Anda di halaman 1dari 8

LEGENDA KELEKUP GANGSA ULAR NAGA DI DANAU

RANAU
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas 14 Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu :

Disusun Oleh
Hafiz Maulana Akbar
0120107

Program Studi Ilmu Komunikasi


Stisipol Candradimuka Palembang
Tahun Pelajaran 2020/2021
KATA PENGANTAR
            Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia, dan kesempatan yang
diberikan-Nya sehingga Makalah yang berjudul “ Legenda Kelekup Gangsa Ular Naga di Danau
Ranau ” ini dapat penulis selesaikan. Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas Ujian
Akhir Semester (UAS) mata kuliah Bahasa Indonesia. Semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan kita tentang cerita rakyat terutama asal usul nama  suatu daerah ataupun
tempat yang ada di Indonesia.
            Selama penyusunan makalah ini, penulis masih menemui banyak hambatan dan kesulitan
diantaranya disebabkan oleh keterbatasan waktu, bahan serta pengetahuan. Oleh karena
itu, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu atas kesalahan
serta kekurangannya penulis mohon maaf.
            Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis dalam proses penyusunan makalah ini. Semoga makalah yang
sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kritik dan saran yang bersifat
membangun juga sangat penulis harapkan.

                                                                       Palembang, 15 Januari 2020

                                                                                       Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................i
KATA PENGANTAR ....................................................................................ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ....................................................................................1
B.     Tujuan Penulisan .................................................................................2
C.     Rumusan Masalah ...............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Cerita Rakyat ....................................................................3
B.     Jenis – Jenis Cerita Rakyat .................................................................3
C.     Contoh Cerita Rakyat .........................................................................3

BAB III PENUTUP


A.    Kesimpulan...........................................................................................6
B.     Saran.....................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................7
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Di Indonesia tumbuh berbagai cerita rakyat dengan corak dan budaya yang
beranekaragam. Cerita rakyat itu sendiri memiliki beberapa jenis. Diantaranya, ada yang berupa
fabel (cerita binatang), legenda (cerita tentang asal usul suatu tempat), mite (cerita tentang
makhluk halus), dan sage (cerita tentang kepahlawanan).
            Cerita rakyat adalah yang bersumber hikayat-hikayat warisan bangsa, yang diungkapkan dari
satu generasi ke generasi tanpa disandarkan kepada pendirinya (Thu'aimah 1998: 202). Cerita rakyat

yang berkembang di Indonesia sangatlah banyak, seperti contoh Danau Toba, Malin Kundang, Roro

Jonggrang, Putri Duyung, dan lain-lain. Termasuk cerita rakyat yang berkembang di Provinsi

Lampung, tepatnya di Kabupaten Lampung Barat yaitu Legenda Kelekup Gangsa Ular Naga di

Danau Ranau.

            Pesan moral yang kita dapatkan apabila mendengarkan cerita Legenda Kelekup Gangsa
Ular Naga di Danau Ranau, diantaranya tentang kekeluargaan, menjauhi perbuatan jahat dan

selalu berbuat baik. Pesan moral yang disampaikan baik melalui peristiwa-peristiwa yang
dialami tokoh-tokohnya ataupun yang diungkapkan secara langsung maupun tidak langsung
melalui tingkah laku tokoh-tokohnya.

B. Tujuan Penulisan
            Tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya :
1. Mengetahui pengertian dari cerita rakyat.
2. Mengetahui jenis-jenis cerita rakyat.
3. Mengetahui legenda dari kelekup gangsa ular naga di danau ranau.

C. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan cerita rakyat?
2. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis cerita rakyat!
3. Bagaimanakah legenda kelekup gangsa ular naga di danau ranau?

BAB II
                                                PEMBAHASAN

A. Pengertian Cerita Rakyat


Cerita rakyat adalah cerita yang berkembang di masyarakat, dan disampaikan secara
turun-menurun. Sementara itu menurut Thu’aimah, Cerita rakyat adalah yang bersumber hikayat-
hikayat warisan bangsa, yang diungkapkan dari satu generasi ke generasi tanpa disandarkan kepada

pendirinya.

B. Jenis-Jenis Cerita Rakyat


Jenis-jenis cerita rakyat ada Empat, yaitu :
      1.      Fabel adalah jenis cerita rakyat yang pelaku atau tokoh dalam cerita adalah hewan.
      2.      Legenda adalah cerita rakyat yang mengisahkan asal-usul suatu tempat atau daerah.
      3.      Mite adalah cerita rakyat yang mengisahkan kehidupan dewa-dewi atau yang berhubungan
dengan makluk halus.
      4.      Sage adalah bentuk cerita rakyat yang bercerita tentang kepahlawanan.

C. Contoh Cerita Rakyat


Legenda Kelekup Gangsa Ular Naga di Danau Ranau
            Pada zaman dahulu kala, awal mula adanya penduduk yang mendiami Pekon Way
Mengaku sekitar keturunan yang ke III (anak-anak dari Sebuay). Sebagaimana dalam sejarah
bahwa suami dari Sebuay adalah seorang laki-laki dari Gunung Aji Ranau yang datang ke Pekon
Way Mengaku dan menemukan jodohnya pada Sebuay dalam bahasa Lampung "Bakas
Semanda". Yaitu seorang perempuan yang mengambil seorang laki-laki dan dalam hidupnya
sehari-hari, kegiatan keluarga laki-laki secara utuh mengikuti pihak istri. Bahkan akan terus
mengikuti kegiatan secara utuh hingga akhir hayatnya.
            Dari perkawinan tersebut lahir 7 (tujuh) orang anak semuanya laki-laki yang masing-
masing punya panggilan atau pengurau, yaitu Umpu Suat, Se Bebigor, Se Batin Balak, Se Mandi
Walay, Se Jambi dan Se Gundang Caring atau Sekutu Ni way.
            Ketujuh orang anak-anak dari Sebuay tersebut, bagi warga yang masih anak keturunan
memanggilnya dengan nama panggilan "Tian Pitu Jong". Mereka berpencar untuk meneruskan
kehidupan di luar Pekon Way Mengaku ke seluruh penjuru Daerah Provinsi Lampung bahkan
sampai Provinsi Banten. Hingga kini yang masih terlacak dan di ketahui keberadaannya dari 6
(enam) keturunan yang lain dari adik-adiknya, yaitu berada di :
1. Tanjung Heran Sukau;
2. Penggawa Lima Tengah Krui dan Sekuting Liwa;
3. Ngambur Krui;
4. Pangkul, Way Gelang Semaka (Tanggamus);
5. Tanjungan Kalianda (Lampung Selatan) dan
6. Banton atau Provinsi Banten.

            Di dalam keluarga tersebut ada sebuah benda pusaka berupa Kentungan atau disebut
dalam bahasa Lampung adalah "Kelekup Gangsa". Kelekup Gangsa tersebut digunakan untuk
memberi tanda-tanda kepada semua anggota keluarga untuk berkumpul ataupun sedang ada
bahaya.
            Konon ceritanya, Kelekup Gangsa tersebut bilamana dibunyikan dengan dipukul atau
ditabuh maka bunyinya akan sampai ke Pulau Jawa sekitar daerah Banton/Banten. Karena itulah
sebabnya, ada salah satu keturunan dari Pekon Way Mengaku yang berada di daerah Banten dan
memiliki keturunan hingga kini.
            Seiring dengan perkembangan waktu, maka pihak keluarga suami dari Sebuay
mengetahui akan hal ikhwal ini. Keajaiban dari harta pusaka Sebuay berupa Kelekup Gangsa
atau Kentungan, sehingga menimbulkan niat kurang baik dari saudara-saudara pihak keluarga
(suami Sebuay) untuk mencuri Kelekup Gangsa.
            Hingga pada suatu hari, sekelompok orang (saudara suami Sebuay) pun benar-benar
mencuri Kelekup Gangsa tersebut. Dan setelah berhasil mencuri Kelekup Gangsa tersebut,
sekelompok pencuri itu berlari meninggalkan desa tetapi mengingat perjalanan yang akan
ditempuh jauh, dengan berjalan kaki, dan melewati hutan belantara. Maka, perjalanan tersebut
baru sampai di Danau Ranau pada waktu sore hari. Dan demi keamanan, Kelekup Gangsa itu
juga dimasukkan ke dalam air Danau Ranau, lalu akan meneruskan perjalanan pada keesokan
harinya.
            Pada keesokan harinya, saat akan meneruskan perjalanan, ternyata Kelekup Gangsa
tersebut sudah berubah menjadi Seekor Ular Naga. Itulah sekilas cerita tentang legenda Ular
Naga di Danau Ranau milik Pribumi Way Mengaku. Dan hingga kini masih melegenda pada
masyarakat Pribumi Asli Way Mengaku dan menjadi warahan dari zaman ke zaman karena tidak
ada berupa buku dokumentasi yang mencatat sejarah dan kisah ceritanya. Warahan sendiri dalam
bahasa Lampung memiliki arti cerita zaman dahulu yang disebarkan secara lisan.
            Dan itu pula yang menyebabkan enam keturunan yang lainnya hingga kini masih
menetap di tempat-tempat yang disebutkan diatas. Bahkan telah menyebar luas dan mempunyai
banyak keturunan dimana-mana. Dikarenakan kentungan untuk memanggil pulang dan
mengupulkan mereka berupa Kelekup Gangsa telah berubah menjadi Seekor Ular Naga di Danau
Ranau.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
                    Cerita rakyat adalah cerita yang berkembang di masyarakat, dan disampaikan secara
turun-menurun. Jenis-jenis cerita rakyat ada empat yaitu Fabel (cerita tentang hewan), Mite
(cerita yang berhubungan dengan makluk halus), Sage (cerita rakyat yang bercerita tentang
kepahlawanan), dan Legenda ialah cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya
dengan peristiwa sejarah (Moeliono, 1988:508).
            Salah satu contoh cerita rakyat adalah Legenda Kelekup Gangsa Ular Naga di Danau
Ranau. Cerita rakyat ini sangat terkenal bagi masyarakat Lampung Barat. Kelekup Gangsa
adalah benda pusaka milik keluarga Sebuay yang digunakan untuk mengumpulkan semua
keluarga keturunan ataupun pertanda bahaya. Konon ceritanya, Kelekup Gangsa tersebut
bilamana dibunyikan dengan dipukul maka bunyinya akan sampai ke daerah Banten. Pada suatu
hari Kentungan itu dicuri oleh seorang keluarga suami Sebuay. Dan pada saat perjalanan
membawa Kentungan tersebut, pencuri itu berhenti sejenak di Danau Ranau karena hari sudah
malam. Dan dimasukkanlah Kentungan tersebut ke dalam Danau Ranau agar tidak diketahui
orang lain. Dan saat akan melanjutkan perjalanan, Kentungan itu sudah menjadi Seekor Ular
Naga yang mendiami Danau Ranau, Dan hingga saat ini masih banyak warga yang percaya
bahwa Ular Naga itu memang benar-benar ada keberadaannya di Danau Ranau.
B. Saran
1. Semoga pembaca dapat mengambil pelajaran dari cerita ini.
2. Semoga cerita rakyat ini dapat dikenal lebih luas lagi oleh banyak orang. Terutama seluruh
masyarakat Lampung bahkan Indonesia, sehingga cerita ini tidak hanya dikenal dan dilestarikan
oleh masyarakat Lampung Barat saja.

Anda mungkin juga menyukai