Menjelang sore, Datuk Sakti menaiki sebuah tebing untuk mencari tempat
beristirahat. Datuk Sakti kemudian memasuki hutan di dekat sungai. Sampailah dia
di tepi sebuah kolam. Air kolam itu sangat jernih, tenang, dan cemerlang bak loyang.
Ketika Datuk Sakti sedang duduk beristirahat di bawah sebuah pohon besar, tiba-
tiba ia dikejutkan oleh sekumpulan wanita cantik yang terbang turun dari angkasa.
Datuk Sakti terperanjat bukan alang kepalang.
“Amboi, elok sangat gadis-gadis itu. Apakah saya ini mimpi?” gumam Datuk Sakti
sambil mengusap-usap matanya. “Ah, ini bukan mimpi,” ia gumam lagi untuk
meyakinkan dirinya kalau yang dilihatnya itu benar-benar nyata. Ternyata benar,
apa yang dilihatnya sungguhlah nyata.
Dari balik pohon Datuk Sakti menyaksikan para bidadari itu melepas pakaian
mereka yang indah, dan meletakkannya di pinggir kolam. “Aduhai, sungguh
mempesona tubuh para bidadari itu,” ucap Datuk Sakti kagum.
Para bidadari itu kemudian mandi dengan riang gembira, sambil bercanda dan
bernyanyi. Suara mereka merdu bak buluh perindu, menghanyutkan hati bagi siapa
saja yang mendengar. Air kolam berkecipak berkilauan, memantulkan sinar
matahari sore yang berwarna kuning keemasan.
Menjelang senja tiba, usailah para bidadari mandi. Mereka mengenakan pakaiannya
kembali, dan secepat kilat terbang ke angkasa. Datuk Sakti yang terpukau segera
tersadar. “Alangkah bahagianya kalau aku memiliki istri salah satu bidadari itu,”
pikir Datuk Sakti.
Datuk Sakti termenung, memikirkan cara menangkap salah satu bidadari tersebut.
Tiba-tiba ia teringat sesuatu. Senja itu adalah malam bulan purnama penuh, tentulah
pada purnama berikutnya para bidadari akan datang lagi. Sepurnama itu Datuk Sakti
terus berdoa. “Doa akan mengubah retak tangan yang telah digariskan Tuhan,” pikir
Datuk Sakti. Dia puasa tujuh hari, mandi limau tujuh pagi tujuh petang, untuk
membersihkan dirinya lahir batin.
Pada purnama berikutnya, Datuk Sakti bergegas pergi kembali ke Kolam Loyang
tempat para bidadari mandi. Dia bersembunyi di balik semak yang rapat. Dia sangat
berhati-hati sekali jangan sampai ketahuan oleh bidadari tersebut. “Wah, aku harus
berhati-hati. Jangan sampai ketahuan oleh mereka. Kalau mereka tahu, hancurlah
harapanku selama ini,” katanya bertekad dalam hati.
Benarlah! Menjelang sore, langit kemilau oleh cahaya terang yang mengiringi
kedatangan para bidadari. Sebagaimana biasa, mereka menanggalkan pakaian dan
mencebur ke dalam kolam, bersuka ria. Tengah para bidadari berkecipak-kecipung
di air, Datuk Sakti diam-diam mengambil salah satu selendang yang ada di dekatnya.
Setelah senja, para bidadari tersebut mengenakan kembali pakaiannya. Tetapi, ada
satu bidadari yang tidak menemukan selendangnya. Bidadari-bidadari lain tidak
dapat menolongnya. Mereka harus kembali sebelum malam turun. Bidadari yang
kehilangan selendang itu terpaksa mereka tinggalkan. Bidadari itu pun menangis
putrinya pergi ke Kolam Loyang untuk mengenang ibundanya. Mereka juga berdoa
agar sang bidadari bahagia di kahyangan.
Sejak peristiwa tersebut, desa tempat mereka hidup itu kemudian mereka beri nama
Keloyang, yaitu diambil dari kata Kolam Loyang. Saat ini, desa tersebut telah
berkembang dan dikenal dengan nama Kelayang, salah satu nama kecamatan di
Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau, Indonesia. Kelayang dibentuk menjadi
kecamatan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 tahun
1995.
Di samping itu, juga terdapat sebuah desa yang bernama Kelayang di wilayah
Kecamatan Kelayang. Hingga kini, pemerintah daerah Indragiri Hulu telah
mengeluarkan kebijakan sebagai upaya untuk menghargai dan melestarikan Kolam
Loyang di Kecamatan Kelayang, karena Kolam Loyang ini merupakan ikon
kebudayaan masyarakat di daerah itu. ***
Sejarah Tentang Air Molek, Kabupaten
Indragiri Hulu
Kamis, 12 Januari 2017 - 09:40:10 WIB
FacebookTwitterWhatsAppLINETelegram
Struktur geografis tanah dataran rendah yang cukup luas untuk kawasan
kota kecil yang mulai berkembang, dengan sentralisasi pemukiman di
pasar kota sebagai pusat aktifitas masyarakat. Areal yang cukup mumpuni
untuk dikembangkan, menjadi potensi tersendiri bagi perkemangan kota
tersebut. Letak kota Air Molek berada lebih kurang 10 km dari jalur Lintas
Timur Sumatera yang dapat menghubungkan berbagai daerah yang
berada di Pulau Sumatera, yaitu Sumatera Bagian Selatan hingga ke Pulau
Jawa, Sumatera bagian Barat, Sumatera Bagian Utara hingga Propinsi
Aceh.
Dari versi kedua mengatakan bahwa nama Air Molek itu berasal dari dua
kata juga yaitu Ayo Mole, ayo yang berarti ait dan Mole berasal dari kata
menyole yang berarti menyalah/salah (yang tidak seperti biasanya).
Menurut cerita ini menerangkan bahwa orang-orang tua dulu menemukan
sebuah sungai yang aneh. Dimana ketika air sungai yang layaknya
bermuara ke sungai yang lebih besar ataupun sungai yang bermuara ke
laut, tidak demikian dengan sungai yang satu ini. Jikalau biasanya air
sungai mengalir ke tempat yang lebih rendah dan terus mengalir dari hulu
ke hilir, tidak seperti itu sungai tersebut. Yaitu ketika sungai kuantan
(Indragiri) naik maka aliran sungai ini malah balik ke hilir. Hal tersebut
terjadi terus menerus. Tentu fenomena seperti ini diluar dari biasanya.
Maka oleh orang-orang dulu menyebutkan sungai tersebut adalah sungai
menyoleh (sungai yang menyalahi aturan aliran sungai) hingga akhirnya
lebih dikenal dengan sebutan Air Molek.
Sedangkan dari versi yang ketiga adalah dari orang-orang tua etnis Jawa
yang sudah lama bermastautin di Indragiri. Menyebutkan bahwa Air Molek
berasal dari kata Air dan Mole. Kata Air yang berarti memang air
sedangkan mole berarti balik. Hal tersebut berdasarkan keadaan air sungai
yang terdapat di daerah tersebut yang apa bila sungai kuantan naik maka
aliran sungai itu balik ke asalnya. Pertemuan dua arus tersebut menjadi
keanehan hingga disebutlah nama sungai tersebut menjadi Air Mole (air
balik).
Syahdan, ketika Air Molek masih hutan belantara, tidak ada satu orangpun
berani membuka hutan apalah lagi tinggal di hutan tersebut. Hutan yang
belum tersentuh manusia itu membuat kawasan itu bertuah dan tidak bisa
sembarangan untuk membuka hutan, karena khawatir kualat atau binasa
oleh kekuatan mistik orang bunian penjaga hutan.
Pada masa itu Nusantara telah dikuasai oleh pemerintah Hindia Belanda,
termasuk daerah Riau daratan Sumatera. Penguasa Belanda melihat
bahwa Air Molek adalah tanah yang subur dan sangat cocok untuk
ditanami gambir dan karet. Pemerintah Hindia Belanda di bawah asisten
Residen Indragiri di Rengat memerintahkan untuk membuka hutan di Air
Molek, kemudian dicarilah orang yang bisa membuka hutan tersebut. Oleh
kaki tangan Belanda dimintalah H. Saleh (seorang tokoh masyarakat di
Pair Kelubi yang tidak terlalu jauh dari Air Molek) untuk mencarikan orang
yang mampu membuka hutan yang rimba itu.
H. Husin yang bernama lengkap Husin bin Cek Mahmud adalah anak dari
Mahmud bin Cek Mad. Ayah H. Husin berasal dari Daek Lingga (salah satu
daerah di Kabupaten Indragiri Hilir saat ini) dengan ibunya dalah orang asli
Pekan Heran. H. Husin mempunyai satu orang saudara, yaitu adiknya yang
bernama Abdul Majid. Setelah H. Husin terkenal sebagai seorang yang
mumpuni dalam membuka hutan yang belum pernah disentuh manusia.
Dengan kemampuannya itu ia banyak dipercaya oleh orang untuk
membuka lahan-lahan untuk perkebunan. Termasuk oleh pamannya
sendiri yang mempercayakannya untuk membuka hutan di Air Molek.
Dusun Pertama
Pada saat itu, Air Molek dibawah Kewedanan Kelayang, dengan Konteler
Indragiri di Rengat dibawah Asisten Residen sebagai kepala konteler.
Sedangkan Keresidenan berada di Tanjung Pinang, dimana Keresidenan
ini mencakup Riau Kepulauan dan Riau Daratan. Sebagai mana pada
bagan berikut:
KEWEDANAN di KELAYANG
K.H. Hasbullah adalah seorang Kiyai yang berasal dari tanah Jawa. Ia
hijrah ke Johor dalam rangka berdakwah agama Islam. Ketika masa
imperium kerajan Melayu Johor masih berkuasa dengan salah satu
kerajaan kecilnya yaitu kerajaan Indragiri. Ketika itu sultan Indragiri
meminta kepada Sultan Johor untk mengirimkan seorang Kiyai untuk
mengembangkan agama Islam di Indragiri. Maka dikirimlah K.H. Hasbullah
ke Indragiri dan tinggal di daerah Keritang (Inhil saat ini)
Memang belum ada orang yang memadai untuk bisa dijadikan tempat
untuk bertanya masalah-masalah agama.
Tentu para Batin tidak bisa menerima begitu saja dengan risalah yang
disampaikan oleh K.H. Hasbullah. Banyak di antara mereka mencoba
keampuhan K.H. Hasbullah. K.H. Hasbullah menyadari akan hal tersebut,
namun berkat ketwakalannya, akhirnya apa yang mereka lakukan terhadap
K.H. Hasbullah tidak mempan (membal). Hingga banyak pula di antara
para Batin tersebut mengakui bahwa K.H. Hasbullah adalah Batin Besar.
Pasar Airmolek
Penggerak perekonomian