Anda di halaman 1dari 5

Teks Procedure

Adalah teks yang isinya menyampaikan langkah - langkah atau cara - cara
melakukan atau membuat sesuatu.
Generic structure:
- Aim/Goal
- Materials/Tools
- Steps/Methods
Contoh Teks Procedure:
DIALOG PROCEDURE
Andi : Hi, Sinta I really like origami but I don't know how to make it. Can you help
me ?
Sinta : Okay. It's easy. Listen carefully and follow me.
Andi : Yes, I'm ready.
Sinta : Take a half page of paper and you don't need scissors or glue to do it.
Now follow the steps.First, fold the paper in half the long way, crease and unfold.
Andi : Then..
Sinta : The second step, fold the sides up to the middle crease and keep it folded.
Andi : Ok, done.
Sinta : Next, fold the corners down to the middle. And then do the same way.
Are you still with me ?
Andi : Wait... wait.. Can you repeat it ?
Sinta : Sure. Please fold the corners down to the middle. And do it twice.
Andi : Got it. And what's the next step ?
Sinta : Finally, open the middle and turn it in side out to make a boat.
Finish, it's simple, isn't it ?
Andi : Thank you. I learnt a lot from you.

Aim/goal Tujuan)

Make an avocado juice

Materials (Bahan-bahan)

1 avocado

A half glass of water

Some sugar

Several ice cubes,

Two tablespoons of liquid chocolate milk.

Steps (Langkah-langkah)
1.

First, spoon out avocado pulp and place in blender.

2. Second, add a half glass of water.


3.

Then, add enough sugar.

4.

Next, mix it until thick

5.

After that, pour the juice in a glass.

6.

Add several ice cubes, two tablespoons of liquid chocolate milk, and place a
tube pipette.

7.

Finally, the avocado juice is ready to serve.

Mitos Seputar Gunung Bromo


Konon saat dewa-dewa masih suka turun ke bumi, kerajaan Majapahit mengalami serangan
dari berbagai daerah. Penduduk bingung mencari tempat pengungsian, demikian juga dengan
dewa-dewa. Pada saat itulah dewa mulai pergi menuju ke sebuah tempat, disekitar Gunung
Bromo.
Gunung Bromo masih tenang, tegak diselimuti kabut putih. Dewa-dewa yang mendatangi
tempat di sekitar Gunung Bromo, bersemayam di lereng Gunung Pananjakan. Di tempat
itulah dapat terlihat matahari terbit dari Timur dan terbenam di sebelah Barat.
Di sekitar Gunung Pananjakan, tempat dewa-dewa bersemayam, terdapat pula tempat
pertapa. Pertapa tersebut kerjanya tiap hari hanyalah memuja dan mengheningkan cipta.
Suatu ketika hari yang berbahagia, istri itu melahirkan seorang anak laki-laki. Wajahnya
tampan, cahayanya terang, dan merupakan anak yang lahir dari titisan jiwa yang suci. Sejak
dilahirkan, anak tersebut menampakkan kesehatan dan kekuatan yang luar biasa. Saat ia lahir,
anak pertapa tersebut sudah dapat berteriak. Genggaman tangannya sangat erat, tendangan
kakinya pun kuat dan tidak seperti anak-anak lain. Bayi tersebut dinamai Joko Seger, yang
artinya Joko yang sehat dan kuat.
Di tempat sekitar Gunung Pananjakan, pada waktu itu ada seorang anak perempuan yang
lahir dari titisan dewa. Wajahnya cantik dan elok. Dia satu-satunya anak yang paling cantik di
tempat itu. Ketika dilahirkan, anak itu tidak layaknya bayi lahir. Ia diam, tidak menangis
sewaktu pertama kali menghirup udara. Bayi itu begitu tenang, lahir tanpa menangis dari
rahim ibunya. Maka oleh orang tuanya, bayi itu dinamai Rara Anteng.
Dari hari ke hari tubuh Rara Anteng tumbuh menjadi besar. Garis-garis kecantikan nampak
jelas diwajahnya. Termasyurlah Rara Anteng sampai ke berbagai tempat. Banyak putera raja
melamarnya. Namun pinangan itu ditolaknya, karena Rara Anteng sudah terpikat hatinya
kepada Joko Seger.

Suatu hari Rara Anteng dipinang oleh seorang bajak yang terkenal sakti dan kuat. Bajak
tersebut terkenal sangat jahat. Rara Anteng yang terkenal halus perasaannya tidak berani
menolak begitu saja kepada pelamar yang sakti. Maka ia minta supaya dibuatkan lautan di
tengah-tengah gunung. Dengan permintaan yang aneh, dianggapnya pelamar sakti itu tidak
akan memenuhi permintaannya. Lautan yang diminta itu harus dibuat dalam waktu satu
malam, yaitu diawali saat matahari terbenam hingga selesai ketika matahari terbit.
Disanggupinya permintaan Rara Anteng tersebut.
Pelamar sakti tadi memulai mengerjakan lautan dengan alat sebuah tempurung (batok kelapa)
dan pekerjaan itu hampir selesai. Melihat kenyataan demikian, hati Rara Anteng mulai
gelisah. Bagaimana cara menggagalkan lautan yang sedang dikerjakan oleh Bajak itu? Rara
Anteng merenungi nasibnya, ia tidak bisa hidup bersuamikan orang yang tidak ia cintai.
Kemudian ia berusaha menenangkan dirinya. Tiba-tiba timbul niat untuk menggagalkan
pekerjaan Bajak itu.
Rara Anteng mulai menumbuk padi di tengah malam. Pelan-pelan suara tumbukan dan
gesekan alu membangunkan ayam-ayam yang sedang tidur. Kokok ayam pun mulai
bersahutan, seolah-olah fajar telah tiba, tetapi penduduk belum mulai dengan kegiatan pagi.
Bajak mendengar ayam-ayam berkokok, tetapi benang putih disebelah timur belum juga
nampak. Berarti fajar datang sebelum waktunya. Sesudah itu dia merenungi nasib sialnya.
Tempurung (Batok kelapa) yang dipakai sebagai alat mengeruk pasir itu dilemparkannya dan
jatuh tertelungkup di samping Gunung Bromo dan berubah menjadi sebuah gunung yang
dinamakan Gunung Batok.
Dengan kegagalan Bajak membuat lautan di tengah-tengah Gunung Bromo, suka citalah hati
Rara Anteng. Ia melanjutkan hubungan dengan kekasihnya, Joko Seger. Kemudian hari Rara
Anteng dan Joko Seger sebagai pasangan suami istri yang bahagia, karena keduanya saling
mengasihi.
Pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger membangun pemukiman dan kemudian memerintah di
kawasan Tengger dengan sebutan Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger, maksudnya
Penguasa Tengger Yang Budiman. Nama Tengger diambil dari akhir suku kata nama Rara
Anteng dan Jaka Seger. Kata Tengger berarti juga Tenggering Budi Luhur atau pengenalan
moral tinggi, simbol perdamaian abadi.
Dari waktu ke waktu masyarakat Tengger hidup makmur dan damai, namun sang penguasa
tidaklah merasa bahagia, karena setelah beberapa lama pasangan Rara Anteng dan Jaka
Tengger berumahtangga belum juga dikaruniai keturunan. Kemudian diputuskanlah untuk
naik ke puncak gunung Bromo untuk bersemedi dengan penuh kepercayaan kepada Yang
Maha Kuasa agar karuniai keturunan.
Tiba-tiba ada suara gaib yang mengatakan bahwa semedi mereka akan terkabul namun
dengan syarat bila telah mendapatkan keturunan, anak yang bungsu harus dikorbankan ke
kawah Gunung Bromo, Pasangan Roro Anteng dan Jaka Seger menyanggupinya dan
kemudian didapatkannya 25 orang putra-putri, namun naluri orang tua tetaplah tidak tega bila
kehilangan putra-putrinya. Pendek kata pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger ingkar janji,
Dewa menjadi marah dengan mengancam akan menimpakan malapetaka, kemudian terjadilah
prahara keadaan menjadi gelap gulita kawah Gunung Bromo menyemburkan api.

Kesuma anak bungsunya lenyap dari pandangan terjilat api dan masuk ke kawah Bromo,
bersamaan hilangnya Kesuma terdengarlah suara gaib : Saudara-saudaraku yang kucintai,
aku telah dikorbankan oleh orang tua kita dan Hyang Widi menyelamatkan kalian semua.
Hiduplah damai dan tenteram, sembahlah Hyang Widi. Aku ingatkan agar kalian setiap bulan
Kasada pada hari ke-14 mengadakan sesaji kepada Hyang Widi di kawah Gunung Bromo.
Kebiasaan ini diikuti secara turun temurun oleh masyarakat Tengger dan setiap tahun
diadakan upacara Kasada di Poten lautan pasir dan kawah Gunung Bromo.

Legenda Nyi Rara Kidul


Tidak diketahui dengan pasti sejak kapan legenda ini dikenal. Namun demikian, legenda
mengenai penguasa mistik pantai selatan mencapai tingkat tertinggi pada keyakinan yang
dikenal di kalangan penguasa kraton dinasti Mataram (Kesultanan Yogyakarta dan
Kasunanan Surakarta) bahwa penguasa pantai selatan, Kanjeng Ratu Kidul, merupakan
"istri spiritual" bagi raja-raja di kedua kraton tersebut. Pada kala-kala tertentu, kraton
memberikan persembahan di Pantai Parangkusuma, Bantul, dan/atau di Pantai Paranggupita,
Wonogiri, kepada sang ratu. Panggung Sanggabuwana di komplek kraton Surakarta dipercaya
sebagai tempat bercengkerama sang Sunan dengan Kanjeng Ratu. Konon, Sang Ratu tampil
sebagai perempuan muda dan cantik pada saat bulan muda hingga purnama, namun
berangsur-angsur menua dan buruk pada saat bulan menuju bulan mati.
Dalam keyakinan orang Jawa, Kanjeng Ratu Kidul memiliki pembantu setia bernama
Nyai/Nyi Rara Kidul (kadang-kadang ada yang menyebut Nyi Lara Kidul). Nyi Rara Kidul
menyukai warna hijau dan dipercaya suka mengambil orang-orang yang mengenakan pakaian
hijau yang berada di pantai wilayahnya untuk dijadikan pelayan atau pasukannya. Karena itu
pengunjung pantai wisata di selatan Pulau Jawa, baik di Pelabuhan Ratu, Pangandaran,
Cilacap, pantai-pantai di selatan Yogyakarta, hingga Semenanjung Purwa di ujung timur,
selalu diingatkan untuk tidak mengenakan pakaian berwarna hijau botol.
Kalangan masyarakat Sunda menganggap bahwa Ratu Laut Selatan, dikenal sebagai Ratu
Kidul, merupakan titisan dari seorang putri Pajajaran yang bunuh diri di laut selatan karena
diusir oleh keluarganya. Alasan pengusiran adalah karena ia menderita penyakit yang
membuat anggota keluarga lainnya malu.

Legenda Sunda
Di suatu masa, hiduplah seorang putri cantik bernama Kadita. Karena kecantikannya, ia pun
dipanggil Dewi Srengenge yang berarti matahari yang indah. Dewi Srengenge adalah anak
dari Raja Munding Wangi. Meskipun sang raja mempunyai seorang putri yang cantik, ia
selalu bersedih karena sebenarnya ia selalu berharap mempunyai anak laki-laki. Raja pun
kemudian menikah dengan Dewi Mutiara, dan mendapatkan putra dari perkawinan tersebut.
Maka, bahagialah sang raja.
Dewi Mutiara ingin agar kelak putranya itu menjadi raja, dan ia pun berusaha agar
keinginannya itu terwujud. Kemudian Dewi Mutiara datang menghadap raja, dan meminta
agar sang raja menyuruh putrinya pergi dari istana. Sudah tentu raja menolak. Sangat
menggelikan. Saya tidak akan membiarkan siapapun yang ingin bertindak kasar pada

putriku, kata Raja Munding Wangi. Mendengar jawaban itu, Dewi Mutiara pun tersenyum
dan berkata manis sampai raja tidak marah lagi kepadanya. Tapi walaupun demikian, dia
tetap berniat mewujudkan keinginannya itu.
Pada pagi harinya, sebelum matahari terbit, Dewi Mutiara mengutus pembantunya untuk
memanggil seorang dukun. Dia ingin sang dukun mengutuk Kadita, anak tirinya. Aku ingin
tubuhnya yang cantik penuh dengan kudis dan gatal-gatal. Bila engkau berhasil, maka aku
akan memberikan suatu imbalan yang tak pernah kau bayangkan sebelumnya. Sang dukun
menuruti perintah sang ratu. Pada malam harinya, tubuh Kadita telah dipenuhi dengan kudis
dan gatal-gatal. Ketika dia terbangun, dia menyadari tubuhnya berbau busuk dan dipenuhi
dengan bisul. Puteri yang cantik itu pun menangis dan tak tahu harus berbuat apa.
Ketika Raja mendengar kabar itu, beliau menjadi sangat sedih dan mengundang banyak tabib
untuk menyembuhkan penyakit putrinya. Beliau sadar bahwa penyakit putrinya itu tidak
wajar, seseorang pasti telah mengutuk atau mengguna-gunainya. Masalah pun menjadi
semakin rumit ketika Ratu Dewi Mutiara memaksanya untuk mengusir puterinya. Puterimu
akan mendatangkan kesialan bagi seluruh negeri, kata Dewi Mutiara. Karena Raja tidak
menginginkan puterinya menjadi gunjingan di seluruh negeri, akhirnya beliau terpaksa
menyetujui usul Ratu Mutiara untuk mengirim putrinya ke luar dari negeri itu.
Puteri yang malang itu pun pergi sendirian, tanpa tahu kemana harus pergi. Dia hampir tidak
dapat menangis lagi. Dia memang memiliki hati yang mulia. Dia tidak menyimpan dendam
kepada ibu tirinya, malahan ia selalu meminta agar Tuhan mendampinginya dalam
menanggung penderitaan..
Hampir tujuh hari dan tujuh malam dia berjalan sampai akhirnya tiba di Samudera Selatan.
Dia memandang samudera itu. Airnya bersih dan jernih, tidak seperti samudera lainnya yang
airnya biru atau hijau. Dia melompat ke dalam air dan berenang. Tiba-tiba, ketika air
Samudera Selatan itu menyentuh kulitnya, mukjizat terjadi. Bisulnya lenyap dan tak ada
tanda-tanda bahwa dia pernah kudisan atau gatal-gatal. Malahan, dia menjadi lebih cantik
daripada sebelumnya. Bukan hanya itu, kini dia memiliki kuasa untuk memerintah seisi
Samudera Selatan. Kini ia menjadi seorang peri yang disebut Nyi Roro Kidul atau Ratu
Pantai Samudera Selatan yang hidup selamanya.

Anda mungkin juga menyukai