipulau timor seribu tahun yang lalu. Pada
zaman itu juga sudah ada penguni tetap yang disebut atoin meto (orang asli tanah timor).
Tahun 1436 bangsa asing yang membeli kayu cendana mengenal para tua – tua adat di
pulau timor tempat kayu cendana hidup. Orang timor mrnjual kayu cendana kepada
orang dari jawa, india, cina. Mereka menjualnya tapi tidak menerima uang namun
mereka menukarnya dengan kain, uang perak, uang mas, parang, pisau, kaca dan lain –
lain sebagainya.
Sejarah orang timor yang sebenarnya, kita tidak ketahui, tetapi diceritakan dari mulut ke
mulut bahwa orang timor berasal dari papua dan Malaysia. Mereka hidup berpindah-
pindah tempat karena factor makanan . jadi jika makanan ditempat itu sudah habis maka
mereka akan berpindah ke tempat yang lain.
Kemudian ada pendatang baru lagi yang datang dipulau timor dari keturunan melayu
yang berkulit putih dan berambut air dari sinamuti malaka atau Malaysia. Mereka
tinggal di tutuala dan besikama (belu selatan) kemudian mereka menamakan tempat itu
malaka keturunan melayu di tanah belu selatan dan mereka mendirikan satu kerajaan
yang disebut dengan wewiku wehali.
Menurut cerita dan pemberitahuan yang kita ketahui bahwa orang timor yang ada di TTS
berasal dari Eropa.
Kemudian mereka menjadi tuan rumah di TTS dan nama orang asing tidak disebut –
sebut lagi yang perlu kita ketahui orang TTS beradik kakak dengan orang TTU, orang
BELU, orang TIM- TIM, orang KESER, TANIMBAR, PAPUA, MALUKU,
SULAWESI, ROTE dan SABU. Semua itu terjadi karena harum kayu cendana di TTs
dan juga system perdagangan yang dilakukan oleh nenek moyang kita dengan nenek
moyang cina, india, portugis, belanda dan lain- lain.
Oleh karena itu, tenun sarung dan selimut dari orang timor menjadi barang paling
berharga dalam peristiwa kawin mawin orang papua. Cerita ini sudah ada dari zaman
dahulu sampai sekarang dan terkenal di kabupaten TTS tiga suku besar yang disebut
dengan nama BANAM (AMANUBAN), ONAM ( AMANATUN ), OENAM
(MOLLO). Ketiga suku ini bersatu hati membangun tanah TTS.

Jagung dan Kisah Sang Putri


ada jaman dahulu kala hiduplah sepasang suami-isteri bersama putri tunggal mereka.
Saat itu belum dikenal api. Makanan dan minuman tidak perlu dimasak. Mereka mulai
berkebun, tapi berulang-ulang mereka kecewa karena
tidak ada bibit tanaman yang hasilnya dapat dimakan. Mereka mencoba menanam buah
beringin, tetapi saat panen buahnya tak dapat dimakan.
Pada suatu hari sang ayah bermimpi. Dia bermimpi tentang seorang kakek tua
berambutputih datang dan berbicara dengannya. Kakek itu berkata, “jika kamu ingin
keluargamu hidup bahagia, kamu harus mengorbankan anakmu!”
“Dengan cara apa aku mengorbankan anakku?” Tanya sang ayah. Kakek itu menjawab,
“kamu harus membuka kebun baru seluas mungkin. Setelah itu bawalah anakmu ke
tengah kebun, penggal kepalanya, dan cincang tubuhnya. Setelah itu
taburkan di kebun.” Sang ayah terbangun dan terdiam. Dia ragu karena dia sangat
sayang kepada putrinya. Akhirnya dia ceritakan tentang
mimpi itu kepada putrinya.
“Ayah, laksanakan perintah kakek dalam mimpi ayah. Aku rela berkorban untuk
kebahagiaan ayah dan ibu. Janganlah
sedih karena aku akan selalu bersama ayah dan ibu,” kata sang putri.
Keesokan harinya Ia mengajak putrinya ke kebun. Kebun sudah dipersiapkan. Sang ayah
menuntun anak gadisnya ke
tengah-tengah kebun dan melaksanakan perintah yang dikatakan sang kakek dalam
mimpi.
Usai melaksanakan perintah tersebut, sang ayah kembali ke rumah. Setibanya di rumah,
sang ibu bertanya dimana putri
tunggal mereka. Sang ayah lalu menceritakan yang telah terjadi. Sang ibu menangis
tersedu mendengar cerita itu tetapi
akhirnya merelakan putrinya. Keduanya lalu memutuskan untuk pergi mengunjungi
putri mereka di kebun. Pada saat tiba di
pintu pagar kebun, sang istri bertanya kepada suaminya; di manakah anak kita? Sang
suami menjawab; Itulah puteri kita. Ia
telah bertumbuh dan memenuhi kebun. Tanpa berpikir panjang, sang ibu berlari
mendapati jagung yang sudah tumbuh itu dan menciumnya satu demi satu dengan isak
tangis.
Tiga puluh tiga hari kemudian (sejak waktu tanam), kedua orang suami istri kembali ke
kebun. Ternyata puteri mereka
telah bertumbuh besar dan berdaun lebat. Mereka bersukacita karenanya.
Sembilan puluh hari berikutnya, mereka kembali lagi ke kebun. Ternyata jagung itu
telah berbunga dan bulirnya telah
kuning-menua. Sang istri memeluk bulir-bulir jagung itu, mencium dan membelai
rambut puterinya.
Sebelum kembali ke rumah, sang istri berkata kepada suaminya: Biarlah kita
memeliharanya secara baik-baik, karena
ialah yang akan memberikan kekenyangan sepanjang masa bagi seluruh generasi
manusia.
Karena itulah jagung dianggap mempunyai jiwa atau roh, dapat marah atau tertawa,
karena ia adalah jelmaan sang putri.
Jagung akan marah besar bila ia terus terkurung di lumbung dan tidak diperkenankan
oleh tuannya untuk menemui tamu
yang datang (alias kikir). Dan bila jagung dan padi menjadi marah maka jiwa/roh jagung
itu akan meninggalkan lumbung
dan orang itu segera menderita kelaparan.

Legenda Bukit Fafinesu


ayam yang terpelihara juga kini menjandi seekor ayam jantan yang sangat tangguh.
Suatu ketika, karena umur raja yang sudah terlalu jauh masuk ke masa tua, ia akhirnya
melakukan suatu sayembara yaitu sabung
ayam. Yang menang dalam sayembara itu, berhak menjadi raja baru dalam kerajaan itu.
Mendengar itu, Kopong meminta izin kepada raja untuk turut mengikuti sayembara
tersebut. Izin pun dilimpahkan raja kepada Kopong.
Di keesokan harinya sayembara pun dibuat. Dan entah ada angin apa, sayembara itu
akhirnya dimenangkan oleh Kopong. Raja sangat bangga dengan kemenangan yang
dicapai Kopong. Disaat itu juga pelimpahan kekuasaan diberikan kepada Kopong untuk
menjadi pemimpin di kerajaan itu. Setahun kepemimpinan telah dijalani, terlintas
dipikirannya tentang orangtua mereka. Kopong dan Barek
berniat untuk menjumpai orang tua mereka. Akhirnya Kopong memerintah pengawalnya
untuk mengantar mereka di tempat orangtuamereka tinggal.
Sesampainya disana, kebingungan orangtua mereka mulai nampak. Demon dan Benga
tidak mengenal dengan jelas wajah dari Kopong dan Barek. Akhirnya Kopong
menjelaskan semua tentang apa yang terjadi selama ini. Suasana haru kembali nampak.
Air mata pun turut hadir dalam suasana itu. Penyesalan demi
penyesalan terus diungkapkan dari sang ayah atas tindakannya menelantarkan mereka.
Seusai tangisan itu, Kopong dan Benga mengajak orangtua mereka untuk pindah dan
tinggal di istana. Dan akhirnya suasana kemiskinan kini sudah hilang. Keluarga kecil itu
kini hidup dengan suasana kasih dan dilimpahi kebahagiaan
yang luar biasa.

RAJA LAKU LEIK YANG BENGIS

Dahulu, di daerah Belu, Nusa Tenggara Timur, terdapat sebuah kerajaan yang diperintah
oleh seorang raja bernama Laku Leik. Ia adalah raja yang bengis dan kejam. Ia tidak
segan-segan menganiaya, bahkan menghabisi nyawa orang lain demi memenuhi semua
kemauannya. Ia juga gemar berjudi dan memiliki sifat serakah. Ia ingin menjadi raja
untuk selama-lamanya dan tidak mau mempunyai anak laki-laki.
Suatu hari, Raja Laku Leik hendak mengadakan perjalanan jauh bersama para
pengawalnya. Mereka akan pergi berburu ke hutan yang berada di wilayah kerajaannya.
Perjalanan itu tentu saja akan memakan waktu yang cukup lama. Sebelum berangka, raja
berpesan kepada permaisurinya, bernama Naifeto, yang sedang hamil tua.
“Hai, permaisuriku! Aku akan meninggalkan istana ini dalam beberapa hari. Jika kelak
kamu melahirkan seorang anak perempuan, rawatlah ia baik-baik. Tapi, jika bayi itu
laki-laki, maka habisilah nyawanya dan kuburkan mayatnya di bawah tangga istana ini,”
titah Raja Laku Leik. “Baik, Kanda,” jawab Naifeto.
Sebenarnya, Naifeto tidak setuju dengan permintaan suaminya itu, tentu ia tidak akan
sampai hati menghabisi nyawa anak kandungnya sendiri. Namun karena takut kepada
suaminya yang kejam itu, ia terpaksa mengiyakan pesan tersebut.
Tidak lama setelah Raja pergi, Naifeto melahirkan seorang anak laki-laki yang tampan
dan sehat. Bayi itu dinamainya Onu Muti. Betapa senang hatinya memiliki anak itu. Ia
ingin sekali merawat dan membesarkankannya. Namun, di sisi lain ia harus
melaksanakan pesan suaminya. Dalam keadaan bimbang, ia pun berdoa meminta
petunjuk kepada Tuhan.
“Ya Tuhan, berikanlah hamba petunjuk-Mu atas permasalahan ini,” pinta Naifeto.
Naifeto kemudian termenung sejenak. Setelah berpikir keras, akhirnya ia menemukan
jalan keluar. “Hmmm... aku tahu caranya. Sebaiknya, putraku kuganti dengan seekor
anjing yang akan kukubur di bawah tangga," pikirnya. Naifeto pun segera menangkap
seekor anjing, lalu menguburnya di bawah
tangga istana. Sementara Onu Muti ia serahkan kepada adik Raja Laku Leik yang
bernama Feto Ikun untuk diasuh.
“Tolong rawatlah Onu Muti, tapi jangan sampai Raja mengetahui rahasia ini! Jika Raja
tahu masalah ini, maka nyawa Onu Muti akan terancam,” ujar Naifeto.
“Baiklah. Aku berjanji akan menjaga rahasia ini,” ucap Feto Ikun. Sejak itulah, Onu
Muti tinggal di
rumah bibinya. Beberapa minggu kemudian, Raja Laku Leik telah kembali dari berburu.
Karena tahu
bahwa sang permaisuri telah melahirkan, ia pun langsung menanyakannya.
“Dimana anak kita, Permaisuriku?” tanya sang Raja.
“Maaf, Kanda. Anak kita laki-laki,” jawab Naifeto, “Sesuai dengan pesan Kanda, anak
itu sudah Dinda kuburkan di bawah tangga.” Mendengar keterangan itu, cepat-cepatlah
sang Raja pergi memeriksa ke bawah tangga. Tampaklah
olehnya sebuah tumpukan tanah yang ditandai dengan sebuah nisan di atasnya. Raja itu
pun percaya jika nisan itu adalah makam putranya. Demikian rahasia itu terus tersimpan
hingga Onu Muti beranjak remaja.
Suatu hari, Onu Muti bersama temannya, One Mea, sedang bermain gasing di dekat
istana. Tanpa disengaja, gasing Onu Muti terlempar jauh dan mengenai kepala seorang
nenek yang sedang menjemur kacang hijau. Nenek itu pun menjadi marah.
“Dasar kau anak terbuang!” hardik nenek itu seraya pergi.
Nenek itu ternyata pergi ke istana untuk mengadu kepada sang Raja. Setiba di istana, ia
pun membuka rahasia tentang kebohongan Naifeto selama ini.
“Ampun, Baginda Raja,” hormat nenek itu.
“Ada apa gerangan?” tanya Raja Laku Leik.
“Sebenarnya, Baginda telah dibohongi oleh Permaisuri,” lapor nenek itu.
“Apa maksud, Nenek?” Raja Laku Leik kembali bertanya dengan bingung.
Nenek itu pun menceritakan keberadaan Onu Muti kepada sang Raja. Mendengar cerita
itu, sang Raja pun menjadi murka. Namun, ia tidak berani langsung bertindak karena
segan terhadap adiknya, Feto Ikun. Maka itu, ia mengadakan sidang tertutup dengan
beberapa pengawal setianya untuk membuat siasat. Dalam sidang itu disepakati bahwa
mereka merencanakan suatu perburuan dengan mengajak Onu Muti dan One Mea.
Pada hari yang telah ditentukan, Onu Muti dan One Mea pun datang ke istana dengan
membawa peralatan berburu. Kedua anak itu juga masing-masing membawa seekor
ayam jantan. Setiba di istana, keduanya pun berbaur dengan rombongan sang Raja
menuju ke hutan. Setiba di hutan, mereka mulai berburu hingga sore hari. Hasil yang
mereka peroleh lumayan banyak. Saat hari mulai gelap, sang Raja menyuruh Onu Muti
untuk beristirahat di dalam sebuah pondok kecil
yang telah disiapkan oleh pengawal raja. Sementara itu, One Mea serta raja dan
rombongannya tidur di luar. Ketika semua sudah terlelap, Raja Laku Leik perlahan-lahan
merangkak masuk ke dalam pondok
lalu memenggal kepala Onu Muti. Kepala anak yang tidak berdosa itu pun terpisah dari
tubuhnya. Keesokan harinya, semua orang panik, terutama One Mea. Ia berteriak histeris
begitu melihat kepala temannya terpenggal. Setelah mayat Onu Muti dimakamkan,
rombongan sang Raja kembali melanjutkan perburuan. Sementara itu, One Mea secara
diam-diam mengikat ayam jantan milik Onu Muti di nisan
makam itu lalu cepat-cepat pulang untuk melapor kepada ibu angkat Onu Muti, Feto
Ikun. “Bibi..., Bibi... Bibi Feto!” teriaknya dengan tergopoh-gopoh, “Onu Muti telah
mati!” Alangkah terkejutnya Feto Ikun mendengan berita duka itu. Ia tahu bahwa
pastilah Raja Laku Leik
pelakunya. “Lalu, di mana mayatnya sekarang?” tanya Feto Ikun.
“Mayatnya sudah dimakamkan di dalam hutan,” ungkap One Mea, “Saya telah
mengikatkan seekor ayam pada nisan makam itu sebelum pulang ke sini, namun saya
lupa di mana tepatnya.” Mendengar keterangan itu, Feto Ikun segera berdoa kepada
Tuhan untuk memohon petunjuk
mengenai keberadaan makam itu. Berkat doanya yang khusyuk, petunjuk itu pun datang
melalui mimpi pada malam harinya. Maka, pada keesokan harinya, Feto Ikun mengajak
saudara-saudaranya untuk mencari makam Onu Muti di hutan. Setelah menemukan
makam itu, mereka kemudian berdoa kepada
Tuhan agar mayat Onu Muti dibangkitkan kembali.
Setelah mereka 4 kali berdoa, Onu Muti hidup kembali. Semua itu bisa terjadi berkat
kuasa Tuhan.
Feto Ikun pun merawat pangeran kecil itu dengan sangat hati-hati agar tidak ketahuan
sang Raja. Hingga beberapa tahun kemudian, Onu Muti pun tumbuh menjadi pemuda
yang tampan dan gagah. Sementara itu, Raja Laku Leik yang kian tua semakin lupa
daratan. Kelakuannya semakin menjadi-jadi. Kebiasaan berjudi dengan menyabung
ayam tak pernah berhenti. Ia selalu menantang lawan-lawannya
dengan taruhan yang tinggi.
Suatu hari, datanglah Onu Muti ke istana membawa ayam jagonya untuk menantang
sang Raja. Ia menyamar sebagai pangeran yang kaya-raya dari negeri seberang. Raja
Laku Leik pun menerima tantangan itu.
“Hai, Pangeran Muda. Berapa banyak harta yang engkau miliki? Berani-beraninya kau
menantangku!” tanya Raja Laku Leik dengan nada meremehkan.
“Ampun, Baginda. Harta yang hamba miliki saat ini sebanyak harta yang akan Baginda
pertaruhkan,” jawab Onu Muti.
Betapa terkejutnya Raja Laku Leik mendengar jawaban anak muda itu. Tidak mau
dipermalukan di hadapan rakyatnya, ia pun menerima tantangan itu. Sang Raja segera
memerintahkan prajuritnya untuk menyiapkan ayam jagonya untuk diadu dengan ayam
jago milik Onu Muti. Seluruh rakyat negeri itu pun
berbondong-bondong memadati halaman istana untuk menyaksikan pertandingan
tersebut. Setelah semuanya siap, pertandingan sabung ayam pun dimulai. Kedua ayam
jago segera dilepas di tengah arena. Tak berapa lama kemudian, keduanya saling
menyerang. Namun, baru saja pertarungan
itu berlangsung, ayam jago milik Raja Laku Leik sudah kalah. Tak mau dipermalukan,
Raja Laku Leik
kembali menantang dengan taruhan yang lebih besar lagi. Akan tetapi, selalu saja kalah.
Demikian seterusnya, selama pertarungan itu, kemenangan selalu ada di pihak Onu
Muti. Raja yang bengis itu pun bangkrut, hidupnya melarat, dan akhinya mati. Seluruh
wilayah kerajaan, termasuk istananya sudah habis dipertaruhkan. Sebaliknya, Onu Muti
menjadi kaya-raya. Kerajaan itu
pun sudah menjadi miliknya. Seluruh rakyat negeri itu menyambut gembira atas
kemenangan itu. Mereka pun menobatkan Onu Muti menjadi raja untuk menggantikan
ayahnya yang bengis. Berbeda dengan ayahnya, Onu Muti memimpin negeri itu dengan
arif dan bijaksana. Rakyatnya pun hidup
makmur dan sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai